NovelToon NovelToon

THE COLDEST SNOW

PENGKHIANATAN

“Dad, Mom! Aku pergi dulu!” ucap Alexa ketika ia sudah berdandan dengan cantik. Ia menggunakan dress berwarna pink pastel selutut dengan rambut digerai.

Alexa masuk ke dalam mobil miliknya dan penjaga keamanan membukakan pintu pagar, hingga ia bisa langsung keluar. Saat ini hati Alexa berbunga bunga karena tunangannya, Darren Evans, akan kembali dari perjalanan bisnisnya.

Darren mengatakan bahwa ia akan kembali minggu depan, tapi Alexa yang memiliki kemampuan meretas mengetahui bahwa Darren akan pulang malam ini. Ia berpikir bahwa tunangannya itu akan memberikannya kejutan hingga berbohong tentang kepulangannya.

Alexa merencanakan sebuah kejutan di apartemen tunangannya itu. Ia sangat yakin Darren akan sangat senang melihatnya di sana.

Mobil Alexa membelah jalanan Kota Jakarta yang terkenal dengan kemacetannya. Namun, Alexa tidak mempermasalahkannya karena saat ini hatinya sangat senang.

Sesampainya ia di sebuah apartemen mewah di pusat kota, ia langsung naik ke atas dengan akses yang ia miliki. Apartemen ini adalah milik mereka berdua karena mereka berencana tinggal di sana setelah menikah. Bukan itu saja, mereka membayarnya berdua, dan bagi Alexa itu tidak masalah. Ia tahu Darren masih membangun perusahaannya.

Alexa masuk ke dalam apartemen setelah menekan password yang mereka ketahui bersama. Ia melihat jam di pergelangan tangannya dan tersenyum.

“Kamu pasti sudah dalam perjalanan ke sini. Aku yakin kamu pasti akan senang melihatku dan rasa lelahmu hilang dalam sekejap,” gumam Alexa sambil tersenyum.

Alexa masuk ke dalam kamar tidur Darren. Ia bersembunyi di dalam lemari pakaian. Ia tersenyum karena ia akan mengejutkan Darren nanti saat tunangannya itu selesai membersihkan diri dan akan mengambil pakaiannya.

Tanpa sadar Alexa terus saja tersenyum hingga ia mendengar suara pintu depan terbuka. Dengan terburu buru ia langsung masuk ke dalam lemari dan menutupnya, namun menyisakan sedikit agar masih ada aliran udara hingga ia masih bisa bernafas.

*****

“Sayang, aku sangat merindukanmu.”

“Bukankah sekarang aku sudah di sini untukmu,” ucap Darren sambil menarik kopernya dengan sebelah tangan dan sebelah tangannya lagi melingkar di pinggang seorang wanita.

“Kamu tidak memberitahunya bahwa kamu pulang?”

“Aku memberitahunya, tapi aku bilang minggu depan aku baru pulang,” perkataan Darren membuat wanita itu tertawa.

“Pasti dia dengan mudahnya percaya setiap ucapanmu. Dia kan wanita bodoh!”

“Hmm, dia sangat mencintaiku dan percaya apa yang kukatakan. Ia penurut tidak sepertimu,” Darren mencium dengan rakus bibir wanita itu.

“Tapi kamu menyukai wanita yang tidak penurut ini kan?”

“Tentu saja, kamu wanita yang luar biasa, sayang,” Darren kembali mencium bibir wanita itu namun kali ini lebih dalam dan penuh dengan gairrah.

“Ahhh ... sayang,” wanita itu mulai mendessah ketika Darren mulai menyentuh kedua aset kembarnya.

Mereka saling melepaskan pakaian mereka masing masing dan membiarkannya berhamburan di lantai. Darren memberikan sentuhan kepada tubuh wanita itu hingga kamar tidurnya terasa begitu panas.

Ia melakukan penyatuan dengan tubuh wanita itu, membuat wanita itu mengerrang dan mendessah di bawah tubuhnya. Mereka terus bergerak, menghentak hingga mencapai puncak bersama sama.

Sementara itu di dalam lemari pakaian, Alexa menangis sambil menutup mulutnya agar suaranya tidak terdengar. Ia sangat mengenali kedua suara itu, bahkan ia tak percaya mereka berdua melakukan semua itu di belakangnya.

Ia menghapus air matanya dan kembali mendengar perbincangan 2 manusia yang baru saja selesai berbagi peluh. Ia bukanlah wanita yang lemah dan sepertinya tak pantas jika ia menangisi seorang pria yang tidak menghargainya.

“Bagaimana dengan perjalananmu?” tanya Sisca yang adalah sahabat Alexa sejak mereka duduk di Sekolah Menengah Pertama.

“Tentu saja berhasil. Untuk apa aku menjadi tunangan seorang Alexa Williams kalau aku tidak bisa menggunakan namanya untuk mencapai tujuanku,” senyum kepuasan terukir di wajah Darren. Sebelum keberangkatannya, Darren meminta bantuan Alexa yang memang memimpin salah satu perusahaan Williams memberikannya referensi dan juga rekomendasi.

“Kamu memang hebat, sayang. Ia bahkan tidak akan pernah bisa mencurigaimu. Oleh karena itulah aku mencintaimu.”

“Aku juga mencintaimu. Kamu hebat, kamu seksi kamu liar, aku suka. Tidak seperti Alexa yang sok suci,” ucap Darren mencebik kesal.

“Lalu bagaimana dengan pernikahanmu? Apa kamu akan benar benar menikahinya?” tanya Sisca.

“Ya aku akan tetap menikahinya. Tapi tenang saja, aku akan tetap mengutamakan dirimu. Kamu akan ikut menikmati harta keluarga Williams, sayang,” Darren kembali mencium bibir Sisca dengan panas, hingga mereka kembali mengulangi pergulatan mereka.

Brakkk

Dengan memegang ponselnya dan melakukan rekaman video, Alexa keluar dari dalam lemari pakaian. Ia menatap keduanya dengan tatapan sinis dan jijik.

“Sa-sayang!” panggil Darren. Ia melepaskan penyatuannya dari Sisca begitu saja dan ingin langsung menghampiri Alexa, namun dengan cepat Alexa menepisnya.

“Jangan mendekatiku apalagi menyentuhku dengan tanganmu. Kamu menjijikkan!” ucap Alexa dengan ketus.

“Ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku ...,” Darren dengan tubuh yang masih polos terus berusaha mendekati Alexa. Ia sama sekali tidak merasa malu, bahkan ia berharap Alexa luluh dan ikut bercinnta dengannya.

Bughhh

Sebuah tendangan dilesatkan oleh Alexa ke tubuh polos Darren hingga pria yang adalah tunangannya itu langsung terjungkal ke belakang.

Dengan tatapan nyalang, Alexa melihat ke arah keduanya, “Kamu bisa mengambilnya dariku. Aku sama sekali tidak membutuhkan pria seperti dia. Kalian berdua sangat menjijikkan di mataku.”

Alexa kemudian keluar dari kamar tidur itu dan juga keluar dari apartemen. Ia yang awalnya ingin memberi kejutan kepada tunangannya, malah ia yang mendapat kejutan balik.

Alexa menyeka sisa air mata terakhir yang masih ada di ujung matanya. Ia menaiki mobil dan untuk sesaat terdiam. Hubungannya dengan Darren bukanlah kisah yang hanya sesaat, mereka telah menjalin kasih selama 6 tahun dan mereka berencana akan melangsungkan pernikahan 2 bulan lagi.

Alexa menghela nafasnya, kemudian melajukan mobilnya meninggalkan basement apartemen di mana ia memarkirkan mobilnya. Mungkin ini akan menjadi yang terakhir kalinya ia menginjakkan kaki di apartemen tersebut.

🧡 🧡 🧡

Halo kakak semua, ketemu lagi dengan Cherry di sini. Kali ini Cherry mau memperkenalkan novel terbaru Cherry yang berjudul "The Coldest Snow".

Akan upload sehari sekali ya kak 😁 . Tapi karena novel ini ikut dalam event pengembangan diri, jadi lanjutannya akan menunggu persetujuan editor 😁

Bisa mampir di novel Cherry yang lain sambil menunggu novel ini up. Mudah mudahan semua cerita di sini berkenan, maklum cuma kehaluan Cherry semata.

Cherry masih terus belajar dan berharap mendapatkan :

like, sebagai penyemangat.

comment, sebagai saran yang membangun, dan

favorit, sebagai bonus untuk terus berkarya.

Terima kasih sekali lagi kakak semua yang menyempatkan waktu untuk membaca. Semoga Tuhan selalu melimpahi kita semua dengan kesehatan, kebaikan, dan kebahagiaan.

Love love sekebon 🧡🧡

Cherry.

PERGI MENJAUH

“Aku ingin membatalkan pernikahanku, Dad.”

Alexa telah mengambil keputusan. Ia tak akan melanjutkan rencana pernikahannya dengan Darren. Ia tak ingin hidup bersama dengan pria yang hanya memanfaatkannya saja selama ini.

Alexa merasa bodoh karena tidak mengetahui sifat Darren yang sebenarnya selama 6 tahun berhubungan. Sakit, itulah yang ia rasakan saat ini. Namun, ia tak ingin terus tenggelam di dalam kesedihan.

“Apa yang sebenarnya terjadi, Snow?” tanya Dad Azka. Azka selalu memanggil putra dan putrinya dengan nama tengah mereka.

“Darren mengkhianatiku, Dad. Ia berhubungan dengan Sisca,” Alexa tidak menceritakan secara detail kejadiannya karena ia tak ingin Dad Azka melakukan sesuatu yang buruk pada Darren dan juga Sisca.

Ia ingin, melalui tangannya sendirilah ia membalaskan semuanya. Rasa sakit yang mereka berikan, akan Alexa kembalikan kepada mereka berkali kali lipat.

“Apa Dad perlu turun tangan?” tanya Dad Azka.

“Tidak perlu, Dad. Aku bisa mengatasi semuanya.”

“Baiklah. Dad akan berbicara dengan Uncle Dicky dan membatalkan pernikahanmu.”

“Thank you, Dad. Aku menyayangimu,” ucap Alexa.

“Daddy juga menyayangimu, Snow.”

Alexa kembali ke kamar tidurnya setelah berbicara dengan Dad Azka. Ia sengaja berbicara agak malam agar Mom Mia tidak melihatnya. Mom Mia pasti kecewa karena putrinya tidak jadi menikah, namun ia pasti akan merasa sedih jika melihat keadaan Alexa saat ini.

Alexa meminta seorang pelayan mengambilkan sebuah dus besar untuknya. Ia mengabsen setiap barang yang ada di dalam kamarnya. Jika barang itu adalah pemberian dari Darren, maka ia akan langsung memasukkannya ke dalam dus tanpa perlu berpikir lebih lama.

Setelah 30 menit mengelilingi kamar, ia kembali melihat ke dalam dus itu. Ia kini terduduk di tepi tempat tidur dan menertawakan dirinya sendiri. Ia baru menyadari bahwa ia hanya memiliki sedikit sekali barang pemberian Darren.

“Ah bodohnya aku. Sejak dulu aku yang suka memberikan apapun padanya dan ia selalu menerimanya dengan senyum yang paling indah. Seharusnya aku tidak melakukannya, betapa bodohnya aku tidak menyadari bahwa ia telah memperalat diriku selama ini,” ucap Alexa pada dirinya sendiri.

Setelahnya, ia meminta seorang pelayan membawakan dus tersebut ke belakang rumah dan membakarnya, beserta semua yang ada di dalamnya.

“Bakar semuanya dan jangan sampai ada yang tersisa, bahkan asapnya sekalipun!” perintah Alexa.

*****

Alexa menguncir rambutnya ke atas, seperti ekor kuda. Jika biasanya ia menggunakan dress selutut hingga menampilkan sisi feminimnya, kini tidak lagi. Ia menggunakan sebuah celana dan blouse berwarna hitam.

“Aku pergi dulu, Mom, Dad!” pamit Alexa.

“Kamu mau ke mana, sayang?” tanya Mom Mia.

“Aku mau ke markas. Ada yang harus kukerjakan,” ucap Alexa sambil tersenyum kemudian menggunakan kacamata hitamnya.

Ia menaiki mobil dan langsung menuju ke markas Black Alpha. Sejak kecil, Dad Azka sering membawanya ke markas, bersama dengan kakaknya Axton.

Sesampainya di markas, penjaga langsung membuka pintu gerbang dan mempersilakannya untuk masuk.

“Di mana Zero?” tanya Alexa. Zero adalah salah satu anak buah kepercayaan Dad Azka. Ia sangat ahli dalam bidang IT.

“Zero sedang di dalam bersama dengan Tuan Axton.”

Alexa menghela nafasnya pelan. Ia tak menyangka kakaknya sedang berada di markas. Biasanya Axton sudah duduk di belakang meja kerjanya, di perusahaan Williams.

“Hai Kak!” sapa Alexa dengan sebuah senyuman yang dipaksakan. Ia tak ingin Axton melihat ada masalah dengannya. Kakaknya itu akan langsung mencari tahu penyebabnya dan menghabisi hingga akan permasalahannya, tanpa berkompromi lagi dengan dirinya.

Axton menautkan kedua alisnya saat melihat kedatangan Alexa. Ia pun meminta Zero untuk keluar sebentar karena ingin berbicara dengan adik kesayangannya itu.

“Apa yang membuatmu datang ke sini?” tanya Axton.

“Aku ada perlu dengan Zero. Bolehkah aku meminjamnya sebentar?” tanya Alexa.

“Boleh, tapi setelah kamu menceritakan apa yang terjadi,” Axton sangat peka dengan perubahan pada Alexa. Hal itulah yang membuat dirinya akan melanjutkan kepemimpinan Black Alpha setelah Dad Azka.

Ia mencebik kesal karena selalu tak bisa lari dari kakaknya. Pada akhirnya ia menceritakan semuanya dan juga meminta bantuan Axton untuk tidak melakukan apapun karena dirinyalah yang akan membalaskan dendam itu. Ia tak ingin Darren dan Sisca mendapatkan balasan dengan cepat dan berlalu begitu saja. Ia ingin mereka merasakan sakit sedikit demi sedikit hingga merasa mati segan hidup pun tak mau.

“Baiklah, kamu boleh meminjam Zero. Tapi nanti jangan lupa mengundangku saat kamu sudah akan memulai pertunjukkanmu,” goda Axton.

“Tentu saja, dan aku pastikan kamu mendapatkan kursi VVIP saat menyaksikannya,” ucap Alexa.

Di dalam sebuah ruangan yang penuh dengan komputer, Alexa meminta Zero melakukan sesuatu. Sebenarnya Alexa bisa melakukannya sendiri, namun Zero lebih teliti dan ia bisa melakukannya dengan lebih cepat.

“Apa kamu yakin?” tanya Zero.

“Hmm, hapus semua berita, foto, atau apapun tentang diriku. Aku tak ingin ada siapapun yang mengenaliku. Untuk sementara waktu aku ingin hidup tenang.”

Zero langsung mengutak atik komputer tersebut dan hanya dalam hitungan menit, ia bisa menyelesaikan semuanya. Ia telah menghilangkan semua informasi mengenai Alexa.

“Terima kasih, Zer. Aku berhutang padamu kali ini,” ucap Alexa.

“Baiklah, aku akan menagihnya di waktu yang tepat,” godanya.

“Ingat! Jangan meminta yang tidak bisa kuberikan,” goda Alexa pada Zero. Alexa tahu bahwa Zero menyukainya. Namun, ia sangat mencintai Darren dan ia hanya menganggap Zero sebagai kakak, sama seperti Axton.

Zero tersenyum menanggapi ucapan Alexa. Ia cukup tahu diri sebenarnya dan ia tahu batasannya. Ia hanya ingin selalu berada di dekat Alexa dan melindunginya. Ia tak akan membiarkan siapapun mengganggu apalagi menyakiti wanita itu.

*****

Berbekal tanda pengenal yang baru, Alexa akan pergi menjauh untuk sementara waktu. Ia ingin menenangkan diri sekaligus mencari cara terindah untuk membalaskan semua rasa sakit yang ia rasakan kepada mantan tunangannya dan juga mantan sahabatnya. Bukankah semua rencana harus dipikirkan matang matang? Ia tak ingin gegabah dan pada akhirnya malah semua berbalik kepadanya.

Alexa sudah meminta izin kepada Dad Azka dan Dad Azka pun tidak mempermasalahkannya. Hanya Mom Mia yang tidak setuju dengan kepergiannya, namun Dad Azka berjanji akan menjelaskan pada Mommy cantiknya itu.

Selamat tinggal Jakarta, sampai jumpa lagi! Aku pasti akan kembali. Ketika saat itu tiba, kuharap kalian berdua telah siap menerima semua rasa sakitku. – Alexa.

Ia segera masuk ke dalam pesawat setelah mendapatkan panggilan. Tujuannya sangat jauh, namun ia tak akan meninggalkan semua kewajibannya di Jakarta.

Ia adalah Alexa Snowy Williams, putri Azka Williams. Ia memimpin salah satu perusahaan Williams dan memiliki kekuasaan untuk mengerahkan anak buah Black Alpha. Darren mungkin hanya tahu kalau ia adalah putri Williams, tapi ia belum tahu bahwa Alexa bisa menghancurkannya hingga ia tak akan mampu berdiri lagi.

🧡 🧡 🧡

RENCANA BUNUH DIRI

Erskine, sebuah kota di Negara Skotlandia, yang terletak di bagian tengah barat. Kota yang terletak di tepi selatan Sungai Clyde dan menyediakan persimpangan terendah ke tepi utara sungai di jembatan Erskine , yang menghubungkan kota ke Old Kilpatrick di West Dunbartonshire.

Kota ini telah berkembang dengan penduduk sekitar 15.000 orang, dan menjadi tempat yang paling menarik untuk ditinggali di Negara Skotlandia.

Alexa masuk ke dalam salah satu rumah yang telah ia beli dari salah satu penduduk di sana. Rumah tersebut terletak di sebuah komplek perumahan yang dibangun ketika ledakan properti terjadi di kota itu.

Tentu saja semua itu ia lakukan dengan bantuan dari salah satu anggota Black Alpha yang tinggal di kota tersebut. Jaringan Black Alpha sangat luas dan memudahkan mereka untuk bergerak dan mendapatkan informasi. Namun, meskipun begitu, mereka tetap menganut kode etik bahwa informasi yang mereka cari hanya jika informasi itu benar benar sangat dibutuhkan dan akan menghancurkan segala bentuk informasi setelah selesai menggunakannya.

Rumah yang kini dihuni oleh Alexa tidak terlalu besar, itu yang memang ia inginkan karena ia tak ingin terlihat menonjol di banding penduduk di sana.

Setelah mendengar ucapan Darren, di otaknya selalu berputar putar kenyataan bahwa pria yang akan mendekatinya akan selalu menginginkan harta ataupun kekuasaan dan popularitas, tidak ada cinta yang tulus.

Belajar dari kesalahan masa lalu, Alexa kini hidup dengan sederhana. Ia ingin mendapatkan cinta dan kasih yang tulus dari orang orang di sekitarnya, tanpa memandang nilai kekayaan dan kekuasaan.

Dengan mudah ia mendapatkan pekerjaan menjadi seorang guru. Ia sangat bahagia ketika mendapatkannya. Ia sangat menyukai anak kecil dan dulu ia berharap bisa segera menikah dengan Darren dan memiliki banyak anak.

Alexa tersenyum kecil meratapi kebodohannya. Bodoh karena bisa mempercayai Darren dan ingin membangun mimpi bersama pria itu. Jika ia jadi menikah dengan Darren, mungkin seumur hidup ia akan diperalat dan dibodohi untuk menjadi istri yang hanya diam di rumah menunggu suami yang dicintainya pulang.

Ia masuk ke dalam rumah dan meletakkan barang barangnya. Sebelum sampai di sana, ia sudah meminta pemilik sebelumnya untuk membersihkan karena ia tak punya banyak waktu membersihkan dan merapikan, ia harus segera bekerja esok hari.

*****

Alexa yang baru saja pulang dari mengajar, menaiki sebuah sepeda dan melewati Jembatan Erskine. Ia melihat seorang pria yang tengah berdiri di pinggir jembatan.

Jangan jangan?? – Alexa.

Ia langsung meletakkan sepedanya begitu saja di pinggir jembatan, kemudian menarik pria yang sudah mulai merentangkan kedua tangannya. Mungkin ia merasa seperti di pinggir kapal Titanic.

Brughhh

Dengan kekuatan penuh Alexa menarik pria itu. Alexa harus menggunakan kekuatannya karena pria yang ada di hadapannya memiliki tubuh yang tinggi.

“Kamu bodoh ya! Kalau mau bunuh diri jangan di sini!” teriak Alexa.

Jembatan Erskine memang sering digunakan untuk melakukan bunuh diri. Alexa tidak tahu alasannya, tapi memang pemandangan yang dilihat melalui Jembatan Erskine sangat indah. Mungkin mereka berharap dengan melihat tempat yang indah sebelum bunuh diri, akan membuat mereka lebih tenang.

Jembatan Erskine adalah jembatan yang cukup lebar karena bisa dilalui oleh kendaraan apa saja. Keduanya terjatuh di atas aspal di jembatan tersebut, di mana tubuh pria itu berada di atas Alexa. Mereka berdua saling bertatapan dan membuat jantung keduanya berdetak lebih cepat.

“Mengapa kamu menggangguku?”

“Kalau mau bunuh diri, jangan di sini. Kamu merusak imej kota ini saja,” ucap Alexa dengan kesal dan langsung mendorong tubuh pria itu agar menjauh darinya.

“Itu urusanku! Bukankah di sini sudah sering dijadikan tempat bunuh diri?” ungkap pria itu kesal.

Alexa yang kesal karena melihat pria di hadapannya ini tak menghargai hidupnya pun mendekati pria itu, menatapnya tajam dan langsung berbicara sambil menunjuk ke dada pria itu dengan jarinya.

“Untuk apa kamu bunuh diri? Jangan katakan padaku itu semua karena cinta ... Cihh!! Pria macam apa yang begitu lemah,” Alexa langsung bangkit dan membersihkan celana yang ia gunakan dengan kedua tangannya.

Pria itu merasa tertampar dengan kata kata cinta yang diucapkan oleh Alexa,”itu bukan urusanmu, kamu tidak tahu apa apa tentang diriku!”

“Ya sudah kalau begitu. Setidaknya aku sudah membantumu. Kalau kamu mau melanjutkan, waktu dan tempat dipersilakan. Aku pergi,” Alexa pun berjalan menuju tempat ia memarkirkan sepedanya. Tanpa melihat ke arah pria itu lagi, ia mengayuh sepedanya dan pergi meninggalkan tempat itu.

Sementara itu, pria itu berteriak kesal. Rencana yang sudah ia susun gagal begitu saja hanya karena ada seorang wanita yang menolongnya. Ia berjalan ke pinggir jembatan kemudian melihat ke bawah, seketika wajahnya menjadi pias. Tadi ia tidak merasa jembatan itu terlalu tinggi, tapi sekarang ... ia mulai berpikir apa yang akan terjadi padanya jika ia terjun ke bawah. Ia mulai bergidik ngeri.

“Arggghhh, Michael ... apa yang sudah kamu pikirkan. Kamu masih memiliki keluarga, mengapa kamu ingin bunuh diri hanya karena seorang wanita yang tidak menganggapmu dan hanya mempermainkanmu,” Michael menarik rambutnya kasar dan duduk di pinggir jembatan.

Ia berdiam sesaat dan merenung, kemudian melihat ke kanan dan ke kiri, tapi tidak ada kendaraan yang lalu lalang. Ia pun akhirnya bangkit dan berjalan menuju arah wanita yang menolongnya tadi pergi.

Sebuah mobil dengan bak terbuka hampir melewatinya, namun dengan cepat Michael melambaikan tangannya tanda ia membutuhkan sebuah tumpangan.

“Apa di sana ada kota?” tanya Michael. Ia pergi ke jembatan Erskine dengan menggunakan sebuah taksi. Ia pun tidak melihat ke mana arah taksi itu berjalan yang ia pentingkan hanya sampai di tujuan.

“Ya, di sana ada sebuah kota kecil. Apa anda ingin ke sana, Tuan?” tanya pengendara mobil tersebut.

“Ya, bolehkah aku menumpang?”

“Tentu saja,” Michael akhirnya naik dan duduk persis di sebelah kemudi.

“Apa anda pendatang, Tuan? Perkenalkan namaku James,” dengan sebelah tangan yang masih memegang kemudi, James menyodorkan tangannya.

“Namaku Michael. Senang berkenalan denganmu. Aku ingin menetap di kota ini sementara waktu, apa anda mengetahui tempat di mana aku bisa menginap?” tanya Michael.

“Serahkan saja padaku, Tuan Michael. Aku mengenal seluruh penduduk di kota ini,” ucap James dengan tersenyum.

“Panggil aku Michael saja, aku hanya ingin mempelajari kehidupan penduduk. Oya, apa kamu tahu toko yang menjual peralatan fotografi?” tanya Michael. Selain menyukai dunia kedokteran, Michael juga menyukai hal hal yang berbau fotografi. Ia suka keindahan dan mungkin karena itu juga ia memilih Jembatan Erskine sebagai tempat untuk mengakhiri hidupnya.

“Ada, kota ini memang kecil tapi sangat lengkap.”

“Baiklah, terima kasih,” James dan Michael pun melanjutkan perjalanan sambil bertukar cerita dan saling mengenal.

Michael melihat pemandangan sepanjang perjalanan mereka. Namun tiba tiba saja pandangannya teralih ke bagian bawah kemudi yang sedang digerakkan oleh James. Ia melihat sebuah senjata laras panjang berwarna hitam. Matanya kini mulai memindai ke tempat lain, ia kembali melihat sebuah senjata yang tersemat di bagian pinggang James.

Wajah ketakutan mulai tercipta di wajah Michael, sementara senyum smirk tercipta di wajah James.

🧡 🧡 🧡

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!