Berada di situasi penuh kekacauan, kebakaran dimana mana, kemudian terlihat seorang pria berpakaian jas putih layaknya dokter. Kemudian dia mengatakan
"Katsura, kau harus hidup, gunakanlah kemampuan ini untuk menjaga dirimu, aku turut sedih karena tidak bisa melihatmu tumbuh dewasa, selamat tinggal, Anakku." lalu pria itu pun tergeletak di tanah
"HAHH APA ITU" Teriak Katsura yang bangun dari tidurnya.
"Mungkin hanya mimpi yang aneh, yah biarlah" ucap Katsura terleha-leha, lalu sang Ibu memanggil dari bawah.
"Nakk, kamu sudah bangun? sarapan sudah siap."
"Ahh iya aku akan segera kesana Bu" kata Katsura terburu buru, setelah mengganti baju pun dia turun kebawah dengan perasaan senang.
"Hari ini makan apa bu?"
"Ibu memasakkan masakan kesukaanmu, taraa" ucap ibu dengan gembira.
"Wahhh steak!, yaaayyy" teriak Katsura gemilang.
"Ini makanlah, cepat ya sebentar lagi sekolah" ucap ibu.
"Baik bu".
Terdengar suara memanggil Katsura dari luar rumah, Ibunya pun mengecek keluar.
"Oh ternyata Herald ya, masuklah dulu,p Katsura sedang ganti pakaian" ajak ibu.
"Ah tidak usah Bu, aku akan menunggu diluar saja" tolak Herald.
Beberapa menit pun berlalu, Katsura pamit ke Ibunya lalu berangkat sekolah, di jalan pun ia mengobrol bersama Herald tentang cita citanya.
"Hey apakah kamu sudah menentukan cita-citamu?" tanya Herald.
"Hmm, aku masih bingung, mungkin dokter? tidak, penyanyi juga tidak buruk" jawab Katsura.
"Tapi kan kamu buruk dalam menyanyi" ucap Herald sambil tertawa kecil.
"Diamlah, tidak salah juga kan menghayal, lagipula aku suka menyanyi" Kata katsura yang malu.
Setelah itu mereka pun sampai disekolah, "Ah sudah telat, ayo lari" ajak Herald.
Sesampainya disekolah pun mereka melakukan perkenalan diri karena Katsura dan Herald adalah murid pindahan dari SMP 2.
"Hai perkenalkan, Namaku Katsura Laith, umurku 14 Tahun, hobiku menyanyi, menggambar, dan juga main game!, cita-cita ku, hmm mungkin aku belum mempunyai cita-cita untuk sekarang, yah begitulah, salam kenal ya!" Kata katsura dengan gemilang.
"Kalau namaku Herald Finddor, umurku 15 tahun, hobiku adalah membaca buku dan menulis, cita-citaku, mungkin menjadi penulis tidak buruk juga, salam kenal ya teman teman!" kata Herald sambil menundukan kepala.
"Ah aku lupa menundukan kepala saat perkenalan tadi, ah sudahlah" kata Katsura dalam hati dengan kecewa.
"Yah baik murid-murid sekian perkenalan murid baru kita, silahkan duduk kita akan memulai pelajaran".
Murid disamping Katsura pun berkata
"Hai, namaku Aizo, salam kenal ya!" ucap Aizo senang.
"iya salam kenal juga" Kata Katsura sambil tersenyum.
Tiba tiba ditengah pelajaran ada murid yang saling melempar pesawat kertas, Katsura melihatnya lalu terpikirkan lah sesuatu dibenak dia, dia ingin menjadi pengendali pesawat, pilot. Membayangkannya saja membuat Katsura tersenyum-senyum penasaran.
Bel istirahat pun berbunyi, para murid bergegas keluar dari kelas dan pergi ke kantin, ada juga yang bermain bola di lapangan, Katsura mengajak Herald ke kantin untuk makan bersama.
Sesampainya di kantin Katsura pun mengoceh, "Wah kantin disini bagus sekali ya, jauh berbeda sekali dengan kantin kita dulu, benarkan Herald?" ucap katsura sombong.
"Iya, kamu benar" kata Herald. Setelah itu mereka pun memesan beberapa makanan.
Dan disaat mereka makan Katsura berkata kepada Herald, "Hey, aku sudah menemukan cita-citaku nanti!"
"Oh ya? apa itu?" tanya Herald penasaran, "Aku ingin menjelajahi luar angkasa! makannya aku ingin menjadi pilot, ah bukan hanya pilot biasa, aku ingin menjadi pilot di luar angkasa, aku bermain game tentang luar angkasa jadi tertarik untuk kesana!" ucap Katsura tersenyum lebar.
"Wahh astronot ya, mungkin aku bisa menjalankan 2 cita-cita sekaligus, aku juga ingin keluar angkasa untuk menulis beberapa novel tentang planet dan lain-lain" ucap Herald.
"Nah bagaimana kalau kita menjadi rival?" ajak Katsura.
"Rival apa?" tanya Herald.
"Kita akan bersama-sama pergi keluar angkasa, siapa yang duluan, dia yang menang!, setuju?" jawab Katsura dengan senang.
"Baiklah, tantangan diterima!" teriak Herald.
Bersambung...
Setelah membuat janji, merekapun melakukan janji jari kelingking, setelah jam istirahat selesai merekapun kembali berjalan ke kelas, ditengah tengah pelajaran Katsura menguap karena mengantuk, dikarenakan dia semalam begadang membaca komik.
"Ah aku sangat mengantuk, mungkin karena aku begadang semalam, ditambah pelajaran ini sangat membosankan, aku sampai ingin tidur disini." ucap Katsura lelah sambil menggosok matanya
Kemudian Ia melihat keluar jendela ada orang aneh berpakaian seperti tukang pos, memakai kemeja biru dan celana jeans panjang, lalu memakai topi sambil berlari membawa suatu berkas.
"Ah mungkin hanya tukang pos biasa yang ingin mengantarkan surat" oceh Katsura seakan tidak peduli dengan orang itu, lalu bel pulang pun berbunyi.
Di jalan, Katsura bersama Herald kembali bersama, mereka pun membahas soal tujuan mereka nanti, "Jadi kau akan melanjutkan ke SMA mana Herald?" tanya Katsura sambil berpose santai.
"Aku tidak tahu, belum ada rencana sejauh itu, tetapi jika masuk aku akan mengambil jurusan astronomi, karena itu yang kita perlukan bukan?" jawab Herald.
"Hmm iya sih, eh kau tahu tidak, tadi saat di kelas aku melihat orang misterius yang berpakaian seperti tukang pos, dia membawa berkas lalu berlari dengan cepat, untungnya mataku tajam jadi aku dapat melihat isi berkasnya walaupun sedikit saja" urai Katsura keheranan.
"Oh ya? apa isinya?" tanya Herald sambil mengambil minum di tas nya.
"Aku melihat seperti undangan, namun dengan desain yang aneh, seperti khusus sekali untuk orang, makannya aku mencurigai dia" kata Katsura sambil berpose berpikir di dagu.
"Ah masa kamu mencurigainya, emang apa salahnya juga dia terburu buru seperti itu, mungkin memang sudah lewat hari pengiriman makannya dia lari" kata Herald sambil tertawa.
"Benar juga, ya" Lalu muncullah di dekat tiang listrik tukang pos yang tadi siang Katsura lihat.
"Ah halo, perkenalkan namaku adalah Homura, aku disini sebagai 'tukang pos' " ucapnya sambil senyum mencurigakan.
"Siapa kau? mau apa kau dari kami?" Tanya Katsura dan Herald bersamaan, "Jika kau macam-macam aku bisa laporkan ke pihak berwajib tentang ini" tambah Herald tegas sambil menunjuk ke arah tukang pos.
"Aku? berbuat macam macam? haha tentu saja tidak" ucapnya sambil tertawa, "Aku disini untuk menawarkan kalian tawaran menarik, kalian ingin menjadi astronot bukan? aku punya berita yang bagus untuk kalian" kata nya sambil tersenyum mencurigakan lagi.
"Apa maksudmu" tanya Katsura dan Herald tegas, karena takut ada masalah mereka pun memasang kuda-kuda seperti ingin berkelahi.
"Yahh sampai memasang kuda-kuda seperti itu, apa kau sebegitu nya tidak percaya padaku" ucap tukang pos merendahkan dirinya.
"Tentu tidak lah, kau orang asing, aku tidak bisa percaya padamu" bantah Katsura tegas dengan raut wajah marah dan waspada.
Secara tidak terduga si tukang pos berlari dan menendang punggung Herald dengan kencang, Katsura mencoba untuk memukulnya namun si tukang pos terlalu cepat.
"Kurang ajar kau ternyata memang mau macam-macam ya" kata Katsura kesal.
"Ah jangan marah marah tuan kecil, mari kita berbicara, aku menjatuhkan temanmu terlebih dahulu karena dia cukup berbahaya dibandingkan denganmu" ucap tukang pos sombong.
"Tidak akan, aku tidak akan mendengarkan sepatah kata apapun dari mulutmu itu!" bantah Katsura tegas.
"Ehh, seram seram, bagaimana kalau aku mengatakan bahwa kau dan temanmu itu bisa menjadi astronot tanpa susah payah berpendidikan tinggi?" ucapnya serius, mengemukakan rahasia yang diketahui olehnya.
Katsura terkaget, lalu berkata "A-Apa kau bilang? k-kau pikir aku akan termakan oleh tipuan bodohmu itu hah?!!" jawab Katsura dengan lantang lalu dia pun berlari menuju tukang pos dengan tangan dikepal sekuat mungkin, tukang pos menghindar, sehingga tinju itu mengenai pohon kecil di belakangnya.
Sang tukang pos terkejut, karena tinjuan itu dapat merobohkan pohon yang kecil. "A-apa? bagaimana bisa tinju dia sangat kuat" ucapnya kebingungan, lalu dia pun lengah dan berhasil dipukul oleh Katsura, sang tukang pos pun terlempar hingga pagar.
"Haha, menakjubkan, walau masih SMP kau sudah sekuat ini, bagus bagus" puji tukang pos sambil bertepuk tangan.
"Apa maksudmu, jelaskan semua ini Homura!" Katsura menyuruh dengan lantang.
"Baiklah akan kujelaskan, pertama, aku adalah orang dari organisasi Viper, sebuah organisasi mata-mata" katanya.
"Mata-mata? tapi kau bilang aku dan temanku akan menjadi astronot, bukan mata mata, ini tipuanmu lagi ya sialan?!" jawab Katsura marah.
"Santai dulu, ada kronologis nya, pertama, Viper membutuhkan orang yang tertarik akan astronomi untuk kepentingan misi, lalu saat aku melihat kalian berbincang soal astronot di kantin aku menyadari bahwa kalian punya potensi."
"Potensi akan impian kalian terwujud, dan misi Viper berhasil, makannya aku mencoba terlihat mencolok dimatamu Katsura Laith." jelas Homura.
"Tapi mengapa kau menyerang kami?" tanya Katsura kebingungan, lalu Homura menjawab,"Ya itu hanya untuk mengetes kemampuan kalian, jadi kami "Viper" hanya akan mengajarkan kalian teknik lanjutan dari beladiri, karena jika belum terasah sama sekali akan sulit diajari, aku sangat malas untuk mengajari dasar-dasarnya."
"B-Benarkah bisa seperti itu? tapi aku masih terlalu muda untuk mengikuti misi penting seperti itu" jawab Katsura lirih.
"Tenang saja, batas waktunya masih 5 tahun lagi, masih ada waktu. Oh iya aku minta maaf soal temanmu itu ya, nih selembaran kertasnya, disitu tertulis alamat pusat Viper, datanglah jika sudah siap" ucap Homura sambil berjalan pergi dari Katsura.
"T-tunggu dulu, aku ingin tahu misi apa sebenarnya yang "Viper" ini laksanakan?" Tanya Katsura bingung
"Heh, Memata-matai alam semesta lain" Jawab Homura dengan tatapan tajam sambil menoleh kebelakang.
Bersambung..
"A-apa? memata-matai alam semesta lain? apakah itu mungkin? aku hanya tahu itu dari game dan komik saja" tanya Katsura terkejut sambil mengangkat tubuh Herald yang pingsan tergeletak di jalan.
"Tentu saja bisa, hanya saja kalian masih terlalu muda untuk ini, datanglah setelah lulus kelas 11 atau setelah lulus SMA juga tidak apa" ucap Homura.
"Dah ya, aku ingin pulang ke markas, repot juga kalau telat aku bisa bisa dimarahi ketua lagi, sampai jumpa!" Homura tertawa dan kabur dari Katsura.
Lalu Katsura mulai menggendong Herald sampai kerumahnya, dia berniat untuk menginap di rumah Herald malam ini, setelah sampai di rumah Herald, Ibunya pun teriak terkejut melihat anaknya pingsan dengan luka di perut.
"Oh anakku, apa yang kamu lakukan di sekolah tadi" ucap sang Ibu sambil menangis, Katsura merasa bersalah jadi dia tidak memberi tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Herald.
"Nak Katsura, apakah kamu tahu kenapa Herald bisa jadi seperti ini? kamu kan yang bersamanya tadi pulang?" tanya sang Ibu khawatir.
"Emm ahh itu tadi saat di sekolah dia berkelahi dengan kakak kelas karena dipaksa, lalu aku menggendongnya sampai kesini" ucap Katsura terengah-engah.
Lalu dalam hati ia berkata "Aggh sial aku tidak terlalu bisa berbohong, apa aku kasih tahu saja ya?, ah tidak tidak, pasti akan terjadi masalah jika kuberi tahu, ah biarkan saja lah, lagipula ibunya mungkin akan percaya saja."
"Begitu ya, dasar kakak kelas yang tidak sopan, akan Ibu laporkan ke kepala sekolah" ucap Ibu kesal.
"Oh ya Katsura" panggil Ibu Herald. Katsura menjawab, "Iya bu? ada apa ya?"
"Maukah kamu menginap disini semalam, Ibu akan berangkat kerja sebentar lagi, sekalian kamu yang merawat dia ya selagi Ibu tak ada" kata sang Ibu.
"Ah iya bu aku tidak keberatan (memang niatku begitu sih) ucapnya dalam hati.
"Dah ya, ibu pergi dulu" sang Ibu pergi meninggalkan rumah.
"Iya selamat jalan" balas Katsura.
Lalu malam pun tiba, Herald terbangun dengan kondisi badan pegal pegal lalu dia berkata, "Ah aku dimana ini, pusing sekali rasanya, badanku sakit semua."
"Ah jangan bangun dulu, lukamu belum sembuh, sebaiknya kau tiduran lagi saja" kata Katsura sambil menahan Herald untuk bangun.
"Oh itu kau ya Katsura, apa yang terjadi tadi sore? terakhir aku ingat aku ditendang dengan sangat kencang" kata Herald.
"Ah ya hmm, darimana aku menjelaskannya ya, oh aku tahu. Pertama si tukang pos itu menginginkan kita masuk ke organisasinya karena kurang orang."
"Organisasi apa?" tanya Herald.
"Organisasi itu bernama Viper, tugasnya adalah memata-matai sesuatu, namun misi kali ini adalah memata-matai alam semesta lain."
"Dia membutuhkan kita yang tertarik dengan dunia luar angkasa, ditambah kemampuan berkelahi kita dinilai lumayan oleh dia, dia menyerang kita karena ingin tahu kemampuan kita sudah sampai mana, jadi begitulah ceritanya" jelas Katsura.
"Hmm semuanya jelas sekarang, namun dari sekian banyak orang yang tertarik astronomi, mengapa hanya kita yang diundang?" tanya Herald sambil memalingkan badan ke samping.
"Mungkin kita saja lah yang belum direkrut, aku ingin mengikuti misi itu, apakah kamu bersedia juga?" ajak Katsura.
"Misi ya, hmmm aku akan ikut jika itu masih lama, kita ini masih sekolah, jangan mengikuti organisasi itu dahulu, pendidikan itu penting lho" Ucap Herald.
"Dia bilang masih ada waktu 5 tahun lagi, dia menyarankan kita untuk bergabung setelah lulus sma ataupun naik ke kelas 12" jawab Katsura.
"Baiklah, aku ikut, sepertinya disana ada bahan inspirasi bagus untuk ku menulis sebuah novel." kata Herald.
"Oh ya aku baru ingat, aku akan menceritakan ini kepadamu, mungkin kau tahu sesuatu soal ini" ucap Katsura sambil berdiri.
"Ceritakan lah itu, aku penasaran" balas Herald dengan penasaran.
"Ya, jadi didalam mimpiku aku berada di dunia yang aneh dan penuh kekacauan. Kebakaran dimana-mana dan aku mendengar suara orang berteriak sangat kencang, bagaikan mimpi buruk bagiku." jawab Katsura sambil berjalan ke arah jendela.
"Lalu apa salahnya, mungkin hanya mimpi buruk biasa" Herald bangun dari tidurnya.
"Tidak, bukan itu yang menarik perhatian ku, setalah itu ada pria berbaju seperti dokter mendekatiku dan berkata, "Katsura, kau harus hidup, gunakanlah kemampuan ini untuk menjaga dirimu, aku turut sedih karena tidak bisa melihatmu tumbuh dewasa, selamat tinggal, Anakku." kemudian pria itu pun jatoh tergeletak.
"Apakah dia mati?" tanya Herald. Katsura menjawab, "Sepertinya iya, namun aku merasa janggal dengan mimpi itu, biasanya mimpi yang ku alami akan menjadi kenyataan nantinya, misal saat aku bermimpi melihat ular besar di taman, lalu beberapa bulan kemudian menjadi kenyataan."
"Atau saat aku bermimpi diberi hadiah pistol mainan olehmu saat ulang tahunku, dan itupun benar-benar terjadi saat ulang tahunku, aku merasa ini pasti akan terjadi, tapi bukan pada masa ini" ucap Katsura sambil menyentuh kaca jendela.
"Memang apa yang membuatmu berpikir begitu?" tanya Herald kebingungan.
"Ya, kau tahu kan bahwa aku tidak memiliki Ayah? bagaimana bisa itu terjadi nanti bila aku tidak memiliki sosok Ayah dalam hidupku, aku tidak pernah melihatnya sama sekali waktu kecil" ucap Katsura sambil mengepalkan tangannya di kaca.
"Yah mungkin itu hanya mimpi random biasa, aku juga sering menemukan mimpi ku terjadi di dunia nyata, mungkin itu bukanlah salah satu yang akan terwujud nantinya, intinya santai saja Katsura."
"Yah mungkin kau benar" kata Katsura sambil menoleh ke belakang dengan tersenyum. lalu Herald pun bangun dan berkata, "Apakah kau lapar? aku mempunyai banyak makanan di kulkas, ayo makan bersama" ajak Herald dengan tulus.
"Iya, aku sudah lapar, ayo makan" Jawab Katsura.
Waktu pun berlalu hingga masa masa akhir kelas 11.
Di pagi hari di sekolah SMA 6, Katsura sedang menunggu bel masuk sekolah di taman dekat air mancur, sambil berpikir kejadian apa yang akan dia lalui hari ini, karena firasat dia mengatakan bahwa akan ada hal menarik nantinya. lalu Herald pun datang menghampiri.
"Woi sedang apa kau disitu melamun sendirian" Herald menepuk pundak Katsura dari belakang.
"Hey kaget tahu, aku sedang memikirkan sesuatu". ucap Katsura dengan raut wajah kaget
"Memikirkan apa? menikah atau bagaimana?" tanya Herald bercanda.
"Kau bodoh ya, mana mungkin aku memikirkan pernikahan di masa ini, aku sedang memikirkan hal yang tidak penting, lupakan saja lah" bantah Katsura.
Lalu bel pun berbunyi. situasi berpindah di kelas dimana Katsura duduk di tengah pojok kiri dekat kaca, sambil melihat ke arah keluar.
"Ah membosankan sekali seperti biasa, sepertinya aku memang bukan ahlinya pada bidang sejarah."
Lalu Katsura pun melihat jendela lalu melihat seorang tukang pos biasa sedang mengirimkan surat pada satpam. "Eh tunggu dulu, aku teringat sesuatu dengan seragam itu."
Bel pulang pun berbunyi, lalu Katsura menemui Herald di depan kelas, "Hei, Kesini lah sebentar, aku ingin berbicara" ajak Katsura.
"Berbicara apa?" tanya Herald.
"Aku sudah menentukan, besok kita akan pergi ke markas Viper!" Ucap Katsura tegas.
Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!