NovelToon NovelToon

Cinta Terakhir Zulaikha

Bab. 1. Keseharian Zulaikha

Angin malam berhembus kencang dan masuk melalui fentilasi udara yang berhasil mengganggu ketenangan seorang wanita yang tertidur di atas sofa. Dia menggeliatkan tubuhnya saat hawa dingin mulai menerpa kulit, tangannya terangkat dan mengusap lengannya yang merinding akibat terkena angin.

Jam sudah menunjukkan pukul 1 malam, namun seseorang yang wanita itu tunggu tak juga pulang ke rumah.

Brak, tiba-tiba suara pintu yang dibuka sedikit kuat membuat wanita itu mengerjapkan matanya. Dia melihat ke arah seorang pria yang sedang membuka sepatu di depan pintu.

"Baru pulang, Mas?" Zulaikha bangun dan mendekat ke arah sang suami.

"Hem." Defin berdehem untuk menjawab pertanyaannya. Dengan sigap Zulaikha mengambil tas dan jas yang sudah berserakan di atas lantai, lalu dia berjalan cepat ke arah dapur untuk membuat teh hangat agar tubuh Defin kembali segar.

Tak berselang lama, Zulaikha sudah berada di dalam kamar. Dia meletakkan secangkir teh ke atas meja lalu beralih menyiapkan air hangat untuk mandi sang suami.

Defin yang merasa sangat lelah masih duduk di atas ranjang, dia memiringkan kepala ke kanan dan ke kiri untuk melemaskan otot lehernya yang terasa kaku.

"Ini Mas, tehnya." Zulaikha memberi secangkir teh yang tadi sudah dia siapkan.

Namun Defin tak langsung mengambil teh itu, terlihat dia sedang melamun sehingga tidak mendengar apa yang Zulaikha katakan.

"Mas!" Zulaikha menepuk bahu Defin untuk menyadarkannya. Defin yang kaget karna tepukan Zulaikha tidak sengaja menyenggol teh itu dan tumpah ke kakinya.

"ya Allah, Mas!" teriak Zulaikha saat melihat teh itu menyiram kaki Defin.

"bagaimana sih kamu ini? bisa tidak sehari saja jangan menggangguku!" bentak Defin dengan suara melengking tinggi membuat Zulaikha terjingkat kaget.

Zulaikha segera berlari ke dalam kamar mandi untuk mengambil handuk dan air, lalu dia kembali lagi dan segera membasuh kaki Defin dengan handuk yang sudah dia basahi.

"maafkan aku Mas, aku tidak sengaja," ucap Zulaikha sambil tetap membasuh kaki sang suami.

Defin diam ditempatnya, tangannya terangkat ingin menyentuh kepala Zulaikha, namun dia urungkan saat mengingat bahwa hubungan mereka tidak sedekat itu.

Setelah selesai dengan pekerjaannya, Zulaikha bangun dan mengambil salep yang ada di laci meja dan mengoleskannya ke kaki Defin yang tersiram teh.

"aku mau mandi, kenapa dikasi salep?" tanya Defin membuat Zulaikha mendongakkan kepalanya.

"eh, iya ya. Enggak apa-apa lah, nanti dikasi lagi" ucapnya sembari menyimpan kembali salep itu.

Defin beranjak bangun dan masuk ke dalam kamar mandi sedangkan Zulaikha menyiapkan baju tidur untuk lelaki itu.

15 menit kemudian, Defin keluar dari kamar mandi dan sudah terlihat segar. Dia segera memakai pakaiannya dan melirik ke arah Zulaikha yang sedang menundukkan kepala.

"kenapa dia masih di sini?" Defin merasa heran, karna biasanya wanita itu akan keluar saat sudah selesai menyiapkan pakaian untuknya.

"apa pekerjaan Mas sangat banyak? akhir-akhir ini Mas selalu pulang larut malam," tanya Zulaikha, sudah beberapa hari ini Defin selalu pulang lewat dari jam 10 malam.

Defin menghela napas kasar, dia tidak mungkin memberitahu alasan kenapa dia selalu pulang larut malam pada istrinya itu.

"aku lelah! aku mau istirahat!" Defin naik ke atas ranjang tanpa menjawab pertanyaan dari Zulaikha, dia memejamkan matanya agar istrinya itu segera keluar dari kamar.

"aku istrimu Mas, mau sampai kapan kamu seperti ini?" Zulaikha beristighfar beberapa kali untuk menenangkan gejolak emosi yang sedang menyelimuti hatinya. Dia segera menarik selimut untuk menutupi tubuh sang suami, tak lupa dia memberi kecupan selamat malam dikening Defin dengan malu-malu dan dengan cepat dia keluar dari kamar itu.

Defin yang mendengar suara pintu tertutup langsung membuka matanya, dia tersenyum tipis saat mengingat kecupan yang dilakukan istrinya tadi. Namun senyuman itu seketika lenyap saat mengingat tentang seseorang yang membuatnya selalu pulang larut malam.

Zulaikha yang masih berdiri di depan pintu kamar sang suami terlihat senang, jantungnya berdebar-debar saat dia mendaratkan kecupannya dikening Defin. Lelaki yang sudah 5 bulan ini menjadi suaminya, dan juga lelaki yang sudah berhasil membuatnya jatuh cinta.

***

Pagi menjelang, suara Adzan subuh berkumandang untuk membangunkan setiap insan yang masih bergelut manja di atas ranjang.

Zulaikha menggeliatkan tubuhnya, perlahan namun pasti kedua mata indahnya mulai terbuka dan melirik ke arah jam yang ada di atas meja. Zulaikha segera bangun dan membersihkan tubuh untuk segera melaksanakan kewajiban bagi setiap muslimah.

Setelah selesai, Zulaikha segera pergi ke dapur untuk memasak sarapan suami tercinta. Dia bergerak ke sana ke mari dengan lihai, tangannya terlihat sangat terampil dalam menyiapkan menu sarapan yang akan dia buat.

Tidak terasa, jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Zulaikha bergegas pergi ke kamar Defin untuk membangunkannya, karna suaminya itu harus sudah berada dikantor sebelum jam 8 pagi.

"Mas, bangun!" Zulaikha menggoyang bahu Defin mencoba untuk membangunkannya, namun lelaki itu malah semakin menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

"Mas, bangun! ini sudah siang loh, nanti kamu terlambat." Zulaikha kembali mengguncang bahu Defin dengan sedikit keras membuat lelaki itu membuka kedua matanya.

Untuk sepersekian detik, mata mereka beradu pandang. Defin segera memalingkan wajahnya dan berlalu ke kamar mandi, sementara Zulaikha melihatnya dengan sedih. Kapan rumah tangganya akan seperti orang lain?

"Zulaikha, aku membutuhkan banyak waktu untuk menerima hubungan kita. Aku harap kau bisa mengerti,"

Zulaikha kembali mengingat kata-kata yang diucapkan Defin pada saat lelaki itu baru selesai mengucap akad, dia menggeleng-gelengkan kepalanya untuk mengusir segala keluh kesah yang ada dalam hati dan pikiran.

Zulaikha kemudian menyiapkan pakaian untuk sang suami, mulai dari kemeja, celana, jas, dasi bahkan semua perlengkapan Defin selalu disiapkannya dengan baik.

Zulaikha kemudian keluar kamar dan kembali ke dapur untuk menata makanan di atas meja, tak lama terlihat Defin yang langsung duduk dikursi makan.

"Mas, hari ini aku pulangnya agak malam" ucap Zulaikha sembari mengambil makanan untuk Defin.

"kenapa?" tanya lelaki itu.

"aku mau ngantar bunga ke salah satu pelanggan, sekalian mau menghadiri acaranya nanti sore," jelas Zulaikha. Defin hanya menganggukkan kepalanya sembari memakan sarapan yang telah disiapkan sang istri.

Setelah selesai, Zulaikha mengantar Defin ke halaman depan, rutinitas yang selalu dia lakukan. Zulaikha memberikan tas kerja pada Defin dan beralih mencium punggung tangan suaminya, Defin selalu merasa berdebar saat Zulaikha melakukan itu padanya.

"Zulaikha." Defin segera masuk ke dalam mobil untuk menenangkan perasaannya, sementara Zulaikha sendiri bergegas masuk ke rumah untuk mengambil tas serta kunci mobil untuk menuju tokonya.

TBC.

Terima kasih buat yang udah baca 😘

Bab. 2. Sebuah Potret

Setelah Defin berangkat, Zulaikha juga bersiap untuk pergi ke toko bunganya. Sudah dua hari dia tidak datang ke toko itu, dia merasa rindu akan bunga-bunganya terkhusus dengan sang adik tercinta. Dengan mengendarai mobil pemberian sang suami, Zulaikha berangkat dengan penuh semangat.

Tidak butuh waktu lama untuk Zulaikha sampai ke toko sekaligus rumah orangtuanya, hanya sekitar 10 menit mobilnya sudah berada di halaman rumah almarhum kedua orangtuanya.

"Assalamua'alaikum," ucap Zulaikha sembari membuka pintu yang bertuliskan open di depannya.

"wa'alaikum salam, mbak!" jawab Sita dengan senyum merekah saat melihat Zulaikha, dia begitu senang dengan kehadiran wanita itu.

"bagaimana usaha kita? semua lancarkan?" tanya Zulaikha sembari mendudukkan tubuhnya di kursi yang ada ditempat itu.

"alhamdulillah, lancar tanpa hambatan mbak," jawab Sita dengan mengacungkan jempolnya. Zulaikha hanya tersenyum saja saat melihat karyawannya itu.

"Syifa mana? apa dia belum bangun?" Zulaikha celingukan ke sana ke mari untuk mencari keberadaan sang adik.

"jangan ditanya deh mbak! mbakkan udah tau kebiasaan adik mbak itu," cibir Sita sembari membereskan tanaman.

Zulaikha hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang adik yang belum juga berubah, adiknya itu sangat susah sekali bangun pagi. Selesai subuh dia pasti akan tidur lagi sampai matahari merangkak naik.

Zulaikha kemudian beranjak untuk melihat beberapa tanaman yang baru datang pagi ini, bunga-bunga tampak sangat indah dan terawat membuatnya selalu bahagia saat melihat semua itu.

"hoam, mbak!" tiba-tiba suara Syifa mengejutkan Zulaikha yang sedang berjongkok untuk mencabut rumput, tubuhnya sampai terjingkat ke atas karna suara sang adik.

"kau ya Syifa, bisa tidak jangan mengagetkan mbak!" omel Zulaikha sembari menjewer telinga adiknya itu sampai dia mengadu kesakitan.

"ampun mbak, ampun!" teriak Syifa yang merasa telinganya hampir terlepas, Zulaikha melepaskan tarikan mautnya dengan bibir yang tetap menggerutu.

"cih, mentang-mentang yang semalam habis jalan-jalan," cibir Syifa sembari mengusap-ngusap telinganya yang terasa panas.

"jalan-jalan? siapa?" tanyanya tidak mengerti.

"noh, tetangga sebelah," jawab Syifa yang merasa sebal karna kakaknya itu kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu.

"siapa lagi sih yang jalan-jalan kalau bukan mbak, sampai merasa dunia milik berdua, hihihi," sambung Sita yang saat itu mendengar obrolan kedua kakak beradik itu.

"jalan-jalan? dunia milik berdua? maksudnya apa sih?" Zulaikha dibuat pusing dengan ucapan bocah-bocah yang ada dihadapannya.

"mbak enggak ngerti!" ucap Zulaikha, sudah dua hari dia berdiam diri di rumah karna merasa tidak enak badan. Tapi dua bocah itu malah mengatakan kalau dia jalan-jalan.

"enggak ngerti gimana sih Mbak, jelas-jelas semalam aku lihat mbak dan Mas Defin di pinggir danau taman cinta," jelas Sita. Ketika dia sedang jalan-jalan dengan teman-temannya, tidak sengaja mata elangnya melihat pria dan wanita sedang bermesraan dipinggiran danau.

Awalnya Sita tidak peduli, namun tiba-tiba pria itu menoleh ke belakang dan Sita mengenali wajah pria tersebut.

Zulaikha semakin dibuat bingung, jelas-jelas kemarin mulai dari pagi sampai malam dia tidak keluar rumah. Apalagi jalan-jalan dengan sang suami, sebenarnya apa yang sedang terjadi ?

"selama dua hari kemarin, mbak enggak ada keluar rumah. Apalagi jalan-jalan sama Mas Defin, orang mbak aja gak enak badan kok," jelas Zulaikha pada mereka.

Sita dan Syifa saling pandang, jelas-jelas kemarin Sita melihat Defin sedang merangkul seorang wanita. Tiba-tiba Sita berjalan ke arah meja, dia mengambil ponselnya yang sedang diisi daya.

"bentar, mbak!" ucap Sita sembari mengotak-atik ponselnya, semalam dia sempat mengambil beberapa foto Defin untuk dipamerkan pada Syifa.

"lihat, Mbak!" Sita memberikan ponselnya pada Zulaikha, lalu wanita itu melirik ke arah Syifa yang juga sedang meliriknya.

Deg, jantung Zulaikha terasa seperti dihantam batu besar saat melihat foto itu, dia kenal betul siapa sosok lelaki yang sedang memeluk seorang wanita seraya tertawa bersama. Namun Zulaikha tidak dapat melihat wajah wanita itu, karna tertutup dengan bahu Defin.

"Sita, kau tau kan kalau mbak gak pernah keluar rumah tanpa memakai hijab?" ucap Zulaikha tanpa mengalihkan pandangannya.

Deg, Sita dan Syifa menegang ditempat mereka. Apa yang dikatakan Zulaikha adalah benar, dia tidak pernah keluar rumah tanpa memakai hijab. Lantas siapa wanita yang sedang bersama dengan suami Zulaikha ?

Zulaikha kemudian mengembalikan ponsel itu pada Sita tanpa mengucapkan apapun, dia berbalik dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah meninggalkan Sita dan Syifa yang masih mematung ditempat mereka.

"Syifa, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Sita yang merasa sangat bersalah dengan apa yang dia lakukan.

"bajingan! apa Mas Defin selingkuh dibelakang kakakku?" ucap Syifa dengan napas terputus-putus karna amarah yang sedang melanda hatinya saat ini.

Zulaikha terus melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah, matanya tampak berkaca-kaca dengan tangan bergetar menahan tangis yang sudah hampir pecah diwajahnya.

"ya Allah, Astaghfirullah," sepanjang langkah kakinya Zulaikha terus menyebutkan lafadz Allah, kakinya terasa semakin berat sehingga membuatnya terjatuh dianak tangga ketiga.

Bruk, Zulaikha tidak mampu lagi melanjutkan langkahnya saat hati dan jiwanya terasa hancur. Satu foto berhasil mengoyak perasaan cintanya, apa betul yang ada difoto itu adalah suaminya ?

"Mas Defin, Mas Defin. Sebenarnya apa yang terjadi Mas, hiks," tangis Zulaikha sudah tidak bisa lagi ditahan, dia menumpahkan segala sesak yang sejak tadi dia tahan.

"Mas Defin," Zulaikha terus menyebut nama sang suami dengan mulut dan tubuh gemetar, dia tidak bisa membayangkan jika benar suaminya memiliki hubungan dengan wanita lain.

"ya Allah, Mbak!" seru Syifa yang melihat sang kakak duduk ditangga sembari menangis terisak, dia berlari ke arah Zulaikha yang saat ini masih terduduk dilantai.

"Ya Allah Mbak, istighfar Mbak istighfar," Syifa menepuk pipi zulaikha yang sudah basah akibat air mata yang tak henti-hentinya mengalir diwajahnya, mata Zulaikha sudah membengkak dengan wajah memerah akibat tangis yang tak kunjung usai.

Syifa mencoba untuk mengangkat tubuh sang kakak dan membawanya ke dalam kamar, dia lalu mengambil segelas air untuk diberikan pada Zulaikha.

"Minum dulu kak." Syifa memberi segelas air untuk sang kakak, namun Zulaikha hanya diam tanpa melihat ke arah adiknya itu.

"Jangan seperti ini Mbak." Syifa memeluk tubuh sang kakak dengan erat, dia sangat sedih melihat keadaan kakaknya saat ini.

"Dek, tolong ambilkan ponsel Mbak. Mbak mau menelpon Mas Defin," Zulaikha melepas pelukan mereka, dia sedikit menarik bibirnya membentuk sebuah senyuman.

Syifa hapal sekali dengan apa yang Zulaikha lakukan saat ini, kakaknya itu selalu saja menutup luka hatinya dengan senyuman agar orang-orang disekitarnya tidak merasa khawatir.

Kemudian Syifa beralih keluar kamar untuk mengambil apa yang kakaknya mau.

"Mas, aku harap semua pemikiranku salah," gumam Zulaikha.

TBC.

Terima Kasih buat yang udah baca 😘

Bab. 3. Cerai ?

Zulaikha bergegas untuk menelpon Defin setelah Syifa memberikan ponselnya, dia menekan angka 2 yang langsung tersambung kenomor ponsel sang suami.

Tut, tut, tut... Beberapa kali Zulaikha menelpon Defin namun tak juga diangkat, kini dia merasa sangat gelisah. Zulaikha beranjak bangun dan keluar dari kamar, dia ingin langsung menemui sang suami untuk menanyakan perihal sesuatu yang baru saja mengguncang jiwanya.

Namun saat baru melangkah keluar kamar, mata Zulaikha melihat ke arah foto kedua orangtuanya yang tergantung didinding.

"Ayah, ibu. Aku sangat merindukan kalian," air mata kembali menetes diwajah Zulaikha saat mengingat kedua orangtuanya.

"Zulaikha, Ayah sudah menitipkanmu pada suamimu. Jadilah istri yang baik dan sholehah, istri yang bisa menyenangkan juga menenangkan suamimu. Jadilah penerang disaat gelap menyelimuti rumah tanggamu, dan jadilah pemaaf dikala masalah datang menghantam rumah tanggamu,"

Zulaikha kembali teringat dengan ucapan terakhir sang Ayah sebelum dia meninggal, begitu besar harapan yang Ayahnya berikan untuk kebahagiaan rumah tangganya.

"Ayah, maafkan aku. Aku tidak bisa menjadi istri yang baik untuk suamiku, aku tidak bisa memberikan kebutuhan bathin untuknya. Aku tidak bisa menahan amarahku disaat badai masalah menghampiriku, maafkan aku Ayah," gumam Zulaikha sembari menarik napas panjang dan menghembuskannya.

Dia melakukan itu beberapa kali untuk menenangkan diri, Zulaikha mencoba untuk berpikir positif pada sang suami.

Setelah merasa sedikit tenang, Zulaikha kembali turun ke lantai satu dan berjalan terus ke toko yang masih satu bangunan dengan rumah itu. Dia melihat adik dan karyawannya sedang melayani beberapa pelanggan yang membeli bunga pada mereka.

"loh, Mbak!" seru Syifa yang terkejut melihat sang kakak sudah berdiri di belakangnya. Zulaikha hanya menerbitkan senyum dibibirnya sembari menepuk pelan pundak adiknya itu, dia berjalan cepat untuk melayani pelanggan yang baru masuk ke tokonya.

"selamat pagi Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya Zulaikha dengan ramah, seorang pemuda terlihat memperhatikan deretan bunga yang tersusun rapi dihadapannya.

"selamat pagi juga Mbak, emm saya ingin karangan bunga untuk acara pesta ulang tahun," ucap pemuda tersebut.

"Tuan ingin bunga yang seperti apa? kami memiliki banyak bunga yang indah untuk Tuan." Zulaikha menunjukkan beberapa bunga yang memang terlihat sangat indah.

Pemuda itu memperhatikan bunga-bunga yang ditunjukkan oleh Zulaikha dengan bingung, baru kali ini dia membeli bunga secara langsung.

"apa saya boleh memilihkan bunga untuk anda?" tawar Zulaikha, dia tahu kalau pemuda itu sedang bingung saat ini.

Pemuda itu langsung menganggukkan kepalanya membuat Zulaikha tersenyum lebar, dengan cepat Zulaikha mengambil beberapa bunga segar yang sangat cocok untuk hadiah pesta.

"bagaimana Tuan? apa anda menyukainya?" tanya Zulaikha dengan ramah sembari menunjukkan hasil karangan bunga yang sudah selesai dia buat.

"sangat cantik, sama seperti yang membuatnya," jawab pemuda itu, Zulaikha hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasib atas pujian yang diberikan padanya.

Tidak terasa waktu berjalan dengan sangat cepat, Zulaikha harus pergi ke rumah salah satu pelanggannya untuk mengantar pesanan sembari menghadiri acara pelanggannya.

Dalam perjalanan, Zulaikha tidak sengaja melihat Defin dan sekretarisnya sedang berjalan masuk ke sebuah restoran. Dia lalu menghentikan mobilnya dan memarkirkannya untuk menemui sang suami.

Zulaikha berjalan cepat untuk menyusul Defin yang sudah masuk ke salah satu privat room, lalu dia bertemu dengan sekretaris pribadi Defin yang sedang berdiri di depan ruangan yang ditempati suaminya.

"loh, ibu ada di sini juga?" tanya Irham yang sedikit kaget saat melihat istri dari bosnya itu.

"enggak sengaja tadi nampak kamu dan Mas Defin masuk ke sini, jadi ya aku ikuti," jawab Zulaikha dengan senyum diwajahnya.

"Pak Defin sedang bersama dengan klien di dalam buk," ucap Irham memberitahu Zulaikha kalau saat ini suaminya tidak bisa diganggu.

"kok manggil ibuk sih, aku bukan ibuk mu loh," seru Zulaikha membuat Irham terkekeh karna ucapannya.

"panggil aja Mbak," perintahnya kemudian, dia tidak mau dipanggil ibu oleh sekretaris sang suami.

"baiklah Mbak, gitukan?" tanya Irham sembari mengedipkan sebelah matanya, mereka sama-sama tertawa karna merasa lucu dengan apa yang lelaki itu ucapkan.

"apa Mbak mau menunggu Pak Defin?" tanya Irham kembali.

"emm gimana ya? sebenarnya mau, tapi Mbak masih harus mengantar pesanan," sesal Zulaikha, kalau saja saat ini dia tidak sibuk sudah pasti dia akan menunggu Defin sampai selesai.

"Gitu ya Mbak." Irham mengangguk-anggukkan kepalanya.

"atau kalau enggak, Mbak antar dulu pesanan Mbak, habis itu baru ke sini lagi," saran Irham, karna pertemuan Defin hari ini akan memakan waktu yang cukup lama.

Zulaikha mengiyakan ucapan Irham, lalu dia bergegas untuk pergi mengantar pesanan agar nanti bisa kembali lagi ke tempat itu.

***

Setelah selesai dengan kesibukannya, Zulaikha kembali menuju restoran tempat suaminya berada. Dia melajukan mobilnya dengan kencang agar suaminya tidak keburu pergi dari restoran itu.

Bruk, karna sangking buru-burunya, Zulaikha tidak sengaja menabrak seorang pemuda yang langsung membuat tubuhnya terpental ke belakang. Namun dengan sigap pemuda tersebut melingkarkan tangannya ke pinggang Zulaikha sebelum wanita itu terjatuh ke atas tanah.

Untuk sepersekian detik mata mereka beradu pandang, tubuh Zulaikha menegang dengan sempurna dalam pelukan pemuda tersebut.

"Ekhem." tiba-tiba terdengar suara deheman seseorang yang membuat Zulaikha langsung memundurkan tubuhnya dari pemuda tersebut.

Irham yang sedang menunggu Zulaikha di depan restoran membulatkan matanya saat melihat wanita itu hampir terjatuh kalau tidak segera ditangkap oleh seorang pria, dia segera mendekat ke arah Zulaikha yang saat itu masih berada dalam pelukan pria tersebut.

"wah, kita bertemu lagi Mbak," ucap Pemuda itu, ternyata dia adalah orang yang dilayani oleh Zulaikha tadi.

"ah iya Tuan, terima kasih atas pertolongannya," ucap Zulaikha dengan sungkan.

"Sama-sama Mbak. Oh ya, perkenalkan nama saya Ammar." pemuda itu menyodorkan tangannya yang langsung disambut oleh Zulaikha.

"saya Zulaikha, anda bisa memanggil saya dengan sebutan Ikha," jawab Zulaikha sembari melepaskan jabatan tangan mereka.

Kemudian mereka sedikit berbincang-bincang sampai akihrnya Irham mengajak Zulaikha untuk masuk ke dalam restoran karna memang klien yang bersama Defin tadi sudah pergi.

"aku mau ke mobil sebentar ya Mbak, Mbak masuk saja," ucap Irham, dia ingin mengambil sesuatu di dalam mobilnya. Zulaikha menganggukkan kepala seraya melangkahkan kaki menuju ruangan yang di tempati suaminya.

"Mas, apa aku boleh masuk?" tanya Zulaikha dari balik pintu. Namun tidak terdengar balasan dari sang suami membuat Zulaikha langsung membuka pintunya dengan perlahan.

"Loh, mana orangnya?" Zulaikha melihat seisi ruangan yang tampak kosong, lalu mata Zulaikha berpusat pada Defin yang sedang menelpon dibalkon.

Zulaikha perlahan mendekat ke arah Defin, dia menjinjitkan kakinya agar tidak menganggu sang suami yang sedang berbicara dengan seseorang.

Namun Zulaikha tiba-tiba menghentikan langkah kakinya saat mendengar apa yang suaminya itu ucapkan.

"aku tidak mungkin menceraikan Zulaikha, dia baru saja berduka atas kematian Ayahnya,"

Deg, Zulaikha mematung di tempatnya mendengar apa yang Defin ucapkan.

"ce-cerai?"

TBC.

Terima Kasih buat yang udah baca 😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!