Tak
Tak
Tak
Suara derap langkah kaki begitu sangat jelas memasuki ruangan yang sangat gelap, hanya ada obor yang menjadi penerang.
''Ambilkan aku obor itu, sayang,” perintah wanita yang mengenakan gaun yang sangat indah, sehingga gaunya menyapu ruangan yang gelap saat dia berjalan.
Orang itu langsung mengambil obor, lalu memberikan kepada wanita itu.
“Terimaksih, sayang.”
“Sama-sama, sayangku.”
Dia melihat wajah yang dia tampar sampai pingsan itu belum juga sadarkan diri, sudah semalam dia belum sadar hanya karna tamparan darinya.
“Dasar Lemah!” caci wanita itu tersenyum sinis.
“Maeve,” panggil pria itu lalu memeluk wanita yang dia panggil Maeve itu dari belakang.
Maeve yang sudah tau gerak-gerik kekasihnya membalikkan belakangnya' lalu mencium bibir kekasihnya dengan lembut.
Mereka berdua memejamkan matanya menikmati ciuman mereka.
Uhuk….Uhuk
Suara batuk membuat Maeve dan kekasihnya itu menghentikan ciumannya, dia sudah tau asal suara itu.
“Rupanya dia sudah bangun,” kata Maeve kepada kekasihnya sembari tersenyum penuh kemenangan.
Wanita yang baru sadar dari pingsanya itu mengerjapkan matanya, di tempat yang sangat gelap ini membuatnya sulit berpikir karna dia tidak suka kegelapan.
Dia berusaha menjernihkan penglihatannya, melihat seorang wanita yang mengenakan gaun yang sangat cantik, dan di sampingnya seorang pria berdiri tegak dengan tubuh bak atletis.
Melihat tubuh pria di hadapnya membuat wanita itu berusaha mengingat, jika gestur tubuh pria itu sangat sama dengan gestur tubuh seseorang.
Wanita itu memegang kepalanya, karna pusing di tempat gelap seperti ini. Yang membuat wanita itu semakin pusing adalah objek di hadapnya, di mana seorang wanita cantik mengenakan gaun indah, meski tempat ini hanya di hiasi dengan obor, namun dia masih bisa melihat wajah cantik di hadapnya.
Dan jangan lupa, dia melihat seorang pria di samping wanita itu mengenakan baju khas kerajaan membuatnya kembali bertanya-tanya, dia tidak melihat dengan pasti wajah pria itu karna minimnya penerangan.
“Apa aku mimpi,” menolognya memegang kepalanya.
“Dasar gadis bodoh!”
Suara sinis itu langsung memasuki gendang telingaku, aku ingin mengatakan ini mimpi tapi suara perempuan yang menegurku sangatlah nyata.
Aku berusaha melihat penampilan perempuan yang suaranya sangat jelas dengan minimnya penerangan, dan jangan lupa aku berada dalam penjara, seperti aku seorang tahanan saja.
“Ini mimpi atau apa sih!”
Maeve yang mengenakan gaun indah itu langsung menatap kekasihnya, suara gadis yang dia sebut bodoh dalam penjara naik beberapa oktaf dari biasanya.
Maeve heran, tidak biasanya gadis yang dia sebut dengan gadis bodoh itu berkata dengan lantang tanpa takut sedikitpun.
Maeve sangat tau betul, bagaiamana gadis bodoh yang jika dia siksa itu bangun akan menangis, memohon untuk di keluarkan dari ruangan yang gelap, karna dia ketakutan di tempat yang minim pencahayaan. Dan jangan lupa nada suaranya sangat lemah.
Dan malam ini, dia mendengar suara gadis itu naik beberapa oktaf.
“Kenapa, sayang?” tanya kekasih Maeve, karna kekasihnya itu meliriknya.
“Tidak apa,” kata Maeve membuat kekasihnya mengangguk kecil.
“Sayang, apa kamu jadi memberikan dia hukuman?” Tanya pangeran di samping Maeve, yang merupakan kekasihnya.
Dia bertanya, karna kekasihnya itu melamun.
Maeve tersenyum, sepertinya dia sudah kembali.
“Tentu saja sayang ku. Aku akan memberikan dia pelajaran karna sudah melukai hewan kesayangan ku!”
“Lah, kok aku?” Sahut gadis di dalam penjara itu dengan menunjuk dirinya sendiri.
Pangeran yang merupakan kekasih Maeve, menaikkan alisnya sebelah karna mendengar suara gadis dalam penjara itu.
Tidak biasanya.
Kekasih Maeve membatin dengan raut wajah sangar melihat gadis di dalam penjara itu. Yang di kurung oleh Maeve.
Biasanya, saat Maeve ingin memberikanya pelajaran gadis itu tidak menyahut, dia hanya akan menangis dan meminta ampun pada Maeve.
“Apa kau tidak terima!”
Suara sangar milik Maeve naik beberapa oktaf, dia semakin geram dengan gadis yang dia kurung.
“Tentu saja aku tidak terima!”
Pangeran dan Maeve langsung tersentak kaget dengan balasan gadis yang dia kurung dalam penjara. Bahkan suaranya sangat tegas tanpa ada rasa takut sekalipun.
Aku memegang kepala ku, yang tiba-tiba saja pusing. Rasanya sakit di kepala ku ini seperti nyata, seperti bukan mimpi.
Jangan sampai, aku seperti cerita novel yang sudah aku baca, di mana aku terjebak di tubuh perempuan lemah.
Astgah, ingat Elsa. Ini hanya mimpi, jangan berkhayal terlalu tinggi.
Perlahan-lahan mataku mengabur, menandakan aku akan pingsan. Dan kemungkinan besar, saat aku bangun aku sudah keluar dari mimpi ini.
Sebelum benar-benar pingsan, aku melihat cahaya dari bilik sana, rupanya pintu di buka oleh dua orang. Aku tidak memperhatikannya dengan seksama karna penglihatan ku sudah buram.
Bak!
Tubuh Elsa langsung jatuh di dalam penjara. Bertepatan itu pengawal datang membuka kunci penjara di mana Elsa di kurung.
“Siapa yang menyuruh kalian membuka gembok itu!” murka pangeran Alroy karna prajurit itu langsung membuka gembok penjara dan menggendong tubuh Elsa keluar.
“Maaf pangeran, Roy. Yang mulia raja menyuruh kami untuk membawa putri Alsa ke istana. Karna yang mulia raja membutuhkan Putri Alsa,” ungkap prajurit itu sembari membungkukkan tubuhnya sebagai penghormatannya pada pangeran Alroy, yang merupaka anak ke 6 raja.
Di istana ini, ada 7 pangeran, yang merupakan anak dari raja Wirata dan ke tujuh istrinya. Ketujuh anaknya itu, mempunyai ibu yang berbeda-beda.
Dan pangeran Alroy, kekasih Maeve merupakan pangeran ke enam dari raja Wirata dengan istri ke enamnya bernama Jahanara.
Prajurit suruhan raja Wirata langsung pergi meninggalkan ruangan gelap itu, meninggalkan Maeve dan pangeran Alroy.
“Sayang,” manja Maeve karna kekasihnya itu tidak mencegah prajurit membawa Alsa.
Maeve, tentu saja bernaung pada kekasihnya. Padahal Maeve sangat geram kepada Alsa karna sudah menaikkan suaranya beberapa oktaf.
Pangeran Roy mengusap lembut rambut kekasihnya itu. “Ini perintah ayahanda, aku tidak bisa melawan,” kata Pangeran Roy membuat Maeve menjadi lesuh, dia tidak bisa menghukum Alsa karna prajurit itu langsung datang dan membawa gadis itu pergi.
“Lain kali, kita akan menghukum Alsa dengan berat. Karna dia sudah melukai hatimu sayang,” kata pangeran Roy dengan lembut lalu mengecup bibir Maeve.
“Janji yah,” kata Maeve.
“Iya sayang, aku janji. Aku juga ingin memberikan pelajaran kepada anak sialan itu karna sudah menaikkan suaranya padahal ada aku di sini!”
Maeve tersenyum penuh kemenangan, dia semakin leluasa menghukum Alsa nantinya bersama kekasihnya.
Awas saja kau, Alsa. Aku akan menghukum tiga kali lipat dari biasanya. Karna kau sudah membentak ku.
“Ayok kita keluar dari sini,” ajak pangeran Roy menggandeng tangan Maeve keluar dari tempat gelap dan pengap ini.
Aku mengerjapkan mataku membukanya secara perlahan-lahan, karna rasanya nya mataku menolak untuk melihat.
“Pelan-pelan buka matanya, Tuan Putri.”
Deg
Aku semakin terdiam dan berhenti berusaha membuka mataku saat seseorang menyebutku tuan Putri.
Apa aku belum keluar dari mimpi buruk ini? Padahal semalam aku sudah pingsan, namun mengapa aku belum juga usai dari Mimpi ini.
“Putri Alsa,” seorang pelayan kerajaan yang seumuran dengannya menepuk pundaknya. “Putri Alsa kenapa?” lanjutnya.
Astaga, siapa lagi itu Alsa? Tadi tuan putri. Sekarang Alsa. Sepertinya aku belum bangun dari mimpi yang benar-benar buruk ini, seperti nyata saja yang membuat jantung ku berdetak kencang dari biasanya.
“Apa Alsa sudah bangun?”
Seorang pelayan datang membawa pakaian untuk Alsa.
Lagi dan lagi aku mendengar nama Alsa, nama itu tidak asing bagi diriku tapi aku lupa, di mana aku pernah mendengar nama Putri Alsa.
Aku berusaha keras untuk mengingatnya, nama yang tidak asing, sampai aku bawa mimpi seperti ini.
“Dia sudah bangun, hanya saja dia belum membuka matanya,” sahut pelayan yang menepuk pundak Elsa tadi.
“Apa kamu tau, aku sangat kesal kepada Pangeran Roy dengan kekasihnya itu, dia selalu saja menyiksa Alsa!”
Saking terkejutnya aku dengan nama tersebut, aku langsung melotokan mataku dan melihat atap-atap kamar yang aku tempati dengan bercorak keemasan.
Sekarang aku ingat, siapa itu putri Alsa. Yang namanya tidak asing bagiku. Nama itu….Nama yang berada dalam buku yang aku beli dua minggu yang lalu, dan nama pangeran Roy sungguh tidak asing.
Aku ingat, Putri Alsa merupakan gadis lemah yang selalu di siksa oleh kekasih pangeran Roy, yaitu Maeve.
“Alsa sudah membuka matanya,” pelayan itu tersenyum sumringah melihat Alsa sudah membuka matanya.
Aku langsung melirik ke samping ku, dua gadis yang ku perkirakan seumuran denganku tengah menatap ku.
Pelayan yang ku tebak bicara judes mengenai pangeran Roy meletakkan gaun yang berada di tanganya lalu menghampiri ku dengan wajah kesal.
“Katakan padaku, Al. Kekasih pangeran Roy itu ngapain kamu? Sampai kamu pingsan tiga hari tiga malam?”
Aku langsung meneguk salivaku dengan susah payah, saat mendengar gadis di hadapan ku ini bicara dengan lugas. Apa katanya tadi, aku sudah pingsan tiga hari tiga malam?
Itu berarti, aku sudah terjebak dalam mimpi ini beberapa hari. Atau mungkin ini bukan mimpi, atau ini…..Nyata!
“Ginjar, jangan omelin Alsa dulu. Dia baru sadar dari pingsanya.” Aku langsung melirik gadis yang angkat bicara itu. Aku tau, siapa itu Ginjar melalu buku yang aku baca, dia adalah sahabat masa kecil Alsa di kerajaan.
Dan aku tebak, gadis yang lembut bicara itu bernama Kavita.
“Kamu Kavita, kan?” Tanyaku dengan suara lemah, karna energi ku belum sepenuhnya kembali.
Aku melihat, kedua gadis itu saling berpandangan seakan-akan berkomunikasi melalui matanya. Ahk, entahlah, seingat ku nama sahabta Alsa adalah Kavita dan Ginjar. Atau mungkin aku salah sebut nama?
“Alsa, kamu tidak lupa ingatan ‘kan?” kata Kavita dengan matanya yang berkacah-kacah melihat kearah ku.
Apa aku salah sebut nama?
“Kita ini sahabat kamu,” seruh Kavita memeluk tubuh lemah Alsa. “Mungkin karna kekasih pangeran Roy menyiksa mu begitu berat hingga kamu lupa ingatan,” isaknya.
“Apa kamu tau, ini pertama kalinya kamu pingsan tiga hari tiga malam,” lanjut Kavita.
“Apa aku salah sebut nama?” Tanyaku memastikan. “Ah, maaf saja jika aku salah menyebut nama mu,” kataku sembari tersenyum.
Gadis itu menggelengkan kepalanya. “Nama ku memang Kavita, hanya saja aku heran kamu menayangkan apakah aku Kavita,” Kavita kembali terisak.
Ginjar langsung memisahkan Kavita dari pelukan Alsa. “Alsa baru sadar, jangan kamu peluk- peluk dia seperti itu. Bisa-bisa dia sesak nafas!”
“Apa kalian tau?” Tanyaku dengan menggantung ucapkan ku, aku yakin, jika aku tidak mimpi di tempat ini. Aku yakin, ini semua takdir dari yang maha kuasa membawaku kesini. Mungkin dengan tujuan mengubah takdir gadis lemah yang tubunya sekatang aku tempati.
“Tau apa?” Tanya Kavita penasaran.
“Kalau aku bukan Al-“ perkataan Elsa langsung tercekat di tenggerokanya saat melihat pria tampan masuk ke kamar ini.
Astagah, tampan sekali!
“Ya ampun, Handsome banget!”
“Kamu bilang apa tadi? Apa itu H-ansome, ahk apalah itu,” tanya Ginjar yang sangat sulit mengulang perkataan Alsa tadi.
“Alsa, apa Maeve melukai mu lagi?” Tanya Pria tampan itu dengan raut wajah khawatirnya.
Dia mengenakan baju khas kerajaan bercorak keemasan, dan di samping kiri bajunya terdapat corak warna merah, nampak samar namun jika itu adalah darah.
“Aku tidak tau, karna aku pingsan,” ucapku dengan gugup karna berbicara dengan pria yang sangat tampan ini.
“Hmmm…”Kavita langsung berdehem membuat ku tersipu malu. Ketampanan pria ini sangat jelas, bahkan di kampus tempat ku mengajar, aku belum pernah melihat mahasiswa setampan di hadap ku.
Aku merupakan dosen muda di universitas tempat ku mengajar, umur ku baru 23 tahun, namun berkat kepintaran dan kecerdasan yang aku miliki aku berhasil lulus dengan waktu cepat, dan menjadi dosen termuda di tempat ku kuliah.
Pria tampan di hadapan ku ini, aku yakin jika dia salah satu pangeran di kerajaan ini, dia mempunyai rambut sedikit panjang, serta mahkota di atas kepalanya yang sangat berkilau.
Aku lupa, dia pangeran siapa, karna buku yang ku baca baru beberapa halaman saja yang telah usai ku baca, padahal bab buku itu menghampiri 600 bab dan kalau aku tidak salah, aku baru membaca 20 bab, yang bukan seberapa dari alur ini.
“Pangeran, Zero. Sepertinya pangeran khawatir dengan kondisi Alsa,” canda Kavita membuat ku menahan senyum, aku kira semua jahat kepada tubuh yang aku tempati ternyata aku salah.
Karna salah satu pangeran masih ada khawatir dengan Alsa.
“Kamu hanya menduga,” kata pangeran Zero.
Nama pangeran itu sedikit asing, di buku novel yang aku baca ada 7 pangeran di istana ini, yang sifatnya semua berbeda-beda.
“Aku harus pergi, ayahanda menunggu,” pamit pangeran Zero dan dibalas anggukan kepala oleh Kavita dan juga Ginjar.
“ Alsa, jaga dirimu baik-baik. Aku membutuhkan mu,” kata pangeran Zero membuat ku menjadi salah tingkah, dan jangan lupa perktaanya di sertai dengan senyuman menawanya.
Aku membutuhkan mu
Kata-kata itu terus terngiang-ngiang dalam benak ku, padahal kata-kata itu untuk Alsa bukan untuk aku, tapi tetap saja aku yang baper.
Astagah, apa ini, di duniaku aku tidak pernah baper jika di goda laki-laki, namun di dunia ini seketika aku menjadi murah. Iya murah, murah baper.
Kavita dan Ginjar menyuruh ku untuk istirahat dan melarang ku untuk keluar dari kamar kuno ini. Meski kamarnya kuno, tapi lumayan nyamanlah ketimbang kamar Pelayan di istana ini.
Dari jendela kamar ini, aku melihat awan sudah menggelap menandakan malam akan tiba. Dari jarak jauh, aku melihat perempuan yang beberapa malam aku temui di bawa penjara tanah tengah mengendap endap masuk ke salah satu ruangan yang sederhana.
Entahlah, apa yang dia lakukan, aku tidak ingin ikut campur selagi dia tidak mengusik keberadaan ku.
Aku melihat kearah belakang, rupanya pintu kamar yang ku tempati di buka oleh Kavita.
“Alsa, kenapa kau tidak tutup jendela kamar mu. Apa kau tidak tau, bahaya kalau membuka jendela di waktu seperti ini,” oceh Kavita dengan cepat, seraya menutup jendela kamar yang ku tempati.
“Alsa, apa kamu belum mandi?” tanya Kavita penuh dengan selidik dan kubalas anggukan kepala membuat gadis cantik itu menarik tangan ku. Rupanya di kamar ini, ada pintu tersembunyi dengan bambu yang bercat kuning, dia membuka pintu tersebut.
Ahk, rupanya ini adalah kamar mandi. Aku menelusuri denga seksama alat mandi di sini. Ada kendi dan gayun terbuat dari tempurung kelapa, kalau aku tidak salah.
“Kamu mandi dulu, di sana sudah siap semua,” kata Kavita membuat ku menjadi cengo.
Apa katanya tadi, dia mengatakan jika semuanya sudah lengkapi? Apa di zaman ini belum ada Baskom? Atau jangan-jangan di sini juga tidak ada sikat gigi? Astgah, jangan sampai itu terjadi.
Aku menggelengkan kepalaku, bisa sakit aku jika lama di sini dengan benda zaman dulu.
“Kamu kenapa?” Tanya Kavita dengan raut wajah heran melihat Elsa menggelengkan kepalanya.
“Apa di sini ada sikat gigi?” Tanyaku dengan cepat kepada Kavita.
“Ha, apa itu sikat?” Tanya Kavita dengan heran membuat ku langsung menepuk jidatku.
Sudah kuduga zaman ini belum mengenal sikat gigi. “Maksudku alat pembersih gigi,” kataku kepada Kavita dan dibalas anggukan kecil.
“Ada. Tapi namanya bukan sikat,” katanya membuat ku tersenyum masam.
Jika di sini tidak ada sikat gigi, lantas apa yang mereka gunakan di zaman ini?
“Mana?” Tanya ku dengan penasaran, ingin melihat bentuk sikat gigi di zaman dulu.
“Bentar, aku ambilin yang baru di dapur,” kata Kavita lalu pamit pergi meninggalkan diriku.
Kavita keluar dari kamar ku tanpa menutup pintu, lebih tepatnya kamar milik Alsa yang sekarang aku tempati.
Aku mendudukkan bokong ku di tempat tidur yang tidak ada empuknya sama sekali, tapi aku bersyukur karna tempat tidur milik Alsa masih layak untuk di tempati.
Aku pikir, gadis lemah itu tidur di tempat yang gelap karna kisahnya yang aku baca begitu menyedihkan, itu baru beberapa bab belum semuanya aku baca, bagaiamana takdir Alsa selanjutnya.
Aku harap, tidak ada hal aneh terjadi padaku saat aku berada di dunia entah berantai ini. Aku membaringkan tubuhku tanpa sadar aku memejamkan mataku lalu tertidur begitu lelap.
Mataku langsung aku tutup menggunakan telapak tangan ku karna cahaya dari sana membuat ku tidak bisa memandang cahaya dari mana itu.
Perlahan-lahan cahaya itu mulai hilang, lalu aku melapaskan tangan ku dari mataku.
Hiks….Hiks…Hiks
Telingaku langsung di sambut dengan tangisan pilu seorang perempuan yang tengah duduk padang rumput, mataku melihat perempuan itu menangis terseduh-seduh serta baju gaun yang tadiny pink menjadi kecoklatan karna kotor.
Aku penasaran dengan perempuan itu, sepertinya dia sangat terpukul terdengar dengan isakannya yang begitu piluh.
Aku melangkah kakiku untuk melihat, siapa gadis malang itu menangis sendiri di tempat sunyi ini.
“Bantu aku. Hanya kamu yang bisa bantu aku!”
Deg
Langkah kakiku langsung terhenti saat suara bergetar itu minta tolong, aku melihat sekeliling ku, hanya aku dan gadis itu di sini.
Itu artinya dia minta tolong kepadaku?
Hiks…Hiks…Hiks
Tangisannya semakin kencang. “Aku sudah tidak tahan di siksa dan di kucilkan di istana!” isaknya dengan piluh membuat ku semakin terdiam dengan pernyataan gadis itu, aku belum melihat bagaiamana wajahnya karna dia membelakangi ku sembari meringkuk tubuhnya.
“Aku Hanya gadis lemah, yang menumpang hidup di istana. Sehingga aku di siksa dan di kucilkan!”
“Siapa kamu!” tanyaku dengan lantang. Perlahan suara isakan tangis itu berhenti membuat ku bergedik ngeri.
Perlahan-lahan dia membalikkan tubuhnya.
Deg
Jantung ku semakin berdegup kencang saat melihat gadis yang terisak tadi melihat kearah ku dengan menahan tangis. Wajahnya mirip sekali denganku, hanya penampilnya saja yang kacau balao.
Apa aku punya kembaran?
“S…iapa kamu?” Tanya ku dengan terbatah-batah melihat wajahnya mirip dengan ku yang begitu miris karna air matanya terus saja mengalir di pelupuk matanya.
“Aku Alsa.”
Aku kembali terkejut dengan pernyataan gadis itu. Itu berarti wajah Alsa mirip dengan wajah ku? Apakah ini takdir untuk ku karna wajah ku mirip denganya? Hanya dunia ku saja yang berbeda?
“Gantikan aku sebagai Alsa,” pintanya berdiri dari rumput yang dia tempati duduk tadi berjalan menghampiri ku dengan gaunya yang sangat lusuh.
“Aku mohon!”
Wajahnya semakin jelas ku lihat, wajahnya begitu mirip dengan ku membuat ku kasihan dengan gadis di hadapan ku ini.
“Sampai kapan?” Tanyaku membuat gadis itu mengangkat sudut bibirnya berbentuk senyuman manis dalam kondisi yang menyedihkan.
Aku bisa melihat, pipihnya juga memerah sepeti bekas tamparan. Ahk aku lupa, jika peran Alsa yang lemah itu selalu di tindas dan di siksa oleh kekasih pangeran Roy.
“Aku tidak tau pasti sampai kapan, tapi aku yakin, kamu bisa hadapin semuanya. Karna kamu gadis terpilih menggantikan posisi ku di dunia ini, selain wajah kita yang mirip kamu juga gadis pintar, cerdas dan pandai, baik, berani dan cantik,” tuturnya di sertai senyuman tipis.
“Aku akan menggantikan posisimu, asal kamu menjamin aku akan kembali pada duniaku setelah aku menjalankan peran mu Disini,” kata ku dengan lugas, aku tidak mau terperangkap di dunia yang seharusnya tidak aku pijakkan.
Gadis di hadapan ku sempat terdiam, lalu kemudian menganguk mengiyakan perkataan ku.
“Aku yakin, yang menciptakan bekas merah di pipih mu adalah kekasih pangeran Roy,” terang ku dengan sedikit kesal karna kekasih pangeran Roy telah menindas yang lemah.
“Bagaiamna bisa kamu tau?” Tanyanya dengan lembut, membuat ku tersenyum masam, dia sangat lembut berbicara.
“Kisahmu sudah ku baca di buku novel, meski tidak semuanya,” kataku membuat gadis itu mengangguk paham.
“Aku harus pergi, kamu kembalilah dan gantikan posisiku sebagai Alsa,” kata gadis itu.
“Kamu harus ingat, ini nyata bukan mimpi,” lanjutnya lagi sembari tersenyum tipis, “kamu juga harus hati-hati sama pangeran di istana karna ada yang licik ingin menyakiti ku.”
“Aku juga memohon padamu, jagalah kelinci kesayangan ku, dia yang selalu menemani aku di penjara bawa tanah.”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!