NovelToon NovelToon

Gadis Bayaran Terjerat Cinta Tuan Muda

Gadis Bayaran

Gadis cantik yang bernama Sahara sedang menunggu kedatangan temannya. Sesekali, ia melihat jam yang menempel di tangan. Lama ia berada di sana, tapi temannya itu masih tak kunjung datang.

"Lama sekali sih," gerutunya. Ia dan temannya memang sudah berjanjian di sana, tak beselang lama, beberapa orang datang menghampirinya. Sahara sedikit terkejut saat kehadiran mereka.

"Apa Anda yang bernama Nona Sahara?" tanya orang itu yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Siapa yang tak mengenal Sahara? Gadis bayaran sebagai julukannya, apa saja ia lakukan demi mendapatkan uang.

"Ya, saya Sahara," jawabnya, Sahara melihat penampilan orang itu dari ujung kaki sampai ujung kepala. Orang-orang itu berjumblah beberapa orang. Mengenakan baju yang terbilang cukup mahal, ia bisa menebak bahwa orang-orang itu bukan orang biasa.

"Saya ada pekerjaan untukmu," ucap orang itu.

Sahara mengerutkan kening, kenapa bisa kebetulan? Ia sendiri tengah berjanjian dengan temannya karena masalah pekerjaan.

"Pekerjaan apa?" tanya Sahara, karena memang sedang butuh uang untuk pengobatan neneknya, ia pun setuju dengan pekerjaan yang belum ia ketahui apa pekerjaannya. Sahara menerima pekerjaan apa pun asal mendapatkan uang banyak dalam sekejap. Tapi tidak untuk menjual diri.

"Anda ikut kami, kami akan memepertemukanmu dengan Bos kami," katanya.

Sahara mengangguk sebagai jawaban, untuk temannya, ia bisa menghubunginya lewat chat. Sepertinya ini bukan pekerjaan biasa, ia dapat mendapatkan uang lebih banyak dalam sekejap. Orang-orang itu mengajak Sahara untuk menemui bosnya. Dengan pikiran yang kalang kabut karena tidak tahu harus mencari uang kemana, kesehatan neneknya jauh lebih penting. Ia menghilangkan rasa ketakutan, takut orang-orang itu menawarkan pekerjaan yang buruk padanya.

Selama ini, ia dikenal sebagai gadis bayaran. Parasnya yang cantik membuat semua orang terpana. Sahara memang gadis bayaran, tapi bukan berarti dirinya seorang wanita panggilan untuk melayani lelaki hidung belang. Ia mengerjakan apa pun itu, selagi mendapatkan uang kenapa tidak? Pikirnya. Uang segalanya baginya, membahagiakan orang-orang yang ia sayangi itu lebih penting baginya.

Bermodalkan kecantikkan dan kepintarannya, ia bisa mendapatkan uang.

* * *

Sahara dan orang-orang itu sampai di tempat di mana orang yang akan memberinya pekerjaan. Sebuah rumah megah yang didatanginya begitu menyilaukan mata. Pikirannya mulai berkelana, apa pekerjaan itu? Dan kenapa orang itu menawarkan pekerjaan padanya? Pikir Sahara.

Seseorang berada di kursi, tengah duduk dalam keadaan membelakangi Sahara. Lalu kursi itu berputar ke arahnya. Nampak-lah seorang wanita paruh baya, namun masih terlihat cantik karena bantuan make up-nya. Wanita itu berdiri lalu menghampiri Sahara, meraih dagunya. Memutarkan wajah Sahara ke kanan dan ke kiri. Melihat kecantikkan Sahara yang paripurna membuatnya yakin bahwa pekerjaan ini bisa Sahara lakukan.

"Aku rasa kecantikkanmu mampu untuk mengalihkan pria itu," ucap wanita itu tiba-tiba. Ia mengenal siapa yang menjadi kekasih anaknya, seorang pria brengsek yang tak pantas menjadi menantunya. Akibat kesalahpahaman itu membuatnya tak lagi percaya. Terdengar beredar kabar bahwa lelaki yang menjadi kekasih anknya itu memiliki banyak simpanan, apa lagi ia pernah melihatnya sendiri. Lelaki itu tengah berpelukan dengan seorang perempuan yang sama sekali tak ia kenali. Dari situ ia tak memberikan restunya.

Sahara masih diam, ia ingin tahu apa yang akan dilakukan wanita itu padanya. Wanita yang bernama Sonia itu memutar tubuh Sahara untuk lebih detail melihat kecantikannya. Setelah puas, wanita itu kembali duduk. Mengambil sebuah amplop berwarna cokelat yang berisikan uang yang pasti nominalnya sangat pantastis. Lalu menyodorkan amplop itu di atas meja ke arah Sahara.

"Aku membeli kecantikkanmu, dan kau bekerja untukku mulai saat ini," ucapnya.

"Pekerjaan apa yang harus aku lakukan?" tanya Sahara, ia mulai penasaran akan pekerjaan itu. "Aku memang gadis bayaran, tapi Nyonya tau? Aku bukan wanita panggilan yang biasa pada umumnya," ujar Sahara jual mahal.

"Aku tidak peduli dengan pekerjaanmu, yang penting, apa yang aku perintahkan kamu lakukan dengan baik. Aku ingin anakku berpisah dengan kekasihnya, buat pria itu jatuh cinta padamu agar dia bisa melepaskan putriku," pinta Sonia. Wanita itu akan melakukan apa pun untuk memisahkan anaknya dengan kekasihnya. Yang ia tahu pria itu seorang playboy, ia tak ingin anaknya sakit hati oleh pria itu.

"Baik, aku setuju dengan pekerjaan itu. Selama tidak merugikanku aku akan melakukannya, apa Nyonya tahu berapa jumlah yang harus Anda bayar untuk menyewaku?" tanya Sahara. Mengingat apa yang ia lakukan, itu sangat mudah baginya. Dalam sekejap, ia mampu membuat lelaki itu bertekuk lutut padanya. Tak harus menjaul diri bukan jika hanya pekerjaan itu? Pikirnya. Tanpa ia ketahui, kejadian apa pun itu bisa menimpa siapa saja bukan?

"Aku rasa, uang ini cukup untuk melakukan pekerjaanmu. Kamu cukup buat anakku berpisah dengan pria itu, terserah apa yang akan kamu lakukan padanya," jawab Sonia, "bila berhasil akan aku berikan tambahan sebagai bonus."

Sahara berjalan menghampiri Sonia, mengambil amplop berwarna cokelat itu. Membuka amplop tersebut dan melihat nominalnya. Sahara tersenyum saat melihat jumlahnya, ia rasa ini cukup untuk pengobatan neneknya yang dirawat di rumah sakit. Tak berpikir panjang dengan resiko apa yang akan terjadi, terlebih, ia belum mengetahui siapa yang akan menjadi lawannya.

"Oke, aku setuju." Sahara mengulurkan tangan ke arah Sonia, sebagai kerja sama yang mereka sepakati, Sahara mengulurkan tangan ke arah Sonia. Tetapi, wanita tua itu tak sudi menjabat tangan Sahara. Karena Sonia tak kunjung mengulurkan tangannya, Sahara pergi dari sana. Ia harus segera pergi ke rumah sakit untuk menemui neneknya. Tidak ada yang menjaga wanita tua itu selain dirinya. Ia harus setiap hari menjenguk untuk memantau ke adaan neneknya.

* * *

Sahara segera membayar tagihan rumah sakit, sang nenek sudah lama dirawat di sana. Ia tak lagi memiliki siapa pun di dunia ini selain neneknya yang bernama Sahida. Ia juga tidak tahu siapa kedua orang tuanya.

Sahara melihat sang nenek terkulai lemas di brankar, lalu ia duduk di kursi sebelah pembaringan. Meraih tangan wanita tua itu, wanita yang sudah merawatnya sampai ia kini sudah dewasa. Tumbuh menjadi seorang wanita yang kuat.

"Nek," panggil Sahara. Wanita tua itu membuka mata, tersenyum melihat sang cucu yang datang untuk menjenguknya. "Cepatlah sembuh, aku merindukmu," tutur Sahara.

Sang nenek berwajah sendu, ia sudah merepotkan cucunya. Apa lagi jika mengingat berapa jumlah yang harus dibayar oleh Sahara selama pengobatannya. Sahara gadis baik, hanya doa yang mampu ia berikan untuk membalas ketulusan cucunya. Sahara merebahkan kepalanya di sisi brankar, lalu mengecup tangan yang mulai mengeriput itu.

Bertemu Target

Sahara berdiri di depan cermin, menatap wajahnya yang sudah di rias secantik mungkin. Malam ini, ia mulai dengan aksinya. Sonia sudah memberikan informasi mengenai targetnya. Juan, sebagai target yang kini sedang berada di sebuah pesta. Pesta yang diadakan oleh relasi kerjanya. Sebuah pesta yang sangat megah untuk menyambut bisnis mereka yang baru.

Ingat pada tujuan utama, Sahara datang ke pesta itu sebagai tamu di sana. Sesampainya di pesta, ia memicingkan mata untuk mencari targetnya. Ia melihat seorang pemuda yang begitu tampan dengan tampilannya seperti seorang pengusaha besar. Mengapa Sonia tak merestui hubungan mereka? Pikir Sahara.

Sebuah foto yang memang sudah diperlihatkan Sonia pada Sahara pada saat pertemuan pertama mereka. Saat ia akan menghampirinya, seorang pelayan melintas membawa minuman di atas nampan. Ia pun mengambilnya, lalu segera pergi menghampiri Juan.

Ketika saat akan sampai, kaki Sahara tersandung, tentu itu memang sengaja olehnya karena itu alasan untuknya mengenal pria itu, minuman yang ia pegang akhirnya mengenai pakaian lelaki itu. Pakaian Juan basah akibat minuman yang tertumpah dari genggaman Sahara.

"Maaf, aku tak sengaja," ujar Sahara, dengan mimik wajah yang dibuat terkejut saat melihat celana Juan yang basah. Ia mengusap pakaian itu seraya untuk mengeringkannya, bukannya kering, malah semakin basah karena isi minuman di gelas kembali tumpah. Lagi-lagi Sahara memang sengaja.

"Oh, iya tak apa," jawab Juan santai, sambil mengibaskan celanya yang basah dengan tangan, lalu melihat ke arah Sahara. Sedikit terpukau akan kecantikannya, tapi sebisa mungkin ia bersikap biasa saja.

"Sendirian?" tanya Sahara tanpa basa-basi.

"Iya," jawab Juan yang masih mengusap celananya.

"Tidak bersama kekasih?" tanya Sahara lagi.

"Kekasihku lagi ada urusan," jawabnya, "makanya aku sendirian." Juan tersenyum ke arah Sahara.

"Oh ya, kenalkan, namaku, Sahara." Gadis itu mengulurkan tangannya ke arah lelaki itu.

Juan menautkan kedua alis saat melihat ulurkan tangannya. Karena Juan tak kunjung membalas, Sahara pun meraih tangan Juan dan menjabatkan kedua tangan mereka. Akhirnya mereka pun berkenalan.

"Juan," jawab lelaki itu.

Sahara tersenyum, tapi sedikit aneh saat melihat ekspresi mimik wajah Juan. Katanya pria itu brengsek, memiliki banyak simpanan. Tapi Sahara tak melihat sifat itu dari Juan, tak melihat kekurangajarannya kepadanya dari lelaki itu. Sahara pun tersenyum dan melanjutkan aksinya.

Mereka, akhirnya duduk di sebuah kursi yang memang sudah di siapkan untuk para tamu dan mulai berbincang mengenai hal-hal kecil, Sahara mulai menelisik dan menilai Juan dari sudut pandang yang berbeda. Sepertinya ada kesalahpahaman antara Sonia dengan calon menantunya itu. Juan bersikap sopan padanya, apanya yang brengsek? Pikir Sahara.

"Kenapa melamun?" tanya Juan.

"Tidak," elak Sahara.

"Mana pasanganmu?" tanya Juan.

"Aku sendiri," jawabnya, "tidak punya pacar," bisik Sahara sembari membungkukkan wajah di telinga pria itu. Seolah tak ingin pengakuannya di terdengar oleh orang lain.

"Kamu pasti anak dari salah satu pembisnis di sini ya, 'kan?" duga Juan, "tapi aku tidak tahu kalau ada wanita secantikmu yang menjadi salah satu anak dari mereka," puji Juan.

Sahara hanya tersenyum tipis, salah besar jika ia seorang putri dari salah satu anak pengusaha di sana. Ia hanya seorang gadis biasa yang tidak tahu mengenai perusahaan. Terpaksa ia harus berbohong untuk menutupi tujuannya datang ke pesta itu. Ia hanya mengangguk samar sembari tersenyum kecut.

* * *

Pesta pun akhirnya telah usai. Para tamu undangan mulai undur diri, termasuk Sahara. Tapi niatnya ia ingin kembali bersama Juan, lelaki itu menghilang saat pesta akan usai. Tak sengaja ia melihat Juan berada di parkiran, ia pun mendekati Juan saat berada di sana, apa pun caranya ia harus bisa mengenal Juan lebih jauh lagi. Hingga ide muncul dalam benaknya, beralasan ban mobil miliknya bocor sehingga ia tak dapat pulang menggunakan mobilnya.

"Juan," panggil Sahara, ia harus bermain cantik untuk meyakinkan Juan bahwa ia gadis baik yang sedang membutuhkan pertolongan.

"Ya." Juan menoleh, "ada apa?" tanyanya.

"Emmm, ban mobilku bocor, apa aku boleh menumpang dan ikut pulang bersamamu?" pinta Sahara.

Juan sempat berpikir, antara mengizinkannya atau tidak. Selama ini ia tak pernah mengantar wanita lain selain kekasihnya, tapi ia juga kasihan melihat Sahara sendirian di sini.

"Baiklah, aku akan mengantarmu pulang," ajak Juan. Pria itu membuka pintu untuk Sahara, dan gadis itu pun akhirnya masuk. Tidak tahu niat Sahara yang akan menghancurkan hubungannya dengan kekasihnya, ia masih berbaik hati untuk menolongnya.

"Di mana rumahmu?" tanya Juan saat menyetir.

Sahara bingung harus menjawab apa, tidak mungkin ia mengatakan rumah aslinya. Bisa terbongkar akan penyamarannya, ia hanya seorang gadis yang tak berpunya, berwujud seperti ratu malam ini, karena memang memiliki niat tertentu. Jika tidak, maka akan membuat Juan berpikir yang tidak-tidak terhadapnya.

"Tak jauh, sebentar lagi sampai," jawab Sahara santai. Padahal hatinya sudah dag dig dug. Melihat sisi baik Juan membuat Sahara merasa yakin bahwa lelaki ini pria baik-baik.

Kasihan sekali kalau ia membuat hubungan Juan hancur dengan kekasihnya. Tapi ini tugas yang harus dilakukan olehnya, ia sudah mendapatkan uang dari Sonia. Wanita itu bisa murka kalau ia tak dapat melakukan apa yang diperintahkan wanita tua itu.

Mobil yang ditumpangi mereka pun akhirnya berhenti di sebuah gedung besar. Sebuah gedung apartemen yang menjadi tempat pura-pura Sahara tinggal.

"Kamu tinggal di sini?" tanya Juan seraya melihat gedung dari jendela mobil. Sahara mengangguk sebagai jawaban. Iya, bahwa dirinya tinggal di sana.

"Sampai bertemu kembali, Nona Sahara," ucap Juan sebelum Sahara keluar dari mobil miliknya. Sahara tersenyum tipis, tapi ini langkah yang cukup baik baginya. Karena pertemuan berikutnya ia harus sudah dapat melakukan tugasnya. Ini awal dari hubungan yang direncanakan Sahara bersama Sonia.

Selama ia belum berhasil membuat Juan jatuh hati padanya, maka ia akan tetap bekerja dengan Sonia. Sahara pun akhirnya turun dari mobil. Tapi, Juan tak kunjung melajukan mobilnya karena sebelum Sahara masuk ke dalam gedung. Mau tak mau, ia pun berjalan sedikit demi sedikit untuk meyakinkan Juan bahwa dirinya memang tinggal di sana. Dan akhirnya, mobil yang dikendarai lelaki itu pergi meninggalkan gedung di sana.

Sahara bernapas lega, pekerjaan ini memiliki tantangan tersendiri baginya. Karena ini pertama kali ada orang yang memintanya menjadi perusak hubungan orang, apa namanya kalau bukan seorang pelakor? Apa ini akan menjadi julukan baru untuknya? Tapi Sahara tak peduli, biaya rumah sakit lebih penting. Ia harus mengerjakan pekerjaan ini, ia sudah terlanjur sepakat dengan Sonia.

Pertemuan Yang Disengaja

Hari ini, Juan kembali memulai aktivitasnya seperti biasa. Berangkat ke kantor untuk mengelola perusahaan yang memang sudah diamanahkan oleh orang tuanya. Menjadi ahli waris tunggal Ardinata grup satu-satunya. Juan bekerja sangat giat karena ia menjadi kebanggaan orang tuanya.

Karisma yang menarik membuat semua karyawan kaum hawa terpana padanya, dan ada juga yang berlomba untuk mendapatkan perhatian kecil dari bosnya. Tapi Juan tetap pada pendiriannya, cintanya tak akan goyah pada satu wanita yang pada saat ini menjalin hubungan dengannya

Juan tengah berkutat di depan layar laptop, saat sedang bekerja ia mendapat panggilan telepon. Juan mengangkatnya, yang katanya mendapati seorang tamu. Dan ia pun langsung menyuruh tamu itu masuk ke dalam ruangannya.

"Hai, sayang?" sapa tamu itu yang tak lain adalah Nadien Chandra Kirana. Seorang model yang sangat cantik, mereka telah menjalin hubungan selama 3 tahun lamanya. Nadien mendekat ke arah Juan dan lelaki itu memundurkan kursi ke belakang yang ia duduki, meraih tubuh Nadien yang tengah mendekat ke arahnya.

Nadien mendudukkan tubuhnya di pangkuan sang kekasih, mengalungkan tangan dengan gaya manjanya. "Ada apa? Tumben datang tidak menghubungiku dulu, apa tidak ada pemotretan hari ini?" tanya Juan yang masih memeluk erat pinggang kekasihnya.

"Apa kedatanganku mengganggu? Aku hanya rindu, apa setiap kali aku datang aku harus menghubungimu dulu?" tanya balik Nadien.

"Bukan begitu, sayang. Kalau aku tau kamu datang aku tidak akan menyibukan diri seperti ini." Juan mengendus aroma tubuh Nadien dengan dalam, sudah beberapa hari ini ia tak bertemu dengan kekasihnya. Akhir-akhir ini Nadien sedikit sibuk karena tengah naik daun. Bahkan pada saat di pesta kemarin pun ia tak dapat menani Juan.

"Aku mau kita makan siang hari ini, kamu harus meluangkan waktu seharian denganku." Ucap Nadien sambil menutup laptop yang masih menyala di atas meja kerja Juan.

"Oke, apa pun akan aku lakukan untukmu, sayang." Jawab Juan sambil mencium bahu kekasihnya.

"Tidak untuk makan siang, kamu juga harus mengajakku jalan-jalan, kita sudah lama tidak jalan bersama. Aku mau nonton, jalan-jalan ke mall. Pokoknya menghabiskan waktu bersamamu hari ini," ujar Nadien.

"Iya, aku juga kangen masa-masa itu." Juan juga ingin mengenang masa-masa saat pacaran dulu sebelum akhirnya mereka sibuk dan jarang bertemu.

Nadien beranjak dari pangkuan Juan, seraya membetulkan pakaiannya yang mini. Pakaian yang ia kenakan adalah model baju dres ketat dengan panjang di atas lutut. Dan Juan meraih jas yang menggantung di sandaran kursi kebesarannya, memakainya lalu meraih kunci mobil di atas meja dan mereka pun segera pergi ke retoran. Berjalan sambil bergandengan tangan, semua karyawan melihat keromantisan mereka.

* * *

"Pergi ke restoran XX sekarang, anak buahku bilang anakku berada di sana bersama si brengsek itu," ucap Sonia pada panggillannya yang terhubung dengan Sahara. Sonia tahu kemana pun anaknya pergi, karena ia menyewa penguntit untuk mengawasi putrinya. Putri satu-satunya yang ia miliki tentu harus dijaga dengan baik, termasuk dengan siapa anaknya menjalin hubungan.

Sahara mengangguk dan mengerti apa yang di perintahkan, ia pun siap-siap untuk segera ke restoran tersebut. Seperti biasa, ia harus merubah tampilannya terlebih dulu saat akan bertemu dengan lelaki itu.

Di restoran.

Nadien dan Juan sudah memesan makanan, mereka duduk di meja paling belakang. Saat asyik menyantap makan siangnya, tiba-tiba Sahara datang menghampiri meja yang di duduki oleh Juan dan Nadien.

"Wah, kebetulan sekali kita bertemu di sini. Sudah lama kita tidak bertemu, apa kamu melupakanku, hah?" tanya Sahara, "aku 'kan kangen," rengek Sahara terdengar manja di pendengaran Juan dan Nadien.

"Kangen?" ulang Nadien, "apa maksudnya bilang kangen?" Hidung Nadien kembang kempis karena menahan amarah. Ia tak terima ada yang bilang kangen kepada kekasihnya.

"Kenapa memangnya? Salah, kalau aku bilang kangen sama pacar sendiri?" tanya Sahara to the poin.

Nadien berdiri sambil menggebrak meja. Napasnya tersengal dan dadanya naik turun karena masih terkejut dengan kejadian ini. Mendengar penuturan Sahara membuatnya naik darah.

"Aku dengannya memang memiliki hubungan di belakangmu," kata Sahara pada Nadien, "maaf ya, sayang. Sepertinya aku harus jujur pada kekasihmu ini," jelasnya lagi pada Juan.

Juan hampir sempat bersuara, beluma Juan berucap, Nadien langsung meraih gelas dan menumpahkan air itu di wajah Juan. Memaki Juan dan Sahara habis-habisan. "Dasar brengsek," ucapnya pada Juan, "kamu juga, dasar pelakor, wanita murahan!" cacian itu pada Sahara.

Juan menatap tajam ke arah Sahara, tatapan yang mengintimidasi. Lalu menghampiri Nadien lebih dekat. "Sayang, ini salah paham. Aku tidak mengenalnya, aku tidak memiliki hubungan dengan wanita lain selain dirimu," jelas Juan pada Nadien, lalu meraih tangan kekasihnya.

Tapi, Nadien langsung menghempaskan tangan Juan. Ia tak menyangka bahwa Juan berbuat tega kepadanya, ia kecewa karena kekasihnya sudah membohonginya. "Aku benci, aku benci," teriak Nadien, "tidak ada maling ngaku, Juan. Kamu urus pacarmu ini!" Setelah mengatakan itu, model cantik itu pun segera pergi dan meninggal restoran.

Hanya menisakan Juan dan Sahara. Pada saat Juan akan menyusul Nadien, langkah Juan tertahan karena Sahara meraih tangannya. "Biarkan saja dia pergi, percuma kamu jelasin sekarang yang ada nanti dia semakin marah padamu," kata Sahara.

Juan menghempaskan tangan Sahara sampai gadis itu terkejut melihat wajah Juan yang merah karena emosi padanya. Siapa yang tak emosi? Juan dan Nadien tengah makan bersama, mendapati seorang wanita yang mengaku-ngaku sebagai pacarnya dan menjalin hubungan di belakang kekasihnya.

"Dasar wanita gila!" maki Juan, "apa maumu? Kenapa mengaku-ngaku sebagai kekasihku, hah? Bertemu juga baru sekali," ocehnya lagi.

"Tenang, tarik napas." Ucap Sahara seraya mempraktekkannya. "Aku bisa jelasin, anggap ini sebagai tes ujian, seberapa besar cinta kekasihmu padamu? Dia akan percaya aku atau tidak padamu? Kalau dia lebih percaya padamu, itu artinya dia sangat mencintaimu, dan jika tidak ... Ya, berarti cintanya masih bisa dinilai," jelas Sahara dengan tenang.

"Omong kosong dengan ucapanmu! Aku tidak akan percaya dengan ucapan gila-mu, aku belum pernah bertengkar dengan kekasihku. Tiba-tiba kamu datang dan mengacaukan segalanya," kata Juan.

"Sabar, aku sudah bilang padamu, aku hanya menguji seberapa besar cinta kekasihmu padamu," jelas Sahara, ia berharap mereka bertengkar hebat dan hubungan mereka pun berakhir. Dengan begitu, misinya selesai sampai di sini. Ia bisa terbebas dari jeratan Sonia,

Tapi Juan tetap marah dan tidak terima. "Urusan kita belum selesai." Ucap Juan dengan tatapan tajamnya, setelah itu ia pun pergi dengan sejuta sesak di dada, meninggalkan Sahara sendiri yang masih berada di restoran.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!