NovelToon NovelToon

Perjaka Untuk Janda

Mana mungkin

"Malam ini aku menceraikan mu, Lyra....!!!" Dony mengucapkan nya dengan sangat sadar.

Mendengar penuturan dari suaminya, sontak membuat kedua bola mata Lyra memerah. Bagaikan petir disiang hari, saat mendengar suaminya menceraikan hanya karena dia meminta haknya sebagai istri.

Ada apa ini? Apa sebenarnya yang terjadi? Apakah dia mengetahui hubungan ku dengan Zul, yang selama ini tertutup rapi. Kenapa malam ini justru Dony lah yang meminta berpisah darinya. Apa salah ku?

Mendengar kata cerai dari bibir Dony, Lyra terduduk di kursi meja makan, tubuhnya seketika lunglai. Apa yang dia lakukan selama ini untuk keluarga tidak berarti apa-apa bagi Dony.

Lyra menatap lekat kearah Dony yang masih berdiri dihadapannya, dan bertanya, "Ada apa sebenarnya, Don? Apa yang terjadi? Setelah dua tahun kamu tidak menyentuhku, sekarang justru kamu menceraikan aku? Bisa jelaskan ada apa dengan rumah tangga kita? Apa kamu tidak kasihan dengan Kesy?"

Dony menatap nanar mata Lyra, dia berucap dengan sangat mudahnya, "Dengar Lyra, kamu tahu keluargaku tidak menyukai dirimu! Bagi mereka kamu terlalu glamor, terlalu banyak rahasia, bahkan kamu terlalu luas dalam bergaul! Aku tidak menyukainya."

Lyra benar-benar tidak percaya atas ucapan Dony, wajahnya seketika memerah, dia menjawab dengan perasaan penuh amarah, "Apa....!? Keluarga!? Kamu tahu aku dari dulu terlalu banyak teman, bahkan aku sangat mencintaimu, Don! Kenapa tiba-tiba kita berpisah, hanya karena aku meminta hak, ku! Siapa yang salah sebenarnya? Aku apa kamu!? Coba kamu kasih tahu!! Aku tidak peduli dengan keluarga, tapi kenapa setelah dua tahun kamu tidak menyentuhku, baru sekarang kamu menceraikan aku!!" teriaknya menggeram.

Dony hanya tersenyum tipis, "Aku akan mengajukan gugatan cerai! Dan aku tidak peduli denganmu!" ucapnya, membuat Lyra semakin terpuruk.

"Aaaagh....!!!" Lyra merasakan sesak di dada. Bahkan semakin menyakitkan, tidak menyangka pengorbanannya selama delapan tahun pernikahan mereka harus berakhir tragis.

.

Suara klakson mobil Lyra tiba di kediamannya, saat memasuki carport perumahan. Menatap putri kecil tengah menanti sang Mama kembali dari aktifitas sebagai seorang wanita karir di sebuah instansi.

Mata Lyra tertuju pada mata tetangga, yang tenga mengintip dari jendela kamar dan menutup gorden kamar pelan. Dia sedikit mendongakkan kepalanya, saat mata bertemu dengan mata sang suami.

Langkah Lyra terhenti saat hendak menutup pagar, berfikir sejenak bergumam dalam hati, "Seperti ada Dony disana. Aaagh, salah lihat kali! Mana mungkin Dony di rumah tetangga. Dia kan masih ada di toko."

Lyra melangkah mendekati sang putri yang berusia tujuh tahun, sejak tadi menanti di depan pintu masuk kediamannya.

Kesy menjauh, saat Lyra semakin mendekat karena perasaan kesal dan merungut. "Aaaagh.... Kesy kesal sama Mama, tadi siang enggak jemput aku!" 

Lyra meletakkan tas kerja diatas meja, mendekati putri kesayangan, merasa bersalah karena tidak memiliki waktu untuk sang putri hari ini. "Maafkan Mama yah sayang."  

Kesy malah masih merungut, karena dia hanya sendirian berada dirumah, yang tidak begitu besar.

Lyra berfikir sejenak, melihat rumah yang sangat sepi, kembali bertanya pada putrinya. "Papa dimana?"

Kesy hanya kembali duduk didepan televisi, tanpa menghiraukan pertanyaan Lyra.

Lyra yang sangat memahami bagaimana sikap putri kesayangan, tidak ingin melanjutkan ceritanya dengan Kesy, dia memilih  masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri. 

Lyra melakukan ritual seperti biasa setelah kembali dari aktifitas setiap hari. Bagi dia melakukan tugas sebagai wanita karir sekaligus istri dan ibu, merupakan satu kebanggaan tersendiri baginya.

Saat Lyra tengah asik mengeringkan rambutnya yang basah, handphone miliknya kembali berdering.

Mata Lyra tertuju pada layar handphone, tertulis nama Zul disana, secepat kilat Lyra menggeser lambang hijau, menyalakan speaker.

["Hmm, halo!"]

["Lagi apa? Udah dirumah?"]

Lyra tertawa kecil, mendengar pertanyaan sahabat barunya, Zul.

["Ya, baru selesai mandi. Kamu lagi dimana? Udah beres kerjaannya?"]

Pertanyaan Lyra membuat Zul di seberang sana semakin senang menggoda wanita bersuami yang sangat ceria sore itu.

Lyra, wanita dewasa berusia 32 tahun yang telah memiliki suami dan putri berusia tujuh tahun. Dia bekerja di sebuah instansi pemerintah di daerahnya.

Suami Lyra yang bernama Dony, berusia 40 tahun, memiliki toko sparepart mesin yang dia rintis sejak menikah dengan Lyra.

Hubungan mereka tidak baik-baik saja. Mereka memilih bersama hanya untuk seorang putri cantik kesayangannya,  Kesy.  

Lyra, begitu menikmati godaannya saat bersama Zul melalui telpon. Lebih dari satu jam, mereka menghabiskan waktu bersama melalui panggilan telepon. Mendengar suara pria muda diseberang sana membuat Lyra menjadi salah tingkah.

["Aaagh, Zul! Kenapa aku jadi pengen seeh."]

Lyra memainkan kakinya saat mereka masih saling menggoda.

["Kamu enak kalau lagi pengen ada suami! Aku bagaimana?"]

Mereka tertawa terbahak-bahak. Lyra benar-benar hanyut dan masuk dalam godaan pemuda seperti Zul.

Kedua telinga Lyra mendengar suara pagar rumahnya terbuka, dia mengintip sedikit dari balik gorden kamar, melihat Dony sudah kembali.

["Zul, suami ku pulang. Kita lanjutkan besok lagi yah. Bye Zul."]

Lyra bergegas memperbaiki piyama satin yang dia kenakan, beranjak keluar dari kamar untuk menemui sang suami.

Kesy menyambut kedatangan Dony yang tampak bahagia, memeluk erat tubuh sang Papa.

Lyra hanya bisa menahan perasaannya saat melihat Dony, yang tampak jelas disebelah rumah sore tadi. Dia bergumam dalam hati, "Apa benar Dony ada di rumah tetangga?"

Lyra melakukan tugasnya sebagai istri, mempersiapkan makan malam keluarga kecilnya. Dia memiliki hasrat seksual yang tinggi dan produktif untuk wanita seusianya. Dia hanya tersenyum tipis melihat suami tercinta mendekatinya.

Dony bertanya hanya sekedar saja, "Tadi siang aku nggak bisa menjemput Kesy. Besok kamu saja yang mengantarkannya ke sekolah,  karena pagi aku harus ke toko."

Lyra mengangguk setuju, baginya tidak ingin berdebat panjang dengan sang suami.

Setelah melakukan makan malam, Lyra menemani Kesy di kamarnya, membacakan cerita dongeng seperti malam biasanya, namun dia kembali teringat cerita tadi sore bersama Zul. Pria muda yang dia kenal lewat salah sambung.

Dony membuka pintu kamar putrinya, pikiran Lyra suaminya akan mengajak berkencan menghabiskan malam bersama seperti layaknya suami istri.

Lyra melangkah keluar menyusul Dony yang kembali menutup pintu kamar Kesy. Dengan wajah menggoda dan memohon Lyra mendekati Dony, memeluk tubuh sispack suaminya dari belakang.

Namun, apa yang terjadi? Dony melepaskan tangan Lyra yang melilit di pinggang pria tersebut, membuat dirinya sebagai istri sedikit merasa tidak nyaman.

Lyra menatap wajah Dony, dia berkata, "Ada apa siih? Sudah dua tahun kamu mengacuhkan aku sebagai istri. Ini rumah tangga atau rumah duka? Aku hanya meminta hak ku sebagai istri, Don! Aku butuh..."

Dony mengelak, wajahnya semakin terlihat mengeras dan kesal. Dia menoleh kearah Lyra, menatap mata Lyra dengan penuh perasaan benci.

Wanita mana yang mau mendengarkan kata talak, di malam yang dia anggap menjadi malam terindah.

Terdengar suara bantingan pintu utama yang mengarah dari arah depan.

Dony meninggalkan kediaman mereka, meninggalkan Lyra yang masih terduduk menangis di meja makan.

Lyra benar-benar tidak menyangka, malam ini menjadi malam terakhirnya bersama sang suami.

Lyra menggeram, "Don, aku akan membalas semua perlakuan mu. Aku tidak peduli dengan semuanya. Bagiku hanya Kesy belahan jiwaku! Kamu akan menyesal! Kamu akan menyesal telah menceraikan aku!!!" 

Lyra semakin hancur dan frustasi. Apa yang harus dia katakan pada kedua orang tuanya? Apa penyebab Dony justru menceraikan dia? Ini merupakan kejutan luar biasa bagi keluarga besar jika mengetahui perceraian mereka.

_________

Pesan Author Pemes untuk para reader.

Terimakasih atas kunjungannya....

Kali ini saya sebagai author akan memberikan give pada pecinta Perjaka untuk Janda...

Silahkan untuk meninggalkan vote dan hadiah terbaik mu.

Dua minggu lagi author akan mengirimkan paket internet untuk para reader yang selalu setia, berdasarkan top fans... 1, 2 dan 3.

Berlaku dari tanggal 5 Agustus 2022 sampai dengan 30 Agustus 2022. Cemungut....🎉👍💪🌹

Salam Author Pemes

Tya Calysta...

Hanya bisa diam

Setelah mendengar ucapan talak dari Dony malam itu, Lyra terlelap dikamar dalam kesendiriannya. Air mata yang enggan mengering masih menyisakan rasa sakit yang teramat sangat.

Lyra merupakan wanita yang kuat dalam menghadapi apapun. Namun, kali ini dia seperti lemah karena tidak menyangka akan diperlakukan seperti itu oleh Dony.

Suami yang menurut pandangannya menjadi sosok pria yang pantas menjadi pendamping hingga usia senja, namun sangat tega memperlakukannya dengan sangat buruk.

Deringan telpon milik Lyra kembali berbunyi, wajah sembab mengacuhkan perhatiannya, agar menerima telpon yang berdering berkali-kali.

Lyra hanya melihat nama dilayar handphone, menuliskan nama pria berinisial Zul.

"Aaaagh.... maafkan aku, Zul! Lebih baik kita tidak usah komunikasi dulu," bisiknya dalam hati.

Lyra melihat jam dinding yang berdetak di dinding kamar, menunjukkan waktu sudah memasuki subuh. Dia mengintip sedikit kearah carport, terlihat mobil Dony terparkir disana.

Lyra menaikkan kedua alisnya, bergumam dalam hati, "Tidur dimana Pak tua itu? Bukankah tadi malam dia pergi meninggalkan aku?"

Lyra membersihkan dirinya, melakukan ritual sebagai umat beragama Islam sebelum membangunkan Kesy untuk beraktivitas seperti biasa.

Lyra membuka pintu kamar, menuju kamar putri kesayangan yang berada disebelah kamarnya. Dia membuka pintu kamar perlahan, melihat wajah Dony yang tengah memeluk tubuh putri semata wayang mereka.

Lyra mengusap lembut tubuh mungil Kesy, tanpa menghiraukan Dony yang terjaga karena mendengar suaranya.

"Bangun, Nak. Sudah pagi. Nanti kamu terlambat berangkat sekolah. Oya, pagi ini kita sarapan diluar saja yah?" ajaknya menatap mata Kesy yang sudah membesar.

Perlahan Kesy meringkuk dipangkuan Lyra, mengendus perut sang Mama yang tampak sangat tenang.

Kesy mengangguk, bergegas turun dari ranjang, meninggalkan kamar menuju kamar mandi, melakukan ritualnya.

Sementara Lyra masih mempersiapkan pakaian sekolah Kesy didalam kamar, tanpa menghiraukan Dony yang masih terlelap tanpa menggangu pria yang tidak memiliki perasaan menurutnya.

Setelah mempersiapkan semua kebutuhan putrinya, Lyra bergegas membuatkan roti bakar untuk bekal Kesy selama disekolah.

Kesy yang baru menduduki bangku sekolah dasar, mematuhi semua perintah Lyra.

Lyra memasukkan bekal Kesy kedalam box lunch, menyediakan semua kebutuhan putri kesayangan didalam tas sekolah.

Selesai mempersiapkan semua kebutuhan Kesy, Lyra kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap mengantarkan putri kesayangan ke sekolah, sambil berangkat ke kantornya.

Lyra duduk dipinggir ranjang, melihat handphone yang selalu berdering. Dia tidak ingin siapapun mengetahui tentang hatinya saat ini.

Lyra menatap wajah Zul yang tampak lebih muda dari pikirannya. Foto yang pernah dikirim oleh pria muda sangat sederhana tersebut beberapa waktu lalu, tampak seperti sosok pria yang baik, sorotan mata teduh, bahkan sangat sopan.

Dia kembali mengalihkan pikirannya, mengusap lembut wajah cantik itu, menanti drama selanjutnya yang akan ditorehkan Dony padanya.

Lyra keluar dari kamar, melihat Kesy yang tampak rapi tenga mengenakan sepatu sekolah berwarna hitam.

Kesy berdiri dihadapan Lyra, kembali bertanya, "Ma, sudah rapi belum? Rambut ku tidak usah diikat yah."

Lyra mengangguk setuju, dia menyentuh kepala Kesy menuju carport untuk memanaskan mesin mobil sebelum berangkat.

Mata Lyra tertuju pada sosok wanita oriental yang tampak bahagia melirik kearahnya. Sesekali ingin sekali dia menanyakan pada wanita aneh menurutnya, yang tampak seperti menyindir setiap hari dari nyanyian.

"Aaaagh.... wanita aneh! Aku tidak mengenalnya, tapi seolah-olah dia mengenal ku! Apa maksudnya nyanyi begitu. Tahu apa dia tentang aku," gerutu Lyra.

Lyra yang sejak tadi menunggu Dony, agar mengeluarkan mobilnya lebih dulu, namun tidak ada pergerakan dari laki-laki tersebut.

Lyra memanggil putrinya, agar segera membangunkan Dony untuk mengeluarkan mobil, karena menghambat jalan keluar kendaraan yang berada tepat di belakang mobil miliknya.

Kesy justru tengah sibuk melilitkan tangannya ditubuh Dony yang masih enggan beranjak dari ranjang, tentu pemandangan itu membuat Lyra naik pitam.

Lyra mendekati Dony yang masih bermalas-malasan di kamar putrinya, hanya berkata sedikit, "Tolong mobilmu keluarkan segera! Aku sudah terlambat."

Lyra berlalu tanpa menghiraukan jawaban dari Dony. Wajah datar yang dia tunjuk kan pada pria yang tidak tahu diri itu, semakin membuat dia berfikir untuk tidak ingin melanjutkan pernikahan mereka.

"Kalau bukan karena Kesy, aku tidak ingin hidup serumah denganmu! Fungsi mu juga tidak ada dirumah ku. Dasar laki-laki tidak berguna," Lyra berbicara sendiri menunggu Dony.

Beberapa kali dia menyalakan klakson mobil, agar Dony keluar dari kediamannya.

Saat melihat Dony dengan wajah bantal yang masih mengusap dan menguap, membuat Lyra semakin menekan klaksonnya.

Lyra berteriak, menggeram, "Heii.... bisakah bergerak lebih cepat? Sudahlah kamu tidak mau mengantarkan Kesy berangkat sekolah, mengeluarkan mobil saja kamu tidak mau!"

Dony yang mendengar suara Lyra, hanya mendengus kesal, sesekali menoleh kearah rumah tetangga.

Lyra yang memiliki insting sebagai seorang wanita, dapat melihat bagaimana suaminya memandang kearah wanita lain, dia tersenyum sinis, "Bermainlah, Don! Sepuas hatimu, karena kamu akan menyesali semua perbuatan mu!" bisiknya dalam hati.

Kesy memasuki mobil Lyra, menanti kehadiran Dony untuk bersalaman dengan sang Papa. Namun, apa yang di pikirkan Kesy sangat berbeda dengan perlakuan sang Mama.

Lyra yang memperhati kan pergerakan mobil Dony dari balik spion tengah, melihat mobil suaminya sudah keluar dari pekarangan, dia menekan pedal gas melajukan kendaraannya tanpa berpamitan dengan Dony.

Kesy yang melihat kejadian tersebut, bertanya pada Lyra, "Ma, Kesy belum salaman sama Papa. Kok, Mama malah langsung berangkat? Nanti Papa marah sama Kesy!"

Lyra tidak menghiraukan ucapan sang putri kesayangan, baginya pertanyaan Kesy tidak ingin dia jawab. Kali ini hanya dia yang dapat merasakan apa yang dilakukan Dony padanya, sehingga tidak perlu menjelaskan pada putri cantik mereka apa yang terjadi di rumah tangga tampak seperti di surga namun neraka yang tersedia.

Handphone Lyra kembali berbunyi, wajahnya mengarah pada layar yang tertulis nama Dony.

Lyra tidak ingin mengangkat panggilan telepon dari Dony yang dengan tega menalaknya karena alasan yang tidak jelas.

Lyra hanya berbisik dalam hati, "Bagaimana rasanya jika kamu tidak dihargai, Don! Dua tahun itu bukan waktu yang sebentar. Kamu pikir aku bisa memaaf kan mu. Aku tunggu gugatan cerai mu di Pengadilan Agama! Akan aku buka disana sikapmu. Dasar laki-laki tidak ada otak. Masih syukur aku mau membantu mu. Setelah dibantu malah kamu seperti ini padaku."

"Emang manusia itu tidak dapat dipercaya, sudah diberi modal malah buat kelakuan yang aneh-aneh. Apa salah aku, Don!" tambah Lyra menambah laju kendaraannya agar segera tiba disekolah Kesy.

Mobil Lyra terparkir dihalaman sekolah Kesy, dengan hati-hati dia membantu putri kesayangannya untuk turun dari kendaraan.

Namun, pemandangan yang tidak biasa sangat mengejutkan bagi Lyra.

"Selamat pagi Lyra....!!!"

Suara wanita yang tidak asing ditelinga Lyra mengejutkan nya saat tengah berada di depan pintu gerbang sekolah Kesy.

Lyra menatap lekat wajah adik iparnya yang sangat menjijikkan, "Riche....!? Ngapain kamu menyusul ku kesekolah Kesy?"

Pertanyaan Lyra membuat Riche tersenyum tipis, "Ternyata kamu sudah diceraikan oleh Dony, bukan!?"

Kesy yang sudah mengerti dengan dunia rumah tangga karena selalu mendengar kalimat cerai dari televisi, memeluk Lyra dengan sangat erat.

"Mama.....!!" tangis Kesy dalam pelukan Lyra.

Mendengar ucapan dari mulut iparnya, yang menggoncang kejiwaan Kesy, membuat Lyra bergegas menembus pintu gerbang untuk segera melindungi putrinya yang tidak mengetahui apa-apa. Dia hanya bisa diam dan kembali mengalah, demi menjaga harga dirinya sebagai wanita.

Namun, ucapan pedas Riche yang tidak disangka-sangka oleh Lyra, semakin membabi buta keluar dari bibir judes iparnya tersebut.

Hinaan dari ipar

Riche berteriak saat melihat Lyra membawa Kesy memasuki gerbang sekolah. Wanita berparas kurus, berambut panjang, kulit sawo itu tampak seperti siap menerkam Lyra.

Usia Riche terbilang muda, namun tidak untuk wajahnya yang terlihat tua. Kehidupan pribadi yang buruk dari Lyra, membuat keluarga Dony sangat iri pada kesuksesan iparnya.

"Hei, wanita jallang yang tidak tahu diri! Kamu itu sudah di ceraikan oleh Abang ku, jadi jangan berharap akan mendapatkan harta warisan dari keluarga kami!! Dasar wanita miskin tidak tahu diri. Gaya saja banyak, hidup glamor, tapi tidak sesuai dengan kenyataan!" ucap Riche lantang.

Tentu perkataan iparnya itu, membuat Lyra semakin menutup kedua telinga Kesy. Dia berbisik pada putri kesayangan, "Jangan didengar, Nak! Dia itu wanita gila, jalan terus! Kita cari wali kelas kamu!"

Penjaga sekolah menghalangi Riche agar tidak memasuki pekarangan, karena dapat menggangu kenyamanan siswa yang tenga memasuki pekarangan sekolah.

Semua mata tertuju pada Lyra dan Kesy, keduanya bergegas menuju ruang guru yang berada di sudut koridor sekolah.

Sementara, Riche masih mengumpat didepan gerbang utama tanpa perasaan malu dihadapan para guru dan siswa yang memasuki pekarangan sekolah.

Lyra menahan rasa sesak dihati. Rahang menggeram, bahkan wajah cantiknya tampak merah padam menahan rasa malu di perlakukan seperti wanita yang tidak memiliki harga diri.

Melihat Lyra berjalan dengan tergesa-gesa mencari wali kelas Kesy, Kepala sekolah yang menyaksikan kejadian didepan pagar, memanggil Lyra.

"Maaf, Mama Kesy! Bisa kita bicara sebentar?" sapa Kepala sekolah.

Lyra yang terlihat panik, berusaha tenang menoleh kesamping mencari suara yang memanggil nama putrinya.

Lyra menoleh, mendekati Kepala sekolah bernama Tuti tenga membuka pintu ruangan, mempersilahkan wali murid siswanya masuk ruangan.

Kepala sekolah swasta, terlihat sangat cantik dengan rok panjang berwarna hitam di balut blazer, memberikan tangan kanannya pada Lyra.

"Silahkan Mama!" Kepala sekolah mempersilahkan Lyra duduk di kursi yang tersedia.

Lyra benar-benar malu, berkali-kali dia menelan ludah. Berusaha tersenyum walau hatinya terasa sangat sakit karena perlakuan iparnya yang tidak punya perasaan.

Kepala sekolah, meminta siswanya agar masuk kelas, "Kesy, silahkan tinggalkan ruangan Ibu. Kelas sudah dimulai."

Kesy mendengar perintah dari Kepala sekolah, menoleh kearah wanita kuat yang selalu tersenyum jika bersamanya.

Tangan mungil selalu menguatkan sang Mama, kembali menatap pada Lyra, "Ma, aku ke kelas dulu yah?" izinnya.

Lyra mengangguk tersenyum, jika Kesy masih berada di ruangan kepala sekolah akan mendengarkan semua pertikaian keluarga yang sudah merebak kesekolah putrinya.

Lyra membatin dalam hati, "Kenapa anak seusia Kesy harus mendengar hinaan seperti itu? Awas kamu tua bangka! Aku akan membuat perhitungan denganmu!" geramnya.

Wajah cantik seketika kaku, menanti Ibu Tuti membuka pembicaraan mengenai kejadian di gerbang sekolah.

Namun, Tuti sama sekali tidak membahas mengenai kejadian di gerbang sekolah, dia justru menghubungi wali kelas Kesy melalui intercom agar datang ke ruangannya.

Tak selang berapa lama kemudian, wali kelas Kesy muncul dihadapan Lyra dan duduk disampingnya dengan sangat ramah.

"Selamat pagi Mama Kesy! Apa kabar?" sapa Bu Berty mengulurkan tangannya.

Lyra menyambut tangan Berty selaku wali kelas putrinya, berusaha menyambut dengan ramah. Dia kembali fokus pada Kepala sekolah yang berada di hadapannya.

Tuti menatap Berty dan Lyra bergantian, tampak dia tengah membolak-balik halaman buku panjang dan tebal dihadapannya.

"Mama Kesy, sebelumnya saya mohon maaf. Apakah Mama Kesy mengalami krisis secara finansial?" tanya Tuti dengan sangat sopan.

Lyra menautkan kedua alisnya, tampak kebingungan, balik bertanya dengan wajah bingung, "Maksudnya, Bu?"

Berty selaku wali kelas Kesy menoleh kearah Lyra, kembali menjelaskan, "Begini Mama Kesy, uang sekolah putri Mama, sudah tiga bulan menunggak, dan tagihan buku paket juga belum dibayar. Makanya Ibu Kepala bertanya seperti ini, karena selama Kesy sekolah disini, tidak pernah menunggak. Kali ini semua menunggak, Mama."

Lyra seperti terkena serangan jantung mendadak, wajahnya semakin menunduk malu, air mata yang sejak tadi akan keluar kembali tertahan.

Siapa yang jahat sebenarnya? Siapa yang super tega pada anak sendiri? Kepala Lyra berusaha mengingat saat awal bulan selalu memberi uang pada Dony untuk membayar SPP dan buku paket yang sudah menjadi kewajiban baginya karena sekolah swasta tempat putrinya menimba ilmu.

Tentu saja, Dony tidak pernah mau mengantarkan Kesy kesekolah. Inilah pemicu bagi laki-laki yang kini sudah berstatus mantan. Benar-benar sangat memalukan. Lyra kembali mengingat semua kejadian aneh yang membuat suaminya berubah selama ini.

Lyra berucap dengan tenang, "Hmm, baik Bu. Kirimkan saja nomor rekening sekolah. Saat ini juga akan saya lunasi."

Lyra mengeluarkan handphone miliknya, mencari M-banking yang telah terdaftar. Jemari tangannya tampak masih bergetar menahan perasaan emosi, karena menahan diri dari hinaan iparnya sendiri.

Ibu Tuti menyodorkan sebuah buku, yang sudah tertulis nomor rekening sekolah.

Tidak menunggu lama, nominal yang cukup besar sudah terkirim otomatis ke rekening sekolah.

Lyra tersenyum tipis, kembali berkata, "Maaf Ibu, dari hari ini hingga selamanya, yang menjemput Kesy adalah saya. Jika saya terlambat, tolong jangan hubungi Papa-nya Kesy, tapi tunggu saya saja," tegasnya.

Kedua guru yang sangat memahami bagaimana perasaan Lyra, cukup mengangguk, "Baik Mama."

Hanya ucapan itu yang keluar dari bibir guru sekolah putrinya, membuat Lyra dapat bernafas lega.

Lyra berpamitan, melihat jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan kanan, membuat dia harus segera meninggalkan sekolah. Kesibukannya sebagai wanita karir juga dapat dipahami oleh pihak sekolah.

Dengan langkah secepat kilat, Lyra berjalan menuju parkiran mobil tanpa mencari keberadaan iparnya yang tidak tampak disana.

Lyra memasuki setir kemudi, meremas stir dengan sangat kencang, kembali berteriak sekeras-kerasnya. Air mata yang tadi terbendung kini pecah untuk meluapkan perasaan sakit yang teramat sangat.

Kok, ada keluarga yang tega seperti itu? Ini sekolah anaknya lho...!! Jika memang Lyra memiliki kesalahan, rasanya bisa diomongkan secara baik. Perlakuan memalukan ini membuat dia semakin terpuruk bahkan sangat meratapi nasib pernikahannya.

Lyra meninggalkan sekolah ternama dikota itu, menuju kantornya. Membeli sedikit sarapan melewati drive thru disalah satu restoran.

Wajah Lyra masih terlihat sembab, bahkan semakin tampak melelahkan. Beberapa panggilan telepon dari Zul, namun Lyra sama sekali tidak mengacuhkan. Pesan yang dikirim oleh Zul melalui pesan whatsApp juga tidak ditanggapi wanita dewasa itu.

"Maafkan aku, Zul!" ucap Lyra, mengusap wajah cantiknya dengan perasaan sesal.

Mobil terparkir di sebuah instansi pemerintah. Lyra mengambil tas dan bingkisan yang dia beli tadi, keluar dari mobil dengan nafas tertahan. Walau wajahnya berusaha tersenyum, namun hatinya masih belum bisa menerima perlakuan keluarga Dony yang sangat menyakitinya.

"Jika memang mereka membenci ku! Boleh mereka menghina, tapi tidak dihadapan putriku!" bisik Lyra, melangkah menuju ruangan kerjanya.

Saat hati mulai membaik, ternyata dia mesti dihadapkan dengan wajah Pak tua yang sangat menjijikkan itu hadir diruangan Lyra, "Dony, ngapain kamu ke kantorku!?" bentaknya dengan lantang.

Dony menoleh kearah Lyra, menatap lekat wajah istri yang sudah dia talak tadi malam, "Ooogh, syukurlah kamu sudah masuk kantor. Aku kesini mau meminta uang untuk mendaftarkan gugatan cerai....!!"

Mendengar penuturan suami yang sudah menjadi mantan, membuat Lyra semakin tidak habis pikir, ada laki-laki yang diciptakan Tuhan seperti Dony.... Laki-laki yang tidak memiliki perasaan malu, apalagi harga diri.

Sudah dia yang menceraikan, dia pula yang tidak memiliki biaya untuk menggugat di Pengadilan Agama.

"Ooogh, Tuhan.... kenapa aku menikah dengan pria yang tidak memiliki otak ini!!!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!