NovelToon NovelToon

Legenda Pendekar Harum

BAB — 01

Perhatian! Karya ini telah hiatus hingga waktu yang disukai Author. Jadi, saya menyarankan Anda untuk tidak membaca karya ini.

Jika Anda menemukan kesalahan dalam karya ini, itu sengaja dibuat. Ingatlah, saya menulis untuk semua orang, bukan untuk satu orang, dan sebagian orang selalu mencari-cari kesalahan.

_________________________________________

Nangong Xueyin terisak menangis tiada henti di dalam aula pertemuan Keluarga Besar Panglima Ning. Wanita paruh baya ini menatap kosong pada sosok putrinya yang berdiri ditengah-tengah aula menunggu putusan dari sang Ayah.

“Ning Rong-Rong! Ibu percaya pada kesucianmu, Ibu tidak akan menyalahkanmu, tapi keputusan akhir, ayahmu lah yang menentukan. Kau harus kuat putriku!” batin Nangong Xueyin.

Gurat kecantikan terlihat dari sosok wanita yang sedang menangis itu, ia tidak dapat berkata-kata, hanya terus menangis.

Di sisinya terlihat tiga orang wanita lain yang seusia dengan Nangong Xueyin, namun sedikit raut wajah berbeda tampak dari mereka, sorot kebahagian yang berusaha disembunyikan dibalik air mata kepura-puraan.

“Nangong Xueyin! Oh Nangong Xueyin! Rasakanlah penderitaan ini sedikit demi sedikit! Putrimu terusir dari Keluarga Ning, karena aib yang dibawa oleh putrimu ini, apa masih mungkin kau menjadi selir terkasih Panglima Ning?” batin para wanita yang duduk di sisi Nangong Xueyin.

Mereka inilah istri dan selir dari Panglima Besar Ning.

Panglima Ning Quanzhong, merupakan pangeran keempat, dari kekaisaran Han. Menjadi hal yang wajar seorang Pangeran memiliki empat orang istri.

Namun, karena ia sangat menyukai Nangong Xueyin, istri dan selir lainnya merasakan cemburu. Termasuk dari anak-anak mereka.

Kemudian sosok, Ning Rong-Rong yang luar biasa, ia cantik, ia cerdik dan ia putri yang sangat dibanggakan masyarakat dalam hal kekuatan, ia seorang Pendekar Besar tanpa tanding, fakta ini menambah kecemburuan dalam keluarga tersebut.

Ning Rong-Rong, berdiri di tengah-tengah tatapan tajam semua anggota keluarga Ning, tetes air mata terus berjatuhan di pipinya, walau ia berusaha membela diri, itu percuma saja, ia sudah tidak bisa membela diri lagi, bukti yang kuat terhadap kejahatannya dilihat jelas oleh semua Keluarga.

Saat ini ia hanya menunggu keputusan akhir dari Ayahnya.

Wajah kelam membesi, sang Ayah berdiri dari tempat duduknya. “Anak durhaka! Kau boleh memiliki nama besar di Dunia Persilatan. Namun, kehormatan Keluarga Ning harus selalu dipertahankan ....”

Menjeda katanya sejenak, gemetar keras menahan amarah, Sang Ayah melanjutkan, “Ning Rong-Rong sejak hari ini kau aku nyatakan keluar dari daftar keluarga Ning. Nanti sore keluarga Ning akan menyiapkan pemakaman palsu untukmu ….”

“Lalu seluruh kota Luoyang yang berani menyebut namamu juga akan dijatuhi hukuman mati ….”

“Segera kemasi setiap barang-barang mu, kau bukan siapa-siapa lagi dalam keluarga ini, dan jangan pernah kembali lagi ke sini dan juga kota ini …” Suara Ning Quanzhong lirih saat terakhir memberi hukuman tadi.

Begitu putusan akhir telah jatuh, tangisan lebih keras pecah dari Ibundanya Ning Rong-Rong. Namun, ia tidak bisa bertindak lebih, apa yang bisa dilakukan wanita sepertinya? Ia hanya tahu cara menyulam dan berpuisi khas seperti istri-istri pejabat kerajaan.

Mendapat putusan seperti itu Ning Rong-Rong tertunduk dalam. “Baik!” jawabnya singkat, ia tidak berani menjawab 'Baik Ayah!'.

Masih terus tertunduk seperti itu, Ning Rong-Rong kembali ke kamarnya dan mulai membuat bungkusan pakaian, dia tidak mengambil banyak pakaian, hanya membungkus beberapa helai pakaian khas milik orang-orang kaum persilatan.

“Tok! Tok! Tok!” Pintu kamar diketuk, Ning Rong-Rong tahu, Ibunda yang mengetuk. Walau ia tidak melihat, namun dari suara langkah kaki yang halus, dan berat serta isak tangis kecil masih terdengar, sekalipun itu berusaha ditutupi.

“Rong‘er! Ibunda masuk ya!” pinta suara halus perempuan dari seberang pintu.

“Iya bunda! Masuklah Rong‘er juga ingin berbicara dengan Ibunda, sesaat sebelum Rong‘er pergi.” Ning Rong-Rong menjawab, mempersilahkan ibundanya masuk.

Perempuan paruh baya yang sejak tadi menangis di ruang sidang keluarga, masuk ke kamar tidur Ning Rong-Rong, sebisa mungkin menahan air matanya tidak keluar lagi saat itu. Dia belum rela kehilangan putri satu-satunya ini.

Ning Rong-Rong tidak menunggu ibundanya berbicara, dia meninggalkan aktivitasnya dan bergerak cepat memeluk ibunda, air mata yang dicoba tahan akhirnya meleleh juga. “Maafkan Rong‘er bunda!” hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut gadis tersebut.

Bukan karena ia takut sendirian diluar sana, atau takut tidak bisa bertahan diluar sana, bagi Ning Rong-Rong itu bukanlah suatu masalah, toh ia sudah terbiasa seperti itu, ia kuat, ia jenius tak tertandingi baik dalam ilmu bela diri atau ilmu baca tulis. Ia tidak mengkhawatirkan nasibnya sama sekali.

Namun yang ia tangisi dan sesalkan adalah nasib dari ibundanya yang harus ia tinggalkan, ia sadar ayah sangat mencintai ibundanya, tapi tidak semua penghuni kediaman besar keluarga menyukai ibunya.

Tangisan sang ibu juga pecah, baginya walau Rong‘er seorang pendekar hebat tak tertandingi, rasa khawatir tetap muncul, apalagi anaknya ini seorang perempuan, bahaya bagi seorang perempuan lebih besar jika dibandingkan seorang laki-laki.

Ya! Walau rasa khawatir dari seorang ibu ini hanyalah alasan yang terlalu berlebihan, tapi begitulah seorang ibu, sehebat apapun seorang anak, baik itu laki-laki ataupun perempuan, bagi seorang ibu, anak tetap anak untuk selamanya, yang akan selalu dikhawatirkan, disayangi dan dicintainya sepenuh hati.

Walaupun seorang anak sudah berusia tua, dan senja, bagi seorang ibu ia tetaplah anak kecil di matanya, yang selalu butuh perlindungan dan kasih sayang dari seorang ibu.

Pelukan antara anak dan ibu itu lama, bahkan sangat lama, Nangong Xueyin melepaskan pelukan itu, berusaha tabah, ia mengusap air mata dari wajah Ning Rong-Rong. “Rong‘er tidak perlu minta maaf, bagi ibunda, Rong‘er tetaplah putri terhebat. Tidak perlu disesalkan, ibunda yakin Rong‘er masih seperti dulu, gadis suci yang gagah perkasa.”

Sangat lucu melihat kedua wanita berbeda usia ini, mereka berdua saling mengkhawatirkan satu sama lain.

“...” Ning Rong-Rong tidak bisa berkata-kata, ia hanya terus mengangguk pelan, perpisahan dengan ibunya ini, entah kapan akan bisa berkumpul kembali.

“Rong‘er! Ibu tidak bisa memberimu petuah apa-apa, yang bisa ibu sampaikan, Rong‘er sudah lebih mengerti, hanya dua hal yang selalu harus Rong‘er ingat … pertama; berhati-hatilah pada seorang laki-laki, mereka makhluk mata keranjang yang pandai menyembunyikan maksud hati. Dan kedua, berhati-hatilah pada perempuan cantik seperti ibu dan dirimu sendiri, ingat! Semakin cantik perempuan, semakin pandai ia berbohong.” Nangong Xueyin memberi petuah singkat.

“Baik Bunda! Nasihat dan petuah Bunda akan selalu Rong‘er ingat.” Ning Rong-Rong hanya bisa menjawab singkat dan lirih setiap ucapan dari ibundanya.

Nangong Xueyin melepaskan beberapa perhiasan yang ia pakai. “Ibu hanya memiliki beberapa perhiasan ini, pergunakan sebagai bekalmu kelak!” Nangong Xueyin berjalan ke ranjang tidur dan memasukkan perhiasan itu ke dalam buntalan pakaian Ning Rong-Rong.

Ning Rong-Rong membiarkan saja apa yang dilakukan ibundanya, sebenarnya ia tidak pernah khawatir dengan bekal hidupnya kelak, walau tanpa sokongan dari keluarga ning, toh apa yang telah ia capai selama berpetualang di Dunia Persilatan dan setiap harta yang telah ia simpan sudah mencukupi untuk kehidupan mandirinya.

Tapi, itu merupakan kebaikan dari ibundanya yang tidak mungkin ia tolak.

Sang ibunda kembali memeluk erat Ning Rong-Rong. “Berhati-hatilah di luar sana anakku!” lirih sang Ibu.

“Baik bunda! Ibunda juga jaga diri baik-baik di sini, jaga kesehatan, makan yang teratur. Dan jangan terlalu mengkhawatirkan Rong‘er! Sudah saatnya bagi Rong‘er untuk segera pergi secara diam-diam dari sini, ibunda juga harus segera menghadiri pemakaman palsu dari Rong‘er.” Ning Rong-Rong mengingatkan Ibundanya.

Melepaskan pelukannya, Nangong Xueyin segera keluar dari kamar Ning Rong-Rong.

BAB — 02

Saat Nangong Xueyin keluar dari kamar Ning Rong-Rong, dia secara tidak sengaja melihat sang suami, Ning Quanzhong. Nangong Xueyin memiliki sedikit ketakutan di hati, tetapi suaminya tidak menuntut atau memarahi. Hanya ekspresi kusam dan kelelahan nyata yang bisa dilihat di wajah Ning Quanzhong.

Di dalam ruangan, Ning Rong-Rong menyadari bahwa ada sosok lain yang telah mendengarkan percakapan antara dia dan ibunya, dari langkah kaki ringan dan hembusan napas lembut. Indra pendengaran Ning Rong-Rong yang tajam tidak akan menipu, dia yakin sang ayah yang mencuri dengar percakapan mereka.

Namun, karena ayah tidak memarahi ibunya, Ning Rong-Rong tidak menegur, dan terus membiarkan ayahnya mendengar apa yang dia dan Ibu bicarakan.

“Aduh! Aku yakin, ayah juga sangat mengkhawatirkan dan memikirkan perasaan ibu,” gumam Ning Rong-Rong, berpura-pura. Itu tepat ketika dia mendengar langkah kaki ringan ayahnya meninggalkan dinding kamar.

Ning Rong-Rong terus membereskan perlengkapan, setelah melihat-lihat seluruh kamar tidur serta halaman belakang kamar tidur. “Aduh! Selamat tinggal! Hanya kepada kalian, benda-benda mati ini saya dapat mengucapkan kata-kata perpisahan.” Ning Rong-Rong kembali bergumam.

Dia menghela nafas panjang ….

Tidak ingin berpuas diri, Ning Rong-Rong berganti pakaian hitam sederhana, mengenakan cadar untuk menutupi wajah, lalu dia mengambil buntalan pakaian, dan keluar melalui jalan rahasia di belakang gedung megah Keluarga Ning.

Ning Rong-Rong, terus melesat menuju pintu keluar Kota Luoyang, saat itu memang waktu yang sangat tepat, mengingat warga Kota Luoyang yang sedang heboh, tidak percaya terhadap berita kematian sang Pendekar Besar. Mereka berbondong-bondong mengunjungi gedung mewah Keluarga Ning.

***

Berita kematian Ning Rong-Rong sangat mengejutkan Kota Luoyang, sebagian besar masyarakat tidak percaya dengan berita yang terus menyebar, tetapi upacara pemakaman dan pakaian berkabung putih-putih terlihat jelas dipakai oleh penghuni gedung Keluarga Ning.

Upacara pemakaman itu sendiri sepertinya juga sangat dipaksakan oleh Keluarga Ning, bukan hanya karena berita yang terlalu mendadak, tetapi juga karena mereka mengeluarkan ultimatum yang melarang penyebutan nama Ning Rong-Rong oleh seluruh masyarakat Kota Luoyang.

Bukankah ini sangat tidak masuk akal? Bagaimana mungkin nama Pendekar Besar dilarang untuk disebutkan setelah dia dinyatakan meninggal. Ini adalah perintah dan ultimatum sangat janggal yang pernah masyarakat dengar.

Namun begitu, ultimatum yang dikeluarkan oleh Keluarga Ning tidak ada masyarakat yang berani membantah atau mempertanyakannya, hal ini tidak lepas dari dukungan kekaisaran di belakang Keluarga Ning, perintah Kaisar seperti perintah Dewa, karena Kaisar adalah utusan Dewa.

Terlepas dari segala bentuk kekurangan dalam setiap perintah yang diberikan oleh Kaisar, setelah dianggap sebagai utusan Dewa, maka perintah itu jelas agung dan suci. Perintah mutlak yang harus diikuti tanpa perlu bantahan, jika tidak ingin dianggap sebagai pemberontakan.

Faktor lain, meskipun kematian Ning Rong-Rong terasa sangat aneh, akan tetapi, keluarga mengizinkan siapapun untuk melihat mayat di dalam peti mati. Tetapi, tetap saja tidak ada yang berani melihat mayat Ning Rong-Rong, atau hanya sekedar membuka peti mati itu.

Fakta-fakta ini menambah keingintahuan dan keheranan di hati orang-orang Kota Luoyang serta mereka yang mengenal Ning Rong-Rong secara dekat. Ya! Terlepas dari rasa ingin tahu dan heran, mereka semua hanya bisa menerima begitu saja apa yang telah diberitakan pihak keluarga.

Sedangkan pelarangan penyebutan nama Ning Rong-Rong, pihak keluarga memberikan alasan yang sedikit lebih masuk akal, yaitu; ibu, Ning Rong-Rong akan jatuh sakit ketika mendengar orang menyebut nama putrinya, ia terlalu sayang dan peduli pada putrinya. Larangan tersebut untuk mengurangi penderitaan Nangong Xueyin, serta mempercepat Nangong Xueyin melupakan kesedihannya.

Bagi penduduk Kota Luoyang, Ning Rong-Rong bukan keluarga mereka, keingintahuan di hati mereka hanya akan bertahan selama satu atau dua hari, selanjutnya, orang-orang akan sibuk dengan kegiatan mereka sendiri, hanya butuh beberapa hari, orang-orang jelas akan melupakan gadis itu.

***

Upacara pemakaman Ning Rong-Rong telah berlalu, orang-orang yang berkabung juga telah kembali ke rumah masing-masing. Perasaan berbeda muncul dari dalam gedung besar Keluarga Ning.

Nangong Xueyin, mengunci diri di dalam kamar, dia tidak ingin diganggu oleh siapapun, hanya pelayan setia yang selalu melayaninya ada di sana. Wanita ini juga hidup dalam permainan takdir, takdir sebagai selir, ya! Meskipun dia yang paling dicintai oleh suami, status sebagai selir tetap tidak lebih tinggi dari istri lain.

Jika statusnya sedikit lebih tinggi, dia akan berdebat dan menuntut sang suami untuk menganalisis kembali apa yang terjadi pada Ning Rong-Rong.

Sementara itu, Ning Quanzhong duduk sendirian di kursi halaman belakang kamar. Cahaya bulan dan angin sepoi-sepoi malam menemani kesendiriannya, guci arak dan beberapa cangkir arak berjejer di atas meja. Bau arak harum menyebar di halaman, siapa yang tahu berapa teguk dia telah meneguk arak harum itu.

Saat ini, dia hanya ingin sendiri, dengan pikiran bingung, perasaan mabuk mulai menyerang Ning Quanzhong.

“Brak!” Dia menggebrak meja dengan keras, membuat cangkir itu berceceran ke atas tanah.

Di balik sikapnya yang garang dan gagah berani, di balik sikap tegas mengusir Ning Rong-Rong dari keluarga, di balik setiap ultimatum kejam, Ning Quanzhong bisa dikatakan orang yang paling merasakan duka setelah Nangong Xueyin, dia tetaplah seorang ayah yang mencintai dan menyayangi sang putri. Apalagi sang putri adalah orang yang paling dia banggakan.

Namun, keputusan telah dibuat, dia harus melupakan apa yang terjadi hari ini.

“Brak!” Ning Quanzhong meremas cangkir arak di tangan hingga pecah berkeping-keping. “Rong‘er! Rong‘er! Mengapa engkau harus tidur di rumah pelesiran itu? Engkau benar-benar tega menghancurkan kehormatanmu sendiri, jika pemilik rumah pelesiran itu tidak tutup mulut, Keluarga Ning akan jatuh ke dalam lumpur terendah ...” Ning Quanzhong bergumam.

Dia merosot kembali ke kursi, sedikit terhuyung-huyung karena pengerahan tenaga dan tekanan mabuk dari arak harum.

“Haa!” Ning Quanzhong menarik napas dalam-dalam, masih tidak mengerti mengapa putrinya ketahuan menginap di rumah pelesiran. Apakah dia tidak mengerti aturan dan norma kehidupan masyarakat, terutama untuk seorang gadis, tinggal di rumah pelisir adalah aib yang tak termaafkan.

Meskipun dia sangat yakin, gadis itu sangat memahami etika dan budaya masyarakat seperti itu. Terus-menerus memikirkan hal tersebut, pembuluh darah Ning Quanzhong berdenyut hebat. Tetap saja, dia tidak mendapatkan alasan yang tepat dan masuk akal.

“Gluk … glug … glug …” Dia meneguk arak harum lagi, kali ini langsung dari guci arak, tanpa menggunakan cangkir.

Kehangatan dan panas panas segera menyebar lebih cepat. Tidak tahan, Ning Quanzhong memuntahkan semua isi perut, setelah beberapa saat dia berbaring tidak bisa bangun lagi, hanya tertidur pulas di kursi.

Beberapa pelayan yang berdiri di kejauhan, melihat semua yang dilakukan Tuan Besar, datang dan membawa Tuan Besar yang mabuk ke kamar tidurnya.

BAB — 03

Sementara itu, Ning Rong-Rong telah meninggalkan Kota Luoyang malam itu juga. Dia tidak mengendur atau memperlambat gerakan sedikit pun, berdasarkan tingkat kekuatannya yang dalam, hanya butuh beberapa jam untuk berada jauh dari Kota Luoyang.

Tidak ada penyesalan sama sekali saat dia meninggalkan Rumah Keluarga Ning. Lagipula, dia telah bertekad untuk menggunakan nama keluarga ibunya sejak saat itu, dan yang lebih penting lagi, apa yang terjadi hari ini adalah rencana yang dia buat tanpa diketahui siapa pun.

Ya! Itu dimulai dengan dirinya sendiri, selama pengembaraan di Dunia Persilatan, Ning Rong-Rong tahu akan ada kekacauan besar dalam beberapa tahun ke depan, itu adalah Sekte Setan/Mo-Kaw yang tumbuh kian pesat, dan mulai menapak kejayaan masa lalu sekte itu.

Sekte ini telah lama muncul di Dunia Persilatan, tapi sempat tenggelam selama beberapa tahun, dan ketika mereka muncul kembali, orang-orang persilatan dengan mudah menerima ajaran Sekte Mo-Kaw.

Dahulu, saat mengelana di Dunia Persilatan, Ning Rong-Rong beberapa kali melihat korban dan pembunuhan kejam yang menurut saksi mata adalah ulah pengikut dari Sekte Mo-Kaw.

Dengan rasa kasih sayangnya yang tinggi Ning Rong-Rong telah membulatkan tekad. Ketika ingin berhasil dalam misi yang lebih besar, harus melalui pengorbanan yang besar, dan langkah pertama adalah merelakan status sebagai Lihiap/Pendekar Besar yang disandangnya, meninggalkan keluarga dan ibunda tercinta. Meski kemudian dalam prosesnya malah harus mengorbankan gengsi keluarganya sendiri.

Namun, ketika Ning Rong-Rong memikirkan kembali, semuanya menjadi sangat berharga, pada saat kebenaran dari pengorbanan ini terungkap, maka baik namanya sendiri, serta nama keluarganya pasti akan meningkat lebih dari sebelumnya.

Kemudian hal lain yang sangat dikhawatirkan Ning Rong-Rong adalah adanya indikasi pemberontakan di timur jauh, semangat patriotik Ning Rong-Rong meledak ingin berpartisipasi dalam pemberantasan para pemberontak. Namun, statusnya sebagai seorang wanita menghalangi semua yang dia inginkan, ayahnya jelas tidak ingin Ning Rong-Rong terus-menerus terikat dengan Dunia Persilatan.

Dengan berbagai alasan tersebut, Ning Rong-Rong berpikir dengan sangat hati-hati dan mengatur rencana hukuman untuk dirinya sendiri.

Begitulah rencana Ning Rong-Rong, bisa dikatakan telah berhasil sebanyak delapan puluh persen.

Terus melesat sambil memikirkan apa yang sudah dia rencanakan sejak sebulan lalu. Perjalanan malam Ning Rong-Rong dihentikan ketika suara menggoda terdengar. “Nona cantik, mengapa kamu terburu-buru? Bagaimana kalau istirahat sebentar di tempat kita?”

Pada saat ini, di depan Ning Rong-Rong berdiri lima bandit gunung, perawakan mereka garang, dengan kumis tebal, cambang bauk tidak terawat, tinggi dan besar. Dari perawakannya, para bandit ini jelas adalah orang-orang yang mempraktikkan Energi Gwakang/Gang, dan tidak memiliki pengetahuan tentang kemampuan tenaga dalam serta hawa murni.

Ning Rong-Rong berhenti, dan memelototi mereka berlima. “Siapa yang meminta kalian untuk menghentikanku? Apakah kalian memiliki nyawa rangkap?”

“Ha ha ha… Siocia, salah paham, bagaimana bisa ada yang meminta kami untuk menghalangi perjalanan Siocia–”

“Maaf! Aku sedang terburu-buru, aku tidak punya waktu untuk kalian.” Ning Rong-Rong memotong dengan cepat. Dia kembali bersiap untuk pergi dan telah mengembangkan ilmu meringankan tubuh.

Namun, kelima orang itu tidak membiarkan Ning Rong-Rong, gadis tersebut menjadi sangat marah. “Kamu sendiri yang mencari kematian!”

Begitu kata-kata itu jatuh, siluet tubuh Ning Rong-Rong menghilang, puncak kesempurnaan tenaga dalam terlihat, bukan tanpa alasan gadis ini disebut Pendekar Besar, hanya dengan tangan kosong dia telah melakukan beberapa pukulan hebat dan ganas.

“Swsssst!”

“Pomp!”

“Cap Jiu Lo Hai/Sepuluh Serangan Pengacau Lautan.” Dengan gerakan ini, Ning Rong-Rong berhasil membuat bandit Gunung berotot besar tidak berdaya.

Satu Lihiap/Pendekar Wanita diadu melawan bandit Gunung, perbedaan besar terlihat, yang satu menggunakan Lwekang dan lima lainnya menggunakan Gwakang.

Sementara lima bandit Gunung ini, hanya memahami satu atau dua gerakan seni bela diri, milik kuil Shao Lin Si, gerakan telapak tangan Lo Han Kun. Namun, yang mereka pahami hanyalah gerakan dasar, kulit terluar.

Mudah bagi Ning Rong-Rong untuk menghancurkan lima orang, meskipun pertarungannya sangat singkat, itu hanya terjadi dalam dua puluh tarikan napas.

Pertarungan menjadi sangat singkat, kelima orang itu terengah-engah, napas menjadi sesak, dan hidung bengkak. Tetapi ketika memikirkan secara lebih teliti, seharusnya, Ning Rong-Rong-lah yang harus lebih cepat lelah.

Gadis itu telah bepergian sepanjang hari, dan tidak beristirahat sama sekali. Ketika dia keluar dari Kota Luoyang, dia sudah melepas kerudung yang menutupi wajah. Ini juga membuatnya lebih mudah untuk bernafas.

Lima bandit Gunung tercerai-berai seperti ayam yang kehilangan induk mereka. Dalam sekejap, Ning Rong-Rong berhasil meninju mereka semua.

“Hah! Benar-benar bandit Gunung yang berotak bodoh.” Ning Rong-Rong tersenyum jahat. “Salahkan dirimu sendiri, siapa yang meminta kalian berani mengganggu perjalananku.”

Mengatakan itu, Ning Rong-Rong menanggalkan pakaian para bandit Gunung satu persatu, hanya menyisakan bagian dalam mereka. Dia mengambil perbekalan dan uang saku, lalu mengikat kaki, dan menggantung kelima orang itu di pohon.

Pekerjaan jahat Ning Rong-Rong tidak berhenti di situ, pada tubuh kelima orang itu, masing-masing disematkan dengan satu kata. Sehingga orang yang lewat di keesokan hari bisa merangkainya menjadi satu kalimat. “Kami adalah keledai berotak dungu.”

Dia menggunakan tenaga dalam yang terfokus pada ujung jari, dan menulis kata-kata itu dengan ujung jarinya. Pada saat itu, para bandit Gunung telah mendapat rajah baru di tubuh mereka.

Melihat pekerjaannya sejenak, Ning Rong-Rong berkata, “Kamu harus bersyukur, Siocia ini masih berbelas kasih, jadi itu tidak merenggut nyawamu. Di masa depan, jika kamu bertemu Siocia ini lagi, tidak akan ada belas kasihan untukmu.”

Lima orang yang ditotok dan digantung jelas tidak bisa berkata-kata.

Puas dengan pekerjaannya, Ning Rong-Rong melesat kencang, melanjutkan perjalanannya. Dia pergi ke Timur jauh.

***

Saat ini, Dunia Persilatan memiliki kekuatan besar tersendiri, selain Pay-Pay yang terkenal seperti; Shou Lim Pay, Wu Dang Pay, Kun Lun Pay, Hau San Pay, dan Kiam Pay lainnya.

Di berbagai daerah pun ada beberapa pendekar hebat yang memiliki nama baik dan kotor, baik dari golongan putih maupun golongan hitam.

Di Barat ada Auyang Chen, orang ini sangat dikenal dengan julukan Se Thian Kiam Ong, sedangkan di Selatan ada Master Racun Gongsun Wuji, ia dikenal dengan julukan Tok Ong Nan Kwi.

Kemudian di Timur, nama Liu Kai sangat terkenal dengan jurus totok satu jarinya, sehingga Dunia Persilatan memberinya julukan, Giam Lo It Ci, dan di Utara ada seorang pengemis eksentrik, yang dikenal sebagai pengemis sakti.

Dia suka berbuat hal-hal yang sangat aneh, tetapi tidak ada yang tahu seberapa tinggi dan berkualitasnya keahlian bela diri pengemis tersebut, ia dikenal dengan julukan Koai Lojin.

Pendekar hebat terakhir, tentu saja Ning Rong-Rong, pendekar pedang dari ibukota kerajaan. Lima orang sangat terkenal pada waktu itu di Dunia Bela Diri.

________

1. Se Thian Kiam Ong / Dewa Barat Raja Pedang

2. Tok Ong Nan Kwi / Raja Racun Setan Selatan

3. Giam Lo It Ci / Jari Tunggal Kematian

4. Koai Lo Jin / Orang tua yang aneh.

5. Siocia / Kuwnio / Nona Muda

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!