NovelToon NovelToon

Cerita Cinta Mafia

1. Tentang Sally

"Hari ini aku yakin Mike akan menyukai hadiah ini."

Hari ini merupakan hari jadi mereka yang ketiga.

"Dia tidak menyukai hadiah terakhir yang aku berikan karena harganya murah. Tapi yang ini, aku membelinya dengan uang hasil kerjaku selama satu bulan."

Sally jatuh cinta pada Mike sejak pertama kali ia datang ke kota baru ini. Sally sebenarnya datang ke kota ini untuk urusan bisnis tapi malah jatuh cinta hingga melupakan urusan pekerjaannya bahkan tidak menghubungi kedua orang tuanya, dan hal itulah yang ia sesali hingga saat ini.

'Aku masih ingat saat pertama kali kita bertemu...'

3 tahun yang lalu, saat itu musim kemarau, dan angin bertiup sangat kencang. Sally baru keluar dari bandara dan tak sengaja bertemu dengan Mike. Mike dengan tulus membantu membawakan barang-barang Sally dan bahkan menunjukkan seisi kota ini pada Sally.

'Hari ini adalah hari jadi hubungan kita yang ketiga tahun. Aku tak sabar untuk bertemu denganmu.'

"Tapi, kenapa dia tidak menghubungiku sejak minggu lalu?" Sally bertanya pada dirinya sendiri. "Mungkin dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya."

Sally tiba di kantor Mike dan ia berhenti berjalan karena melihat Mike. Ia berdiri di sudut ruangan dan bersiap memberikan kejutan pada Mike. Sally bersiap berjalan, namun ia begitu terkejut saat melihat seorang wanita menghampiri Mike dan langsung memeluknya dengan mesra.

'Apa Mike sedang mengerjai ku? Ah benar, semua ini pasti hanya prank. Mike tidak mungkin menyakitiku.'

Sally berusaha menenangkan pikirannya sendiri.

Ketika Sally semakin berjalan mendekat ke arah Mike, Mike malah mencium wanita itu. Sally sontak langsung bersembunyi di balik dinding dan tampak terkejut. Ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sally berharap semuanya yang dilihatnya hanyalah mimpi, tapi kenyatanya tidak.

"Bagaimana jika wanita miskin itu mengetahui bahwa kau berselingkuh?" Wanita itu, bernama Talia, seorang model.

Mike tersenyum picik dan berkata, "wanita tidak berguna itu bukan apa-apa selain wanita miskin."

Setelah mendengar ucapan Mike itu, Sally tak dapat menahan air matanya lagi, ia lalu pergi dari kantor Mike.

Sally begitu kecewa. Ia melihat hadiah yang dibawakannya untuk Mike.

"Ku pikir kau menyukaiku dan bukan uang...."

Sally membuang hadiah itu ke tong sampah.

Sally kembali ke apartemen nya. Karena hadiah yang dibelikannya untuk Mike, dia tak bisa membayar sewa apartemen. Dan hari ini merupakan hari terburuk Sally, pemilik gedung apartemen datang untuk meminta uang tagihan kepadanya. Sally meminta maaf pada pemilik gedung apartemen dan meminta waktu. Pemilik gedung menjadi marah dan memaki Sally dengan kasar hingga terdengar oleh para penghuni apartemen yang lain. Sally meminta maaf pada semua penghuni apartemen karena sudah mengganggu.

"Jika kau tidak bisa membayar sewa, keluar dari apartemen ku. Kau pikir bisa tinggal disini dengan gratis." Ucap pemilik gedung.

Sally masuk ke dalam kamarnya dan mengambil ponsel miliknya yang asli bukan ponsel biasa yang digunakannya sehari-hari saat hidup sebagai wanita miskin.

"Semua gedung apartemen ini milikku sekarang." Ucap Sally dengan ekspresi dingin lalu membanting pintu kamarnya tepat di hadapan pemilik gedung.

Sally telah membeli seluruh gedung apartemen tempatnya tinggal saat ini, bukan hanya gedung apartemen ini. Tapi seluruh gedung yang ada di area itu hanya melalui transaksi di telepon miliknya.

Pemilik gedung terlihat semakin marah.

"Hei kau wanita miskin. Aku sedang tidak ingin bercanda." Teriaknya.

Sally tak menghiraukan teriakan pria itu. Ia memilih masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket.

Ponselnya yang lain terdengar berdering, sebuah panggilan masuk dari Mike. Awalnya Sally tak mau menghiraukannya, namun ia kemudian tetap menerima panggilan itu.

"Sayang, kau tidak datang untuk menemui ku hari ini. Kau tahu? Aku jadi patah hati. Apa kau lupa hari apa hari ini?" Ucap Mike di telepon.

'Patah hati matamu, dasar bajingan.' ucap Sally dalam hati.

Sally tertawa kecil lalu berkata, "ayo bertemu besok."

Setelah mengatakan hal itu,Sally langsung memutus sambungan telepon.

Sementara itu di apartemen Mike....

"Hhmmmpphh.... sejak kapan wanita miskin itu menjadi begitu arogan?" Ucap Mike.

"Ayolah sayang, tinggalkan wanita sialan itu. Dia tak pantas untukmu." Ucap Talia seraya membuka pakaiannya dihadapan Mike.

"Kau benar sayang." Mike langsung mendorong wanita itu ke atas tempat tidur miliknya.

Di tempat Sally....

Sally tengah mengeringkan rambutnya saat ia mendapat telepon dari sang Papa, Tuan Flynn. Sally akhirnya mau menjawab panggilan itu.

"Halo." Ucap Sally dengan suara yang tenang berusaha menutupi kesedihannya.

"Akhirnya, dasar kau puteri yang tak tahu bersyukur. Apa kau tak perduli dengan Papa mu ini yang begitu khawatir karena tak pernah mendapat kabar darimu? Kenapa tak pernah mau menjawab telepon dari Papa? Kenapa tak pernah mau mengabari Papa? Kau bahkan hidup sebagai orang lain." Ucap Papa Sally penuh nada khawatir.

Sally mulai terisak. Tuan Flynn mendengar dengan jelas bahwa puteri kesayangannya tengah menangis.

"Ada apa sayang? Apa kau marah pada Papa? Papa akan mengirimkan helikopter sekarang juga untuk menjemputmu. Papa dan Mama sangat merindukanmu." Ucap Tuan Flynn.

"Aku rindu Papa dan Mama." Isak Sally. "Aku akan kembali ke rumah setelah urusan bisnis disini selesai. Aku akan membuat orang-orang itu menyesal karena telah menghinaku." Lanjut Sally seraya mengusap air matanya.

"Apakah terjadi sesuatu kepada puteri ku?" Tanya Mama Sally, Nyonya Maria setelah Tuan Flynn menggunakan speaker saat mengobrol dengan Sally.

"Gak ada apa-apa Ma. Jaga diri Mama dan juga Papa baik-baik." Ucap Sally lalu mematikan sambungan telepon.

Sally kemudian membuka laptopnya dan mulai menginvestigasi beberapa perusahaan yang selama ini diincarnya. Hingga akhirnya ia tertidur.

>>>>>>>>>>>>>

Keesokan harinya, Mike berdiri di depan pintu kamar Sally. Tapi Sally sudah pergi sejak pagi sekali. Bahkan jika cinta yang dimiliki Mike adalah palsu, namun cinta Sally padanya begitu murni. Sally bahkan bersedia mengorbankan semuanya untuk Mike.

Helikopter yang dikirim Tuan Flynn sudah tiba sejak tadi. Semua pengawal dan pilot menyambut kedatangan Sally. Mereka semua membungkuk saat Sally berjalan dihadapan mereka.

"Nona, helikopter siap untuk take off." Ucap asisten pribadi Sally, Theo.

Theo bukan hanya sebagai asisten Sally, namun ia juga adalah bodyguard Sally.

"Maafkan aku Theo, untuk tiga tahun ini." Ucap Sally seraya mengenakan kacamata hitamnya.

Sally duduk di dalam helikopter.

"Anda pasti begitu menderita selama ini Nona." Balas Theo.

Sally tersenyum dingin.

"Tiga tahun belakang ini adalah pengalaman yang tidak akan pernah aku lupakan." Ucap Sally.

'Apa yang sebenarnya sudah terjadi? Kenapa Nona menjadi begitu dingin, dulu dia tak seperti ini. Dia wanita yang penuh semangat dan selalu ceria, yang selalu tersenyum dan tertawa.' ucap Theo dalam hati setelah mendengar ucapan Sally.

Sally mendapat panggilan telepon dari Mike di ponselnya yang lain. Sally lalu membuang ponsel itu dari atas helikopter.

"Ini bukan waktunya untuk membalas mu dan membuatmu menyesal. Aku akan menunggu sampai waktu itu tiba. Cinta pun bisa berubah menjadi benci." Ucap Sally menyeringai lalu memejamkan matanya.

Bersambung....

2. Bertemu

"Nona kita sudah tiba." Ucap Theo pada Sally.

Sally merenggangkan kedua tangannya kemudian turun dari atas helikopter, kedua orang tuanya sudah menunggunya.

Kedua orang tuanya saling pandang.

"Sayang, apa kau tidak sehat?" Tanya Sang Mama.

Sally mencium pipi mamanya.

"Aku baik-baik saja Ma. Ayo pergi, ada hal penting yang harus aku tangani." Balas Sally seraya berjalan menuju mobil.

"Ada apa dengannya? Kenapa dia bersikap begitu dingin?" Tanya Nyonya Maria pada sang suami.

"Tenanglah, aku akan mencari tahu. Kenapa dia bisa berubah." Balas Tuan Flynn.

"Lihatlah Sall, Papa membelikan mu mobil baru." Ucap Tuan Flynn lagi.

Sally tersenyum dan masuk ke dalam mobil mengajak Theo untuk pergi ke perusahaan.

"Aku akan pulang terlambat." Ucap Sally pada kedua orang tuanya.

"Nona..." Theo hendak mengatakan sesuatu, tapi Sally menyela ucapannya.

"Sudah ribuan kali aku katakan. Panggil aku Sally."

"Maaf Nona, saya tidak bisa melakukannya." Balas Theo.

Sally menghela napasnya.

"Aku dengar kau sudah punya wanita yang kau cintai?"

Theo terlihat malu dan menjawab, "iya."

Sally tertawa kecil, kemudian berkata, "cuti lah, dan istirahat yang banyak. Pernikahanmu akan menjadi pernikahan yang mewah."

"Karena itu adalah pernikahan saya, jadi biarkan saya yang memutuskan." Balas Theo.

"Tidak akan mungkin terjadi." Sally melihat ke arah Theo.

Sally akhirnya tiba di perusahaan dan keluar dari dalam mobil. Semua karyawan terlihat terkejut karena kehadiran Sally. Selama ini dia tidak pernah datang ke perusahaan meski satu kali pun. Dia benar-benar menjauhi perusahaannya dulu.

Semua karyawan menunduk saat Sally melewati mereka.

Sally hendak berjalan menuju ruangannya, namun ia lebih dulu berhenti di meja resepsionis dan mengatakan, "temukan seorang sekertaris untukku, sekertaris yang baik."

Sally lalu berjalan masuk ke dalam lift.

"Apakah kau akan terus mengikuti ku?" Tanya Sally pada Theo.

"Tentu saja Nona, karena itu memang sudah menjadi tugas saya." Jawab Theo.

"Kalau begitu jadilah asistenku di kantor."

"Sesuai perintah Anda Nona." Balas Theo lalu keluar dari dalam lift bersama Sally.

"Kapan Papa akan tiba?" Tanya Sally.

"Tuan besar akan datang jam 10 nanti." Jawab Theo.

"Kau carilah seorang sekretaris yang bisa dipercaya untukku, karena aku akan pergi ke suatu tempat."

"Saya harus mengikuti Anda Nona." Balas Theo dengan cepat.

Sally menatap Theo tajam dan mengatakan, "siapa aku ini?"

"Anda adalah Nona Muda saya." Balas Theo.

Sally menaruh telapak tangannya di dahi Theo.

"Jangan menjadi seperti robot." Ucap Sally.

Sally mulai mencari beberapa perusahaan yang ia temukan semalam dan langsung menelepon semua pemilik perusahaan dan mengatakan bahwa ia akan membeli semua perusahaan yang membuat semua bos itu terkejut.

Sementara itu di tempat lain...

Pemilik gedung apartemen datang ke apartemen Sally dimana disana masih ada Mike.

"Pak, dimana Sally?" Tanya Mike.

"Dia sudah pergi."

"Kemana?"

"Mana aku tahu?"

"Kasihan sekali wanita itu. Dia sudah tak bisa membayar sewa apartemennya dan pergi. Dia tak mungkin bisa menyewa apartemen lainnya. Jadi kemana perginya wanita itu?" Ucap Mike lalu beranjak pergi.

"Menyewa apartemen? Dia tak perlu melakukannya lagi. Sekarang dia pemilik tempat ini, bukan hanya tempat ini. Tapi seluruh gedung ini miliknya. Aku heran, bagaimana mungkin wanita kaya sepertinya bisa tinggal di apartemen seperti ini." Ucap pemilik apartemen saat Mike sudah pergi.

>>>>>>>>>>>>>>

Sally bekerja keras. Dia membeli sebuah apartemen sebagai tempat tinggalnya sendiri. Kedua orang tuanya masih kesulitan menerima sikap Sally yang baru. Tuan Flynn sangat bangga padanya karena telah berhasil memajukan perusahaan. Sally berhasil mendapatkan kesepakatan dengan semua perusahaan itu. Dan sekarang, Sally adalah bos mereka semua.

Sudah dua tahun berlalu sejak Sally berubah. Dia semakin terkenal hari demi hari.

Sally kembali ke kota dimana dulu ia pernah hidup sebagai orang biasa dan sederhana.

Sally menginap di hotel dan tengah mandi, lalu turun untuk makan malam. Setelah itu, ia keluar ke taman hotel untuk mencari udara segar.

"Waah, wanita itu cantik sekali." Ucap Oliver Lim, bujangan 24 tahun, playboy nomor satu di negara ini, merupakan putera tunggal dari keluarga Lim. Tak ada satu wanita pun yang bisa menahan godaan darinya.

"Lihatlah bro, sekali lihat saja kau pasti akan jatuh cinta padanya." Ucap Oliver pada William Aubrey, putera tertua keluarga Aubrey, pria terkaya di kota ini. Dengan wajah tampan yang tak diragukan lagi. Sukses menggantikan sang Papa dalam bisnis dari usia 20 tahun dan sekarang ia berusia 25 tahun sama seperti Sally.

Will melihat ke arah Sally dan dia bahkan tak berkedip sedikitpun hingga membuat Oliver mengejeknya. Tiba-tiba beberapa pria terlihat mendekat dan mengelilingi Sally.

"Damn bro, seseorang berusaha menculik Kakak ipar ku." Ucap Oliver.

Will memukul kepala Oliver dan berkata, "ayo kita lihat sebentar, apa yang akan terjadi selanjutnya."

"Minggir." Ucap Sally pada beberapa orang pria itu.

"Ayolah sayang, jangan galak begitu. Habiskan malam ini bersama kami. Kami akan memuaskan mu." Ucap salah seorang pria tanpa tahu malu.

Salah seorang pria menjulurkan tangannya berusaha menyentuh Sally. Dengan sigap Sally menahan tangan pria itu dengan menariknya keras ke arah belakang punggungnya lalu memutarnya. Seorang pria lainnya hendak memukuli Sally, namun Theo datang tepat waktu lalu mulai memukuli pria itu hingga babak belur.

Sally meminta Theo untuk berhenti memukuli pria itu.

"Kontrol otak mesum kalian dan jadilah pria yang gentleman." Ucap Sally' dengan wajah dingin lalu berlalu pergi.

"Hahahaha otak mesum dia bilang." Oliver terbahak. "Wanita itu memang pantas menjadi kekasihmu." Ucapnya pada William.

Will memandang Oliver dengan wajah yang terlihat marah.

"Untuk menjadi wanitaku, dia harus lebih dulu memenangkan hatiku." Ucapnya.

Will melihat ke arah Sally yang berjalan menjauh, ia kemudian tersenyum.

Oliver terlihat terkejut.

"What the.... Kau baru saja tersenyum." Ucapnya seolah tak percaya melihat Will tersenyum. "Tersenyum." Ulang Oliver lagi.

"Hanya ilusi mu saja." Balas Will lalu berjalan mengikuti Sally.

'Aku yakin, pria yang disampingnya itu adalah bodyguard yang paling kuat dari dalam daftar bodyguard yang ada. Siapa tadi namanya... Theo. Dan kau adalah wanita yang mengakusisi kelima perusahaan itu secara langsung.' ucap Will dalam hati dengan bibir tersenyum.

Theo menutupi leher Sally dengan sebuah syal.

"Diluar sini sangat dingin Nona." Ucap Theo. "Anda harus istirahat."

Will dan Oliver berjalan dibelakang mereka.

Sally menghentikan langkahnya dan berbalik.

"Kenapa kalian berdua mengikuti ku?" Tanya Sally dengan raut wajah yang dingin.

"Maaf Nona cantik, apakah kau tamu baru disini?" Tanya Oliver.

Sally terdiam, lalu kembali berbalik setelah melihat ke arah William.

"Bukan urusan kalian." Jawabnya ketus.

Sally dan Theo masuk ke dalam lift. Will dan Oliver dengan cepat ikut masuk ke dalam.

"Hei kalian berdua jangan berani...." Ancam Theo.

"Kami juga tamu yang tinggal di hotel ini." Ucap Will menatap Theo dingin.

Theo diam, dan sepanjang lift berjalan naik ke atas, mereka semua memilih diam. Meski sesekali Will mencuri pandang pada Sally. Menyadari hal itu, Theo berdiri di depan tubuh Sally dan menghalangi pandangan William.

'Dasar, pria ini...' umpat Will dalam hati.

Pintu lift terbuka, mereka semua keluar tepat di lantai yang sama. Theo yang mengira kedua pria itu mengikuti Nona Muda nya, lantas berbalik dan menatap mereka berdua dengan tatapan mengancam.

"Ada apa?" Tanya William. "Apa kau pikir kami ini mengikuti kalian? Kamar kami juga berada disini."

Sally tak menghiraukan perdebatan mereka dan memilih masuk ke dalam kamarnya tanpa melihat ke arah lain. Theo lalu masuk ke dalam kamarnya sendiri, namun sebelum masuk ke dalam kamarnya, ia kembali menatap Will dan Oliver. Theo menggerakkan kedua jarinya, jari tengah dan telunjuk ke arah matanya lalu mengarahkannya ke arah Will dan Oliver.

"I'm watching you." Ucapnya lalu masuk ke kamar dan menutup pintu.

"Pria itu seram sekali." Ucap Oliver.

Ia lalu merangkul William dan berkata, "bukankah ini semua takdir. Takdir yang mempertemukan kalian berdua?"

Will tak berkomentar dan malah mendorong Oliver masuk ke dalam kamarnya, kemudian masuk ke kamarnya sendiri.

"Takdir, huh. Aku akan membuat takdir ini menyatukan kita." Ucap Will.

Bersambung.....

3. Pesta

Sally menuang segelas sampanye lalu keluar menuju balkon kamarnya yang terletak di lantai 40 hotel itu. Dia melihat ke arah jalanan, dimana mobil terlihat lalu lalang dan berbagai warna cahaya-cahaya lampu yang menyinari seluruh kota.

Sally lalu melihat ke arah kirinya dan terkejut mendapati William yang juga berdiri di balkon kamarnya.

Sally tak menghiraukan William dan kembali melihat pemandangan kota di malam hari.

"Ada orang tak menghiraukan keberadaan berlian." Ucap William seraya duduk di tepian balkon.

Dia menatap Sally dengan mata yang menyipit.

"Dan ada orang, yang mampu melakukan apapun untuk mendapatkan perhatian." Ucap Sally.

"Hei kau wanita dingin, aku tidak bicara padamu. Oke." Teriak William.

"Dan kapan aku mengatakan diriku berbicara padamu Tuan Penguntit?" Ucap Sally lalu masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu balkonnya.

"Dia menyebutku penguntit? Wanita ini, dia pikir dia siapa." Ucap William kesal lalu masuk ke dalam kamarnya.

***********

Pagi berikutnya....

Cuacanya begitu cerah. Sally keluar dari dalam kamarnya menuju balkon untuk menikmati suasana pagi yang begitu menyegarkan.

"Aaahh segar sekali." Ucap Sally dengan tersenyum.

Pandangannya beralih pada sisi kiri kamarnya, dimana ada William yang juga terlihat menikmati suasana pagi. Ponsel Sally berdering, ia segera mengambil ponsel yang ada di dalam kantong piyama yang ia kenakan. Ternyata panggilan dari sang Papa.

"Bagaimana kabarmu sayang?" Tanya Tuan Flynn.

"Aku baik Pa." Balas Sally. "Papa bagaimana?" Tanya Sally.

Ia kemudian terbatuk karena asap rokok William yang berterbangan ke arahnya. Setelah melihat Sally batuk, William mematikan api rokoknya kemudian minum air.

"Apa kau sakit?" Tanya Mama Sally.

"Tidak, aku baik Ma." Balas Sally.

"Berhati-hatilah terhadap orang-orang yang bisa mengetahui keberadaan mu di kota itu.." Ucap sang Papa.

"Aku tahu.." balas Sally lalu memutuskan sambungan telepon setelah mengucap salam.

*******

Sally bersiap untuk mengunjungi kelima perusahaan yang baru saja dibelinya.

Sally turun dari kamar hotelnya untuk sarapan di restoran yang memang ada di dalam hotel bersama Theo, dan di restoran itu juga ada William dan Oliver yang tengah sarapan.

"Bro, lihat kesana. Ada calon kekasihmu." Ucap Oliver pada William.

William melihat sekilas ke arah Sally kemudian tersenyum.

Sally tiba-tiba melihat Mike dan Talia. Dia menjadi terkejut dan hilang selera untuk sarapan.

"Ada apa Nona?" Tanya Theo.

Sally menghela napas.

"Tidak ada." Balasnya. "Pesan menu seperti biasa saja." Ucap Sally lalu duduk di kursi untuk sarapan.

Mike melihat ke arah Sally. Awalnya ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya, ia kemudian berjalan mendekati Sally setelah yakin bahwa wanita yang dilihatnya benar-benar Sally.

"Hei bro. Lihat sana, seseorang berusaha merebut wanita mu." Ucap Oliver pada William.

William mengambil sepotong roti dan memasukannya ke dalam mulut Oliver.

"Makan." Ucap Will.

"Apakah kau Sally?" Tanya Mike.

Sally menatap Mike dengan tajam, yang membuat Mike menggeleng.

"Minggir." Ucap Theo yang mendekat pada Mike.

"Ah tidak mungkin. Sally yang dulu dan ini sangat berbeda. Kau tidak mungkin dia." Ucap Mike lalu keluar dari restoran bersama Talia.

'Sally. Sally Flynn... Lumayan. Jadi kau juga merupakan salah satu dari orang ku, dan puteri dari pria itu. Sekarang, aku akan lebih bersabar untuk menghadapi mu.' ucap William dalam hati.

Sally akhirnya selesai sarapan, ia keluar menuju mobilnya dan bersiap untuk berangkat menuju perusahaan pertama. Dimana perusahaan itu bergerak di bidang industrial. Saat Sally melangkah keluar dari dalam mobilnya, sudah ada banyak wartawan yang sudah menunggu kedatangannya, dan mulai mengajukan pertanyaan padanya.

Sally berhenti dan menatap para wartawan.

"Apapun yang ingin kalian tanyakan, silahkan tanyakan di konferensi pers di pesta malam nanti." Ucap Sally lalu berjalan masuk ke dalam perusahaan.

Semua karyawan perusahaan menyambut kedatangan Sally. Ia bertemu dengan Direktur perusahaan dan memintanya untuk mengumpulkan semua staf dan para anggota lainnya untuk meeting saat ini juga.

Di dalam ruang meeting....

"Aku akan mengatakan tiga hal saja, dan tidak akan mengulangnya lagi." Ucap Sally dengan ekspresi dingin.

Semua orang yang hadir di ruang meeting menatapnya dan siap mendengarkan apa yang akan dikatakan Bos baru mereka itu.

"Pertama. Berkhianat, untuk siapapun yang berani melakukan hal itu, tidak ada ampun baginya." Ucap Sally dengan aura membunuh.

Beberapa karyawan terlihat menelan ludah, tak menyangka wanita cantik dihadapan mereka bisa mempunyai aura menyeramkan seperti itu.

"Kedua. Bekerja keras. Jika aku menemukan seseorang yang malas bekerja di perusahaan ini, jangan pernah bermimpi untuk bisa bekerja di perusahaan lain."

'Apa maksudnya jika dipecat dari sini, maka tidak akan bisa bekerja di perusahaan lain?' pikir salah seorang staf.

"Ketiga, jika kalian bekerja dengan baik, aku akan memberikan reward dan sebuah hadiah kepada kalian. Tapi jika bekerja dengan malas, maka tidak akan ada gaji bagi kalian." Ucap Sally lalu keluar dari ruang meeting.

Semua yang hadir dalam ruangan meeting saling menatap dan hanya bisa mengelus dada mereka. Mereka semua hanya bisa bekerja dengan baik, dan berharap bisa memberikan kesan yang baik pada Bos baru mereka.

Sally sudah menentukan lima orang yang sangat dipercayanya sebagai sekretarisnya di masing-masing perusahaan. Setiap satu orang sekretaris bertugas menghandle satu perusahaan dan melaporkan semua perkembangan perusahaan pada dirinya.

Setelah selesai mengunjungi keempat perusahaan lainnya, Sally pun kembali ke hotel tempat ia menginap.

Malam harinya, Sally bersiap untuk menghadiri pesta. Ia menghubungi semua sekretaris dan meminta mereka untuk menghubungi semua klien yang bekerja sama dengan semua perusahaan yang baru saja dibelinya itu.

Sally sudah bersiap, ini adalah pengalaman pertamanya mengunjungi sebuah pesta. Sally berjalan masuk ke dalam gedung pesta. Semua terpesona dengan kecantikan dan aura yang dipancarkan Sally.

Sally lalu berdiri di sudut ruangan dengan tangan yang memegang segelas sampanye.

"Minuman itu tidak baik untuk kesehatan." Ucap William yang tiba-tiba berdiri di sampingnya.

Sally menyeringai dan berkata, "kau benar-benar seorang penguntit."

"Jika kau berkat begitu." Ucap William. "Aku William Aubrey, kau pasti pernah mendengar nama itu kan?" William menjulurkan tangannya untuk bersalaman.

Sally menatapnya dan tersenyum dingin.

"Siapa yang tidak mengenalmu." Balas Sally lalu membalas uluran tangan William untuk bersalaman.

Perlahan William mencium punggung tangan Sally.

"Sebuah kehormatan bagiku jika kau mau berdansa denganku." Ucap William berusaha mengajak Sally untuk berdansa.

Sally menarik tangannya kembali.

"Aku tidak suka dansa." Balasnya.

"Begitu dingin." Ucap William.

"Kakak ipar." Teriak Oliver yang membuat semua orang terdiam.

Sally yang berdiri berdampingan dengan William membuat orang-orang mulai membicarakan tentang hubungan mereka.

Oliver berjalan mendekat ke arah mereka dan meminta maaf atas kelakuannya.

William menjewer telinga Oliver dan berkata, "dasar idiot."

"Semuanya, silahkan menikmati pestanya. Tidak ada hal apapun seperti yang dikatakan Tuan Oliver." Ucap Sally.

Orang-orang kemudian berhenti bergosip dan mulai menikmati pesta.

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!