Untuk kali pertama Nico menampar pipi Malika dengan sangat keras di depan anaknya,hingga anaknya yang masih berusia 4 tahun itu menangis histeris melihat ibunya di tampar oleh ayahnya,
Cekcok dalam rumah tangga mereka memang sering terjadi bulan-bulan ini,itu sebabnya tak biasa lagi bagi Malika menghadapi kemarahan suaminya itu,namun untuk kali ini Malika seakan bernasib buruk,
Sebuah tamparan yang belum pernah dia rasakan dari seorang pria kini mendarat di pipinya,
Berurai air mata Malika menyadari kenyataan suami yang dia cintai berani menamparnya,apalagi dihadapan anaknya yang notabene masih kecil namun sudah sedikit mengerti di usianya,
Zidan yang melihat keributan orangtuanya terus menangis,
Nico pun malah memarahi Zidan,
"Diam kau anak nakal,aku sudah bosan mendengar semua tangisanmu"
Mendengar suaminya memarahi anaknya dengan kata-kata kasar,Malika bangkit dan menggendong anaknya,dia coba mendiamkan tangisan anaknya,
Saat Zidan sedikit lebih diam,Malika berdiri menatap Nico dengan tajam,
"Aku tidak menyangka kau bisa Setega ini kepadaku,kau berubah sekarang,kau bukan lagi Nico yang dulu aku kenal aku sangat menyesal menikah denganmu"
Ucap Malika pergi meninggalkan Nico tanpa membawa apapun,Malika hanya menggendong Zidan,harta yang paling berharga bagi dirinya selepas ibunya tiada,
"Oh baiklah kau akan pergi,besok akan aku kirim surat perceraian kita"
Teriak Nico dengan melempar gelas yang ada di dekatnya,
Mendengar semua itu Malika semakin tak kuasa menahan air matanya,
Tak terpikir oleh Malika untuk bercerai dari Nico meskipun keadaan rumah tangga nya sedang tidak baik-baik saja,namun mendengar Nico akan mengirimkan surat perceraian untuknya membuat hatinya patah,remuk tak berbentuk,
"Mengapa semua ini terjadi padaku,"
Ucap hati Malika sepanjang jalan meratapi nasib rumah tangganya yang berada di ujung tanduk kehancuran,
"Zidan tidak usah dengar apa yang ayah katakan yah,ayah hanya sedang bercanda dengan ibu saja"
Ucap Malika pada Zidan agar dia tidak membenci ayahnya,
Zidan yang masih polos hanya tersenyum pada ibunya dengan menganggukkan kepalanya tanpa menjawab ucapan Malika,
Dia pun sampai di rumah lamanya,rumah ibu nya yang penuh dengan kenangan,selepas ibunya tiada rumah itu dibiarkan kosong,Malika sangat rindu dengan ibunya,
"Andai dulu aku menuruti semua perkataan ibu"
Semua penyesalan Malika kini dia rasakan karena tidak mendengarkan semua nasihat ibunya untuk memutuskan Nico,
Namun apa daya cinta telah membutakan mata hati Malika,hingga dia tidak mau menuruti permintaan ibunya,banyak juga sahabat dan teman kerjanya menilai Nico tidak pantas untuk Malika,mereka selalu menasihati Malika untuk tidak menikah dengannya,
"Kamu ini pintar Malika,kau bisa dapatkan yang lebih baik dari Nico,"
Ucap Tiara sahabatnya sebelum Malika menikahi Nico,
Sebenarnya Malika dan Nico sama-sama saling mencintai,bahkan cinta Nico lebih besar dari Malika,apapun akan dia lakukan untuk Maika,bahkan dia tidak suka jika ada pria lain mendekati Malika,
Awal kehidupan pernikahan mereka sangat baik-baik saja,mereka selalu tampil romantis menanti kehadiran si buah hati yang memang tercipta sebelum pernikahan mereka terlaksana,
Dan semua itulah yang menyebabkan ibunya Malika jatuh sakit mendengar kehamilan diluar pernikahan Malika,
Seakan di lempar kotoran,anak yang selalu dia banggakan,dia didik dengan penuh kasih sayang dan didikan terbaik,kini dia membalasnya dengan noda yang membuat ibunya tidak berani memperlihatkan wajahnya keluar,
Sebelum pernikahan itu terjadi Bu Arum masih belum menyetujui hubungan Nico dan Malika,namun mengingat bayi yang sudah ada di perut Malika,Bu Arum pun terpaksa merestui pernikahan Malika,
Dengan syarat setelah menikah Malika bukanlah anaknya lagi,
Bu Arum tidak ingin Malika menemuinya lagi dan memanggilnya ibu,
Malika sangat sedih dan menyesal akan semua perbuatannya yang sangat salah,Nico pun membawa Malika ke Jakarta karena Nico bekerja disana saat ini,
Malika terpaksa meninggalkan ibu,sahabat dan pekerjaannya di Bandung demi bersama Nico,
Suami tidak berguna yang bisanya hanya memanfaatkan kerja keras Malika demi bersenang-senang dengan wanita malam,
Suami pemarah yang terus memaki dan menyiksa batin Malika,
"Ibu sangat kecewa Malika"
Ucap Bu Arum ketika melihat Malika pergi bersama Nico,
Setelah beberapa tahun setelah kelahiran anak pertama mereka yang bernama Zidan,
Prahara rumah tangga mereka mulai muncul,Nico yang pemarah dan tidak sabar selalu memarahi Malika karena dia sibuk mengurus anaknya daripada dirinya,
"Kau ini bagaimana sih,aku baru pulang kerja,siapin minum ke makan ke,aku capek pulang kerja"
Nico marah pada Malika yang saat itu memang sedang mengurus Zidan sepulang dia kerja dari kantornya,
"Maaf mas,aku juga baru pulang,Zidan baru aku jemput dari yayasan ini pun aku baru mengganti popoknya,aku belum sempat masak,kau beli diluar saja ya"
Jawab Malika tak menyadari jika semua perkataannya akan membuat Nico murka,
"Apa,kau berani sekali memerintah ku sekarang ya,mentang-mentang gaji kamu lebih besar dari aku,kau mulai tidak menghormati aku sebagai suami kamu"
Amarah Nico mulai memuncak,
"Bukan itu maksudku mas,yasudah aku pergi dulu beli makan,"
Sambil menggendong Zidan yang masih bayi,Malika pun mengalah dan pergi mencari makan untuk suaminya,
Dalam hati Malika ada sedikit penyesalan akan perubahan sikap Nico padanya,memang dulu Malika tahu jika Nico orang yang tempramen,namun dia tidak menyangka akan sejauh ini sikapnya padanya,
Kini Nico yang dia kenal emosional,jarang pulang,sekalinya pulang malam Nico hanya meminta uang pada Malika,dengan alasan untuk tambahan biaya adiknya sekolah di Bandung,
Malika berpikir mengapa suaminya berubah seperti ini,dan perubahannya Malika rasakan memang setelah Zidan lahir ke dunia,
Prahara rumah tangga mereka memang terjadi setelah kelahiran Zidan,anaknya sendiri,
Nico yang sangat mencintai Malika kini merasa cintanya telah terbagi dengan anaknya,karena dari sejak pacaran dulu Nico tidak ingin ada yang mendekati Malika,termasuk teman-temannya sendiri,
Ditambah dengan pekerjaan Malika yang kini merangkap sebagai asisten bosnya membuat Nico semakin cemburu buta,Malika sangat dekat dengan bosnya, itu sebabnya Nico selalu memarahinya,
Sempat Nico menyuruh Malika untuk berhenti bekerja,namun dia menolak dengan alasan gajinya sebagai buruh bengkel tidak bisa mencukupi biaya sehari-hari mereka,Belum lagi jatah untuk mertuanya yang selau meminta uang pada Nico dengan alasan biaya sekolah adiknya,
Itu semua membuat Malika semakin tidak menuruti keinginan Nico untuk berhenti bekerja,
Di samping itu Nico merasa Malika memang ada benarnya,jika dia sampai berhenti bekerja,siapa yang akan memberi ibunya uang untuk biaya sekolah adik-adiknya Nico,terlebih ibunya Nico sangat cerewet jika Nico sampai telat memberinya uang,
Uang yang Nico berikan pada Malika hanya cukup untuk makan sehari-hari saja,tidak termasuk biaya perlengkapan anak dan lain-lain,terkadang Nico tidak memberinya uang samasekali meskipun Maika tahu dia sudah gajian,entah kemana uang hasil dia bekerja selama ini,Malika pun tidak ingin menuntut selagi dia masih mampu,
Untuk kali pertama kesabaran Malika sedang diuji dimana Malika mendapati suaminya itu sedang berjalan berdua bersama wanita lain di depan matanya,
Saat itu Malika dan teman kantornya istirahat di sebuah restoran,dia melihat Nico memegang tangan seorang wanita,tentu saja Malika sangat marah dan langsung melabrak wanita itu,
"Byurr.."
Malika menyembur wanita itu dengan segelas air yang ada dihadapannya,
Nico sangat terkejut dengan kedatangan Malika yang memergokinya bersama perempuan lain,
"Dasar wanita kurang ajar,berani sekali kamu jalan dengan suami orang hah"
Ucap Malika memaki wanita yang bersama Nico,
Wanita itu pun pergi meninggalkan Nico di restoran itu karena malu,
"Heh kau mau kemana,"
Teriak Malika memanggil wanita itu,
"Cukup Malika cukup,"
Nico menghentikan Malika dengan kasar di depan umum,
"Kau ini,dia hanya temanku Malika,kau sudah salah sangka,"
Nico membela diri menutupi kesalahannya dengan menyalahkan Malika,
Hingga membuat Malika merasa bersalah,
"Tapi mas,kau dan dia tadi berpegangan tangan,itu sebabnya aku marah"
Ucap Malika,
"Kau salah paham,gara-gara kamu,usahaku rugi,dia adalah kolega bos ku,itu sebabnya aku menemani dia,tapi kau sudah mengacaukan semuanya,hah"
Nico sangat marah sekali kepada Malika,diapun pergi meninggalkan Malika sendiri,
Malika pun menangis karena Nico yang dia kenal dulu penyayang dan sangat mencintainya,kini berubah jauh dari Nico yang dia kenal dulu,
Apa salahnya hingga dia bisa berubah seperti ini,pikir Malika,
Tiara pun datang dan coba menenangkan Malika,
"Sudah ka,jangan menangis,mungkin Nico memang sedang dalam urusan penting bersama wanita itu,kau segeralah meminta maaf padanya,"
Nasihat Tiara selalu membuat Malika lebih tenang,
Dan semua prahara itupun berlalu setelah kata cerai keluar dari mulut Nico,
Kini di rumah ibunya,Malika meratapi nasibnya yang sendirian,tanpa Zidan dan tanpa ibunya,
Di bawah derasnya air hujan,Malika berdiri dan menangis sejadinya meluapkan seluruh kekecewaan yang dia rasakan saat ini,penyesalan dan kekecewaan yang sekian lama dia pendam kini meluap menjadi amarah yang tidak bisa dia luapkan,
Hanya air mata yang jatuh penolong amarah itu sedikit terlampiaskan,meskipun belum sepenuhnya amarah Malika keluar,
Malika begitu terpukul atas kejadian yang menimpa anaknya tepat didepan matanya sendiri,
"Semua ini salahku,semua salahku...ahh"
Teriak Malika dalam penyesalannya,dia tak bisa berhenti menangis di depan pusara anak tercintanya itu,kali ini Malika merasa benar-benar sangat menyesal karena sudah mencintai pria yang salah,
Kesetiaan yang selama ini dia pertahankan demi laki-laki yang dia cintai nya tidak lebih hanyalah sebuah kebodohan yang sangat dia sesali sekarang,
"Pembunuh,kau pembunuh,suami tidak berguna ahh"
Teriak Malika histeris mengingat semua kenangan yang Nico berikan padanya,
Semua kenangan pahit yang tidak akan pernah Malika lupakan seumur hidupnya,
Seolah menjadi kutukan dalam hidupnya salah memilih suami,
Malika dibutakan oleh cintanya,hingga dia terjebak dalam rumah tangga yang penuh konflik,hidup dengan suami pemarah,dan suka main perempuan menjadi kutukan dalam hidupnya,suami tidak berguna
"Kenapa aku tidak mendengar semua yang mereka katakan dahulu,kenapa?"
Ucapnya lirih dalam hati meratapi nasibnya dengan air mata,
Penyesalan yang teramat besar dia rasakan karena telah salah memilih teman hidupnya, penyesalan yang membuat dirinya kehilangan segalanya,termasuk
Ibu dan anaknya,
Kehilangan seorang anak sangatlah menyakitkan dan bahkan menjadi luka terbesar bagi dirinya,luka yang tak akan bisa dengan mudah hilang begitu saja,meski dengan apapun,terlebih saat dirinya melihat sendiri di depan mata, anaknya terenggut nyawa,
"Zidan anakku maafkan ibu nak"
Air mata Malika masih tidak bisa dia tahan,
Suaranya sudah hampir habis karena tangisannya,
Malika masih tidak percaya Zidan yang masih berusia 4 tahun kini sudah pergi untuk selamanya meninggalkan dirinya,dia merasa takdir sedang tidak adil kepadanya,mengapa semua ini harus terjadi kepadanya,
Terbayang dipikiran Malika senyum tawa Zidan saat bermain dengannya,semua terasa indah dalam bayangannya,namun seketika bayangan itu pudar tatkala senyum Nico muncul dalam bayangannya,
"Pembunuh,kau pembunuh"
Malika kembali berteriak dengan tangannya mencakar tanah pusara Zidan,
"Mas Nico,kau sangat jahat sekali mas,kau tega membiarkan anak kita meninggal"
Ucapnya sangat kehilangan,
"Malika ayo kita pulang,kamu sudah kebasahan,nanti kamu bisa sakit,"
Tiba-tiba saja Tiara sahabat yang selalu ada untuknya datang menghampiri Malika yang sudah basah kuyup karena kehujanan,
Malika menolak ajakan Tiara untuk pulang,dia masih ingin berada di makam anaknya,dia masih ingin bersama Zidan mengenang semua masa indah bersamanya,
"Aku tidak ingin pulang Tiara,biarkan aku disini"
Jawab Malika
"Ingat Malika,jika Zidan melihatmu seperti ini,aku yakin,dia pasti sedih,bukankah Zidan sangat menyayangimu,jadi jangan buat dia sedih,ayo pulanglah"
Tiara coba kembali membujuk Malika,
Perasaan Malika pun mulai sedikit tenang,dan akhirnya Tiara pun berhasil mengajak Malika untuk pulang,
Dengan baju yang basah kuyup,Malika masuk mobil Tiara,dengan setianya Tiara selalu mendampingi Malika,
"Pakailah jaket ku,kau bisa masuk angin nanti"
Tiara memakaikan jaket nya pada Malika,
"Terimakasih"
Ucap Malika sedikit tersenyum padanya,Tiara pun membalas senyumannya,
"Ku harap kau bisa ikhlas melepas Zidan ka"
Ucap Tiara pada Malika agar Malika bisa sadar bahwa Zidan memang sudah tiada,dan dia harus bisa merelakannya,
"Akupun berharap bisa seperti itu Ra,tapi apa mungkin aku bisa melupakan semua yang aku lihat didepan mataku sendiri Ra,sungguh aku sangat takut sekali jika mengingat itu"
Jawab Malika meluapkan semua ketakutannya,
"Maafkan aku,bukan maksudku mengingatkanmu akan kejadian itu,tapi aku yakin kau tahu apa yang harus kamu lakukan,kamu wanita tangguh,kamu wanita kuat,seberat apapun masalahmu,aku yakin kamu pasti bisa melewatinya"
Semua perkataan Tiara akan pujiannya pada Malika membuat Malika terharu,dan berusaha kuat seperti apa yang Tiara katakan,
Karena memang Malika adalah seorang wanita yang kuat Dimata semua sahabat dan teman-temannya,
Seberat apapun masalah yang dihadapi Malika,dia akan selalu berusaha bangkit dan keluar dari masalah itu,
Bahkan tak jarang teman yang lain justru selalu meminta solusi kepada Malika saat mereka sedang ada masalah,
Dan kini masalah terbesar sedang Malika hadapi,
Malika yang kini genap berusia 25 tahun,terbilang masih sangat muda untuk menjadi seorang ibu diantara teman-temannya,
Karena dia menikah muda saat itu,Malika terpaksa menikah dengan Nico saat usianya baru menginjak 22 tahun begitupun dengan Nico selisih 2 tahun lebih tua darinya,
Malika terpaksa bersedia menikah dengan Nico karena dia hamil diluar nikah oleh Nico sendiri,dan semua itu diketahui oleh ibunya Nico yang memang ingin sekali Malika menjadi menantunya,
Bu Sarah ibunya Nico sengaja menyuruh Nico untuk menjebak Malika agar dia tidak berpaling dari pria lain,karena Bu Sarah mengetahui jika Bu Arum ibunya Malika tidak menyetujui hubungan Nico dan Malika,sehingga Bu Sarah merencanakan sesuatu yang membuat Malika terpaksa menerima lamarannya,
Nico bisa dikatakan anak broken home,orangtuanya berpisah saat dia masih kecil,jadi wajar sekali jika dia sangat kurang kasih sayang dari seorang ayah,karena ayahnya memilih untuk menikah kembali dan tinggal bersama istri barunya meninggalkan ibu dan kedua adiknya,
Nico dan Malika berpacaran sejak dari bangku sekolah menengah pertama (SMP) kemudian mereka sama-sama melanjutkan SMA di sekolah yang sama,hubungannya sangat kuat,meskipun godaan silih berganti datang kepada mereka,mulai dari orang ketiga,sikap Nico yang keterlaluan dan pemarah tidak membuat hubungan mereka kandas begitu saja,sekalipun putus,2 atau 3 hari mereka akan kembali lagi,
Nico sangat mencintai Malika,hingga dia tidak ingin seseorang pun mengganggunya,jika kedapatan ada seseorang yang mengganggu Malika,mau itu laki-laki ataupun perempuan,Nico tidak segan-segan memberi mereka pelajaran,
Itu sebabnya Nico sangat sering sekali berurusan dengan guru BP nya karena ulahnya sendiri yang tempramen,dan ringan tangan kepada siapapun,
Tapi semua itu dia lakukan karena cintanya kepada Malika,
Sempat Malika sudah tidak tahan karena sikap tempramen Nico kepada Malika dan sekelilingnya,Malika merasa ruang lingkup pergaulannya sangat terbatas bersama Nico,Malika sempat meminta putus padanya,
Namun apa yang terjadi,
Nico menyadari kesalahannya dan tidak ingin putus darinya,sampai-sampai Nico membuat permintaan maaf pada Malika di halaman sekolah dengan berlari mengelilingi lapangan sebanyak 10 kali putaran dengan spanduk yang dia bawa bertuliskan permintaan maaf dirinya pada Malika,
Semua murid di sekolah melihatnya dan memuji kesungguhan Nico akan cintanya kepada Malika,hingga Malika pun kembali dibuat luluh olehnya,
Dibawah terik matahari Nico terus berlari mengelilingi lapangan,
Malika mulai khawatir akan kondisi Nico,Malika khawatir Nico akan sakit jika terus berada dibawah terik sinar matahari,akhirnya Malika memutuskan untuk meminta Nico untuk berhenti dan memaafkannya,
Tentunya Nico sangat merasa bahagia karena Malika telah memaafkannya dan tidak jadi putus,
Hubungan pun terus berlanjut hingga lulus SMA,
Malika memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di sebuah universitas swasta di Bandung, Malika mengambil jurusan ekonomi sesuai dengan hobinya menghitung nilai-nilai besar,
Sedangkan Nico terpaksa memilih untuk mencari kerja untuk membantu ibunya membiayai sekolah kedua adiknya,Andini dan Andre,
Nico bekerja disebuah bengkel motor yang lumayan besar,gajinya pun cukup untuk dirinya dan meringankan sedikit beban ibunya,
Meskipun mereka sekarang terpisah jarak dan waktu,keduanya sering bertemu,bahkan Nico selalu mengantar jemput Malika jika dirinya sedang ada waktu luang,cinta keduanya sangat kuat,dan mereka pertahankan,
"Oh ya co aku mau tanya?"
Malika coba membuka percakapannya dengan Nico ditengah perjalanan,
"Kira-kira berapa tahun lagi kita akan menikah co?"
Pertanyaan Malika pada Nico sangat membuatnya terkejut,hingga dia langsung menghentikan laju motornya secara mendadak,
"Kamu baik-baik saja co?"
Tanya Malika pada Nico cemas,
Wajah Nico sedikit memerah,entah karena malu dengan pertanyaan Malika,ataupun dengan alasan lain,
"Maafkan aku jika pertanyaan ku membuatmu tidak enak?"
Malika meminta maaf pada Nico atas pertanyaan seriusnya tadi,
"Tidak apa-apa sayang, aku hanya bingung saja,kapan aku akan bisa menikahi mu"
Jawab Nico dengan mengajak Malika bercanda,
"Aku harap kita tidak terburu-buru ya co,kamu tahu sendiri,masih ada cita-cita yang ingin aku gapai saat ini demi ibuku"
Ucap Malika teringat akan ibunya yang berharap dirinya bisa menjadi orang sukses kelak,karena Malika terlahir dari sebuah keluarga yang sederhana,jadi ibunya Malika ingin sekali Malika bisa menjadi orang besar suatu saat nanti,
Namun berbalik dengan Nico,sebenarnya Nico sangat mencemaskan Malika jika hubungan mereka tidak segera di resmikan,
Nico merasa takut akan ada pria lain yang mendekatinya nanti jika terlalu lama pacaran,
"Tapi kamu harus janji ya,fokus pada cita-citamu jangan pada yang lain"
Pinta Nico dengan serius,
"Maksud kamu apa,kamu tidak percaya sama aku"
Tanya Malika dengan memanyunkan bibirnya,
Malika memang dikenal wanita yang sangat setia,
Sebenarnya banyak sekali pria lain yang ingin mendekati Malika,namun dia masih bisa menjaga hati nya untuk Nico,hingga semua yang mengenal Malika dan Nico menjulukinya sebagai pasangan awet meskipun mereka sudah tidak satu sekolah,keduanya sama-sama setia,meskipun Nico sangat sering sekali memarahi Malika karena hal kecil,
Kini tibalah kelulusan S1 Malika,
Malika lulus dengan nilai terbaik,diapun termasuk siswi berprestasi hingga Malika banyak di rekomendasikan masuk ke kantor-kantor besar atau melanjutkan studi S2 nya di PTN besar,namun Malika masih belum memikirkan semua itu,diapun bangga dengan hasil kerja kerasnya,
"Ini untuk ibu"
Malika mencium ibunya dengan penuh kasih,
Bu Arum pun memeluk Malika karena dia sangat bangga dengannya,dengan semua prestasi yang dia raih,
"Alhamdulillah nak,selamat,kamu lulus dengan nilai terbaik,ibu bangga sama kamu"
Ucap Bu Arum memuji keberhasilan Malika,
Sahabat-sahabatnya pun ikut datang memberi kejutan kepada Malika,
Tiara,Santi,dan Novi ikut serta hadir bersama Nico untuk merayakan kelulusan Malika saat itu,mereka ikut senang dengan keberhasilan sahabatnya itu,
"Selamat ya kawan,you are the best"
Tiara pun memeluk Malika dengan bangga,karena sebagai sahabat yang baik,Tiara selalu mensupport semua yang Malika lakukan dalam hal yang positif,
"Terimakasih kawan"
Malika membalas pelukan dan ucapan Tiara dan kawan-kawannya yang lain,
"Dimana Nico,apa dia tidak bersama kalian?"
Tanya Malika mencari keberadaan Nico,
Santi dan Tiara pun tidak mengetahui keberadaan Nico,karena setahunya tadi dia bersama mereka disini,namun sekarang menghilang,
Dan ternyata datanglah seseorang yang membawa buket bunga dengan ukuran yang cukup besar menutupi sebagian tubuhnya,
"Congratulusion sayangku".
Ucap Nico dibalik buket besar untuk Malika,
Malika pun dibuat tersipu oleh Nico karena sikapnya yang romantis meskipun di depan umum,
"Kau ini,bisa saja"
Semua pun tersenyum melihat Malika dan Nico,
Tak terkecuali dengan ibunya Malika,Bu Arum memang sudah lama mengenal Nico,dari sejak mereka pertama berpacaran,namun dalam hati kecil bu Arum tersimpan kekhawatiran yang begitu besar kepada Malika jika dia terus bersama Nico,entah apa itu,Bu Arum selalu cemas jika mengingat hebungan Malika dan Nico yang sudah lama dan terlampau dekat,
Keduanya selalu pergi berdua kemana saja,main,makan,dan yang lainnya,
Bu Arum sangat mencemaskan jika sesuatu akan terjadi kepadanya kelak,
"Kita pulang yuk nak"
Bu Arum tiba-tiba mengajak Malika untuk segera pulang bersamanya,
"Tapi Bu,apa boleh Malika pergi bersama Nico "
Tanya Malika meminta ijin,
"Kau terus saja bersama Nico,kapan kamu merayakan hari spesialmu bersama ibu"
Jawaban Bu Arum membuat Malika sedih dan membuat Nico yang mendengarnya sakit hati,
Dalam hati,Nico menggerutu akan sikap Bu Arum kepadanya,dia merasa heran mengapa Bu Arum bersikap seperti itu,apa salahnya,
Karena hubungan Nico dan Bu Arum sangat baik,mereka sudah sangat dekat dan mengenal satu sama lain,termasuk mengenal keluarga masing-masing,
Meskipun mereka sudah lama berpacaran,namun mereka sangat menjaga diri masing-masing dari hal yang membahayakan,
Hubungan kedua nya sangat sehat selama ini,meskipun keduanya sering berjalan berdua,namun mereka bisa menjaga diri mereka masing-masing,
"Yasudah yang,kamu ikut bersama ibumu,kita bisa pergi berdua lain waktu"
Ucap Nico pada Malika mengalah,
"Baiklah,maafkan ibuku ya co?"
Malika meminta maaf pada Nico atas tingkah ibunya yang sedikit dingin kepadanya,
Malika pun pulang naik taksi bersama ibunya,
Suasana sangat hening didalam mobil,Bu Arum tidak bicara sepatah kata pun kepada Malika,dan itu sangat membuat Malika tidak nyaman,
"Oh ya Bu,kita nyekar ke makam bapak yuk?"
Malika coba mencairkan suasana dengan mengajak ibunya untuk nyekar ke makam alm.ayahnya (pak Broto).
dengan senyum kecilnya Bu Arum pun menyetujui permintaan Malika,
Bu Arum pun meminta supir taksi untuk membawa mereka ke TPU mawar tak terlalu jauh dari rumahnya,
"Andai bapak masih ada Bu?"
Ucap Malika pada ibunya,
"Jika bapakmu masih ada,mungkin dia akan lebih bangga dari ibu kepadamu,karena berkat kerja kerasnyat anak gadisnya berhasil lulus dengan nilai tertinggi hari ini,"
Bu Arum kembali memeluk Malika dari samping,dan menyenderkan kepala Malika di pundaknya,
"Ia ya Bu,"
Malika pun tersenyum,
Suasana pun sudah mulai hangat,karena penasaran Malika pum memberanikan diri untuk bertanya kepada ibunya,
"Oh ya Bu,Malika ingin bertanya,mengapa sikap ibu tadi dingin sekali kepada Nico,apa dia berbuat salah pada ibu?"
Tanya Malika sedikit ragu,
"Sudah ibu duga,kamu pasti akan bertanya seperti itu,Nico tidak berbuat salah pada ibu,hanya saja ibu takut kehilanganmu nak"
Jawab Bu Arum membuat Malika sedih,
"Mengapa ibu berbicara seperti itu,Malika tidak akan pergi kemana-mana kok,Malika juga akan mencari kerja di daerah sini saja,ada banyak kantor sekitaran Bandung sini yang menawari Malika dengan jabatan yang lumayan Bu"
Jawab Malika dengan polosnya,
"Bukan itu maksud ibu nak,ibu hanya takut terjadi sesuatu pada kamu,hubungan kamu dengan Nico sudah terlalu lama,kalian juga sudah sangat terlalu dekat,bahkan sebagian tetangga kita mengira kalian sudah menikah,ibu sangat tidak enak sekali nak,ibu sangat takut kamu akan pergi meninggalkan ibu dan memilih Nico"
Lanjut Bu Arum,
"Ibu jangan bicara seperti itu,Malik tidak akan pernah sekalipun meninggalkan ibu"
Jawab Malika kembali memeluk ibunya dan mengusap air mata yang sedikit menetes di mata ibunya,
Sebenarnya sebelum pergi wisuda Malika,Bu Arum sempat di datangi tetangga-tetangga nya yang risih akan hubungan Malika dan Nico yang sudah terlalu dekat
"Hai Bu Arum,Malika sudah menikah ya dengan Nico,kok mereka selalu berdua saja,hati-hati loh Bu,nanti kecelakaan Malika,yang malu ibu juga"
Ucap Bu Ratna salah satu tetangganya yang selalu nyinyir dan biang gosip,di sekitar rumah mereka
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!