Pagi hari ketika matahari sudah menunjukan Eksistensinya dua orang anak Manusia yang memiliki takdir bak 2 sisi mata uang, adalah Andrean 25 tahun yang bak Putra Raja yang mempunyai kehidupan
mewah, ia adalah putra satu-satunya dikeluarga Adiguna, Pengusahan sukses Negeri ini. hanya dengan menjetikan tanganya saja ia bisa mendapatakan apa yang ia inginkan. Namun satu yang tak ia dapatkan kehangatan sebuah keluarga. Di Indonesia Andrean hidup dengan para pembantu dan pekerja lainya yang berkerja dirumah megahnya, Ayahnya yang seorang Pembisnis suskses tak pernah ada dirumah, Ia slalu berpergian keluar negeri bersama sang ibu yang slalu setia menemaninya. Andrean memiliki seorang nenek dan seorang adik perempuan Anastasya, yang
menetap di Singapura alasananya karena sang nenek slalu teringat mendiang sang suami jika ia berada di Indonesia, negara asalnya. Tasya sendiri sedang menempuh pendidikan disana. Karena tak mungkin mengosongkan rumah megah yang berada di Indonesia, akhirnya Andrean lah yang menetap di sini.
Sarapan pagi masih sama seperti biasanya Andrean makan seorang diri dimeja dengan beberapa pelayan yang berdiri disampingnya, ia nampak mengunyah rotinya dengan malas. Menatap kosong beberapa kursi kosong dalam hati sebenarnya ia rindu suasana hangat sarapan pagi dengan keluarga yang utuh. Tak sampai habis Andrean memilih beranjak dan pergi dengan dibuntuti Toni kepala pelayan dibelakangnya, “ Mobil kesayangan Anda sudah disiapakan Den, “jelas Toni namun Drean hanya berjal acuh “ Mohon jangan pulang terlalu larut “ kata toni kemudian membuat langkah
Drean terhenti, Ia menatap sengit ke arah Toni “ Nanti saya bingung jawab,
kalau... kalau asisnten Nyonya besar telepon Den”jelas Pak Toni kemudian. Raut
wajah Drean melunak, ia tersenyum semakin menambah kengerian dibenak Pak Toni
yang sudah sangat mengenal siapa Andrean, perlahan Andrean merangkul pundak Pak
Toni dan membisikan “ Ya bilang aja Saya sudah tidur atau sibuk belajar, mudah
bukan katanya pergi begitu saja membiarkan Pak Toni Ternganga dengan perkataan
Tuan Mudanya.
Berbeda dengan seorang gadis yang saat ini nampak memandang pantulannya dicermin. Ia tengah bersiap berangkat kerja dengan seragam bertuliskan sebuah nama Perusahaan dipunggungnya, tersenyum menyembunyikan waja pucatnya, memang hari ini ia sedang tak enak badan, Namun Ia paksanakan tetap berkerja karena tak ingin dipotong gaji. “Lia sarapan dulu” Seru Ibu kalia yang tengah menuang sayur ke dalam piring dihadapan Suaminya “ Iya nak, kenapa terburu-buru” seorang laki-laki paruh baya menimpali. Kalia yang sudah menenteng tas hendak pergi mengurungkan niatnya dan menghapiri keluarganya yang duduk di meja makan,
Keluarga Karman terdiri dari sepasang suami istri yang berprofesi sebagai buruh tani dan sepasang anak laki-laki dan perempuan Kalia 24 tahun yang sudah bekerja membantu perekonomian keluarga, dan Kalla adik Kalia yang masih berusia 17 tahun dan duduk dibangku Sekolah Menengah Atas.
Kalia menyelesaikan makannya ia hendak membawa piring kotornya ke dapur namun dicegah oleh sang ibu, “ Sudah taruh saja disan, biar ibu yang bereskan.” Katanya “baik bu”. Kalia sudah akan berangkat ketika Kama terburu-buru mengejarnya, “ Kak bareng ya “katanya dengan senyumnya. “iya “jawab kalia mereka berjalan beriringan menuju jalan besar untuk naik angkot bersama. Rumah kalia memang tak
terlalu jauh dari jalan besar, hanya harus melewati jalan setapak diperdesaan
sekitar 10 menit mereka akan sampai dijalan besar kota. Kalia baru setahun ini
mendapat kontrak kerja disalah satu perusahaan Textile disebuah Kawasan
Industri yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Harusnya gadis yang selalu juara
kelas saat masih SMA itu tak seharusnya menjalani hidup seperti ini, Namun impiannya
untuk mendapatkan Pendidikan Tinggi harus ia kubur hanya karena sebuah
kesalahan , yang masih saja menyesakan jika dia ingat, bahkan ia siswi
berpestasi dari sebuah Sekolah Elit Unggulan.
Sekelompok
muda-mudi tengah bekumpul di sebuah cafe elit disekitaran kampus mereka
berjumlah sekita 3 pasang, clara bergelayut manja dilengan Drean, ketika mereka
tengah membicarakan Party malam minggu nanti di Rumah Drean. “ jadi Dj sexy
yang lagi naik daun itu yang akan kau
undang untuk mengisi acaranya ?”tanya Leo yang duduk di seberang Drean, “ So
pastilah semua sudah diatur oleh Pak Toni” Drean menimpali. “ Wah....jadi nggak
sabar mau malam minggu” Ucap salah seorang teman perempuan Drean, Membuat Drean
tersenyum membayangkan bagaimana pesta berlangsung seperti sebelum-sebelumnya.
Pesta-pesta sebelumnya pun sama, setiap sebulan sekali atau kalau ada perayaan
tertentu Andrean akan mengadakan pesta dirumahnya sekedar menghilangkan penat,
dan membuat ramai rumahnya. Pesta ini hanya sekedar pesta saja, minuman
beralkohol masih diijinkan oleh Andrean. Namun tidak dengan barang terlarang
lainnya Ia sangat anti dengan hal itu. sebebas-bebasnya Ia, Drean juga masih
mempunyai prinsip hidup yang ia junjung tinggi No sexxx bebas dan no druggg. “
Sayang kita jadi kan pergi”tanya Clara pada Drean. Andrean nampak berfikir ia
mengingat sesuatu, “ Ah ya aku sampai lupa, ayo sekarang saja”katanya beranjak.
“Memang kalian mau kemana?” tanya Gilang, Ia menatap kearah Clara, merasa tak
nyaman dengan tatapan Gilang, Clara mencoba mengalihkan padangannyan ke arah
lain. Sementara Drean menjawab dengan santai “ Yaelah kepo banget si Lang, ya
pacaran lah apa lagi”katanya dengan tersenyum. Membuat yang lain pun tersenyum
dengan penuh arti. “ Jangan bilang Lu mau Unboxing Clara An, goda Leo. Drean
hanya tersenyum mengendikan bahu sedangkan Clara nampak tersipu. Melihat sikap
Dua Sejoli itu malu-malu membuat semua yang berada disana tertawa, tanpa
terkecuali Gilang yang mengepalkan tangan. “ Bener Clar tanya Rose teman dekat
Clara yang tak bisa membaca keadaan. Padahal mereka semua tau prinsip Andrean.
“ Yaelah Ros sudahlah mereka sudah Dewasa ini. “Ucap Leo. “Sudah-sudah ayo
Yank” Drean menarik Clara pergi meninggalkan Caffe.
"Terima kasih yank sudah beliin aku ini semua " ucap clara bergelanjut manja pada Andrean ketika mereka berjalan disebuah pusat perbelanjaan. beberapa barang belanjaan ada ditangan mereka, memang hal baru bagi Andrean ketika ia membelikan apapun untuk kekasihnya itu sedangkan clara sangat amat senang ia bisa mendapatkan apa yang ia mau dari sang kekasih yang sangat loyal. " Setelah ini kita kemana?"tanya Andrean. "hmm... bagaimana kalau kita makan siang?" clara menatap Andrean. "baiklah... ke restoran favoritmu atau kemana?" tanya Andrean.
" ke tempat favorit kita saja "sahutnya "ok..." dan mereka melangkah menuju lantai 2 sebuah restoran jepang yang sering kali mereka kunjungi ketika berada di Mall ini. seseorang dibalik sebuah pilar besar dengan setelan kemeja hitam dan kaca mata hitamnya memerhatikan mereka. setelah memastikan mereka sedikit berjarak dengan tempatnya berdiri ia melihat ke sekitar, waspada lalu melanjukan langkahnya mengikuti.
nampak dua pasangan sejoli nampak menikmati makan siangnya dengan tenang sesekali clara tersenyum disela-sela obrolan mereka. beberapa kali juga mereka memperlihatkan kemesraan dengan menyuapkan makanan masing-masing meski terlihat Andrean tak nyaman dan menahan malu. tak jauh dari meja mereka laki-laki berseragam serba hitam itu duduk dengan segelas juice dihadapannya laki-laki itu memilih duduk ditempat paling sudut namun masih bisa memantau dari tempatnya berada. sebuah notif masuk ke ponselnya tak lama ia membuat panggilan telepon international "mereka hanya berbelanja dan makan saja..." "baiklah pak saya akan ikuti semua perintah anda" ucapnya sebelum mengakhiri pembicaraannya.
Disebuah gudang penyimpanan kain diPabrik Kalia tengah mengecek ketersediaan barang, ia menaiki tangga yang berada ditengah-tengah rak-rak besar yang berjajar tinggi. Ia menaiki tangga itu dan menulis di catatan beberapa nomor seri dan tanggal pembelian yang berada dilabel kain. Kalia nampak cekatan memilah dan mencatat. "hati-hati Neng " Seorang teman pekerja yang kebetulan lewat memperingati. Kalia tersenyum " Siap Mang " jawabnya. Ia adalah mang Asep rekan kerjanya yang juga satu Tim dengannya. Baru beberapa langkah mang Asep berlalu terdengar benda terjatuh reflek ia menoleh dan mendapati papan catatatan Kalia yang terjatuh sedangkan Kalia nampak memegangi kepalanya. Mang Asep berlari menghampiri Kalia " Turun Kalia..." perintahnya. " Apa kau sakit?"tanya Mang Asep ketika Kalia sampai dibawah. " Kepalaku sedikit sakit Mang "Ucapnya masih memegangi kepalanya karena terasa berdenyut. "Yasudah ini biar Mamang saja yang selesaikan, sebaiknya kamu ke klinik atau mau pulang saja" saran mang Asep. " Aku mau ke Klinik saja Mang "katanya sebelum keluar dari gudang penyimpanan kain tersebut
Kalia sedang beristirahat di Klinik yang berada di Perusahaan yang memang disediakan untuk karyawan yang sedang sakit untuk beristirahat atau mendapat pertolongan pertama sebelum dirujuk ke Rumah sakit apabila memang membutuhkan perawatan lebih, Disana juga disediakan seorang juru rawat. "Kalia... "seru Ana sahabat Kalia yang menerobos masuk, Kalia menoleh ke arahnya dan mendapati Ana yang tersenyum kikuk mendapati pelototan dan si Suster jaga,kemudian ia berdehem " Sudah waktunya makan siang Lia... "katanya dan mendekat ke arah ranjang tempat Kalia terbaring. "Apa yang terjadi padamu Lia..."tanya Ana khawatir. Kalia tersenyum " Cuma pusing doang Na, ntar juga lanjut kerja lagi " jelas Kalia membuat sahabatnya itu tenang. Kalia dan Ana bersahabat sudah dari lama, mereka tumbuh bersama dalam satu lingkungan hanya saja Kalia yang terkenal Pandai memperoleh Beasiswa di Sekolah Unggulan dikota, hingga pada saat SMA mereka tak satu sekolah, bekerja di perusahaan ini juga adalah Rekomindasi dari Ana yang mempunyai saudara yang seorang Staff HRD.
"Yaudah ke kantin yuk kita makan siang...." ajak Ana diangguki oleh Kalia dengan senyum diwajahnya yang masih terlihat pucat.
Sore ketika jam pulang kerja semua buruh dan karyawan baik ditempat Kalia bekerja atau di perusahaan lain nampak membubarkan diri dan memenuhi jalanan didaerah kawasan indutri. Nampak ramai, Kalia pulang bersama Ana mereka berjalan bersama, saat menyebrang jalan disamping lampu lalu lintas yang tengah merah Ana menggandeng tangan Kalia dengan hati - hati ketika menyebrang dan Kalia melihat ke arah mobil dan motor yang berjejer disampingnya menunggu lampu lalu lintas hijau, dari pandanganya ia melihat 2 orang yang dikenalnya, didalam mobil mewah, sedang mengobrol nampak akrab. Bukan hal yang aneh lagi karena mereka memang orang kaya, Kalia masih memperhatikan mobil mewah itu berjalan menjauh diikuti mobil lainnya dibelakangnya, Ia teringat masa-masa tak mengenakan ketika kelas 2 SMA ia mendapat perlakukan tidak menyenangkan dari 2 orang itu.bahkan ia hampir memutuskan pindah sekolah karena tak tahan terus terusan dibully, Kalia masih ingat benar saat seharusnya ia mengikuti tes beasiswa masuk ke perguruan tinggi harus gagal karena ia dikerjai dan dikurung digudang oleh Andrean atas Hasutan clara yang tak menyukai Kalia karena lebih unggul dariya. Kalia slalu saja ingin menangis ketika mengingat hal itu. " Hei ngapain melamun disini ayo... bentar lagi magrib" kata Ana membuyarkan lamunan Kalia. " Iya " jawab Kalia lalu mengikuti langkah Ana.
Kalia duduk dimeja belajar dikamarnya melihat Andrean dan Clara mengingatkannya kembali akan kegagalanya mengikuti tes beasiswa itu, ia bahkan masih menyimpan formulir dan semua persyaratan yang telah lengkap. Ia melihatnya lagi dan mulai mengenang masa pahit itu.
Pagi itu Kalia tengah bersiap pergi ke tempat pendaftaran beasiswa yang dilakukan disalah satu Universitas ternama. Biasanya Bram akan mengantar kemanapun ia pergi, namun kali ini Bram berhalangan karena sudah ada janji dengan Ana, setelah dibebas tugakan karena telah menyelesaikan rangkaian tugas dan ujian para siswa dan siswi kelas 3 sesekali hanya datang ke sekolah sebelum pengumuman lulus di umumkan. Kalia sudah akan pergi ia membawa tas dan barang-barang lainnya ketika ia keluar dari kelas. Segerombolan siswi menghadangnya,mereka menatap sengit ke Kalia, Kalia menghela nafasnya ia tahu pasti akan ada masalah setelah ini dan benar saja salah satu dari mereka yang paling mendominasi maju selangkah " Kau ditunggu dibelakang sekolah " bisiknya ditelinga Kalia, Kalia meneguhkan hatinya ia balas menatap gadis itu, " Maaf aku nggak bisa, aku ada ujian setelah ini sampaikan saja lain kali " kata Kalia berjalan melewati gerombolan itu. Tiba-tiba gadis beramput pendek menariknya " Berani ya kau menolak menemui boss kita " Kalia menatap sengit gadis itu, mengibaskan tangannya " Aku nggak ada urusan ya sudahlah aku sibuk " kata kalia dan melanjutkan langkahnya, gerombolan gadis yang berjumlah 4 orang itu memerhatikan sekitar dan dengan cepat membawa paksa Kalia bersama mereka, Kalia sudah meronta dan hampir berteriak, namun salah satu dari mereka sudah membekap mulutnya.
" Aduh...." kalia mengaduh ketika dengan kasar didorong oleh gadis yang berambut pendek, dilihatnya sekitar nampak gelap ini adalah sebuah gudang penyimpanan yang berada dibelakang sekolah, Kalia mulai bergidik ngeri belum usai kengeriannya, tiba-tiba saja keempat siswi itu menutup dan menguci pintu membuat Kalia panik dan berteriak histeris " Tolong buka buka.... aku ada ujian hari ini buka.... " Kalia menangis ia menyesali kenapa nasibnya seperti ini , selama ini ia merasa tak pernah jahat pada siapapun tapi mengapa siswi-siswi itu memperlakukannaya seperti ini, Ia juga tak pernah sama sekali membalas semua perlakuan buruk orang-orang yang sering menjahilinya ini bukan yang pertama kali Kalia alami selama bersekolah. DI sekolah elit ini sering kali ia mendapat perlakuan tak menyenangkan sampai membuatnya berfikir untuk pindah sekolah, namun kali ini adalah yang terparah, Kalia mulai menangis lirih terduduk dilantai.
Keempat siswi yang telah berhasil meyekap kalia mendatangi seseorang yang menyuruhnya,mereka tengah berada dikantin, dengan isyarat dari seseorang ia mendekat " Bagaimana?tanyanya yang tengah duduk dengan kekasihnya. " Semua beres... " kata gadis berambut pendek. " Bagus ... sebagai hadiah kalian akan aku traktir boleh kan Yank " ucap Clara bergelanyut manja dilengan Andrean. " Pesan saja yang kalian mau " kata Andrean. Clara mengibaskan tangan sebagai tanda mereka untuk segera pergi. " Apa yang terjadi?"tanya Andrean. " Aku memberi pelajaran ke cewe kampungan itu biar tau rasa dia... " ucap clara. Andrean tersenyum sinis sudah bukan hal baru baginya mengenai sikap sang kekasih. Andrean meneguk soft drink ditanganya, " Kau apa kan dia?tanyanya lagi. "Aku sekap digudang "jelas clara tersenyum penuh kemenangan. " Tapi apa kau yakin kali ini aman?"Andrean bertanya memastikan "Sudah kamu tenang saja, tak akan terjadi masalah lagian kalau terjadi pun betar lagi kita lulus dan semua yang ku lakukan akan tertutup dengan berita kelulusan itu. "ucap Clara santai "Ya baiklah aku hanya tak ingin terjadi masalah apapun denganmu" ucap Andrean memegang tangan clara. " Kamu tenang saja ya."ucapnya dan tersenyum sinis.
Suasana gudang yang gelap ditambah hari telah berganti menjadi malam, membuat suasana semakin mencekam, lelah berteriak. Kalia hanya pasrah dan merintih sampai ia mendengar langkah kaki sayup-sayup suara orang berbicara, tumbuh kenbali harapannya ia bertariak lagi "Tolong.... "suaranya nampak lirih dan tak lama suara kaki itu mendekat seiring dengan suara seperti pintu didobrak. Dan terbukalah pintu itu dengan cahaya senter yang menyilaukan, "Kalia..." teriak salah seorang yang Kalia tau itu suara Bram sahabatnya. " Duh neng siapa yang melakukan ini kasian sekali kamu " ucap pak Parman penjaga sekolah,keduanya mendekat. Bram mendekap Kalia membawanya keluar dari tempat itu, Kalia menangis sejadi-jadinya ada rasa lega, takut ,marah. Semua berkecamuk jadi satu, hingga ia tak sadarkan diri kemudian. Semenjak kejadian itu Kalia menjadi takut kegelapan dan seringkali sesak nafas ketika berada di tempat gelap.
Kalia tersadar dari lamunannya ketika seseorang mengetuk pintu kamarnya, pintu kamar terbuka dan muncul Kalla sang adik yang menyembulkan kepalanya dari balik pintu "Mbak ... hehehe disuruh makan "katanya dengan cengiran. "Iya Mbak bentar lagi Keluar , "jawab Kalia, " Ok" Kalla pergi menutup pintu kembali. Kalia mengusap air matanya dan menghela nafas panjang sebelum pergi keluar dari kamarnya.
Pukul 7 malam Andrean baru sampai dirumahnya, setelah berbelanja dan jalan-jalan dengan Clara. Andrean pulang kerumahnya. Ia duduk disalah satu sofa ruang tamu yang terlihat megah namun sepi. Kepala pelayan mendekat ia sedikit membukukan badannya ketika sampai didekat Andrean, "Selamat malam Den apa Den Andrean mau makan malam? tanyanya. Andrean membenarkan duduknya, yang semula bersandar disandaran sofa. " Nggak aku mau tidur saja" katanya mulai beranjak naik ke lantai 2 tempat kamarnya berada. Pak Toni hendak pergi ketika Andrean kembali bersuara, " Bagaimana dengan persiapan pestanya ?"tanyanya . "Sudah 90 % Den, kita pesankan yang sesuai den Andrean mau, "jelasnya . " Ok bagus"katanya sebelum pergi.
Andrean baru saja meletakan ponselnya dinakas, ketika akan pergi ke kamar mandi, sejurus kemudian ponselnya berdering dan mengurungkan niatnya untuk ke kamar mandi. Ia melihat sekilas nama yang tertera dilayar ponselnya tertulis Anastasya,
" Tumben-tumbenan ini anak telepon " gumamnya. dengan malas ia mengangkat telepon itu.
“ Ya Hallo tumben nih”goda Andrean
“ Yaelah ditelepon Adeknya bukannya seneng, juga “keluh Tasya
“ hahaha iya seneng puas Lo “cibir andrean
“Yee... asal kakak tau ya telepon international gini mahal tau“Ucap Tasya
“ Oh ya tumben banget kamu bisa berfikir seperti itu Sya, “ kata Andrean
“ Asal tau saja ya Oma sekarang jadi pelit, uang jajanku dibatesi, apalagi kalau nilaiku jelek. Kayaknya oma sudah nggak sayang lagi deh sama aku Kak”keluh Tasya
“ Oh masa sih Oma begitu, kamu saja yang susah diatur jadi dihukum deh “ Ucap Andrean
“ Nggak deh Oma sepertinya sedang memberi ku pelajaran, Aku jadi kesel kak apa aku pulang aja ya ke indonesia?”
“ Kakak sih nggak apa-apa tapi kan kau tau semua harus seizin Oma” Ucap Andrean mengingatkan
“Aku sudah nggak kuat lagi tinggal bareng Oma. “
“ Itu semua demi kebaikanmu Tasya , udah nikmati saja “
“ Kadang Aku iri padamu Kak”
” Hahaha....”
“Kak tapi ku beritahu kau harus hati-hati “
" Untuk?”
” Ya semua tindakanmu “
“Tindakanku yang mana?”.
Belum usai pertanyaan Andrean dijawab, tiba-tiba telepon dari Tasya tertutup, Andrean menatap teleponnya dan benar saja sudah dimatikan dari sananya. Andrean menggelengkan kepalanya dan ia meletakan kembali ponselnya
dinakas sebelum pergi beranjak ke kamar mandi.
Malam itu sedang berlangsung pesta yang diadakan dirumah megah Andrean yang diadakan tepat ditaman belakang, yang ada kolam renangnya yang sudah disulap menjadi tempat pesta yang begitu elegant ditengah-tengah kolam terdapt mini panggung tempat DJ tampil. Tepat pukul 20:00 malam. Semua tamu undangan sudah mulai bermunculan, bukan sembarangan orang yang datang ke pesta itu. Semua tamu undangan adalah orang-orang kalangan atas yang merupakan teman kampus atau kenalan Andrean, tanpa Andrean tau ada satu orang yang tak ia kenal dapat masuk ke pesta. Orang tersebut bersikap biasa dan dengan umur yang tak terlalu jauh dari tamu-tamu yang datang membuatnya dengan mudah dapat berbaur. Dengan setelan mahal Andrean menggandeng Clara menyapa para tamu. "Hai Sean " Andrean menyapa teman jauhnya . Seseorang yang bernama Sean hanya tersenyum saja. " Terima kasih sudah mau datang " kata Andrean basa - basi karena sosok Sean ini teman jauhnya yang paling susah untuk diajak berkumpul bersama. " Hahaha... Aku tak mungkin melewatkan setiap acara yang kau adakan teman. " katanya sambil tertawa, Clara melirik Sean dan ia mengeratkan pelukannya dilengan Andrean, ketika mendapati tatapan tajam Sean yang seperti tak menyukainya . " Oh ya terima kasih" kata Andrean. Sean mengangguk saja ketika Andrean pamit ia masih memperhatikan peremuan itu yang terlihat seperti menggodanya. Andrean dan Clara melanjutkan langkahnya menyapa tamu yang lain. Tanpa mereka tau ada hati yang terluka menatap nanar setiap gerak- gerik mereka disalah satu mini bar.
Pesta berlagsung sangat meriah apalagi ketika ditengah acara sebuah kembang api diluncurkan menghiasi langit-langit, menambah semarak pesta malam ini. Andrean dan Clara nampak begitu bahagia melewati malam ini. Bersama mereka slalu tersenyum dan sesekali menari bersama berbaur dengan yang lainnya. Disalah satu sudut ruangan nampak seorang pria dengan stelan jas hitam nampak menepi dan menelphone seseorang, Ia adalah seorang ajudan yang ditugaskan seorang sekertaris untuk memata-matai Andrean, dengan sedikit pelan ia menjelaskan detail semua hal yang terjadi didalam pesta ke tuan Kim " Ya tuan akan saya pantau terus hingga selesai acara, sejauh ini hanya itu yang dapat saya laporkan selebihnya akan saya sampaikan tengah malam nanti ketika semua telah selesai" katanya mengakhiri percakapan malam itu, " Ya baik Tuan" katanya lalu menutup telepon memerhatikan sekitar sebelum pergi, tanpa ia tahu seseorang juga baru saja akan berjalan masuk dan tanpa sengaja bersenggolan dengannya " Eh maaf "kata Gilang menatap orang itu. " Tidak apa-apa" katanya lalu pergi begitu saja. Gilang tak ambil pusing ia segera bergegas berjalan ke arah kamar mandi.
Gilang membilas wajahnya dan menatap wajahnya dicermin, nampak wajahnya memerah karena terlalu banyak minum ia mendesis lalu tersenyum memikirkan sesuatu. Selama ini Gilang sangat membenci Andrean karena Andrean memiliki segalanya bukan cuma Andrean keturunan orang kaya namun juga ia dapat memiliki Clara yang merupakan gadis yang selama ini dicintai Gilang, meski ia tahu gadis itu tak benar-benar mencintai Andrean dan ia berusaha untuk merebutnya. " Nikmatilah saat-saat terindahmu malam ini Andrean, lihat kau akan mendapatkan kejutan yang tak akan pernah kau lupakan seumur hidupmu " ucap Gilang tersenyum menyeramkan berbicara dengan dirinya sendiri dicermin
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!