NovelToon NovelToon

Wanita Pengganti

Awal Mula

Axela membuka kedua matanya ketika guyuran air dingin membasahi sekujur tubuhnya. Wanita itu segera duduk di tepian ranjang dan memandang kaget dua wanita yang kini berdiri di hadapannya. Perlahan ia membersihkan air yang berkumpul di wajahnya sebelum mengeluarkan kata.

"Ada apa, Nona?" Suaranya masih serak karena dia baru saja bangun tidur.

"Ada apa kau bilang? Tidak ada sarapan di meja dan sekarang kau tanya ada apa?" ketus salah satu wanita yang biasa di panggil Youra.

"Wanita pemalas sepertimu harus di beri pelajaran," timpal wanita satunya lagi yang bernama Luisa. Dengan cepat ia menjambak rambut basah Axela hingga membuat wanita itu terjatuh di lantai. Kedua lututnya terbentur lantai dengan sangat keras.

Axela hanya diam. Ia mengepal kedua tangannya dengan tatapan dendam. Namun, dengan cepat ia menunduk agar sorot matanya yang tajam itu tidak terlihat. "Maaf," ucapnya tanpa memandang. "Saya tadi malam tidur jam tiga pagi," jelasnya berharap dua wanita yang ada di dekatnya paham.

"Sekarang cepat bangun! Buat sarapan karena kami sudah lapar," perintah Youra.

"Jangan pake lama!" timpal Luisa

Dua wanita itu pergi begitu saja setelah puas menyiksa Axela. Mereka terlihat sangat angkuh dan sombong. Seolah-olah mereka yang paling hebat.

Axela berdiri dan merapikan rambutnya yang berantakan. Wanita itu melihat pantulan dirinya sendiri di cermin yang ada di depannya. Ada senyum kecil di sudut bibirnya. Cacian maki semua orang pasti akan dia balas. Bahkan berkali-kali lipat.

"Alsha, apa seperti ini cara mereka memperlakukanmu? Apa semua penyiksaan ini yang membuatmu menderita dan memutuskan bunuh diri?" gumam Axela di dalam hati.

Alsha adalah wanita berusia 21 tahun yang terlahir dari keluarga kaya raya. Kedua orang tuanya sangat disegani di kota itu. Namun sayang, setelah ibunya meninggal karena kecelakaan, hidup Alsha menjadi berubah 180 derajat. Ayahnya menikah lagi dan tidak lama setelah itu dia juga ikut pergi meninggalkan Alsha.

Alsha yang dulunya diperlakukan layaknya seorang putri sekarang diperlukan seperti seorang pembantu. Semua harta yang dimiliki kedua orang tuanya harus jatuh ke tangan sang ibu tiri. Bukan hanya kehilangan kasih sayang, bahkan Alsha juga kehilangan ketenangan hidupnya.

Hingga akhirnya Alsha memutuskan untuk bunuh diri. Namun, sebelum memutuskan bunuh diri Alsha meminta Axela yang tidak lain adalah sahabatnya sejak kecil untuk merebut kembali harta kedua orangtuanya. Bukan hanya itu saja. Alsha juga sempat berpesan agar Axela mau membalaskan perbuatan semua orang yang sudah menyakitinya.

Axela tidak bisa menolak permintaan Alsha. Secara tidak sengaja, Alsha pernah mendonorkan darahnya untuk Axel ketika dia mengalami kecelakaan dua tahun yang lalu. Ini waktunya bagi Axela untuk membalas kebaikan Alsha. Dia berharap dengan memberi pelajaran kepada semua orang yang sudah pernah menyakiti Alsha, akan membuatnya tenang di alam sana.

Melalui buku diary milik Alsha yang dia temukan di dalam laci, Axela mulai memahami bagaimana kehidupan Axela selama ini. Gadis pemakai kaca mata dan memiliki tompel di pipi kirinya itu memang merupakan gadis yang sangat polos. Rasanya Axela masih tidak rela jika sahabatnya itu harus pergi karena bunuh diri.

Suara deringan ponsel membuat Axela tersadar dari lamunannya. Ia mengambil ponsel jadul milik Alsha yang tergeletak di atas meja dan mengangkat panggilan masuk tersebut.

"Halo," ucapnya dengan nada pelan. Sambil menunggu jawaban dari lawan bicara di dalam telepon, Axela mengambil pensil alis untuk menghitamkan tompel yang sempat memudar karena terkena air.

"Alsha, apa kau baik-baik saja? Aku ingin bicara."

Suara seorang pria yang sangat asing di telinga Axela membuatnya mengeryitkan dahi. Rasanya kalau dia bertanya ini siapa mungkin dia akan ketahuan kalau bukan Alsha yang asli.

"Maaf, nomor semua orang terhapus. Saya tidak tahu ini nomor siapa," jawab Axela.

"Aku Deon. Alsha, kita baru saja putus dan kau sudah lupa dengan suaraku?"

Axela tersenyum. Sebenarnya salah satu orang yang menjadi target balas dendam Axela adalah Deon. Pacar Alsha yang sudah ia pacari selama bertahun-tahun yang akhirnya memutuskan selingkuh bersama dengan salah satu saudara tirinya yang bernama Youra.

"Untuk apa kita bicara? Bukankah di antara kita sudah tidak ada hubungan apapun lagi?"

"Alsha, aku ingin bilang-"

Suara pintu terbuka membuat Axela mengalihkan pandangannya. Seorang wanita paruh baya dengan penampilan layaknya wanita sosialita kini berjalan mendekati Axela. Secara perlahan Axela menurunkan ponselnya dan memutuskan panggilan telepon tersebut secara sepihak.

"Alsha! Apa kau tuli? Bukankah tadi Youra dan Luisa sudah memintamu untuk buat sarapan pagi. Kenapa sekarang kau masih berdiri di sini seperti orang bego? Ternyata kau bukan hanya bodoh, tetapi kau sangat lambat dalam bekerja!" ketus wanita paruh baya tersebut.

"Maaf," ucap Axela dengan kepala menunduk. Sebenarnya ingin sekali dia melayangkan tamparan keras di bibir wanita tersebut. Namun, rencana yang ia susun masih ada di awal. Axela tidak mau sampai gagal sebelum bertarung.

"Maaf!" Wanita itu mendekat. Seperti apa yang di lakukan kedua putrinya. Kini wanita itu juga ingin menyiksa Axela dengan cara menarik rambut Axela dan mendorong tubuhnya dengan kasar.

Kepala Axela harus terbentur ujung lemari dan terluka. Rasanya memang sangat perih. Namun, bagi wanita jagoan seperti Axela, luka seperti itu sama sekali tidak ada rasanya. Tetapi, ia sangat sedih ketika membayangkan Alsha yang selama ini merasakannya.

"Kau memang wanita tidak berguna! Jika dalam 10 menit kau belum meletakkan sarapan pagi di meja. Aku akan membuatmu menderita. Bahkan jauh lebih menderita dari yang pernah kau dapatkan!"

"Aku harus sabar. Aku tidak boleh gegabah!" gumam Axela di dalam hati. Wanita itu memandang wanita paruh bayah yang berdiri di depannya sebelum berdiri.

Dengan kaki tertatih-tatih dia melangkah pergi meninggalkan kamar. Axela sendiri terpaksa berjalan seolah-olah kakinya sedang sakit karena memang luka memar di kaki Alsha masih tersisa saat wanita itu di bawah ke rumah sakit. Axela terpaksa membuat luka palsu agar semua orang percaya kalau dirinya benar-benar Alsha.

"Alsha!"

Teriakan wanita itu membuat Axela berhenti lagi.

"Ada apa, Nyonya?"

Beruntungnya tadi malam Axela sempat baca buku harian Alsha jadi dia tahu bagaimana cara memanggil ibu tirinya tersebut.

"Lama kelamaan aku lihat kau banyak berubah. Apa kau secara diam-diam mencuri uangku dan melakukan perawatan?" tanya wanita itu penuh selidik.

Axela mematung. Kali ini dia belum menyiapkan alasan yang tepat untuk menjawab.

"Kulitmu biasanya hitam kenapa sekarang berubah putih. Lalu, rambutmu." Wanita paruh baya itu memegang rambut Axela dan mencium aromanya. "Seperti wangi sampo mahal. Bukankah ini sama seperti sampo Luisa?"

"Maafkan saya Nyonya. Saya mengambil botol kosong sampo milik nona Luisa dan mengisi botolnya dengan air lalu memakainya. Dan soal kulit ini, mungkin karena selama ini saya sering memakai baju dan celana panjang jadi tidak hitam lagi."

"Lalu, bagaimana dengan kaca mata yang selama ini kau pakai? Kenapa sekarang kau tidak memakainya? Bukankah biasanya kau tidak bisa melihat jika tidak menggunakan kaca mata?"

"Kaca mata?" Axela melebarkan kedua matanya. Wanita itu sama sekali tidak sadar kalau dia belum memakai kaca mata.

"Apa kau sudah tidak memakai kaca mata lagi sekarang? Sejak kapan?" Tatapnya penuh selidik.

Tidak Terlawan

Axela masih kebingungan mencari alasan. Namun, wanita yang ada di depannya keburu bosan menunggu jawaban yang terlontar dari bibirnya Axela. Hingga akhirnya, ia memutuskannya untuk mengambil dompet milik Alsha yang tergeletak di atas laci.

"Aku lupa. Kau hanya rabun. Bukan buta. Kalau begitu, untuk apa aku pusing-pusing memikirkan kaca mata?" Ia membuka dompet milik Alsha dan menghitung sejumlah uang yang ada di dalamnya. "Aku akan mengambil semua uang ini. Ternyata kau wanita yang hemat juga. Bukankah ini uang gajimu karena kau sudah mencuci baju pembantu yang ada di rumah ini?" ledek wanita itu dengan senyuman sinis.

"Benar, Nyonya. Saya mendapat bayaran setelah mencuci dan menyetrika baju salah satu pembantu yang ada di rumah ini. Sesuai dengan perintah Nyonya."

"Bagus, anak pintar. Memang derajatmu lebih rendah daripada pembantu. Jadi, kau pantas melakukan semua itu. Jika kau ingin mendapatkan yang kau inginkan, kau harus bekerja. Karena aku tidak akan pernah memberimu uang untuk belanja." Wanita paruh baya itu tertawa seolah ada yang lucu si sana. Setelah mengambil semua uang yang ada di dalam dompet Alsha, ia pergi meninggalkan Axela sendirian di sana.

Axela menghela napas panjang sebelum masuk mengambil kaca mata. Ia memakai kaca mata itu agar tidak ada yang curiga lagi. Setelahnya ia berjalan menuju ke dapur untuk membuat sarapan pagi.

Satu-satunya menu sarapan pagi yang kini terlintas di dalam benaknya adalah nasi goreng. Axela juga bukan tipe wanita yang hobi masak. Tidak banyak menu makanan yang bisa ia olah dengan lezat. Walau begitu, ia berjuang keras agar bisa memasak makanan yang lezat seperti yang dilakukan Alsha.

"Non, apa yang anda lakukan di sini? Anda mau masak apa?"

Bi Ina adalah satu-satunya pembantu yang sudah lama bekerja di rumah itu. Ia yang mengenal betul bagaimana kisah hidup majikannya. Sebenarnya bisa di bilang juga kalau hanya Bi Ina satu-satunya orang yang selalu memperhatikan Alsha. Namun, wanita itu tidak bisa berbuat apa-apa ketika ibu tiri dan kedua saudara tiri yang dimiliki Alsha menyiksa Alsha.

"Saya mau masak nasi goreng, Bi," jawab Axela. Ia mengambil kecap dan mengumpulkan semua bahan di dekat kompor.

"Biar bibi saja yang masak, Non."

"Jangan, Bi," tolak Axela. Ia mengukir senyum dan memotong-motong sosis daging yang ada di meja. Wanita itu ingin sekali menaburi makanan buatannya dengan racun agar semua orang yang jahat terhadap Alsha keracunan. Namun, dia tidak mau bertindak gegabah.

"Non, anda baik-baik saja?" Bi Ina memegang baju Axela yang basah. Memang tadi saat Luisa dan Youra menyiram air, Axela belum sempat ganti baju. Kini wanita itu harus masak sambil mengenakan pakaian basah.

"Tidak, apa-apa Bi," jawab Axela. "Saya bisa melakukannya sendiri."

Bi Ina diam sejenak sambil memperhatikan gerak-gerik Axela yang memang sangat jauh berbeda dari Alsha. Setiap kali ingin memotong bawang, biasanya Alsha mengambil bawang merah lebih dulu. Sedangkan Axela bawang putih lebih dulu. Namun, ia juga tidak mau membuat hidup majikannya menjadi tambah susah. Hingga akhirnya Bi Ina menghilangkan rasa curiga itu dari kepalanya dan memutuskan untuk pergi meninggalkannya sendiri.

"Non, Bibi pergi ke belakang dulu ya," pamit Bi Ina.

"Iya, Bi," jawab Axela dengan senyuman. Ketika sedang asyik mengiris bawang, tiba-tiba Axela kembali ingat dengan perkataan Alsha. Wanita itu sempat bilang kalau satu-satunya orang yang bisa di percaya hanya Bi Ina.

"Secepatnya aku harus memberi tahu Bi Ina kalau Alsha sudah tidak ada. Pasti dia akan sangat sedih," gumam Axela di dalam hati.

***

Nasi goreng sosis telah matang. Axela cepat-cepat menata makanan tersebut di atas meja. Ia melirik sekilas wajah Luisa dan Youra yang sudah menunggu dengan perut lapar sebelum menunduk hormat.

"Saya permisi dulu, Nona."

"Tunggu!" Youra menahan Axela. Wanita itu meletakkan sendok dan garpu yang sempat ia genggam ke piring. "Kau tidak makan bersama kami?"

Jelas saja pertanyaan Youra membuat sang adik dan ibu kandungnya kaget. Sejak Tuan Andra meninggal, sejak saat itu juga Alsha tidak diperbolehkan makan di meja makan.

"Tidak, Nona. Saya akan makan di dapur," tolak Axela.

"Berani sekali kau menolak niat baikku!" Youra menuang nasi goreng yang sempat ada di piringnya ke lantai. Wanita itu berdiri dan menarik Axela dengan kasar. "Makan nasi goreng ini! Aku ingin kau menghabiskannya!" perintah Youra dengan nada yang begitu kasar.

Axela berlutut di bawah kaki Youra sambil melihat nasi goreng yang berserak di lantai. Sebelumnya belum ada yang berani memperlakukannya seperti ini. Dia wanita yang sangat di segani. Pemimpin sebuah geng yang ditakuti oleh bawahannya. Penghinaan seperti ini memang sudah tidak bisa di toleransi lagi. Namun, Axela tidak mau rencananya sampai gagal.

"Cepat makan!" perintah Youra lagi.

Alsha mengambil nasi itu dengan sendok yang tergeletak di tangannya dan memasukkannya ke mulut. Tatapan penuh dendam itu memang sangat menakutkan. Namun, ia tidak mau memperlihatkannya di depan semua orang.

"Tumben gak nangis. Biasanya sedikit-sedikit nangis terus lari deh ke kamar," ledek Luisa sambil melahap sarapan paginya.

Youra berjongkok di samping Axela. "Bagaimana rasanya? Apa enak?" bisik Youra dengan senyuman penuh kemenangan.

"Enak, Nona," jawab Axela dengan nada lemah.

Youra menjambak rambut Axela dan menyuapinya dengan sendokan nasi yang begitu banyak.

"Habiskan. Wanita sepertimu pantas mendapatkan hukuman seperti ini. Jika besok kau bangun telat lagi, aku akan memberimu hukuman yang jauh lebih kejam! Apa kau mengerti?" ketus Youra.

Axela hanya bisa mengangguk dengan mata memerah menahan tangis. Sebenarnya dia bukan menangisi nasibnya sendiri. Melainkan membayangkan penderitaan yang di rasakan Alsha selama ini.

"Bagus!" Youra menghempaskan Axela ke lantai.

"Sekarang bersihkan semua ini dan pergi. Aku tidak selera makan jika melihat wajahmu ada di sini!"

Axela menunduk sambil mengutip nasi yang berserak di lantai. Setelah bersih, cepat-cepat ia berlari ke dapur. Semua orang yang ada di meja makan menertawakannya dengan keras.

"Dasar cupu!" ujar Luisa.

"Bisanya cuma nangis. Sedikit-sedikit nangis," sahut Youra.

"Sudah. Kalian harus segera menghabiskan sarapannya. Nanti terlambat. Bukankah kau akan mengantarkan adikmu pemotretan?" ucap Nyonya Nasa.

"Ya, ma," jawab Youra dan Luisa bersamaan. Mereka berdua segera melahap sarapan pagi mereka tanpa mempedulikan keberadaan Axela lagi.

Di dapur, Axela memukul dinding hingga tangannya memerah. Hatinya sudah tidak sabar untuk membalas perbuatan semua orang yang telah menyakitinya.

"Aku harus segera melakukan sesuatu. Aku tidak bisa lama-lama ada di rumah ini. Mereka bertiga bukan manusia. Mereka sangat kejam." Axela memandang sebuah laci yang ada di dekatnya. Wanita itu menarik laci tersebut sebelum tersenyum tipis. "Sepertinya aku sudah bisa memulai aksi balas dendam ini sekarang," gumamnya di dalam hati.

Siapa yang salah?

Luisa dan Youra sudah bersiap-siap untuk berangkat. Namun, dua wanita itu berhenti di depan mobil dengan wajah kaget. Mobil yang baru saja dibersihkan dan akan mereka kenakan kini tidak bisa di bawa pergi. Dua ban yang ada di depan terlihat kempes. Bukan hanya dua ban di depan saja. Ketika Youra dan Luisa berjalan ke samping mobil, mereka melihat kalau dua ban yang ada di belakang juga kempes.

"Siapa yang melakukan semua ini? Semua ban ini tidak akan mungkin kempes bersamaan kecuali ada yang sengaja melakukannya!" ketus Luisa penuh emosi. Ia melirik jam yang ada di tangannya. Wanita itu sangat takut terlambat. "Mama!" teriaknya. Berharap ibu kandungnya itu keluar dan memberi solusi untuk mereka. Jika menunggu keempat ban itu diperbaiki, tentu saja tidak sempat lagi.

Youra memandang Axela yang kini sedang menyiram tanaman. Kedua mata wanita itu menyipit sebelum melangkah mendekati Axela. "Ini pasti perbuatannya. Apa dia ingin membalas perbuatanku di meja makan tadi?" umpat Youra di dalam hati.

Axela bersikap seolah-olah tidak tahu. Wanita itu menarik selang yang ia gunakan untuk menyiram bunga ketika Youra ada di dekat selang. Tentu saja selang itu membuat Youra tersandung dan akhirnya wanita itu jatuh di rumput yang basah dan membuat semua bajunya menjadi kotor.

"Kakak," ujar Luisa ketika melihat Youra tengkurap di rumput. Wanita itu berlari kencang untuk menolong kakak kandungnya. "Kakak. Kakak baik-baik saja?"

Axela tersenyum melihat Youra. Wanita itu cepat-cepat pergi karena malas berhadapan langsung dengan Youra dan Luisa.

Dari dalam rumah, Nyonya Nasa muncul. Wanita paruh baya itu kaget bukan main melihat kedua putrinya ada di tengah taman.

"Luisa, Youra. Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian tidak segera pergi? Luisa bisa terlambat," protesnya sambil berjalan.

"Ma, seseorang dengan sengaja mengempeskan ban mobil kami," jawab Luisa apa adanya.

"Lalu, apa yang terjadi denganmu Youra? Kenapa penampilanmu kotor seperti ini?"

"Ini semua karena Alsha, Ma. Dia yang sudah membuat Youra jatuh!" jawab Youra sambil membersihkan wajahnya yang kotor.

"Axela? Bagaimana mungkin? Mama baru saja dari lantai dua dan mama lihat Axela ada di lantai dua sedang membersihkan lantai," jawab Nyonya Nasa.

"Tidak, Ma. Youra benar-benar lihat Axela ada di sini," sangkal Youra. Dia merasa yakin kalau wanita yang sudah membuat penampilannya seperti ini adalah saudara tirinya tersebut.

Nyonya Nasa memandang ke atas balkon. Di sana dia melihat Axela yang sedang mengepel lantai. "Lihatlah. Kau bisa lihat sendiri. Alsha ada di atas. Bagaimana mungkin dia turun ke bawah? Tangga hanya ada satu. Mama sendiri yang ada di dekat tangga dan mama pastikan Alsha tidak ada turun," ucap Nyonya Nasa.

Youra dan Luisa sama-sama melihat ke atas. Mereka memang benar-benar melihat Alsha ada di atas. Namun, Youra masih bersih keras dengan pendiriannya. Ia ingin semua orang percaya dengan apa yang ia katakan.

"Ma, Youra gak bohong. Memang tadi Alsha ada di sini," ucapnya. "Luisa juga lihat. Bukankah begitu Luisa?"

Luisa diam sejenak. Ia sendiri memang tidak terlalu memperhatikan ke mana kakaknya pergi karena terlalu sibuk memikirkan mobil. "Luisa gak lihat kak," jawabnya dengan wajah polos.

"Sudah mama duga. Pasti kau tidak sengaja tersandung dan menjadikan Alsha sebagai tersangka," ucap Nyonya Nasa. "Sekarang cepat ganti pakaianmu. Pakai mobil Mama saja berangkat ke lokasi pemotretan Luisa. Mama tidak mau sampai Luisa gagal," ketus Nyonya Nasa. Selama ini dia selalu diam setiap kali putri-putrinya mengkambing hitamkan Alsha. Tetapi, kali ini dia tidak bisa seperti itu lagi. Memang jelas-jelas Alsha kelihatan ada di lantai dua.

Dari atas, Axela tersenyum bahagia melihat pemandangan yang ada di bawah. Dia wanita yang cerdas dan kuat. Jelas saja sangat mudah bagi Axela untuk naik turun dari lantai dua. Trik melompat seperti itu sudah biasa ia lakukan jika ia sedang mengejar musuh.

"Ini masih permulaan. Pembalasan yang sebenarnya baru akan di mulai," gumam Axela di dalam hati. Wanita itu kembali membersihkan lantai sebelum Nyonya Nasa menyadari kalau sejak tadi dia berdiri di sana sambil memperhatikan mereka semua.

Youra tidak langsung berjalan menuju ke kamar. Wanita itu ingin membalas perbuatan Alsha. Ia sangat yakin kalau wanita itu dengan sengaja menarik selang air hingga membuatnya tersandung dan jatuh. Dengan langkah yang gusar, Youra berjalan ke arah balkon tempat Alsha terakhir kali terlihat.

"Wanita sialan! Berani sekali kau mengerjaiku seperti tadi!" ketus Youra.

Axela yang masih ada di balkon hanya diam melihat kedatangan Youra. Wanita itu kembali melanjutkan pekerjaannya seolah Youra tidak penting.

"Walau semua orang tidak percaya dengan apa yang aku ucapkan, tetapi aku yakin kalau kaulah yang sudah menyebabkan semua kekacauan ini. Pasti kau juga yang sudah merusak ban mobil. Aku akan buktikan kepada Mama. Melalui rekaman kamera CCTV semua orang akan tahu apa yang sebenarnya sudah kau lakukan," ancam Youra dengan penuh percaya diri.

"Maaf, Nona. saya sama sekali tidak mengerti dengan apa yang anda katakan. Selesai membuat sarapan di lantai bawah saya langsung naik ke lantai atas untuk bersih-bersih. Saya sama sekali tidak tahu apa yang terjadi dengan ban mobil Nona."

Youra yang sudah terpancing emosi tidak lagi bisa bersabar. Wanita itu mengangkat tangan kanannya hendak menampar wajah Axela. Namun, tiba-tiba saja sebuah tangan kekar menahan tangannya. Youra dan Axela sama-sama memandang pria yang kini berdiri di samping Youra.

"Youra, apa yang mau kau lakukan?"

Pria itu adalah Deon. Dia sengaja datang ke rumah itu untuk bicara dengan Alsha. Namun, pemandangan yang ada di depannya membuatnya tidak bisa diam saja.

"Deon, apa yang kau lakukan? Kenapa kau menghalangiku?" protes Youra tidak terima. "Kau membelanya? Kau masih cinta padanya?"

"Youra, walau aku tidak lagi mencintainya. Tetapi, aku tidak suka kau bersikap kasar seperti ini terhadap Alsha. Apa tidak bisa di bicarakan baik-baik?" jawab Deon membela diri.

Axela memandang Deon dengan tatapan kebencian. Wanita itu memang tidak tahu jelas sebenarnya apa yang sudah dilakukan Youra hingga membuat Deon berpaling dari Alsha. Namun, saat ini tujuan utama Axela adalah balas dendam. Bukan memperbaiki hubungan. Satu-satunya balas dendam yang membuat Axela tertarik adalah merusak hubungan Youra dan Deon.

"Lalu, kenapa kau ke sini? Kau tidak bilang akan datang ke sini," ketus Youra.

"Ada yang harus aku bicarakan dengan Alsha."

"Kan benar. Kau ingin bertemu dengannya. Apa kau merindukannya?" ketus Youra.

Deon segera menarik Youra agar menjauh. Pria itu memandang Axela sejenak sebelum memandang wajah Youra. "Aku menemukan test kehamilan atas nama Alsha. Aku harus memastikan apa benar dia hamil," bisik Deon ketakutan.

"Apa? Alsha hamil?" ketus Youra.

Axela diam mematung mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Youra. "Alsha hamil?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!