NovelToon NovelToon

Suami Tidak Tau Diri

Perdebatan Kecil

“Selamat siang Ardian”

Riana menyapa kekasihnya dengan senyum penuh semangat, membawakan bekal untuk pujaan hati.

“Siang sayang” Ardian mendekati Riana, memeluknya perlahan lalu mengecup pelan pucuk kepala gadisnya.

Sangat manis.

Sudah menjadi santapan publik keromantisan mereka. Bisa dibilang mereka adalah couple goals ternama saat itu.

Riana menjadi seorang owner hijab ternama di kotanya, meskipun dia bukan seorang muslim tapi, minatnya di dunia fashion muslim sangat tinggi.

Dan Ardian adalah owner dari sebuah café cukup terkenal di berbagai kalangan. Mulai dari siswa/siswi sekolah, mahasiswa/mahasiswi kampus bahkan tempat terbaik untuk meeting klien dan acara keluarga.

Terlihat begitu serasi dan cocok bukan?

Hubungan mereka berjalan sejak mereka duduk di bangku SMK. Dulunya, mereka adalah rekan satu kelas yang berakhir manis hingga sekarang.

Ardian duduk di salah satu meja pelanggan bersama dengan Riana, lelaki itu membuka bekal makanan dari kekasihnya.

“Wow lihat, bagaimana kekasihku memasak dengan sangat baik setiap harinya. Menu apa lagi kali ini sayang?” Tanya Ardian begitu antusias.

“Itu Capcay, itu super sehat karena terdiri dari beberapa sayuran. Kau juga harus makan yang banyak agar tetap sehat, apalagi café sedang tinggi-tingginya minat pelanggan” Ucap Riana.

Ardian menyuap makanan di hadapannya dengan lahap.

“Kau juga harus menjaga kesehatan okey, terimakasih sudah mau berjalan dari titik bawah sampai di titik ini” Jawab Ardian.

“Nanti ada undangan ya dari Okta?” Tanya Ardian setelah meneguk habis jus alpukat yang dibawa oleh kekasihnya.

Riana hanya mengangguk lesu, “Kita kapan ya bisa seperti mereka?” Celetuk Riana.

“Sabar Riana, bisnis kita sedang lancar-lancarnya. Kenapa buru-buru sekali untuk menikah hm?”

Ardian mengajak kekasihnya masuk ke ruangannya, tidak baik jika pembicaraan seperti itu di dengar oleh orang lain.

Setelah sampai di ruangan Ardian, gadis itu segera to the point “Ardian, kita sudah jalan hampir 9 tahun. Tidak masalah dengan usia atau bahkan dengan lamanya kita memiliki hubungan. Tapi, tolong beri aku penjelasan apa yang sedang kau tunggu? Kesuksesan seperti apa lagi yang mau kau dapatkan?” Ucap Riana.

“Berkali-kali aku mengatakan ini Riana, aku tidak siap. Biarkan berjalan seperti ini adanya”

“Mau sampai kapan?” Sahut Riana cepat.

“Sudah berapa kali kau mengatakan itu Ardian? Jika kau menunggu untuk siap maka jawabannya kau tidak akan pernah siap pasti akan selalu ada pertimbangan. Hubungan yang hanya didasari dengan jalani aja dulu gak akan pernah punya akhir yang bagus Ardian, kenapa? karena kau tidak tau hubungan ini tujuannya kemana” Ucap Riana panjang lebar, mencoba memberi penjelasan kepada kekasihnya.

“Ardian aku malu dengan tetangga, aku malu dengan orang-orang yang selalu bertanya, kapan menikah? Aku malu selalu terlihat berdua bersamamu tanpa ada sebuah kejelasan dalam hubungan yang sesungguhnya”

“Lalu kenapa kau mendengarkan kata orang lain?” Tanya Ardian.

“Karena aku hidup di masyarakat Ar, aku hidup diantara moral dan etika orang-orang terdidik secara religi. Mereka tidak mengolok-olokku, mereka mengingatkan aku untuk tidak berzina menurut pandangan keyakinan mereka dan aku setuju dengan hal itu” Sahut Riana.

“Kenapa tidak berkeyakinan sama saja dengan mereka?”

“Jaga ucapanmu Ardian, kau memang yang tidak mau mengerti”

“Maaf, aku harus mengatakan ini bahwa aku butuh kejelasan dari hubungan kita. Setidaknya tunjukkan bagaimana kau menganggap hubungan kita layak dipertahankan” Lanjut Riana lalu dari ruangan Ardian. Bukan dengan wajah suram tapi, dengan senyum cerianya.

Semua orang tidak perlu tau bagaimana otak dan hatinya bergejolak saat ini.

Bertemu

Riana terdiam di meja kerjanya, memikirkan bagaimana hubungannya dan kekasihnya menjadi begitu rumit akhir-akhir ini.

“Apa aku salah?” Gumamnya.

Pikirannya melayang, entah bagaimana harus menyikapi Ardian yang semakin hari semakin tidak ambil pusing untuk segera melangkah ke jenjang yang lebih serius.

Hey, mereka sudah 25 tahun, apa salahnya untuk setidaknya melangsungkan lamaran dulu?

Drrrt

Drrrt

Drrrt

Dering ponsel Riana memenuhi ruangannya, saat dilihat ternyata itu adalah Ardian, kekasihnya.

Gadis itu melihat jam sejenak, sudah pukul tujuh malam.

“Halo?”

“Riana, kau dimana sayang?” Tanya Ardian dari seberang sana.

“Masih di toko” Jawab Riana singkat.

“Bukankah kita harus datang di pernikahan okta hm? Jam delapan malam, aku jemput ya?”

Ardian terdengar sangat kalem di seberang sana, seolah tidak terjadi apa-apa tadi siang.

“Aku akan siap-siap dulu” Sahut Riana pelan.

“Hati-hati ya, I love you”

“Hmm”

Tut

Sambungan diputus sepihak oleh Riana, gadis itu menghela napasnya kasar, suasana hatinya masih tidak begitu baik malam ini.

Riana mengambil kunci mobilnya dan bergegas untuk pulang.

...***...

"Sayang, masih marah ya?" Tanya Ardian.

Dia dan Riana sudah berada di dalam mobil, lelaki itu menggenggam tangan kekasihnya sambil menyetir.

"Ya menurutmu saja seperti apa Ar" Jawab Riana dingin.

"Maafkan aku tapi, memang ada baiknya kita pertimbangkan lagi untuk ke jenjang itu. Ingat Riana, menikah bukan hal main-main"

"Iyaa"

Riana sudah malas berdebat, gadis itu lebih baik diam dan mengiyakan saja apa yang dikatakan Ardian. Rasanya percuma jika berbicara dengan kekasihnya, tidak akan ada artinya apapun.

Ardian dengan rasa tidak bersalahnya mencium punggung tangan kekasihnya pelan sebelum akhirnya fokus dengan jalannya.

...***...

Di tempat resepsi, Riana dan Ardian terpisah. Kehebohan bertemu teman-teman SMK itu sudah biasa terjadi bukan?

“Riana, hebat sekali jiwa toleransinya ya? Menjadi owner hijab yang perfect padahal kan non-islam” Ucap salah satu temannya.

“Ardian juga hebat, café-nya sudah berapa cabang? Aku pernah mampir yang disekitar tempat kerja, matcha tea-nya juara”

“Pasangan serasi sekali, semoga langgeng sampai tua nanti yaa”

Bukannya bahagia, kalimat terakhir itu justru kembali membuat Riana berfikir, memangnya bisa?

Ardian saja tidak mau menginjak level selanjutnya dalam hubungan mereka.

“Sabar yaa” Jawab Riana.

Acara berlangsung dengan sangat baik, satu per satu tamu mulai pamit, ada yang langsung pulang ada juga yang masih asik berfoto dengan kedua mempelai.

“Selamat yaa, semoga cepet-cepet dikasih momongan. Gak nyangka banget kalian bakal sampe nikah”

Riana memberi ucapan selamat untuk Okta dan suaminya yang ternyata sama seperti dirinya, menjalani hubungan sejak masa sekolah hingga berakhir bahagia di pelaminan.

“Iya dong, 9 tahun jagain jodoh sendiri. Kalian kapan nyusul? Yang lain sudah menikah dan punya anak, kalian masih begini-begini aja hm? Memangnya gak mau seperti kami?” Tanya Okta.

Saat itu juga baik Riana maupun Ardian saling tatap dalam diam. Tidak lama kemudian, Riana tersenyum dan mengatakan “Semoga diberi kelancaran untuk kami jika memang berjodoh” Katanya.

Mereka bersalaman lalu pergi.

Sesampainya di parkiran, mereka berpapasan dengan seseorang?

“Hai bro?” Sapanya pada Ardian.

Ardian tersenyum, “Hai Nathan, diundang juga?” Tanyanya.

Seseorang yang disapa Nathan itu hanya mengangguk, “Masuk dulu ya” pamitnya.

Ardian lagi-lagi hanya tersenyum. Melihat temannya memasuki gedung resepsi.

“Siapa?” Tanya Riana.

“Jeremy Nathan, teman masa kecilku di desa. Dia alumni SMK berbasis nasional saat itu, kita saja kalah” Jawab Ardian.

“Hahaha, itu tidak penting. Mau sekolah dimanapun atau bahkan mungkin jika dia kuliah, tidak seperti kita yang hanya lulus di SMK, semua tergantung individu masing-masing” Sahut Riana.

Riana ingat benar, Jeremy Nathan adalah teman kekasihnya yang sering diceritakan oleh teman-temannya yang memang mengenal mereka sejak dulu. Sayangnya, gadis itu baru melihat rupa seorang Jeremy Nathan hari itu.

“Ayo pulang, hari ini aku lelah sekali. Rasanya ingin tidur lebih awal” Ucap Riana, menggandeng tangan Ardian menuju mobil.

Sedangkan di dalam sana Nathan sedang sibuk mendekati gadis-gadis cantik teman Okta.

Putus?

“Ardian?”

Saat itu Ardian sedang berada di café seperti biasa, mengerjakan sesuatu dengan amat serius.

Hingga kekasihnya datang menyapa, dengan sangat sumringah lelaki itu membalas sapaan gadisnya. “Hai, coba lihat ini. Aku sedang menyusun konsep baru untuk café, aku juga sedang menyiapkan beberapa menu tambahan agar café ini nantinya semakin berkembang”

Ardian memberikan laptopnya untuk dilihat oleh kekasihnya.

Riana melihat bagaimana Ardian membuat desain-desain untuk konsep baru cafenya.

“Untuk menu barunya, aku ingin ada beberapa korean food disini tapi tetap dengan cita rasa kita yang khas, mengingat bagaimana minat orang-orang dengan kehidupan korea sekarang ini”

“Bagaimana jika kita fokus saja dengan ide-ide masakan baru yang tidak begitu ditemui di masyarakat, dalam artian kita benar-benar membuatnya secara new bukan atas dasar bagaimana minat orang-orang dengan yang sudah biasa mereka temui. Justru tantangannya adalah bagaimana caranya menu kita menjadi minat baru bagi masyarakat”

Kedua pebisnis jika disatukan mungkin akan seperti ini jadinya.

Riana tetap memberikan saran terbaiknya untuk Ardian meskipun bisa dilihat bawa gadis itu tengah memikirkan sesuatu, senyumnya terkesan dipaksa.

“Benar juga, menurutmu apa ya yang bisa diolah menjadi makanan baru?”

“Jika kau bertanya padaku, maka kau salah besar karena bisnis kita berada di jalur yang berbeda Ar. Ada baiknya bicarakan ini dengan juru masakmu, dia pasti bisa membantu dalam hal rasa dan juga ide-idenya di bidang ini”

Sekali lagi, lelaki itu setuju dengan ucapan gadisnya. Tidak salah bukan dia memilih Riana menjadi kekasihnya?

Ardian melihat Riana penuh kagum.

Tapi, lelaki itu baru menyadari ekspresi wajah kekasihnya yang suram.

“Sayang, are you okay?” Tanya Ardian.

“No, apa aku boleh bertanya?”

“Boleh” Ardian sudah menegakkan tubuhnya, mengerti bahwa Riana ingin berbicara serius.

Kebetulan hari itu Ardian memilih ruangan sendiri dimana di ruangan tersebut tidak ada pelanggan sama sekali.

“Siapa Myla Rose?”

Deg

Ardian terdiam sebentar, seperti terkejut dengan pertanyaan kekasihnya. Dia kira Riana akan mempertanyakan perihal pernikahan lagi tapi, sepertinya dugaannya melenceng jauh.

“Teman SMP-ku, memangnya kenapa?” Tanya Ardian. Masih terlihat santai saja saat itu.

“Benar-benar teman atau kau memang pernah memiliki hubungan melebihi teman dengannya?”

“Tidak ada, aku sempat dekat dengannya untuk beberapa waktu tapi, dia lebih memilih bersama dengan orang lain daripada aku” Jelas Ardian singkat.

“Kau yakin sampai hari ini tidak memiliki perasaan apapun untuknya?” Tanya Riana.

Entah kenapa, Ardian merasa bahwa Riana ini sedang berusaha memancingnya pelan-pelan. “Coba katakan saja inti dari permasalahannya sayang. Jangan berbelit begini okey”

“Myla Rose mengatakan bahwa kau memiliki janji kembali untuknya setelah kau menjadi apa yang dia inginkan, janjimu adalah untuk menikahinya bukan? Lalu, hari ini kau telah menjadi apa yang dia inginkan dan dia juga menginginkanmu saat ini” Ucap Riana.

What?

Ardian dibuat terkejut dengan pernyataan Riana yang seolah tidak masuk akal.

“Hei, itu ucapan siswa SMP Riana. Memangnya kapan dia mengatakannya padamu?”

...***...

Drrrt

Drrrt

Drrrt

Suara dari telfon kantor milik Riana berbunyi.

“Selamat siang Bu Riana” Ucap salah satu staff saat panggilan tersebut dijawab oleh Riana.

“Iya, apa ada masalah?” Tanya Riana.

“Ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda, namanya Myla Rose, dia mengatakan bahwa dia adalah teman SMP dari pak Ardian. Apa anda mengenalnya?”

Tidak, itu jawaban yang keluar di dalam benak Riana. Tapi, gadis itu penasaran dengan sosok ini. Apa Ardian punya masalah hingga dia repot-repot datang menemuinnya di jam kerja begini.

“Antar dia ke ruanganku sekarang” Ucap Riana.

“Baik bu”

“Terimakasih” Ucap Riana lalu menutup panggilannya dengan staff.

Hanya selang beberapa menit kemudian, terdengar pintu ruangannya diketuk.

Tok

Tok

Tok

“Masuk” Ucap Riana.

Ceklek

“Silahkan” Ucap staff tersebut pada seseorang beranama Myla Rose itu.

Setelah masuk dan pintu ruangan di tutup, gadis itu berjalan angkuh di depan Riana, menyedekapkan kedua tangannya di dada dan melihat ruangan Riana dengan seksama.

“Ada yang bisa aku bantu?” Ucap Riana membuka pembicaraannya dengan gadis itu.

“Apa kau tidak menyuruhku duduk dulu? Atau menawarkan aku segelas minum?”

Memang sangat sombong, bahkan gadis itu tiba-tiba duduk dengan angkuhnya di depan meja Riana.

“Aku kira kau tidak ingin banyak basa-basi, bukankah pada akhirnya kau juga duduk sendiri tanpa aku suruh?” Jawab Riana tegas.

Terlihat Myla menyunggingkan senyum setannya.

“Sepertinya yang lebih membutuhkan minum itu kau,…”

Belum sempat gadis itu melanjutkan kalimatnya, Riana lebih dulu memotongnya, “Katakan saja, apa Ardian memiliki masalah denganmu?”

“Tidak sopan tapi, ya. Dia belum membayar janjinya padaku” Jawabnya.

Riana diam, tidak ingin banyak berkomentar, menunggu bagaimana gadis di depannya ini menjelaskan masalah yang mungkin menurutnya tidak penting.

“Aku adalah cinta pertama Ardian, dia memiliki janji untuk kembali padaku saat dia sudah menjadi apa yang aku inginkan”

“Lalu?” Tanya Riana santai.

Meskipun sebenarnya hatinya dibakar oleh api cemburu.

“Kau pikir selama ini dia berjuang untuk apa jika bukan untuk memenuhi janjinya padaku?”

“Kau teman SMP-nya bukan?”

“Ya, dan aku adalah cinta pertamanya”

“Maka, aku adalah cinta terakhirnya” Jawab Riana sarkas.

Hal itu sukses membuat Myla geram.

“Kau kira Ardian selama ini berjuang dengan siapa hm? Jika dia berjuang untukmu, mungkin dia tidak akan ingin melamarku sekarang. Jadi, temui saja Ardian langsung jika kau memang ingin menggoyahkan hatinya untuk calon istrinya ini”

Myla merengut dan langsung keluar dari ruangan Riana saat itu juga tanpa mengucapkan apapun.

...***...

“Apa kau tidak ingin benar-benar membuktikan ucapanku padanya Ardian?” Tanya Riana pada kekasihnya.

“Lagipula kenapa harus berbohong hm?” Ardian dengan sabar mengelus rambut kekasihnya pelan, memberikan rasa nyaman disana.

“Lalu aku harus bagaimana? Ar, dia datang padaku untuk memintamu menjadi miliknya. Apa aku harus diam saja?”

“Lupakan saja, dia tidak mungkin serius dengan ucapannya. Bukankah dulunya dia yang meninggalkanku? Sekarang, aku sudah bersamamu, aku milikmu”

“Kita selesai. Aku butuh pembuktian Ar, bukan hanya omong kosong”

“Hey, kenapa mengatakan hal seperti itu hm? Bersabarlah, aku hanya belum siap Riana. Kau tau aku masih ingin merintis karir ini dengan maksimal” Ucap Ardian.

“Yasudah, fokus saja dengan karirmu ini, aku akan kembali padamu tapi hanya jika kau berani menunjukkan keseriusanmu, jika untuk menjalin hubungan yang masih seperti ini, aku tidak bisa”

“Jangan salahkan aku jika aku lebih memiliki lelaki lain untuk menikahiku, kau berjalan terlalu lambat untukku Ar” Lanjutnya.

Riana pergi begitu saja, membawa tas dan juga rasa sakit hatinya.

9 tahun, tidak berguna.

“Riana” Ardian memanggil gadis itu.

Tidak ada penolehan?

“Hey”

Ardian mulai bangkit, mengejar Riana sedikit cepat.

Ah tapi, Riana berlari tidak kalah cepat.

“Aku tidak mau putus Riana”

Ardian terus mengejar Riana, bahkan hingga gadis itu sampai di mobilnya. Riana tanpa ingin peduli, terus berjalan meskipun Ardian terus mengejar mobilnya. tapi, nihil. Ardian tidak berhasil.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!