NovelToon NovelToon

My Ex Secretary

Sinopsis

⚠️Danger⚠️

🔫Banyak adegan pertumpahan darah, karena ini bernuansa Action.

🔫Yang dibawah 15 tahun harap mundur takut kebawa mimpi!

🔫 Tinggalkan jejak mu agar Luna tidak menembak kepalamu dengan pistolnya.

Sinopsis~

Sudah 8 tahun aku mencari dirinya kemana-mana tapi tetap saja diriku tidak bisa menemukannya. Apa dirinya sangat membenci diriku hingga dia tidak pernah menunjukkan batang hidungnya di dunia ini. ~Leonex Martin.

8 tahun cukup membuatku belajar tentang dunia yang kejam ini. Membuatku mampu melindungi kedua malaikatku dan mampu membalaskan semua yang mereka lakukan kepadaku. ~Luna Nypole.

Waktu yang telah membuat seseorang menjadi menyesal dan waktu yang telah membuat seseorang menjadi kuat. Sebuah kisah yang akan membawamu untuk membalaskan dendam kepada mereka yang telah memberikan kenangan pahit. Sebuah cinta yang dulunya ada dan hilang dengan sekejap sentuhan.

Apakah dia mampu menyelesaikan rencana yang disusun selama 8 tahun silam atau jatuh kembali ke dalam pesonanya.

>>>>Dilarang keras plagiat nanti dosa.

>>>>Jangan lupa like, comment, tekan tanda favorit dan tentu saja Vote sebanyak-banyaknya.

>>>>Follow Ig milik author kalau mau :v : @DNA_2005

>>>> Bila terdapat Typo di kata mohon di berikan komentar agar bisa diperbaiki secepatnya. Terima kasih atas kerja sama Readers Semua🔫

Bab 1 : Awal Mula

Seorang laki-laki berbalut jas hitam melempar map biru ke arah wanita di depannya itu. Wanita yang merupakan Sekretaris yang sangat dipercayai oleh dirinya. Sekretaris yang bahkan merupakan kekasihnya.

"Apa kau kira aku buta! lihat jika itu bukan dirimu memang siapa lagi yang bisa keluar masuk ke dalam ruanganku!" bentak laki-laki itu di lobby kantor miliknya.

Plak**

Suara tamparan terdengar jelas di ruangan. Pipi milik perempuan tersebut terlihat memerah dan berbekas.

"Aku tidak melakukannya Leon, bahkan aku tidak pernah mengambil rahasia milik perusahan" tangis perempuan tersebut pecah.

"Apa kau gila kalau begitu ini apa! memang kau kira aku tidak tau ini merupakan flashdisk yang berisi rahasia perusahaan" marah laki-laki itu.

"Usir dia dari kantor ini dan juga Blacklist perempuan itu. Walau dia adalah kekasihku atau temanku aku tetap akan memberikannya hukuman yang berat hingga dia tidak akan pernah sanggup untuk menjalani hidup" kejam laki-laki pemilik gedung pencakar langit dan berlalu masuk ke dalam lift. Perempuan yang ditampar itu langsung ditarik paksa oleh pengawal, tubuhnya dihempaskan keluar dari kantor milik orang yang sangat dia cintai. Dengan berhati-hati dia memegang pipi miliknya sambil memanggil taxi yang lewat di dekat sana. Bila memang dia diusir dari kantor ada rumah yang akan menunggunya dan memberikannya sebuah kehangatan.

Hingga dia sadar bahwa dunia ini tidak menerimanya, dia merasakan rasa sakit yang sangat menyakitkan jambakan dari saudari kembarnya yang ternyata adalah pelaku dari pencurian di perusahaan, penghianatan dari sahabatnya dan yang lebih parahnya Kedua orang tuanya membuang dirinya dan dengan teganya mencoret nama dirinya dari marga Luxury.

Tetesan demi tetesan kehidupan yang dia anggap kebahagiaan menjadi mimpi buruknya hingga dirinya sendiri tidak sanggup menahan beban. Di tengah jalan raya yang hampa dipenuhi rintikan hujan tubuhnya lemah dan tidak berdaya. Matanya ingin menutup dan tertidur sebentar saja akan tetapi seorang lelaki paruh baya mengelus pipinya dan memanggilnya. Sayangnya kepalanya sangat berat bahkan matanya tak mampu membuka. Detik, menit, bahkan jadm di saat kehidupan memanggilnya untuk kembali ke dunia nyata dirinya tersadar dan berada di tempat dimana dia akan berubah.

8 Tahun Kemudian~

Seorang wanita berparas cantik sedang memfokuskan dirinya dengan senjata sniper Simon Hayha yang dijuluki sebagai Sniper White death.

Dor*

Suara tembakan yang jelas mengukir senyum manis di wajah perempuan itu. Hanya sekali tembakan seperti biasa dirinya mampu mengenai target yang sangat jauh.

"Seperti biasanya nona sangat hebat" ucap kepala pelayan sambil memberikan handuk bersih ke arah wanita itu.

"Ada apa Jo," tanya perempuan itu sambil melap keringat yang bercucuran karena latihannya.

"Tuan menunggu anda di tempat latihan khusus senjata api genggam" sopan kepala pelayan yang bernama John.

"Baiklah" jawab perempuan itu lalu berjalan ke arah tempat latihan yang tidak jauh dari tempat latihannya. Suara langkah kaki gagah dan berwibawa terdengar di setiap langkahnya. Di saat orang yang melewatinya dan bertemu dengan dirinya dengan sigap akan menunduk memberi hormat kepada perempuan itu.

Dor** Dor** Dor**

suara tembakan menggema di ruangan tersebut di saat perempuan itu membuka pintu latihan khusus senjata api genggam.

"Ketua ada urusan apa anda memanggil saya" hormat perempuan tersebut. Lelaki paruh baya itu mengisyaratkan agar John keluar dari ruangan. Anggukan paham dan hormat dilakukan oleh kepala pelayan sebelum meninggalkan ruangan.

"Apa kau tidak bisa duduk dulu, kita akan membahas keluarga bukan militer atau mafia" Dingin lelaki itu membuat perempuan yang ada di hadapannya tersenyum dan ikut duduk di sampingnya.

"Apa ayah bisa tidak menggunakan nada dingin itu kepada anak mu ini" datar perempuan itu. Membuat keduanya terkekeh dengan sikap yang formal.

"Ada apa ayah, tidak biasanya ayah ingin bertemu denganku seperti ini" lembut perempuan tersebut.

"Ayah hanya ingin merekam kebahagiaan cucu ayah dan senyumanmu Luna" hangat lelaki yang merupakan ayah angkat Luna. Ya perempuan itu adalah Luna Luxury, perempuan yang dulunya mengalami kenangan sangat pahit dan bertemu dengan Henry Nypole seseorang yang mengubah dirinya menjadi 180°.

"Astaga ayah, aku akan berkunjung tiap bulan tenang saja" kekeh Luna sambil bersender ke pundak sang ayah.

"Apa kamu tidak bisa menundanya nak" lirih Henry sambil mengusap pelan rambut anak angkatnya yang sudah dia anggap seperti anaknya sendiri.

"Ayah aku tidak bisa menundanya lagi, aku sudah terlalu lama bersembunyi dan juga ini adalah waktu yang tepat untuk kembali" jawab Luna sambil melihat kedua anak kecil yang berlari ke arahnya.

"Ayah tutup telingamu" lanjut Luna dan menutup telinganya.

"Mom, Opa !!! Kaka curang!" teriak anak perempuan itu. Luna mengehela nafas pelan dan membuka telinganya. Dia harus bersabar menghadapi kedua anaknya terutama anak perempuan yang sangat mirip sekali dengan ayah kandungnya. Walau begitu dia beruntung karena anak lelaki satu-satunya sangat mirip dengan dirinya pendiam dan tentunya irit bicara.

"Memang apa yang curang Laura" tanya Luna kepada duplikat asli wajahnya saat masih kecil.

"Kakak menggunakan pistol yang berbeda dengan milikku mom" adu Laura sambil memberikan pistol yang sedang dia pegang. Luna memeriksa pistol milik Laura dan Navin.

"Tidak ada yang berbeda Laura, pistol kalian berdua sama-sama pistol semi-otomatis astro A-60"jelas Luna lalu mengembalikkan pistol milik kedua buah hatinya. Ya Buah hati yang berasal dari hubungan nya dengan mantan bos nya. Tidak perlu disebut namanyakan? karena jujur aku sangat membenci dirinya. Sebuah asmara panah yang dalam sekali percobaan langsung menghasilkan dua yaitu Navin Nypole dan Laura Nypole.

"Tidak mungkin!" protes Laura.

"Sudah ku bilang kamu payah dalam membidik" sindir Navin yang membuat Laura memukuli tangan milik kakaknya. Luna hanya bisa mengehela nafas melihat kerusuhan kedua anaknya. 'Jika dari dulu aku tau laki-laki itu saat kecil memiliki sikap seperti ini mungkin aku akan menolak melakukan nya' pikir Luna. Hingga sebuah tepukan dan pelukan erat di paha miliknya menyadarkannya untuk tidak memikirkan kehidupannya yang dulu, karena yang ada sekarang hanyalah Luna Nypole bukan Luna Luxury.

"Apa mom bengong lagi?" tanya Navin dengan muka yang khawatir. Berbeda dengan Laura yang mulai menangis.

"Tenang-tenang mom tidak apa-apa hanya sedang berpikir dan Laura jangan menangis lagi nanti barang yang kamu pesan tidak mom berikan" tegas Luna yang membuat Laura dengan cepat menghapus air matanya dan menganguk paham.

"Kenapa kamu tidak biarkan ayah yang melakukan nya, daripada kamu selalu teringat terus" khawatir Henry.

"Ayah, biar aku saja yang melakukannya agar aku juga bisa merasakan pembalasanku secara maksimal" lembut Luna.

"Mom kapan kita pergi?" tanya Laura.

"Malam ini sayang" jawab Luna sambil mengelus lembut kepala anaknya.

"Dimana kita tinggal?" tanya Navin.

"di tempat uncle Rangga" jawab Luna. yang membuat kedua mata anak itu berbinar semangat.

"Uncle Rangga, I'm coming" semangat Laura sambil berjalan ke arah pintu keluar untuk mempersiapkan barang yang akan dibawanya. Navin menunduk memberi salam lalu pergi mengikuti adiknya.

"Hati-hati dan ingat selalu mengabari ayah disini" Ucap Henry kepada anak perempuannya yang ada di sampingnya. Tangganya dengan lembut mengelus telapak tangan yang sekarang terasa kasar baginya.

"Tenang saja ayah aku pasti baik-baik saja" jawab Luna lalu membantu Henry untuk pergi ke dalam mansion. 'Chicago, I'm coming' smirk Luna.

Bab 2 : Perubahan

Kepergian Luna membuat semua orang lelaki militer merasakan patah hati. Bagaimana tidak satu-satunya tuan putri yang ada di istana harus pergi dan membuat dirinya yang bagaikan bidadari turun dari kayangan harus jauh dari negara tepatnya tinggal.Tapi apalah daya bila nona muda pergi semua orang harus menunjukkan rasa hormat mereka.

"Nona, kami mencintaimu" teriak salah satu anggota militer yang membuat yang lainnya ikut bersorak sorak. Hingga kaca mobil yang ditumpangi Luna terbuka perlahan. Di sana terlihat tangan yang memberikan sebuah bentuk cinta dari jari jempol dan juga jari telunjuk yang disatukan.

"Aku pasti akan pulang, jadi lebih kuat lah kalian sebelum aku yang melumpuhkan kalian" tegas Luna yang membuat keduanya memberi hormat dan bersikap tegak.

"Siap Nona" lantang mereka bersama-sama.

Mobil tersebut berjalan menuju bandar udara Heathrow. Bagaimana pun juga Luna lebih memilih naik pesawat bersama semua orang yang tidak dia kenal daripada dirinya naik pesawat militer pribadi milik sang ayah atau naik helikopter yang dihadiahkan oleh sang ayah sebagai ucapanmya bertambah umur.

Tidak lama kemudian terdengar suara pesawat yang memulai take offnya. Luna menggunakan kaca mata hitam miliknya sedangkan kedua anaknya lebih memilih menggunakan masker, karena dia tidak ingin terlalu menarik perhatian penjuru mata. Dengan kecantikan dan kegantengan anak-anaknya.

"Mom, apa ini akan sangat lama?" tanya Laura sambil menengok ke arah luar jendela.

"Tidak akan lama sayang, kalian istirahatlah. Nanti mom akan membangunkan kalian" ucap Luna sambil menenggerkan kacamata hitamnya sedikit di hidung mancung miliknya.

"Baik mom, selamat tidur" ucap mereka bersama dan memejamkan matanya.

Chicago, Amerika serikat ~

Seorang Wanita berjalan berlengok ke luar dari pesawat ditemani kedua buah hati yang masih tidak berhenti menguap. Mata mereka mengerjap-ngerjap, mencoba untuk stabil dan tidak tertidur lagi.

"Kakak kenapa tadi tidak membangunkan adek" rengek Laura yang masih menguap dengan bebasnya.

"Kamunya aja yang kebo" sindir Navin yang membuat Laura mencubit pelan tangan kakaknya itu. Walau mata mereka ingin terlelap tapi hati mereka merasa senang saat datang ke tepat ini. Tempat dimana ibunya dulu tinggal.

"Jangan bertengkar lagi anak-anak lihat siapa yang sedang mengibarkan bendera putih" tunjuk Luna kepada laki-laki yang sedang tersenyum dan menaik turunkan alisnya.

"Uncle Rangga!!" teriak Laura sambil berlari kearah pamanya dengan semangat tangannya terbuka meminta sebuah pelukan yang hangat untuknya.

" Berisik" gumam Luna dan Navin bersamaan. Saat itulah mereka berdua saling menatap dan tersenyum.

"Ayo Navin cuma kamu saja yang bisa mengajari adekmu yang pecicilan itu" ucap Luna sambil menarik koper miliknya.

"Tenang mom, dirumahnya om Rangga ada tempat panahan kan" jawab Navin dengan semangat. Walau Laura adalah anak kecil berumur 8 tahun yang cukup pintar dalam merentas sistem apapun, dan pintar dalam menembak tapi sayangnya dia tidak pandai dalam memanah karena baginya panahan itu sangat tidak penting. 'Ah panahnya berat, aku itu masih kecil buat apa latihan panahan lebih baik latih aku menggunakan sniper seperti mom saja' ocehnya panjang lebar.

"Mom, Kak Navin jangan bengong lagi kasian Uncle Rangga kelelahan menunggu kita dari tadi!" teriak Laura yang membuat Luna dan Rangga berjalan ke arah mereka dengan senyuman hangat.

"Wow, apa ini adalah adik perempuan lemahku?" sindir Rangga ke arah Luna.

"Yayaya daripada kau menyindir diriku terus menerus lebih baik kita pergi karena teriakan anak kecil yang satu ini cukup membuat banyak pasang mata ke arah kita" ucap Luna sambil melihat Laura yang masih senantiasa berada di gendongan sang paman.

"Baiklah, tapi apa ini benar dirimu" tanya Rangga tidak percaya apa lagi melihat perubahan di setiap inci dan pastinya dia sangat bisa mencium aroma kental bau pembalasan dendam.

"Ya aku berubah dan melupakan diriku yang dulu yang akhirnya menjadi Luna yang baru" bangga Luna sambil berjalan ke arah pintu keluar hingga tangannya ditahan oleh seorang lelaki tegak dengan tatapan yang sangat tegas.

" apa kamu punya ma..." gugup Luna yang sangat ingin memarahi Lelaki tersebut tapi mulutnya seakan kelu. Di saat dirinya melihat seseorang yang dulunya sangat dia cintai sedang berada di depan matanya.

"Ah maaf aku salah orang" jawab laki-laki tersebut dingin dan melepas genggaman tangannya. Lelaki itu berjalan masuk ke dalam bandara dengan langkah kaki yang lebar dan cepat.

"Apa yang kau pikirkan hampir saja kau membuatku ingin menendangmu dari bandara ini" teriak laki-laki yang ada disampingnya.

"Maaf aku hanya refleks saat mendengar dia menyebut nama Luna" jawab lelaki itu santai.

"Kau gila mana mungkin Luna berubah hampir 180° dan apa kau tidak lihat dia bersama dua anak dan mungkin itu suaminya" marah lelaki yang disampingnya panjang lebar. Tanpa mereka sadari seorang perempuan menatap kepergian mereka berdua. Setiap perkataan mereka masih terdengar karena tempat mereka yang berdekatan.

"Aku memang sudah berubah tuan Leonex Martin dan tentunya siap membawa sebuah kejutan untukmu" smirk Luna sambil menatap punggung lelaki yang sekarang menjadi target pembalasan dendamnya.

"Ada apa, Luna?" tanya Rangga kepada Luna.

"tidak apa-apa hanya melihat teman lama" senyum Luna lalu berjalan ke dalam mobil. 'Teman lama sejak kapan kau punya teman' bingung Rangga dan masuk ke dalam mobilnya.

Sesampainya di mansion~

Mereka berempat disambut oleh kepala pelayan, yang merupakan tangan kanan milik Rangga.

"Selamat datang" ucap lelaki yang menyambut mereka hormat, diangguki oleh Rangga. Desain interior mansion ini mengikuti rumah ayah yaitu Hendry Nypole. Desain casual yang kebanyakan terbuat dari kayu bahkan banyak gambar senjata terukir jelas. Mungkin karena kami adalah penerus dari anggota kemiliteran membuat kami berdua diajarkan menjadi seorang petarung yang cukup handal dan mampu mengalahkan orang-orang jahat dan munafik pastinya.

Navin dan Laura sebenarnya tidak dianjurkan hanya saja mereka berjanji akan melindungi sang ibu dari marabahaya membuat kedua anak itu dilatih dengan tingkat militer saat berumur 4 tahun. Luna sudah melarang kedua anaknya tetapi semua hal yang dia lakukan malah menjadi ambisi kedua anaknya.

"Apa kamu hanya tinggal berdua saja dengan Kak luwis" tanya Luna sambil meletakkan bokongnya ke sofa empuk berbulu.

"Aku lebih suka keadaan yang seperti ini agar tidak menggangu perfoma saat aku kerja" jawab Rangga sambil menggambil segelas wine miliknya.

"Paman, apa aku mendapatkan kamar milikku sendiri?" tanya Laura semangat.

"Kamu bisa memilih kamarmu sendiri dan juga di lantai dua ruangan komputer nya sudah siap untuk kamu gunakan" jawab Rangga. Mata Luna berkilauan saat mendengar jawaban dari pamannya dan membuat Laura langsung berjalan menaiki tangga ke tempat komputerisasi nya berada.

'Perusahaan apa yang harus kebangkrutkan yaa' smirk Laura sambil tersenyum manis.

"Punyaku" tanya Navin.

"Lun apa ini anakmu dia sangat pelit bicaranya" bisik Rangga sambil mengecap wine milikinya.

"Ya ya dia anakku dan cuma parasnya saja mirip lelaki itu" jengah Luna.

"Uncle?" tanya lagi Navin.

"Tenang sayang kamarmu ada di lantai dua juga dan paman sudah membelikan senjata yang kamu inginkan tinggal kamu rakit dan gunakan di halaman belakang" jawab Rangga panjang lebar yang langsung diangguki oleh Navin. Hingga ruangan tersebut hanya menyisakan Luna dan Rangga.

"Ini Winemu" julur Rangga kepada Luna dan langsung disambut oleh tangannya. Tangganya menggoyang-goyanggkan gelas berisi wine miliknya. Dia akan berbicara dengan kakaknya langsung to the Point. Apalagi dia baru saja pulang dan tubuhnya sangat lelah.

"Apa perusahaanya sudah siap?" tanya Luna to the point.

"Perusahaannya sudah siap dan semuanya sudah aku berikan informasi tinggal kamu kembangkan saja perusahaan milik keluarga kita dan buatlah perusahaan lain berada di bawahmu" kata Rangga sambil meminum wine merah miliknya.

"Tentu saja aku akan membuat mereka tau apa itu namanya neraka" smirk Luna dan menatap isi gelasnya yang berisi wine hitam.

"Apa kau yakin dengan ini semua?" tanya Rangga sambil mengusap pinggiran gelas miliknya.

"Kak selalu ingat bahwa mata dibalas dengan mata, darah dibalas dengan darah dan tentu saja nyawa dibalas dengan nyawa. Bila mereka bisa membuatku terpuruk kenapa aku tidak bisa membuat diri mereka lebih terpuruk dan menghancurkan mereka berkeping-keping" jawab Luna yang langsung meneguk semua isi winenya. Setelah itu menutup matamya pelan di pundak sang kakak.

Rangga membopong tubuh milik Luna dan membawanya ke kamar milik sang adik. Dia tau kerja keras adiknya membuahkan hasil tetapi tujuan dari kerja kerasnya ini hanya satu yaitu pembalasan dendam.

'Aku akan membantu mu dek, dibalik layar tanpa sepengetahuan mu' bisik Rangga lalu mematikan lampu kamar milik Luna.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!