Seorang gadis berusia sembilan belas tahun tengah berdiri di balik tembok sembari mendengarkan suara-suara aneh khas orang yang sedang melakukan hubungan badan. Tentu di usia sembilan belas tahun dia sudah paham dengan suara semacam itu sedang menandakan apa yang terjadi meski dia belum pernah mengalaminya sendiri.
Namanya adalah Mariana Putri, seorang gadis yang kini tengah duduk di bangku kuliah dengan jurusan bisnis. Bukan tanpa sebab dia berada di sebuah tempat dimana sedang ada sepasang manusia yang sedang melakukan perbuatan tidak senonoh disana.
Di sebuah Vila, tempat itu adalah milik Ayahnya, dan wanita yang ada di dalam sana adalah Ibunya. Ibu tiri, tapi dia amat baik, dan sayangnya pria yang sedang bergumul bersamanya bukanlah Ayah kandungnya yang sudah lima tahun menikahi Ibu tirinya itu. Bukan salahnya jika mulai sekarang Mariana Putri, atau panggil saja gadis itu dengan sebutan, Ana. Dia kini tak lagi bisa menganggap Ibu nya adalah Ibu yang baik stelah melihat apa yang dilakukan olehnya dibelakang Ayah kandungnya.
Tak ingin melakukan hal bodoh, dengan diam-diam dia masuk ke ruangan dimana dia bisa melihat kejadian yang amat menjijikan untuknya berkat kamera pengawas. Dengan tangan gemetar dia mengambil beberapa adegan dimana mereka sedang begitu asik melakukan aktivitas panas mereka. Tentunya Ana telah megambil gambar dengan posisi wajah kedua orang itu dengan jelas.
Setelah mendapatkan beberapa gambar, Ana tadinya berniat untuk segera pergi dari sana, tapi karena tidak sengaja melihat pintu yang setengah terbuka dari kamar yang digunakan Ibu tiri dan juga selingkuhannya untuk berbuat mesum. Sebentar Ana melihat beberapa adegan kedua orang itu, nampaknya mereka benar-benar sangat menikmati apa yang mereka lakukan sehingga lupa untuk merapatkan pintu, bahkan sampai tak menyadari juga kalau ada orang yang melihat mereka.
Ana membuang nafasnya dengan tatapan kecewa, dia enggan berlama-lama melihat itu karena dia juga tidak tahan membayangkan betapa kecewanya Ayah kandungnya kalau sampai melihat hal ini. Ana berjalan keluar dengan sangat pelan, bahkan dia meminta penjaga Vila yang sudah tidak berani masuk sedari tadi itu untuk tetap di luar sampai Ibu tiri dan juga selingkuhannya keluar dari sana.
" Pak, apakah Ibu sering datang kesini membawa pria itu? "
Pak Suki, dia terdiam tak berani menjawab. Iya, tentu saja karena Nyonya yang adalah istri pemilik Vila itu sudah mengancamnya terlebih dulu, jadi dia juga tidak berani buka suara meski yang bertanya adalah anak dari pemilik Vila itu.
" Pak Suki, kalau pak Suki diam saja seperti ini, suatu saat pak Suki pasti akan merasakan seberapa besar kemarahan Ayah ku kan? "
Pak Suki menatap kaget, selama ini pemilik Vila sangat baik padanya, jadi membayangkan hal itu tentu saja dia merasa tidak sanggup juga kalau sampai Tuan nya marah padanya.
" Jawab saja, pak Suki. Apakah mereka sering datang kesini? "
" Iya non Ana, mereka sering datang tapi hanya saat siang hari saja. "
Ana mengepalkan tangannya, benar-benar aneh kan? Padahal dia yang memaksa untuk bertanya dan menuntut jawaban, tapi begitu mendapatkan jawaban malah dia merasa tidak ingin mendengarnya. Ana menghela nafas, lalu pergi begitu saja dari Vila tanpa permisi. Sungguh dia sama sekali tidak tahu harus muka dari mana untuk mengatakan apa yang selama ini istrinya lakukan di belakang. Padahal Ibu tirinya amanat baik kepada Anak dan Ayahnya. Dia benar-benar terlihat sangat mencintai Ayahnya Ana, dan juga Ana sendiri. Ana pikir Tuhan begitu baik karena sudah memberikan seorang wanita kepada Ayahnya setelah sembilan belas tahun menduda.
Ana terus berpikir bagaimana dia memberi tahu Ayahnya? Padahal ini kali pertama dia bisa melihat secara langsung bagaimana Ayahnya begitu jatuh cinta dengan seorang wanita. Ana adalah anak dari pernikahan pertama Ayahnya bersama teman sekolahnya yang saat itu mereka baru berusia tujuh belas tahun. Iya, mereka menikah karena sebuah kecelakaan atau biasa orang akan menyebutnya maried by accident begitu. Jadi masih jelas Ayahnya Ana bukan seperti bapak-bapak tua pada umumnya di saat mereka memiliki anak berusia sembilan belas tahun. Ibu kandung Ana, dia meninggal beberapa jam setelah Ana lahir, jadi semenjak itu dia sama sekali tidak tahu bagaimana rasanya memiliki Ibu, barulah setelah Ibu tirinya datang, dia merasa begitu beruntung, tali tidak diangka kalau hal seperti ini akan terjadi.
Satu jam lebih lima belas menit, Ana akhirnya sampai dimana tempat usaha Ayahnya berada. Ayahnya adalah seorang pedagang tekstil terbesar di kota mereka tinggal. Sudah banyak sekali pelanggan tetap yang dimiliki, bahkan banyak juga dari beberapa negara tetangga yang tidak pernah putus membeli barang darinya. Kendra Tekstil, itu adalah nama supermarket khusus tekstil yang sering Ayahnya berada, karena di sanalah pusat semua cabang dari toko-toko tekstil nya yang lain.
Sudah beberapa kali terus mengambil nafas dan menghembuskan pelan nyatanya sama sekali tak bisa membuat kegugupannya menghilang. Kakinya terus melangkah, sapaan dari para karyawan hanya bisa di tanggapi dengan senyum oleh Ana karena dia sendiri sangat gugup sekarang.
" Kak Lastri, ada Ayahku kan? " Tanya Ana saat seorang kepercayaan Ayahnya lewat tapi tak menyadari jika itu adalah Ana.
" Eh, Ana? Aku kira siapa. Ada kok, baru saja selesai bertemu dengan teman beliau yang ingin membicarakan usaha tekstil juga. "
" Oh, kira-kira kalau masuk sekarang aku menggangu tidak ya? "
Lastri terkekeh dibuatnya.
" Ana, sejak kapan kau perduli menggangu atau tidak? Toh Ayah mu kan tidak pernah merasa terganggu olehmu sama sekali. Sekarang juga tidak ada tamu lagi kok, kau bisa bebas masuk seperti biasa, jangan membuatku ingin tertawa deh. "
Ana menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia sih, sebelumya dia kan kalau mau masuk menemui Ayahnya ya hanya tinggal masuk saja masa bodoh Ayahnya sedang sibuk atau tidak, yah mungkin ini karena gugup yang ia rasakan.
" Ayah? "
Kendra, dia adalah Ayahnya Ana. Seperti biasanya, pria tiga puluh enam tahun itu akan menyambut sang putri kesayangan dengan pelukan dan sebuah ciuman sayang di keningnya.
" Kau baru pulang kuliah? Ini kan sudah sore? "
" Bukan Ayah, aku tadi baru bertemu dengan teman. ''
" Oh, mau sudah makan? "
" Sudah. "
" Mau minum tidak? Kalau mau Ayah telepon Gino untuk belikan. "
" Jangan Ayah, aku tidak haus. "
" Ya sudah, Ayo duduk sini. " Kendra menepuk sofa di sisi kirinya.
" Iya. "
" Ana, Ayah membeli perhiasan untuk Ibumu dan juga untukmu, Lihat! Kau suka tidak? " Kendra tersenyum dengan begitu senang membuat Ana tak bisa berbicara sekarang ini.
" Ana, besok adalah hari ulang tahun Ibu, jadi kita harus membuat kejutan untuknya ya? "
Ana tak bicara dari Ayahnya menunjukkan dua perhiasan di hadapannya hingga sekarang.
" Ayah sudah pesan tempat di restauran, Ayah juga sudah menyiapkan kembang api yang bisa membentuk kalimat romantis, bagaimana menurutmu? "
" Ayah, apa kau sangat mencintai Ibu? "
" Iya, ini untuk pertama kalinya bagi Ayah setelah Ibumu meninggal, maaf kalau Ayah berlebihan ya sayang? Tidak tahu kenapa Ayah begitu ingin membahagiakan dia, dan membuat dia bisa hidup bersama selamanya. "
Bersambung.
" Ayah, bagaimana kalau seandainya Ibu berselingkuh? " Sebenarnya menanyakan ini juga membuat hati Ana sakit karena mau tak mau dia jadi melihat bagaimana wajah sedih Ayahnya terlihat begitu jelas. Ana terdiam karena tidak tahu harus bagaimana lagi setelah menanyakan pertanyaan yang membuat Ayahnya terdiam seperti merasa sedih.
" Ayah berharap itu tidak akan pernah terjadi, Ana. Ayah sangat sulit jatuh cinta, tali begitu jatuh cinta, Ayah juga akan sangat sulit menerima kehilangan atau juga diselingkuhi. "
Ana lagi-lagi hanya bisa terdiam, benar-benar sangat di luar dugaannya. Padahal dia berharap Ayahnya akan bertanya dengan perasaan curiga, bagaimana bisa dia bertanya dan seharusnya Ayahnya juga memikirkan kenapa bisa Ana menanyakan hal itu.
" Ana, ada apa? Apa ada sesuatu yang Ayah tidak tahu? "
Ana tersentak, padahal baru saja dia membatin dan berharap Ayahnya bertanya agar dia bisa mengatakan tentang kebenaran itu, tapi melihat ekspresi Ayahnya yang sangat berharap jika semua baik-baik saja, Ana jadi merasa tidak tega dan memutuskan untuk memendam itu sendiri.
" Tidak ada, Ayah. Cuma aku baru saja melihat Ibunya teman dekatku berselingkuh dengan Seorang pria, aku jadi merasa takut kalau Ibu akan seperti itu di belakang Ayah. "
Kendra tersenyum, dia mengusap kepala putrinya dengan lembut.
" Ayah benar-benar mencintai Ibu, jadi Ayah tidak ingin berpikir yang bukan-bukan dan pada akhirnya akan menjadi kenyataan. Ayah percaya dengan Ibu, karena Ayah merasa yakin kami saling mencintai. "
Ana menelan salivanya sendiri, dia mulai ngeri membayangkan bagaimana jika Ayahnya tahu kalau istrinya sudah berselingkuh? Bahkan juga sudah lama perselingkuhan itu terjadi. Awalnya dia sendiri juga tidak percaya, tapi karena sahabatnya sudah berkali-kali melihat secara langsung bahkan memberikan bukti berupa photo Ibunya bersama seorang pria sedang bergandengan tangan di sebuah pusat belanja, mau tidak mau dia juga memilih untuk membuntuti Ibunya, dan benar saja apa yang di curigainya, ditambah dia mendapatkan pesan dari anak si penjaga vila bahwa Ibunya sedang bersama pria disana.
" Ayah, jaman sekarang apa yang kadang kita pikirkan tidak mungkin akan menjadi mungkin saja kan? "
Kendra tersenyum sembari mengangguk.
" Benar sekali, sayang. Itulah kenapa Ayah selalu berdoa, juga memberikan apa yang Ibu inginkan agar dia tidak berselingkuh dari Ayah. "
Ana memaksakan senyumnya, sungguh cinta yang begitu luar biasa. Sayang sekali cinta itu diberikan kepada orang yang salah, tapi tetap saja Ana merasa Ayahnya pantas mendapatkan wanita yang lebih baik. Tidak mau bohong dengan mengelak kebaikan Ibu tirinya selama ini, hanya saja kekecewaannya karena mengkhianati Ayahnya benar-benar begitu besar hingga enggan mengingat perlakuan baik Istri dari Ayahnya itu.
" Baiklah kalau begitu, Ayah sudah mau pulang belum? Kalau belum aku pulang duluan ya? "
Kendra mengeryit heran.
" Sayang, jadi kau kesini hanya untuk mengobrolkan itu saja? "
" Bukan, Ayah. Aku memang mampir kesini karena lewat sini. "
Kendra menghela nafas lalu bangkit dari duduknya.
" Kita pulang bersama saja ya? "
" Ayah yakin sudah selsai semuanya? "
" Iya, sudah kok. Hari ini cuma melihat stok bahan saja, dari siang tadi juga sudah selesai. "
Hanya butuh waktu tiga puluh menit, Kendra dan Ana sudah sampai di rumah. Seperti dugaan Ana, Ibunya belum sampai dirumah karena hanya ada pembantu saja sekarang ini.
" Mba Tuti, Ibu dimana? " Tanya Kendra yang penasaran karena istrinya tidak meyambut seperti biasanya.
" Kurang tahu, Pak. Ibu keluar rumah dari pukul sepuluh pagi, belum juga pulang. "
Kendra mengeryit, hari ini istrinya lupa memberi kabar, padahal biasanya akan mengirim pesan dan mengatakan dimana dia berada kalau keluar dari rumah. Ana, gadis manis itu hanya bisa terdiam membatin sendirian. Sungguh istri yang baik, biasanya kalau sedang berselingkuh dia juga mengirim pesan kepada Ayahnya. Benar-benar di luar pikirannya, hari ini dia lupa karena memang sedang bertarung sengit di atas tempat tidur. Yah, itu sih menurut penjaga vila kalau Ibunya sudah di dalam kamar dari pukul sebelas pagi, bahkan saat Ana sedang dalam perjalanan anak penjaga vila juga mengatakan kalau Ibunya masih berada di dalam kamar bersama dengan pria itu.
***
" Sayang, aku benar-benar sangat lelah hari ini. " Ucap seorang wanita bernama Soraya atau biasa dipanggil Raya, dia adalah istri dari Kendra dan juga Ibu tiri dari Ana.
Pria yang bersamanya, dan tengah berbaring memeluknya tanpa sehelai benangpun kini semakin mengeratkan dekapannya. Dia adalah Jordan, pria berusia tiga puluh tiga tahun yang selama ini menjadi selingkuhan Raya.
" Tetaplah disini, aku masih ingin bersamamu. Sehari saja cobalah untuk tidak memikirkan suamimu itu. " Pintanya yang tak rela jika wanita pelukannya itu pergi ke pria lain.
Raya menghela nafasnya, dia ingat benar kalau hari ini dia lupa mengirim pesan. Sebenarnya tidak masalah lupa mengirim pesan, karena Kendra kan sangat mempercayainya jadi tidak akan mungkin kalau Kendra sampai marah. Tapi kalau tidak pulang kerumah, Kendra pasti tidak akan setuju, yang ada dia malah akan mencarinya kemanapun, dan bukan tidak mungkin kalau dia akan ketahuan nantinya.
" Tidak bisa, sayang. Aku harus tetap pulang, besok kita bertemu lagi ya? "
Jordan membuang nafas sebalnya.
" Kapan kau akan bercerai dengannya? Aku jelas lebih segalanya di banding pria itu, aku punya uang yang lebih banyak, jadi untuk apa kau bertahan dengan pria yang tidak kau cintai? "
" Kau tahu kan kalau Kendra satu-satunya pria yang langsung diterima lamarannya oleh orang tuaku? Kendra sangat menyayangi orang tuaku, begitu juga sebaliknya. Kalau aku bercerai tanpa sebab, atau kalau orang tuaku sampai tahu kita berselingkuh lalu aku meminta cerai, mereka pasti akan sangat membenciku, sayang. "
" Tapi aku sudah tidak tahan lagi, aku ingin menjadikan mu istriku, dan aku ingin segera memiliki anak dengan mu. "
" Maaf, sayang. Aku akan mencari waktu yang tepat untuk meminta cerai darinya. "
Jordan mengecup pundak Raya dan melepaskan pelukannya.
" Kau Jagan sampai mengingkari janji mu ya? Aku akan menunggu, kau harus segera melakukannya. "
" Aku tahu. "
" Kau juga jangan sampai lupa meminum pil pencegah kehamilan, aku tidak ingin kau memiliki anak dengannya. "
Raya tersenyum, dia bangkit dari posisinya, mencium bibir Jordan sebentar dan menjauh dari tempat tidur demi memunguti bajunya yang berserakan di lantai.
" Aku tidak akan hamil selama aku masih terikat hubungan pernikahan, tapi aku harus tetap memperlakukannya dengan baik sebaik dia memperlakukan kedua orang tuaku. "
Jordan menghela nafas sebalnya.
" Aku benar-benar tidak habis pikir denganmu. Padahal aku jelas bisa memberikan apa yang kau inginkan, tali dengan alasan orang tua kau selalu menundanya sampai sudah mau dua tahun begini. Apa kau tidak tahu kalau aku juga sudah menolak banyak sekali wanita yang dijodohkan Ibuku? "
" Aku minta maaf, sayang. Aku akan segera menyelesaikannya. "
Bersambung.
Setelah menunggu lama, akhirnya Soraya kembali ke rumah dengan wajah berbinar. Dia langsung memeluk Kendra dan mengecup kedua pipi pria itu, lalu beralih mengecup pipi kanan Ana seperti putrinya sendiri. Sungguh sangat tidak tahu diri bukan? Seharian melakukan hubungan badan dengan pria diluar sana, berselingkuh dengan begitu menggebu-gebu, lalu kembali ke rumah seperti tidak pernah ada perbuatan menjijikan yang baru saja terjadi.
" Maaf aku terlambat pulang, seharian aku bertemu dengan temanku, lalu pulangnya aku menjenguk Ibu karena dia bilang sedang tidak enak badan. "
Berbeda dengan Ana yang enggan untuk menanggapi, Kendra justru dengan cepat tersenyum, dia mengangguk seraya meraih tangan Soraya dan membawanya untuk duduk bergabung agar bisa segera makan malam bersama.
" Tidak apa-apa sayang, duduklah dan makan dengan baik, kau lapar kan? " Ucap Kendra yang selalu bersikap lembut dan perhatian seperti biasanya.
Ana, gadis itu hanya bisa menatap pilu. Ayahnya begitu mencintai Ibu tirinya, tapi kenapa malah dikhianati begitu saja? Jika dari segi fisik, Ayahnya jelas amat tampan, dan juga memiliki bentuk tubuh yang bagus. Mungkin Ayahnya bukan golongan orang yang sangat kaya, tapi percayalah bahwa Ayahnya adalah pria yang bertanggung jawab, dia selalu mengutamakan kepentingan putri juga istrinya.
" Sayang, besok kita pergi berdua ya? " Ajak Kendra.
Soraya memaksakan senyumnya.
" Tapi Ibuku sedang tidak enak badan, bagaimana kalau lusa saja? "
Kendra terdiam, bagaimana mungkin jadi lusa? Besok adalah hari ulang tahun Soraya, jadi dia benar-benar ingin merayakan bersama dengan Soraya. Maklum saja, hampir setiap tahun Soraya beralasan ingin merayakan ulang tahun bersama keluarganya.
Ana menghela nafas, seperti dugaannya. Tahun kemarin juga bilang ingin merayakan ulang tahun bersama orang tuanya, tapi saat Ana tidak sengaja bertemu dengan orang tua Soraya mereka malah menitipkan pesan bahwa mereka merindukan Soraya, dan meminta untuk datang tahun depan bersama dengan Kendra di hari ulang tahunnya.
" Ibu, aku jadi berpikir kalau Ibu tidak cinta Ayah, soalnya Ibu selalu menolak bersama dengan Ayah. " Ujar Ana sengaja menyindir agar sesekali menghargai Ayahnya yang sudah begitu baik dan lembut padanya.
Soraya sempat terkejut memang mendengar ucapan Ana, tapi untuk menutupi kebenarannya, dia mulai berakting dengan tertawa kecil.
" Jangan bicara aneh seperti itu, Ana. Mana mungkin tidak ada cinta? Ayahmu sangat baik, jadi aku tidak mungkin tidak cinta, iyakan Sayang? " Soraya meraih tangan Kendra, tersenyum dengan begitu manis membuat Kendra tak kuasa untuk tak mengangguk. Mungkin itu memang berpengaruh kepada Ayahnya, tapi Ana malah menjadi semakin membenci Ibu tirinya itu.
Ternyata ada yang benar-benar bisa berakting sebaik dia?
Setelah makan malam selesai, Ana masuk ke kamarnya, dan kembali memikirkan bagaimana caranya menyelesaikan masalah ini? Benar, hubungan percintaan Antara Ayah dan juga istrinya adalah urusan mereka, tapi siapa yang akan terima jika Ayah kandungnya mencintai wanita yang salah? Jika masalah kekurangan dan ego mungkin adalah hal biasa, tapi perselingkuhan? Jelas itu adalah hal yang paling menyakitkan dalam sebuah hubungan.
Ana meraih ponselnya, dia meminta temannya yang memiliki kakak sebagai detektif untuk mencari tahu tentang pria yang sudah dia kirimkan photo nya beberapa saat lalu. Masih harus menunggu, minimal dua hari, tapi karena Ana tak bisa menahan selama itu, dia mulai mengincar ponsel Soraya. Memang belum tahu bagaimana caranya untuk mendapatkan ponsel milik Soraya, tapi yang jelas ponsel itu memiliki banyak informasi tentang siapa pria yang menjadi selingkuhan nya.
" Ah, aku tahu! " Ucap Ana, lalu segera kembali menghubungi sahabatnya, dia meminta untuk bicara langsung dengan kakaknya, lalu memohon agar di ajarkan bagaimana caranya menyadap ponsel tanpa di sadari oleh pemilik nya. Awalnya jelas dia menolak karena melanggar peraturan dan hukum. Tapi karena Ana terus merengek dan memohon, Ana juga menjanjikan uang yang lumayan, pada akhirnya dia mengajari Ana bagaimana caranya. Ana dengan sigap mencatat semua yang di ajarkan oleh kakak dari sahabatnya. Setelah itu dia menghafalkan dengan benar step by step karena tidak ingin gagal dalam menjalankan misinya. Setelah dia hafal, segera dia keluar dari kamar. Ah, tapi dia melupakan sesuatu, jadi dia dengan segera kembali masuk ke dalam kamar.
Brak!
Ana membanting ponselnya untuk beralasan. Iya, sayang juga sih, tapi mau bagaimana lagi? Ini juga demi kelangsungan kebahagiaan Ayahnya. Setelah itu, Ana keluar dari kamar untuk menemui Soraya. Ah, benar-benar sangat kebetulan, karena ternyata Soraya sedang berada di ruang tengah, mungkin dia baru saja menghubungi selingkuhannya karena dia membawa ponsel di tangannya.
" Ibu! " Panggil Ana, lalu segera dia berjalan mendekat.
" Ana, ada apa? "
" Ibu, boleh pinjam ponsel tidak? " Ana menunjukkan ponselnya yang hancur agar Suaranya gak merasa curiga.
" Ya ampun! Ada apa dengan ponselmu? Ibu kan baru membelinya sebulan yang lalu? "
Ana sebentar terdiam menunjukkan wajah bersalahnya.
" Maaf, Ibu. Tadi aku niatnya ingin berphoto, tapi tidak sengaja tersenggol lemari, dan jatuh seperti ini. "
Soraya menghela nafas, sebenarnya memang sayang sekali karena ponsel yang digunakan Ana kan memang ponsel keluaran terbaru, harganya yang sangat mahal tentu membuatnya berpikir ulang untuk membelikannya lagi meksipun yang itu juga dari Kendra.
" Ya sudah, tapi Ibu kirim pesan kepada teman Ibu dulu ya? Soalnya Ibu lupa mengabari kalau besok Ibu tidak bisa pergi reonian. " Ana tersenyum, lalu mengangguk.
Reoni dengan selingkuhan mu kah?
Setelah beberapa saat, Soraya menyerahkan ponselnya kepada Ana, dan tentu saja semua pesan mesranya bersama dengan Jordan sudah di hapus bersih. Ana berpura-pura untung menghubungi seseorang setelah menekan bagian-bagian mana saja yang dibutuhkan untuk menyadap ponsel Soraya. Sungguh tidak curiga sama sekali, Soraya yang sudah merasa aman karena telah menghapus semua bukti, dia juga sudah mengirim pesan kepada Jordan agar tidak menghubunginya dulu. Nyatanya, Ana sudah berhasil melajukan apa yang ingin dia lakukan, untuk berjaga-jaga dia sengaja menghubungi sahabatnya agar tak terlihat bohong.
" Ibu, ini ponselnya. Aku sudah selesai, terimakasih ya? " Ucap Ana seraya menyerahkan ponsel milik Soraya dengan hati-hati.
Soraya tersenyum, dia menerima ponsel itu tanpa ada sedikitpun perasaan curiga.
" Tidurlah sana, besok harus kuliah kan? " Ucap Soraya penuh perhatian.
" Iya, aku masuk ke kamar dulu ya Bu? " Ucapan Ana barusan mendapat anggukan dari Soraya.
Sesampainya di dalam kamar, Ana segera membuka laptopnya, menghubungkan dengan ponsel Soraya guna mengetahui apa yang sedang dia cari.
" Nicholas Jordan? " Gumam Ana begitu mengetahui nama pria yang menjadi selingkuhan Ibu tirinya itu. Karena tidak tahu bagaimana mencari tahu lebih banyak tentang pria itu, segera Ana menghubungkan kepada Kaka dari sahabatnya.
" Aku tidak akan membiarkan kalian menyakiti Ayahku. " Gumam Ana penuh keyakinan.
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!