NovelToon NovelToon

Menepi (Mencintai Dalam Sepi)

Awal

"Wah ganteng banget, gila sih!"ucap nabila pada teman disebelahnya.

Wanita yang mengenakan pashmina warna navy itu sangat kagum saat pertama kali melihat dosennya sendiri. Nabila tampak tak berkedip sedikitpun melihat ketampanan dosen yang sudah berumur 29 tahun.

"Husht!!" Seru Cinthya yang mendengar perkataan Nabila sambil meletakkan jari telunjuknya dibibir, pertanda menyuruh Nabila diam.

Nabila terus memperhatikan lelaki yang sedang berdiri didepan papan tulis, mengenakan kemeja biru muda yang menambah kesan tegasnya sebagai seorang dosen. sambil menjelaskan dan sesekali menunjuk ke arah papan tulis dengan spidol hitam yang ada ditangannya.

Nabila tampak melongo dan tidak fokus akan apa yang sedang dijelaskan oleh dosennya itu. Nabila masih terpikat senyum manis Pak dosen bagaikan gula.

Nadeo. Betul sekali. Lebih tepatnya, Nadeo Arga Winata. Pria tampan bertubuh atletis, hidung mancung, gigi rapi, alis tebal, bibir merah dan sexy serta kulit putih bersih yang dimilikinya, akan membuat wanita mana saja akan terpana saat melihatnya.

Sempurna. Itulah kata yang cocok untuk mendeskripsikan sosok Nadeo.

"Cukup sekian untuk hari ini, dan ada pertanyaan?" Tanya Nadeo mengakhiri penjelasannya diiringi senyum manis.

Diam. Tidak ada jawaban.

"Baiklah kalau tidak ada, saya pamit." Uap Nadeo sembari membereskan bukunya dan keluar dari ruangan.

Setelah Nadeo keluar ruangan, mahasiswa lainnya pun berhamburan keluar. Tidak dengan Nabila. Nabila langsung menarik kursinya mendekat ke arah Cinthya sambil tersenyum, menunjukkann bahwa ia telah jatuh cinta pada Pak dosennya.

"Ya Tuhan..., kayaknya aku beneran jatuh cinta sama Pak dosenku sendiri. Kok ada ya manusia seganteng dia?" ucap nabila kagum.

"Ya elah bil, keluarganya dia itu good looking semua, dia anak satu-satunya yang laki-laki loh!" Papar Cinthya seraya membereskan buku dan memasukkan ke dalam tasnya.

Memang Cinthya mengetahui sedikit tentang Nadeo. Karna selain dosen, dia juga seorang Dokter specialis jantung yang kebetulan bekerja di rumah sakit milik orang tuanya Cinthya.

"Wah jadi insecure nih!" Ujar Nabila yang kemudian menghela napas kecewa. Ia merasa tak mungkin bisa bersama Bapak dosennya itu.

"Kamu kan juga cantik, kalau menurut aku, bisalah kalau Pak Nadeo kenal dekat sama kamu, dia bisa jatuh cinta sama kamu. Gak usah merendah untuk meroket deh Bil."

Memang benar apa yang di ucapkan Cinthya. Menurut penglihatannya, Nabila adalah perempuan yang cantik, menutup aurat dan sopan dengan orang lain. Walaupun bahasanya masih pakai 'lo gue' itu hanya saat mengobrol dengan Cinthya saja.

Sewaktu SMA saja, banyak cowok yang mendekati Nabila. Mulai dari ketua osis, hingga kapten basket menyukai Nabila, dan ngantri ingin jadi pacar Nabila. namun sayangnya Nabila menolak, termasuk Rizki cowok yang disukainya sendiri.

Padahal Rizki siswa paling pintar dan paling tampan di SMA nya. Andai mareka berdua pacaran, bakalan jadi perfect couple disekolahnya dulu.

Bukan tak ada alasan Nabila menolak Rizki. Tapi karna mengingat pesan Pakde dan Budenya yang melarang Nabila untuk berpacaran dulu. Pakde dan Bude nabila tak mengizinkan Nabila berpacaran karna takut terjadi sesuatu yang tak diinginkan kepadanya, karna mareka jauh di kampung. mareka takut Nabila salah pergaulan. Takut pula tak bisa menjalankan pesan almarhum orang tua Nabila yang sudah meninggal 10 tahun yang lalu.

...****************...

"Ma..., Nadeo pulang!" Seru Nadeo yang baru pulang.

"Sini dulu. Sini duduk!" Panggil Bu Ningrat Mamanya Nadeo, sambil melambai kearahnya. "Mama mau bilang sesuatu ke kamu."

Nadeo yang tadinya ingin ke kamar, bergegas duduk di disofa yang bersebelahan dengan Mamannya.

"Ada apa Ma?" Tanya Nadeo.

"Mama akan ada tamu." Jawab Bu Ningrat.

"Terus?" Tanya Nadeo lagi diiringi dengan alis yang naik.

Nadeo tidak mengerti maksud daripada tamu Mamanya. Ya kalau ada tamu, di jamu, begitu pikirnya. Apa urusannya dengan dia.

"Dengar dulu. mama bilang sekarang biar kamu gak terkejut dengarnya nanti." Papar Bu Ningrat "Mama mau ngejodohin kamu sama anaknya almarhum Pak Asnawi." Tambah Bu Ningrat.

"Mama jangan aneh-aneh deh. Mana ada perjodohan di era seperti ini." Dengus Nadeo kesal, "Lagian Nadeo itu udah punya pacar Ma!"

"Jangan bilang pacar kamu pelacur itu!" Sanggah Bu Ningrat dengan nada kesal dan geram.

"Ma!" Nadeo seolah mengingatkan Bu Ningrat agar tak berkata kasar seperti itu.

"Kalau kamu gak mau di jodohin, cari pacar yang bener. Mama sengaja jodohin kamu biar kamu dapat perempuan baik-baik, bukan pelacur itu!" Ucap Bu Ningrat kesal.

"Ma..., itu dulu." Nadeo mencoba membela pacarnya dengan nada memelas "Malah sebelum kanal Nadeo, sekarang dia udah jadi perempuan baik-baik ma."

"Mama heran sama kamu, dikasih apa sih kamu sama dia? sampe kamu tergila-gila banget sama dia!"

"Ma,,," Lirih Nadeo lembut "Dia baik, dia gak seperti pikiran Mama."

"Baik dari mananya? Menjaga kehormatan sendiri aja dia tidak bisa, apalagi menjaga kehormatan suaminya. Mama gak mau jadi bahan omongan orang lain karna kamu menikah dengan pelacur. Apa kata orang nantinya, anaknya almarhum Haji Sigma, menikah dengan perempuan bekas puluhan laki-laki hidung belang!" Papar Bu Ningrat panjang lebar.

"Masih banyak perempuan baik diluar sana, kanapa harus sama bekas orang yang udah dipakai sama puluhan laki-laki lain?" Tambah Bu Ningrat lagi.

Bu ningrat tidak habis pikir, bagaimana bisa anak laki-laki satu-satunya jatuh cinta sama perempuan yang tidak jelas asal usulnya, apalagi hendak menjadikan perempuan itu istrinya.

Bagaimana jika orang-orang tahu nantinya. Anak Haji Sigma yang terkenal alim, taat beragama malah jodoh dengan perempuan tidak benar.

"Dia ngelakuinnya terpaksa Ma, buat biaya kuliah dia loh Ma." Bela Nadeo. Memang Nadeo sudah cinta mati dengan pacarnya yang memang dulu sempat terjerat kasus prostitusi online. Lebih tepatnya jauh sebelum mareka berdua kenal.

"Halah! pekerjaan banyak Deo, kenapa mesti itu? Kenapa harus pekerjaan yang kotor seperti itu?" Debat Bu Ningrat dengan pertanyaan yang tak mungkin Nadeo dapat berkilah, "Itu tandanya dia pemalas, dia mau yang instant." Tambah Bu Ningrat sebagai jawaban dari pertanyaannya tadi.

Nadeo diam, tidak tahu harus menjawab apa. Karna semua yang dikatakan oleh mamanya adalah benar. Logika Nadeo menerima semua yang dikatakan Mamanya, tapi hatinya menolak, seolah-olah tuli dan buta dengan kenyataan.

Sedari dulu memang Nadeo tahu, bahwa Mamanya tak pernah suka pada kekasihnya. sebenarnya Bu Ningrat tidak melihat dari fisik, atau dari kekayaan seseorang. Bu Ningrat tidak masalah jika perempuan yang di bawa tidak cantik, atau berasal dari keluarga kurang mampu. Tapi ini, asal usulnya saja tidak diketahui ditambah dengan kasus yang menjerat pacar Nadeo, membuat Bu Ningrat menolak mentah- mentah wanita yang pernah dikenalkan kepadanya.

"Kalau kamu gak mau di jodohin, cari pacar lain, jangan dia!" Tegas Bu Ningrat memberi pilihan.

"Kalau dijodohin Raya mungkin masih bisa nerima, tapi kalau cari pacar lain, pasti Raya kecewa banget." Batin Nadeo dalam hati.

"Deo..." panggil Bu Ningrat lembut setelah tadi sempat emosi, "Mama pengen kamu menikah dengan perempuan baik-baik. Apa kamu gak sayang sama Mama yang udah tua, sakit-sakitan pengen liat kamu menikah?" Iba Bu Ningrat.

"Iya Ma" Pasrah nadeo.

Perjodohan

Nadeo memasuki rumah dengan wajah ceria. Sepertinya ia baru saja pulang bertemu dengan kekasihnya. Sang kekasih yang amat ia cintai. Wajah gembira, bibir bersiul tanda hati kegirangan bak mendapatkan hadiah tak terduga.

Bu Ningrat yang duduk di sofa di ruang tamu, memang sedang menunggu kepulangan anak laki-lakinya. Ya, Nadeo. Apalagi jikalau bukan ingin membahas masalah perjodohan yang sudah dikatakan minggu lalu.

Jikalau Nadeo belum menemukan pacar lain atau lebih jelasnya, perempuan baik-baik di mata Bu Ningrat, bukan seperti kekasihnya yang pernah terjerat kasus prostitusi, maka siap-siap Nadeo akan kembali ke era 60-an yang gentar akan jodoh menjodohkan.

"Nadeo sini kamu!"

"Iya Ma."

Nadeo yang tadinya ingin menaiki tangga dan menuju ke kamarnya, tapi tidak jadi. Ia segera mendekati mamanya yang ada di ruang tamu lalu duduk berhadapan.

"Ada apa Ma?" Tanya Nadeo lembut.

Nadeo yakin pasti mamanya ingin membicarakan hal penting padanya. Kalau tidak, tidak mungkin sudah hampir tengah malam masih menunggunya pulang.

"Gimana yang mama bilang minggu lalu, sudah dapat belum?" Tanya Bu Ningrat langsung tanpa basa-basi lagi.

"Yang mana ya Ma? Nadeo lupa, kan obrolan minggu lalu banyak." Balik tanya Nadeo.

Jujur, sebenarnya Nadeo juga tidak tahu kemana arah pembicaraan Mamanya. Karna memang banyak hal yang dibahas minggu lalu. Masalah tentang mall, di kampus, atau di rumah sakit. Tapi tidak dengan masalah perjodohan, Nadeo tidak sempat berfikir kesitu. Bahkan, Nadeo sudah lupa akan hal itu.

"Halah kamu ini sok-soan lupa." Lontar Bu Ningrat yang menganggap ucapan Nadeo hanya bercanda.

Bu Ningrat tidak tahu bahwa Nadeo benar-benar lupa tentang perjodohan yang dikatakannya minggu lalu. Padahal masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Nadeo tak terlalu menggubrisnya.

"Iya kan memang pembahasannya banyak Ma. Masalah mall kita yang sekarang bersaing dengan toko online atau keseharian Nadeo di kampus dan rumah sakit."

"Eh eh bukan itu. Ini masalah kamu, kamu udah dapat pacar belum?"

"Astaghfirullah Mama!" Seru Nadeo sambil menepuk jidat. Nadeo tidak habis fikir, rupanya Mamanya benar benar serius ingin mencarikannya pasangan hidup. "Ya ampun Nadeo pikir apaan."

"Apaan gimana? Kamu kok nyepelein. Denger, kamu itu udah dewasa, udah mau tiga puluh tahun, bukan ABG lagi yang masih bisa menghabiskan masa pacaran, jalan sana jalan sini." Cletuk Bu Ningrat panjang lebar, "Kalau bukan sekarang, kapan kamu mau ngasih Mama menantu sama cucu? Mama ini udah bau kubur!" Tambah Bu Ningrat lagi, mengingatkan bahwa ia sudah tak lagi muda, usianya sudah mendekati 60, tapi belum juga bisa menimang cucu. Sedangkan ines kakaknya Nadeo, sudah menikah selama lima tahun, tapi belum juga dikaruniai buah hati. Harapan Bu Ningrat sekarang ada pada Nadeo.

"Mama jangan ngomong gitu dong!" Balas Nadeo.

"Lah terus, kamu dibilangin gak dengar. Kamu gak kasian apa sama mama, mama itu pengen sekali menimang cucu. Mbak ines mu juga belum juga isi, sekarang Mama berharap sama kamu. Mama pengen sebelum mama dijemput tuhan, mama bisa merasakan bagaimana rasanya punya cucu, seperti teman-teman mama yang lainnya." Terang bu Ningrat.

"Iya Ma, baru juga seminggu, mana mungkin bisa langsung dapat pengganti." Kilah Nadeo.

"Iya maka dari itu, Mama mau ngenalin kamu sama seseorang, yang pastinya baik bibit, bebet, bobotnya!" Ucap Bu Ningrat semangat.

"Siapa?" Tanya Nadeo penasaran.

"Pokoknya cantik dan soleh, gak lama lagi mareka kesini!"

"Terserah Mama deh!" Pasrah Nadeo. Lagian tidak ada gunanya juga berdebat dengan Mamanya. "Tapi nadeo ada syarat ma!"

"Apa?" Tanya Bu Ningrat antusias.

"Nadeo gak mau ada resepsi, gak mau ada tamu, cuma akad aja. Dan dilakukan secara tertutup!"

Bu ningrat tampak berpikir sejenak, lalu ia tersenyum "Gak masalah, yang penting kamu mau."

"Oke, nadeo ke kamar dulu." Pamit Nadeo seraya bangun dan beranjak menuju kamar.

Sebenarnya Nadeo ingin sekali menolak perjodohan ini, tapi Nadeo tidak berdaya. Nadeo sangat sayang pada Mamanya, apalagi Mamanya mengidap penyakit jantung. Sungguh sangat sulit menolak permintaannya. Padahal ingin sekali Nadeo membawa sang kekasih sebagai calon istrinya.

...****************...

Langkah kaki jenjang seorang perempuan cantik nan ranum berhenti di meja nomor delapan. Tujuannya telah sampai kepada sang kekasih. Diiringi senyuman manisnya, perempuan yang punya lesung pipi dan gigi gingsulnya menarik sebuah kursi dan mendudukinya, tepat di hadapan sang kekasih.

"Udah nunggu lama ya Mas?" Tanya perempuan itu ramah tanpa berhenti tersenyum.

Raya. Iya, Raya. Pujaan hati Nadeo Arga Winata. Seorang perempuan yang berprofesi sebagai designer dan model, yang juga punya masa lalu kelam. Dan akan di pandang hina oleh siapapun yang mengenalnya di masa lalu.

Mungkin hal itu tidak berlaku untuk Nadeo. Walau Nadeo sudah tahu tentang masa lalu Raya, tapi tak sekalipun rasa cintanya berkurang. Malah yang ada rasa cintanya semakin menggebu-gebu karna rasa nyaman yang diberikan oleh Raya.

"Enggak kok sayang." Jawab Nadeo sambil membalas senyum sang kekasih. Senyum yang paling manis dan tulus.

"Udah pesan makanan Mas?"

"Udah. Aku tadi pesan dimsum udang 2 sama lemon tea" Nadeo memang sudah hafal dengan makanan kesukaan sang kekasih.

"Tau aja aku lagi pengen dimsum."

Tak berselang lama, pesanan mareka pun datang, dua dimsum udang dan dua gelas lemon tea ditaruh di atas meja oleh pelayan resto tersebut. Pelayan dengan baju seragam warna merah dan hitam dengan ramah mempersilahkan nadeo dan raya untuk mencicipi pesanan mareka.

"Silahkan Mbak, Mas!" Ucap sang pelayan ramah.

Pelayan itu menyunggingkan senyum lalu berpamitan pergi. Nadeo dan Raya pun mengambil sumpit untuk mencicipi dimsum udangnya.

"Kamu nyuruh aku kesini mau ngomong tentang apa Mas?" Tanya Raya seraya memasukkan dimsum ke dalam mulut.

"Udah makan dulu, abis itu baru aku ngomong." Jawab Nadeo.

Sebenarnya Nadeo tidak ingin apa yang akan diutarakan pada Raya, membuat nafsu makan Raya hilang. Karna tidak mungkin ada perempuan yang baik-baik saja ketika melihat orang yang dicintai menikah dengan orang lain.

"Udah ah mas, ngomong aja, bikin aku penasaran tau gak?" Desak Raya disela mengunyah makanan.

Nadeo diam sejenak. Menarik nafas, lalu menghembuskannya kembali. Berat!. Begitu berat rasanya mengatakan semua pada Raya.

"Aku mau dijodohi Ray." Lirih Nadeo.

Seketika dimsum yang ingin masuk ke dalam mulut Raya, ditaruh lagi. Dalam sekejap nafsu makan Raya hilang.

Sebenarnya Raya tidak kaget akan hal itu. Sebab Raya sendiri tahu, kalau Bu Ningrat tidak pernah suka padanya, lebih tepatnya dengan masa lalu yang dimiliki Raya. Raya tidak marah. Raya tahu semua ibu ingin yang terbaik untuk anaknya, tidak terkecuali Ibunya Nadeo.

Raya juga sadar diri, dengan masa lalunya yang kelam memang sangat sulit untuk diterima oleh keluarga laki-laki. Siapa pun itu. Karna sudah kodrat wanita, jika wanita dilihat dari masa lalunya, sedangkan laki-laki dilihat dari masa depannya.

Sakit!. Mungkin itulah kata yang tepat untuk mendeskripsikan perasaan Raya sekarang. Bertahun-tahun menjalin hubungan asmara, tapi tetap tidak bisa bersama disebabkan tidak adanya restu dari orang tua.

"Kamu terima kan Mas?" Tanya Raya lembut memastikan. "Aku udah bilang berapa kali sama kamu Mas, itu pasti yang terbaik untuk kamu. Semua orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya, enggak terkecuali Mama. Aku gak pantas Mas buat kamu!"

"Tapi yang aku mau kamu Ray." Ujar Nadeo dengan nada memelas.

"Mas, tolong jangan pikirin diri sendiri dulu. Jangan egois Mas. Mas Nadeo pikir dengan kita menentang restu orang tua, kita akan bahagia? Enggak mas!"

"Terus aku harus gimana Ray? Aku gak mau kehilangan kamu."

"Lupain aku Mas, apapun yang kita lakukan gak akan merubah kehendak Mama. udah bertahun-tahun Mas, menikahlah dengan pilihan Mama, aku yakin kamu akan bahagia Mas."

"No! Aku bahagianya sama kamu, aku gak mau kehilangan kamu, apapun yang terjadi." Nadeo tetap kekeh sama pendiriannya.

"Terus maunya Mas gimana?"

"Jangan tinggalin aku," Pinta Nadeo, "Tetap stay dengan aku. Aku janji akan lakuin apapun yang penting kita bisa bersama."

"Dengan cara?" tanya Raya Ragu.

"Apapun itu."

"Jangan gila Mas!"

"Aku gila, aku emang udah tergila-gila sama kamu!"

"Apapun yang mas lakukan, jangan sampai buat Mama kecewa dan sedih." Mohon Raya.

"Pasti!" Sahut Nadeo yakin, "Asal kamu gak akan berpaling dari aku. Kita akan menikah juga."

Sebenarnya Raya adalah perempuan lembut dan baik hati. Di saat seperti ini dia masih memikirkan perasan Bu Ningrat, yang jelas-jelas tidak menyukainya. yang merenggut kebahagiaanya. Padahal bisa saja ia menghasut Nadeo, untuk kawin lari. Tapi Raya masih punya perasaan.

Dan karna kesalahannya di masa lalu, membuat Raya harus menelan pil pahit sekarang. Pasalnya ibu dari orang yang ia cintai tidak menerimanya.

Raya melakukan semua itu bukan tanpa alasan, Raya yang saat itu bekerja di sebuah cafe, harus rela menjual diri kepada lelaki hidung belang untuk membiayai kuliahnya. Raya tidak tahu harus meminta kepada siapa, karna memang dia tidak punya siapa-siapa.

Gaji tempat Raya bekerja tidak cukup untuk membiayai kuliahnya, sedangkan Raya sangat berkeinginan menjadi designer profesional.

Walaupun mempunyai masa lalu yang pahit, tak membuat karir Raya hancur. malah sekarang Raya juga menekuni dunia permodelan. Mungkin ini adalah hasil dari kerja kerasnya. Karirnya sedang di puncak kesuksesan.

Tak Dapat Ditolak

Beberapa hari yang lalu, Pakde dan Bude sudah menelpon Nabila memberitahukan bahwa mareka akan ke Jakarta menemui Nabila. Hati Nabila senang bukan kepayang orang yang dirindukan akan ke sini.

Pakde dan Bude Nabila adalah pengganti orang tuanya yang meninggal sepuluh tahun yang lalu karna kecelakaan. Pakde juga Bude sudah menganggap keponakannya itu layaknya anak sendiri. Dan hari ini, mareka akan berkunjung ke tempat Nabila.

Taxi berhenti di depan rumah kos. Terlihat sepasang suami istri turun dari taxi tersebut membawa satu koper. Mareka berjalan masuk melalui pintu gerbang yang dibuka satpam. pasangan suami istri itu langsung menuju ke pintu kos Nabila.

Baru hendak mengetuk pintu, sudah ada yang membukakan pintu. Nabila. Ya, benar saja gadis kecil yang mareka ingin temui.

"Pakde, Bude" Panggil Nabila seraya berhamburan ke pelukan keduanya. "Baru Nabila mau jemput." Ujar Nabila diiringi lepasnya pelukan.

"Eh, ndak usah repot-repot loh!" Kata Bude diiringi senyum.

"Ayo masuk!" Ajak nabila

Nabila mengangkat koper dan memasukkan ke dalam. "Bila bikin minum dulu ya, Bude sama Pakde duduk saja dulu!"

Nabila pun menuju ke dapur untuk membuatkan minum. Selang beberapa menit Nabila keluar lagi dengan nampan di tangannya yang berisi dua cangkir teh. Nabila menaruh cangkir tersebut ke meja lalu duduk bersama di antara keduanya.

"Silahkan diminum dulu Pakde, Bude."

Setelah mengobrol santai dan basa-basi, sampailah pada hal yang penting. Hal yang membawa Pakde dan Budenya jauh dari kampung menemui Nabila.

"Nabila, adahal penting yang sebenarnya ingin Pakde dan Bude sampaikan padamu." Tutur Pakde dengan nada serius.

"Apa itu pakde?"

"Pakde sama bude ingin menjodohkan mu" Ungkap Pakde

Bak disambar petir di siang hari. Nabila tidak menyangka kedatangan Bude dan Pakde dari jauh rupanya ingin membahas perjodohan. Bukan apa-apa, Nabila baru saja menyelesaikan sekolah SMAnya dan baru saja menjadi mahasiswa di sebuah kampus di Jakarta.

Bukankah ia masih sangat muda? Bagaimana dengan cita-citanya? Tidak mungkin ia yang begitu muda bisa berumah tangga dengan baik. Menjadi istri yang baik. Pacaran saja tidak pernah.

Apalagi ia akan menjadi istri orang yang sama sekali tidak ia kenal. Kenal saja tidak, apalagi cinta.

Lalu bagaimana kuliahnya? Bagaimana mengurus suami? Belum lagi jika hamil dan melahirkan anak, lalu mengurus anak. Sungguh itu bukanlah hal yang mudah. Setidaknya harus mempunyai persiapan mental yang kuat terlebih dahulu.

Tapi, mungkinkah ia menolak permintaan orang yang sudah membesarkannya dari kecil. Orang yang berjasa dalam hidupnya, orang yang memberikan pendidikan penuh kepadanya, pengganti kedua orang tuanya.

Selama ini mareka tidak menuntut apa-apa dari Nabila, Nabila dibesarkan layaknya anak sendiri tanpa beda kasih sayang.

Haruskah juga nabila mengubur rasa cintanya kepada Pak dosennya. Ya, walaupun pak dosennya itu tidak tahu apa-apa. Tapi sungguh, Nabila benar-benar sudah jatuh cinta kepadanya. Baru kali ini Nabila melihat seorang laki-laki yang membuat jantungnya berdetak kencang. Lagian jodoh juga tidak akan ada yang tahu kan? Tak ada salahnya juga Nabila berharap agar Pak dosennya itu berjodoh dengannya.

Nabila diam tidak tahu harus menjawab apa, dia benar-benar syok.

"Bude tahu, ini berat untuk kamu. Tapi bude yakin ini adalah yang terbaik untuk kamu." Ucap Bude lembut.

Bude pun tahu kalau Nabila terkejut dengan semua ini, tiba-tiba datang dari jauh dan mau menjodohkannya dengan laki-laki yang tidak dikenalnya.

"Pakde tidak asal menjodohkanmu nduk, Pakde pun memilih orang yang tepat. Pakde dan bude khawatir kamu di sini gak ada yang jagain, karna Mbak Anisa mu sudah kerja di sana. Bu Ningrat istrinya almarhum Pak Sigma ingin berbesan dengan Pakde dan Bude. Kamu tau sendirikan kalau Mbak Anisa sudah bertunangan. Ndak mungkin toh bapak jodohkan dengan dia. Seketika Pakde ingat kamu tak punya calon, jadi Pakde jodohkan dengan mu. Toh anaknya baik, Pakde dengar dia itu Dokter." Terang Pakde panjang lebar.

"Kamu ndak usah takut loh nduk, calonmu orang disini, dia sudah mapan. Dia juga membebaskan mu untuk mengejar cita-cita, orang nya baik!" Tambah Bude mayakinkan.

"Iya Pakde, Bude. Nabila ikut gimana baiknya saja." Kata Nabila menurut.

Nabila meyakinkan diri bahwa ini adalah pilihan terbaik untuknya. Tidak mungkin Pakde menjodohkannya dengan sembarang orang, Pakde dan Bude pasti memilih yang terbaik untuknya.

"Nah! Mungkin malam lusa kita akan ke rumah Bu Ningrat untuk saling berkenalan. Kita diundang makan malam juga, buat ngebahas perjodohan."

Nabila mengangguk, meyakini ini adalah jalan terbaik dalam hidupnya.

...****************...

Pagi ini wajah Nabila nampak murung dan sedih, terlihat sekali bila gadis yang memiliki hidung mancung ini sedang punya masalah.

Cinthya sedari tadi sudah memperhatikan sahabatnya itu tidak fokus dengan apa yang sedang dijelaskan oleh dosen. malahan buku Nabila tampak kosong dari tinta-tinta yang seharusnya berserakan dalam lembar putih itu.

Setelah kelas selesai, Cinthya menghampiri Nabila yang sedang membereskan buku dan memasukkannya ke dalam tas.

"Kamu kenapa Bil? Kok mukanya kusut gitu kayak jemuran baru diangkat dan belum di Strika?" Tanya Cinthya, "Kalau ada masalah cerita dong!"

Sebelum menjawab, Nabila melihat ke sekeliling ruangan, memastikan masih adakah orang, agar ia aman untuk bercerita. Kemudian Nabila menarik kursi agar Cinthya duduk, artinya Nabila butuh Cinthya untuk berbagi keluh kesah yang dialaminya.

"Duduk dulu!" Ujar nabila mempersilakan.

Cinthya duduk.

"Aku dijodohin!" Ungkap Nabila langsung.

"Hah?" Cinthya langsung terkejut mendengar ungkapan Nabila, "Serius lo? Sama siapa?" Cecar Cinthya.

Nabila mengangkat bahu "Gak tau, besok mungkin dikenalin." Jawab Nabila betek.

"Terus lo mau aja gitu?"

"Ya aku harus gimana? Gak mungkin juga kan aku nolak!"

Cinthya menarik nafas lalu membuangnya. Ia juga tidak tahu harus memberikan saran yang bagaimana, karna ini termasuk masalah kekeluargaan, Rasanya kurang pantas Cinthya ikut campur dan memberi pendapat. Tapi ini masalah sahabatnya.

"Ya..., tapi gak seharusnya juga loh Bude sama Pakde kamu itu main jodoh-jodohin kamu. Apalagi sama orang yang gak kamu kenal, kamu gak cinta. Jangan hanya karna mareka yang udah besarin kamu, mareka asal nentuin aja masa depan kamu!" Celoteh Cinthya panjang lebar.

Cinthya merasa tak terima jika sahabatnya itu asal dijodohkan dengan orang yang tidak dikenal. Menurut Cinthya, Nabila berhak menentukan jalah hidup dan masa depannya. Walau Pakde dan Bude adalah orang yang punya pengaruh besar dalam hidup Nabila, Bisa dibilang dari A sampai Z semua karna Pakde dan Bude.

Cinthya juga tahu Nabila tidak enak untuk menolak perjodohan yang tidak diinginkannya, karna memikirkan perasaan Pakde dan Bude.

"Sebenarnya aku sih gak keberatan dijodohin, karna aku yakin Pakde sama Bude pasti akan memilih orang yang baik untuk jadi imam aku. Tapi yang jadi masalahnya, aku udah suka banget sama seseorang. Ya..., walaupun orang itu gak tau" Cetus nabila.

"Siapa?" Tanya Cinthya penasaran.

Nabila tersenyum bodoh. "Sama pak nadeo lah. Bisa jadikan aku jodoh sama dia, kan jodoh gak ada yang tau." Papar Nabila semangat.

Cinthya tampak tersenyum melihat tingkah bodoh sahabatnya.

"Ternyata kamu beneran suka ya Bil sama Pak Nadeo. Kalau kamu mau dekatin dia, siapa tahu hati dia bisa kepincut sama kamu!"

"Sekarang gak mungkin, aku harus ngubur rasa suka aku. Aku yakin pilihan Pakde dan Bude yang terbaik."

"Gimana kalau kamu tolak aja?" Saran Cinthya.

"Gak mungkin Cin, mareka juga punya alasan kuat buat jodohin aku. Aku jauh sama mareka, aku di sini gak ada yang jagain, karna gak ada lagi Mbak Anisa. Mareka ngerasa aman kalo aku menikah." Tolak Nabila akan saran Cinthya.

"Tapi itu bukan satu alasan yang pantas buat nentuin masa depan kamu. Kamu berhak loh menikah dengan orang yang kamu cinta"

"Enggak Cin, mungkin ini udah jalan hidup aku."

"Fine kalau kamu mau berusaha buat cinta sama orang itu. Tapi kalau ternyata orang itu gak bisa cinta sama kamu, dan gak bisa nerima kamu gimana? Kayak yang ada di novel-novel ternyata lelakinya terpaksa menikah karna keinginan orang tua, dan dia gak bisa cinta sama kamu, gimana?"

"Kebanyakan baca novel online deh kamu kayaknya. Cinta akan datang karna terbiasa Cinthya, mungkin ini adalah jalan terbaik buat aku!"

"Yaudah deh, semoga bahagia." Ujar Cinthya akhirnya. Cinthya menarik lengan Nabila dan membawa ke pelukannya, tanda ia bersimpati akan Nabila.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!