episode 1
keguguran
malam ini, suasana begitu damai. namun suasana itu tak berlangsung lama, karena tiba-tiba menjadi kacau, saat suara mala memecahkan kesunyian. malam ini tepat malam jum'at kliwon.
"Bang..bang Roni.. kemari cepat!" teriak Mala dengan wajah meringis menahan sakit. Ia terduduk dilantai kamar. perutnya terasa keram, seolah-olah ada yang ingin melesak keluar dari rahimnya. sakit itu kian menjadi-jadi diikuti darah yang mengalir dari sela-sela selangkangannya.
"ada apa. dik?" tanya Roni kepada Mala, yang baru datang dari arah ruang tamu. kebetulan hari ini Ia sedang cuti bekerja.
"perut adik sakit sekali bang." rintih Mala seraya memegangi perutnya yang sedikit membuncit. mala saat ini sedang mengandung. usia kandungannya memasuki tiga bulan.
"ya Allah dik! ada darah dikakimu." balas Roni dengan berteriak. rasa panik merasukinya. Ia segera menggendong Mala, meletakkannya di ranjang tempat tidur.
"apa aku keguguran lagi ya bang?" isak mala kepada Roni. suaminya. isakannya semakin keras, Ia belum rela jika harus kehilangan janin dikandungannya. ini sudah yang ke enam kalinya. sudah lama Ia menginginkan kehadiran sang buah hati, namun selalu tak pernah beruntung. Ia akan terus keguguran, saat usia kandungannya berumur tiga bulan.
"kan, sudah abang bilang sama adik, jangan terlalu bekerja berat-berat." ucap Roni yang masih kebingungan. rasa cemas terhadap kondisi istrinya membuatnya sedikit panik.
"adik cuma cuci piring saja tadi bang. waktu adik kekamar tiba-tiba saja perut adik menjadi keram." ucap Mala dengan wajah menahan sakit.
"abang panggilkan si mbok dulu ya? buat nemenin kamu disini. setelah itu abang panggil bidan."ucap Roni kepada Mala. Ia bergegas keluar kamar. menuju rumah ibunya, yang kebetulan hanya berjarak seratus meter saja.
"cepat ya bang. adik sudah tidak tahan." teriak mala kepada Roni yang sudah menghilang dibalik pintu.
"sakit banget." ucap mala bermonolog. rintihannya kian kuat, saat perutnya seperti diremas-remas. Mala mencengkram kasur sekuatnya. mencoba menahan rasa sakit yang kian menjalar keseluruh tubuhnya.
keringat dingin bercucuran, matanya sayu. berharap suaminya segera kembali menbawa pertolongan.
wuuuuusss.. suara hembusan angin yang berasal dari bawah ranjang tidurnya, tiba-tiba saja datang. menyapa tubuhnya. aroma bunga kantil menyeruak keseluruh ruangan. tiba-tiba bulu kuduknya meremang. pori-pori dikulitnya bermunculan. mala melihat sekelabat bayangan menuju kearahnya.
"apa itu?" Mala berguman sendiri. rasa takut menghinggapinya. ia berharap si mbok segera datang menemuinya.
"maa..laaa..hii...hiii..hiii" terdengar samar-samar suara panggilan yang menyebut namanya. diiring suara tertawa cekikikan.
"mbok..mbok.. apa itu si mbok." panggil Mala pada pemilik suara yang didengarnya.
bersamaan debgan itu, Mala merasakan seperti ada yang menjilati darah yang berada diselangkanngannya. rasa sapuan jilatan dikulitnya itu membuatnya ketakutan. lalu perutnya mengalami kontraksi yang hebat.
semakin lama rasa kontraksi kian menyiksanya, lalu sesuatu meluncur dari rahimnya. seonggok daging kecil, berwana merah dengan bintik putih seperti cicak telah berada diselangkangannya.
darah mengucur deras dari rahimnya, dan rasa sakit itu kian mereda bersamaan telah keluarnya janin dari rahimnya.
sprei diranjang telah berubah warna, menjadi merah karena darah yang berasal dari rahim mala. bau amis kian menyeruak.
mala meraba selangkangannya, Ia mengambil janinnya, janin itu diletakkannya ditelapak tangannya. Mala memandanginya dengan hati yang begitu sakit, seperti sayatan-sayatan sembilu.
"mengapa kau begitu cepat pergi sayang? tidakkah kau ingin tumbuh besar bersama mama?" ucap Mala kepada janin yang hanya seonggok daging merah. matanya sembab, Ia menangis meratapi kepergian calon buah hatinya.
"ya Rabb? mengapa kau beri aku cobaan yang begitu sakit. mengapa tak kau ijinkan aku memiliki seorang anak? apa salahku? " rintihnya kian pilu.
wuuus.. desiran angin diseryai
toook..tokkk..tokk..suara ketukan pintu dari luar.
"siapa?" ucap Mala, yang tersadar dari lamunannya. ia mencoba menyeka air matanya.
"ini smbok. mala." ucap suara dari balik pintu.
tok..tok..tok..
"siapa? si mbok ya?" ucap mala dari balik pintu.
kreeeeek...suara pintu kamar berderit terbuka. masuk seorang wanita paruh baya berbadan tambun. Ia tersenyum kepada Mala seraya berjalan mendekati Mala yang sedang terbaring lemah diatas ranjang seraya memegang janinnya yang telah tiada.
mata wanita itu begitu tajam, menatap kearah Mala.
"mbok. Mala keguguran lagi." isak Mala yang mengadukan nasibnya kepada perempuan itu.
Mala mengangkat janinnya ingin memberitahu kepada wanita itu, bahwa Ia telah keguguran untuk yang kesekian kalinya. hatinya pupus sudah untuk memiliki sang buah hati.
"tak apa. sini mbok bersihkan darah dan janin kamu." balas wanita yang dipanggil si mbok itu.
Mala hanya membalas dengan isakan uang memilukan hati. hatinya hancur berkeping-keping.
"mbok. bang Roni mana? apa sudah bertemu dengan bidan Sri?" ucap Mala kepada si mbok.
"belum." jawab si mbok dengan santainya. Ia segera mengganti kain sprei yang berlumuran darah nifas Mala. Ia juga mengganti pakaian mala dengan pakaian bersih.
"koq lama kali bang Roni sampainya ya mbok?" ucap Mala kepada si mbok.
si mbok hanya diam saja. tak menjawab pertanyaan yang diajukan Mala.
"sini. mbok bersihkan janinmu, gak baik dbiarkan terlalu lama." ucap si mbok, meraih janin yang masih dipegang Mala dalam telapak tangannya.
"apa gak menunggu bang Roni dulu mbok?" ucap Mala menyarankan kepada si mbok.
"gak perlu, gak baik dilama-lamain."ucap si mbok mengingatkan.
"ya sudah. ini mbok." jawab Mala seraya menyerahkan janin yang digenggamnya kepada si Mbok, dengan wajah sedih, dan mata sembab.
si Mbok menerimanya dengan wajah sumringah. Ia bergegas keluar kamar, membawa janin Mala dan sprei yang berlumuran darah segar. si Mbok menutup pintu kamar.
Mala bingung dengan sikap si Mbok barusan.
"mengapa si Mbok terlihat senang melihat janinku keguguran? seharusnya Ia bersedih karena kehilangan calon cucunya." Mala berguman dalam hatinya.
tak lama si Mbok menghilang dari balik pintu, terdengar suara ketukan pintu.
tok..tok..tok..
"Mala." suara si Mbok yang langsung masuk kamar tanpa permisi terlebih dahulu.
Mala mengernyitkan keningnya, Ia dalam kondisi kebingungan.
sebelum Mala sempat menjawab, si Mbok bertanya lagi, seraya berjalan menuju ranjang tempat Mala berbaring lemah.
"bagaimana kondisimu nduk?" apa yang terjadi sama kamu? Ia membelai rambut Mala dengan penuh kasih sayang. wajahnya terlihat sangat khawatir.
"kok, si Mbok bertanya begitu?" ucap Mala yang bertambah bingung.
"maksud kamu apa toh nduk?" balas Si Mbok dengan wajah lebih bingung dari Mala.
"bukannya, tadikan Si mbok baru datang? bahkan si Mbok.sendiri yang membersihkan darah dan janinku." ucap Mala dengan wajah panik.
"Mbok baru datang lho Nduk. memangnya apa yang terjadi sama kamu?" ucap si Mbok dengan nada Khawatir dan tak kalah bingung.
"aa..ku. tadi keguguran Mbok. janin serta darah yang ada disprei dan pakaianku tadi si Mbok yang minta untuk membersihkan." ucap Mala terbata-bata.
"lha, orang si mbok baru datang. tadi suamimu datang kerumah, si mbok masih shalat maghrib. terus Bapakmu menyampaikan kalau si mbok disuruh kerumahmu, karena kata Roni kamu sedang sakit. selesai shalat Mahhrib baru si mbok kemari." jawab si mbok menerangkan panjang lebar.
Mala semakin panik, Ia menangis histeris. apa Ia hanya berhalusinasi dengan kejadian tadi.
"tidak mbok. tadi Mala beneran lihat si Mbok datang, dan si mbok juga yang meminta janin Mala untuk si Mbok bersihkan." ucap Mala meyakini bahwa ucapannya benar.
"tapi si Mbok juga baru datang Nduk. Bapakmu saksinya." tegas si mbok membenarkan ucapannya sendiri.
"terus, kalau bukan si mbok siapa tadi yang datang?" ucap Mala bertanya kepda si Mbok. wajahnya pucat karena banyak mengeluarkan darah dan juga karena ketakutan.
"si mbok mana tahu." ucap si Mbok dengan nada yang sedang berfikir.
"apa jangan-jangan setan ya mbok?" tanya Mala kepada si Mbok.
belum sempat si Mbok menjawab, terdengar sepasang langkah kaki menju ke arah kamar.
"dik..dik..bagaimana keadaanmu?" terdengar suara bang Roni yang menerobos masuk kedalam kamar.
"adik keguguran lagi bang." ucap Mala diiringi isak tangis yang menyayat hati.
sebelum menjawab pertanyaan istrinya, Roni melirik kearah si Mbok yang sedang duduk ditepian ranjang tempat istrinya berbaring.
"Mbok? bukannya tadi saya melihat si Mbok di sumur belakang?" ucap Roni ke si Mbok sekaligus mertuanya itu.
semua terdiam,.membisu dalam dalam kebingungan.
"ada apa sebenarnya dik?" tanya Roni kepada Mala dan si Mbok yang masih terdiam tanpa menjawab.
Mala semakin kencang menangis, isakannya membuat bahunyan terguncang-guncang karena menahan beban yang tak pernah Ia fikirkan sebelumnya.
"tadi ada orang yang mirip si Mbok datang kemari, Ia menyalin sprei dan pakaian adik yang berlumuran darah nifas, dia juga meminta janin kita untuk dibersihkan karena akan ditanam." ucap Mala dalam isakannya
"iya. Ron. sedangkan si Mbok baru datang. " balas si mbok yang juga kebingungan.
"apa?" teriak Roni tak percaya dengan penjelasan yang diberikan oleh dua orang wanita yang juga masih dalam kondisi bingung.
Roni tanpa sengaja melihat tangan istrinya yang berlumuran darah, darah itu hampir kering karena sudah lama menempel disana.
"ini darah apa dik." tanya Roni memastikan. karena hanya memang itu yang tersisa.
"ini darah saat adik mengambil janin kita yang sudah keluar." jawab Mala dengan isakannya.
"sepertinya ada yang tidak beres." ucap Roni dengan nada khawatir.
Roni meyakini ucapan istrinya adalah benar, tidak mungkin istrinya berhalusinasi. sebab sebelum Ia meninggalkan istrinya, untuk memanggil si mbok, istrinya sudah mengeluarkan darah.
"kemana wanita yang mirip si mbok membawa janin kita beserta sprei yang berlumuran darah?" tanya Roni kepada Istrinya.
"adik tidak tahu bang, tapi tadi kearah belakang." jawab Mala menjelaskan.
Roni teringat sesuatu. sebelum Ia masuk kedalam rumah, Ia tadi sempat melihat orang yang mirip dengan si mbok di sumur belakang.
"mbok, nitip Mala ya, jangan Mbok tinggal. saya akan mengecek kebelakang dekat sumur." ucap Roni dengan nada perintah.
Roni bergegas berlari keluar rumah. Ia berlari menuju kearah sumur belakang. sumur itu berdinding bilik anyaman bambu, dengan penutup pintu dari kain sarung yang sudah usang. kain itu menyisakan robek sebesar buah kelapa, sehingga dapat terlihat jika ada orang yang menggunakan sumur itu.
suasana begitu gelap, pekatnya malam menghalangi pandangannya.
tampak samar-samar, orang berpkaian serba putih, rambut panjang tergerai sedang berjongkok dan menundukkan kepalanya. seperti sedang memakan sesuatu.
Roni berjalan mengendap-endap. bulu kuduknya meremang, punggungnya seperti ada sesuatu yang sedang menempel dan mengikutinya kemanapun Ia melangkah.
meski rasa takut begitu sangat kuat, namun Ia sangat penasaran dengan sosok perempuan bergaun putih tersebut.
saat akan mencapai dinding sumur yang dibatasi dengan anyaman bambu, kakinya tersandung sesuatu, dan Ia pun tersungkur ketanah.
braaak.. suara seseorang terjatuh terdengar jelas.
"aawww." uacap Roni dengan meringis kesakitan. siku dan lutut kakinya luka terkena batu yang berada ditempatnya terjatuh.
"sial" ucapnya lagi.
Dengan kepayahan, Roni kembali bangkit, Iya berjalan terhuyung-huyung, karena lututnya terluka dan meninggalkan rasa sakit.
saat akan masuk kedalam bilik sumur, Ia mencium aroma kembang Melati yang menambah suasana malam semakin menyeramkan.
Roni memberanikan diri mencoba masuk kedalam bilik sumur. dengan cekatan, Ia menyingkap tirai sumur.
sreeeek... suara tirai dibuka. namun matanya terbelalak, Ia tak menemui perempuan yang dilihatnya tadi, yang ada hanya lembaran kain seprai dan pakaian Mala yang noda darahnya seperti habis diperas, tidak lagi berwana merah, melainkan berwana coklat muda.
"kemana perginya perempuan tersebut?" guman Roni dalam hatinya.
bersamaan dengan itu, Roni mendengar suara cekikian dari arah pohon mangga besar, tinggi menjulang yang tumbuh dekat dengan sumur.
seketika Roni merinding, lalu memutuskan untuk lari langkah seribu, masuk kedalam rumah.
braaaak.. suara pintu di dobrak paksa. Roni masuk menerobos pintu dengan nafas tersengal-sengal. wajahnya pucat pasi. keringat dingin mengucur deras disekujur tubuhnya. detak jantungnya memburu.
"ada apa toh Ron? koq kamu seperti orang yang dikejar syetan." tanyà si Mbok penasaran.
"emmmm.. gak ada apa-apa koq Mbok. tadi cuma terpeleset saja. jawab Roni. Ia sengaja tidak menceritakan kejadian sebenarnya, karena tidak ingin membuat ke dua wanita bertambah takut.
Roni melihat si Mbok sedang telaten merawat Mala istrinya. si Mbok mengambil kain lalu melipatnya menjadi ukuran kecil dan tebal lalu menambalkannya diselangkangan mala. bertujuan agar darah nifas Mala tidar berceceran kemana-mana.
"Ron. tolong gendongkan istrimu dulu, Mbok mau memasangkan sprei. agar Ratna lebih nyaman beristirahat." ucap si Mbok kepada Roni. menantunya.
Roni memandang kearah istrinya, wajahnya pucat karena banyak mengeluarkan darah. lalu Ia dengan sigap Ia membopong tubuh istri yang dicintainya.
"kasihan istriku." hatinya pasti hancur, karena Ia kehilangan calon buah hati kami."
Mala yang sedang berbaring lemah, masih terdengar terisak. meratapi kepergian calon buah hatinya, Ia pasrah saja saat Roni membopongnya.
sembari membopong tubuh Mala, Roni mencoba menenangkan perasaan istrinya. Ia mengecup kening istrinya.
"sabarlah sayang, Tuhan belum mengijinkan kita memiliki anak, jika Tuhan sudah berkata 'jadi, maka terjadilah' ". ucap Roni menenangkan perasaan istrinya yang terguncang.
si mbok segera memasangkan sprei, dan menata bantal yang ditumpuk menjadi dua agar Mala bisa duduk bersandar.
"Ron. letakkan istrimu disini, duduk menyandar saja, karena mbok ingin menyuapinya makan" titah si mbok kepada menantunya.
"baik mbok." jawab Roni dengan sopan.
mata Mala sembab, karena banyaknya air mata yang keluar.
suara tangisan Mala, ternyata didengar oleh salah satu tetangga yang tak sengaja sedang melintas didepan rumah mereka. si tetangga yang merasa penasaran, mencoba ingin mengetahui apa yang terjadi pada keluarga ini.
"Mala...kamu kenapa?." terdengar suara seseorang dari luar sedang bertanya.
si Mbok yang mendengarnya, mencoba keluar untuk mengeceknya.
Ia melihat mbak Ratna berdiri diambang pintu. "ehh.. mbak Ratna. mari masuk mbak." ucap si Mbok kepada Ratna.
Mbak Ratna tersenyum. "saya kebetulan lewat Mbok, lalu mendengar suara Mala menangis. Malanya kenapa ya Mbok?" tanya Ratna yang penasaran.
"Mala keguguran lagi mbak Ratna." ucap si Mbok dengan raut penuh kesedihan.
mbak Mala terperangah, Ia sudah belasan tahun menjadi tetangga Mala, maka Ia mengetahui bahwa Mala sudah beberapa kali mengalami keguguran. "ya Allah. Mala. kasihan sekali anak itu. saya permisi lihat kondisi Mala. boleh ya Mbok?" ucap mbak Sri.
"boleh mbak. mari masuk." balas si Mbok, mempersilahkan.
"Assalammu'alaikum." ucap mbak Ratna saat memasuki rumah Mala.
"wa'alaikum salam." jawab si Mbok.
mbak Ratna mengikuti si Mbok yang berjalan didepan.
sesampai dikamar, Ratna melihat Mala sedang menangis, tubuhnya bergetar karena menahan sesaknya ujian hidup.
"saya tinggal dulu ya Mbak Ratna, saya ingin mengambil makanan buat Mala." ucap si Mbok seraya berlalu menuju dapur.
mbak Ratna menjawab dengan anggukan.
"eh, ada mbak Ratna." mari masuk mbak." ucap Roni dengan nada datar. karena suasana hatinya sedang kacau.
mbak Ratna datang mendekati mereka, lalu duduk ditepian ranjang.
"saya sudah mendengar ceritanya dari si mbok. yang sabar ya Mala. suatu saat nanti, bila Allah menghendaki kamu memiliki anak, maka bukan hal yang tidak mungkin. hanya waktunya saja yang belum tepat." ucap mbak Ratna memberikan nasehat.
Mala yang mendengar ucapan mbak Ratna, menurunkan ritme tangisannya.
"Mala.. "suara seorang wanita dari luar sana.
Roni bergegas keluar memeriksa siapa yang datang.
"maaf mas Roni, saya terlambat datang. tadi saat mau kemari ada pasien yang datang membawa anaknya demam tinggi. sekali lagi mohon maaf atas keterlambatan saya." ucap wanita itu, yang tak lain adalah bidan Sri.
wanita memakai setelan baju daster , ditambah dengan blazer berwarna putih, sebagai penanda bahwa mereka adalah petugas kesehatan.
"iya, tidak apa-apa buk bidan." balas Roni.
"boleh saya mengecek kondisi mala?" ucap bidan Sri.
"boleh bu, silahkan masuk." balas Roni.
Roni mengantarkan bidan Sri kekamar mereka.
"eh, ada mbak Ratna juga ya?" ucap bidan Sri kepada Ratna.
"iya bu Bidan, tadi kebetulan lewat, dengar suara Mala menangis, maka pengen jenguk." ucap mbak Ratna menimpali. lalu bangkit bergeser dari tempat duduknya, memberikan ruang kepada Bidan tersebut untuk memeriksa kondisi Mala.
petugas kesehatan itu lalu datang mendekati Mala. mengeluarkan semua peralatan kesehatan yang akan digunakan untuk memeriksa kondisi kesehatan Mala.
Ia mengeluarkan stetoskop, memeriksa detak jantung dan tekanan darah Mala.
lalu Ia memberikan beberapa obat untuk diminum Mala.
bidan Sri memanggil Roni.
"mas, ini obatnya diminumkan ke mbak Mala ya, ada yang sebelum makan dan ada yang sesudah makan. semuanya sudah saya tulis diplastik pembungkus obatnya. semoga mbak Mala segera pulih." ucap bidan Sri, menjelaskan panjang lebar.
Roni mengangguk tanda mengerti, tentang apa yang dijelaskan petugas kesehatan itu.
mendengar kata makan, Roni teringat kepada si mbok yang dari tadi belum muncul.
"si mbok kemana ya? bukannya tadi mau kedapur ambilin makan buat Mala? kenapa sampai sekarang belum muncul juga?" Roni membatin.
Roni ingin mengecek kondisi si mbok didapur.
"bu bidan dan mbak Ratna, saya nitip Mala sebentar bisa? soalnya mau mengecek si mbok, kenapa dari tadi ambil makanan kok lama banget." ucap Roni kepada bidan Sri dan mbak Ratna.
keduanya menganggukkan kepala. menyetujui permintaan Roni.
Roni bergegas menuju dapur, ingin melihat kondisi si Mbok yang dari tadi belum muncul juga.
"masa iya sih, kedapur lama sekali?" jika si Mbok memasak lauk pasti terdengar orang sedang memasak, dan pastinya aroma harum masakan akan tercium. tetapi ini tidak ada sama sekali." ucap Roni bermonolog.
suasana dapur sepi. tak ada tanda-orang sedang beraktifitas.
"mbok..mbok." suara Roni memanggil si Mbok.
sepi tak ada sahutan. Roni memeriksa seisi dapur yang hanya berukuran tiga kali lima meter. saat akan mendekati meja kompor, kakinya tanpa sengaja menyentuh sesuatu. lalu Roni melihat kebawah kakinya, untuk mengetahui apa yang sedang menyentuh kakinya.
matanya terbelalak, melihat si mbok jatuh pingsan dekat dengan lemari pendingin.
"mbok..mbok..bangun mbok." suara Roni sangat keras, seraya mengguncang-guncang tubuh si mbok, agar sadar dari pingsannya.
suara keras Roni terdengar sampai kekamar. membuat ketiga wanita yang berada didalam kamar penasaran. dan saling pandang.
"saya akan pergi memeriksa kedapur. mbak Ratna disini ya, temani Mala." ucap bidan Sri menegaskan.
"iya bu bidan." balas mbak Ratna menyetujui.
bidan Sri bergegas menuju dapur, Ia ingin memeriksa apa sebenarnya yang sedang terjadi.
Sri melihat Roni sedang berjongkok, disisinya ada si mbok yang tergeletak pingsan dilantai.
"bawa kekamar saja mas Roni. biar saya periksa." ucap bidan Sri kepada Roni.
"tapi bu bidan bisa bantu saya kan, soalnya saya gak kuat mengangkat sendirian." balas Roni.
bidan Sri mengangguk menyetujui.
Roni mengangkat tubuh tambun mertuanya, Roni memegang kedua ketiak mertuanya, sedangkan bidan Sri mengangkat bagian kakinya.
mereka membawa kekamar Mala. mbak Ratna dan Mala saling pandang penuh tanya, apa sebenarnya yang sedang terjadi pada si mbok.
"si mbok kenapa bang?" tanya Mala dengan suara parau dan lemah, kini tangisnya sudah mereda, meski matanya masih terlihat sembab.
"tidak tahu dik, abang menemukannya tergeletak pingsan dilantai dapur." balas Roni menjelaskan. seraya membaringkan tubuh si mbok ditepi ranjang sisi sebelah kanan.
setelah membaringkan tubuh si mbok, bidan Sri bergegas ke koper kecil miliknya, koper tempat meletakkan semua peralatan kesehatannya.
Sri mengambil botol minyak kayu putih. lalu menyerahkannya kepada Roni.
"ini mas, letakkan disekitar hidung si mbok." titah bidan Sri.
Roni meraih botol minyak kayu putih pemberian bidan Sri. lalu menempelkan dan mengoleskan disekitar lubang hidung si mbok.
tak lama si mbok tersadar, membuka matanya perlahan, lalu refleks menjerit.
"kun..tilanak." teriak si mbok, yang mengira Roni adalah makhluk halus yang disebutnya.
"mbok.. sadar mbok, ini aku Roni." ucap Roni menyadarkan si mbok. kedua telapak tangannya dikatupkan kewajah, tidak ingin melihat apa yang didepannya.
mendengar suara Roni, Ia pun perlahan berani membuka kedua telapak tangannya, memastikan bahwa itu Roni menantunya.
Mala, mbak Ratna dan bidan Sri seketika meremang bulu kuduknya, mendengar si mbok menyebut nama salah satu makhluk halus yang diyakini sangat mengerikan.
"sebenarnya apa yang terjadi mbok?" ucap Mala penasaran dengan nada bergetar.
si mbok masih terdiam, ternyata kejadian didapur tadi membuatnya sangat syok.
perlahan Ia mengatur nafasnya, menetralkan detak jantungnya. setelah merasa cukup tenang, Ia mulai bercerita.
"tadi waktu kedapur, si mbok ingin mengambilkan makanan buat Mala. namun lauk habis, jadi Mbok niat mau gorengkan ayam yang masih ada tersisa dilemari es." ucap si mbok menjelaskan.
lalu ia melanjutkan ceritanya.
"tapi waktu Mbok ingin membuka pintu lemari es, mbok melihat.." ucapannya terhenti sesaat. sepertinya Ia sedang membayang sesuatu.
"melihat apa mbok?" ucap mbak Ratna penasaran.
"mbok melihat kuntilanak yang keluar dari arah kolong meja dapur, wajahnya menyeramkan, matanya merah. dimulutnya ada bekas banyak darah, seperti sedang habis memakan sesuatu. giginya tajam menyeringai. serta rambutnya yang panjang menjuntai." ucap si mbok dengan nada bergetar, karena ketakutan.
semua yang berada disitu saling pandang dan berkelana dengan fikirannya masing-masing..
si mbok melanjutkan kembali ceritanya.
" karena mbok, terkejut dan takut, akhirnya mbok pingsan." ucap si mbok dengan raut wajah pucat pasi.
saat si mbok selesai bercerita, terdengar suara dentuman di atas seng, namun tidak ada benda yang jatuh.
semua seperti ketakutan. diam tanpa kata.
esok paginya, desas desus penampakan kuntilanak dirumah Mala dan Roni, menjadi gosip yang kian menyebar dan menjadi viral.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!