Di dalam sebuah kamar dengan cahaya agak redup, seorang wanita duduk bersandar pada kepala tempat tidur. Kakinya yang panjang dibiarkan lurus tanpa ditutupi selimut. Dia memegang sebuah novel berjudul Legenda Putri Qingping.
Jika bukan karena gerakan membalik halaman sesekali, dia praktis akan menyerupai patung. Wanita itu benar-benar diam, hanya fokus pada novel yang sedang dibacanya.
"Andai Putri Qingping tidak selemah itu, mungkin dia tidak akan berakhir terbunuh." Sebuah gumaman akhirnya keluar dari bibir Xiao Qing. Ini kali kedua dia membaca novel Legenda Putri Qingping yang merupakan novel kesayangannya.
"Andai aku bisa hidup di masa Kerajaan Zhao, akan aku pinjamkan kekuatanku untuk membantu Liu Qingqing supaya dia tidak menjadi korban kekejaman Pangeran Zhou Yicheng. Aku bisa memimpin Kavaleri Feilong untuk menjadi pasukan yang lebih hebat," lanjut Xiao Qing, tetapi sayangnya itu hanya sebuah angan-angan semata. Bagaimana mungkin dia bisa membantu Liu Qingqing yang mana hanyalah sebuah tokoh protagonis di cerita fiksi.
Sementara Xiao Qing merupakan wakil ketua dari organisasi pembunuh bayaran di Beijing. Xiao Qing sudah menjadi yatim piatu dari kecil sehingga dia menjalani hidup dengan kasar dan keras. Di tengah kehidupan yang serba dalam kekurangan Xiao Qing dilatih menjadi pembunuh, tetapi prinsipnya tidak pernah berubah.
Setiap hutang ada tuannya, yang harus mati akan mati, yang harus hidup akan hidup!
Itulah prinsip yang dipegang erat oleh wanita berusia awal dua puluhan. Satu hal yang menarik dari Xiao Qing adalah dia tidak pernah mengarahkan senjatanya kepada seorang wanita dan anak-anak. Selain itu, Xiao Qing selalu menyelesaikan setiap tugas tanpa meninggalkan jejak dan kesalahan.
Tiba-tiba seseorang menerobos masuk ke kamar Xiao Qing. Itu seorang pemuda dengan rambut sedikit ikal kecokelatan. Napasnya terengah-engah ketika dia mengatakan, "Berita buruk, Wakil Ketua! Mereka telah bertindak dan membunuh seluruh Keluarga Han!"
"Apa?" Xiao Qing terkejut bukan main. Dia menutup bukunya dan melempar sembarang ke atas kasur. "Mereka membunuh seluruh Keluarga Han? Apa mereka tidak menganggap perkataanku kemarin? Jiang Yu, kita harus ke tempat Bei Muchen sekarang!"
Xiao Qing mengambil jaket kulit hitam di sofa dan sebuah pistol dari laci meja dekat tempat tidur. Kemudian dengan langkah panjang dia keluar kamar diikuti Jiang Yu. Mereka segera meluncur pergi menggunakan mobil menuju Vila Musim Panas, tempat Bei Muchen menghabiskan sebagian waktunya.
Jalanan malam penuh lalu lalang kendaraan, tetapi Xiao Qing mengemudikan mobilnya dengan sangat baik. Dia menggunakan kecepatan di atas rata-rata dari biasanya. Bahkan saat lampu merah menyala Xiao Qing terus melaju dengan kencang. Untung saja keahlian menyetirnya benar-benar bagus, sehingga dia mampu menghindar ketika hampir bertabrakkan dengan mobil lain.
Cara mengemudi Xiao Qing cukup membuat pengendara lain geram, itu bisa dilihat dari bagaimana mereka membunyikan klakson mobil dengan keras. Akan tetapi, tampaknya Xiao Qing sama sekali tidak peduli. Dia hanya fokus menyetir berharap bisa cepat sampai ke tujuan.
"Wakil Ketua, hati-hati!" ujar Jiang Yu ketika Xiao Qing akan menyerempet sebuah mobil di depannya.
Perkataan Jiang Yu sama sekali tidak dihiraukan oleh Xiao Qing. Wanita itu malah mempercepat laju kendaraannya membuat Jiang Yu merasa agak ketakutan. Kemarahan tampak jelas di wajah cantik Xiao Qing.
Setelah menempuh perjalanan dua jam mereka sampai di Vila Musim Panas. Xiao Qing segera turun dari mobilnya diikuti Jiang Yu. Namun, sayang sekali kedatangan mereka tidak disambut baik oleh anak buah Bei Muchen. Sepertinya Bei Muchen telah memberi perintah untuk menahan kedatangan wakil ketua dari organisasi pembunuh tersebut.
Mau tidak mau perkelahian pun terjadi. Xiao Qing melawan anak buah Bei Muchen dengan tangan kosong. Jiang Yu juga tidak tinggal diam melihat Xiao Qing diserang oleh kelompok mereka sendiri. Keduanya benar-benar tidak ragu untuk saling melawan demi menerobos masuk ke vila.
Xiao Qing memelintir tangan seseorang yang hendak memberikan pukulan kepadanya sampai menimbulkan bunyi retakan pada tulang. Dia juga beberapa kali telah memberikan serangan yang bagus, membuat para anak buah Bei Muchen kalah dengan lengan atau kaki patah. Keahlian bela diri Xiao Qing tidak perlu diragukan lagi, karena dalam waktu singkat saja dia sudah bisa menjatuhkan pertahanan yang menjaga gerbang masuk Vila Musim Panas.
Xiao Qing dan Jiang Yu masuk ke vila dan langsung menemukan Bei Muchen sedang duduk di kursi kebesarannya. Senyum khas penuh kesombongan mengembang di wajah Bei Muchen. "Kamu datang karena masalah Keluarga Han?"
"Kenapa kau membunuh mereka semua? Apa kau lupa dengan janjimu?" tanya Xiao Qing dengan marah.
Bei Muchen menjawab, "Aku berjanji untuk melepaskannya waktu itu. Jika sekarang mereka meninggal, itu bukan lagi urusanku! Melepaskan mereka hanya akan menimbulkan masalah di waktu mendatang."
"Kita hanya perlu membunuh Tuan Han. Istri dan anaknya tidak bersalah, tapi kenapa kau tetap membunuh mereka?" Xiao Qing menatap tajam ke arah Bei Muchen. Tangannya terkepal dengan erat. "Seperti perkataanku kemarin, jika kau menyentuh mereka aku akan keluar dari organisasi!"
Bei Muchen berdiri kemudian menggebrak meja dengan keras. "Xiao Qing, kau tidak diizinkan keluar! Jika kau ingin keluar dari organisasi, maka kau harus meninggalkan nyawamu!"
Sudut mulut Xiao Qing terangkat sedikit kemudian dia mencibir, "Memberikan nyawaku? Jangan bermimpi! Ingat, Bei Muchen, hanya Bos yang bisa memberikan keputusan!"
Bei Muchen tertawa. "Apa kamu kira aku akan membiarkanmu bertemu dengan Bos setelah malam ini? Pengawal tangkap mereka!"
Mendengar perintah Bei Muchen puluhan orang langsung muncul di ruangan itu. Mereka segera menyerang Xiao Qing dan Jiang Yu tanpa ragu-ragu. Bei Muchen sendiri masih berdiri di tempat. Dia memperhatikan pertarungan dengan seksama.
Bagi Bei Muchen puluhan orang pasti mampu menjatuhkan Xiao Qing. Namun, perkiraan dia salah karena Xiao Qing masih bisa berdiri untuk melawan anak buah Bei Muchen meski tubuhnya telah terluka. Bei Muchen akhirnya ikut terjun ke pertempuran.
Bei Muchen tidak langsung menyerang Xiao Qing, tetapi dia lebih memilih Jiang Yu sebagai lawannya. Dibandingkan dengan kekuatan Bei Muchen, kekuatan Jiang Yu bukanlah apa-apa. Pukulan dan tendangan telah dilayangkan oleh Bei Muchen kepada Jiang Yu. Itu berhasil membuat wajah Jiang Yu babak belur dan mengeluarkan darah segar.
Setelah saling menyerang dengan selusin gerakan akhirnya Jiang Yu jatuh ke tangan Bei Muchen. Dia berteriak, "Xiao Qing, berhenti! Kalau tidak akan aku bunuh bawahan kesayanganmu ini!"
Melihat pistol Bei Muchen menempel pada pelipis Jiang Yu, Xiao Qing hanya bisa menurut. Dia berhenti melawan dan kemarahan meluap di matanya. "Bei Muchen, lepaskan dia! Jika kau ingin membunuh, maka bunuh saja aku!"
"Wakil Ketua, aku tidak apa-apa. Jika aku harus mengorbankan nyawaku demi Anda, aku tidak keberatan sama sekali!" tegas Jiang Yu.
Bei Muchen merasa senang melihat adegan bagus. Dia menjambak rambut Jiang Yu dengan kasar membuat Jiang Yu meringis kesakitan. "Lihatlah, Xiao Qing, bahkan dia rela mati demi kau! Sebaiknya kita penuhi saja harapan dia!"
"Bei Muchen, apa maumu?" tanya Xiao Qing dengan geram.
Bei Muchen menyeringai. "Berikan pistolmu dan berlututlah di hadapanku!"
Sekali lagi Xiao Qing hanya bisa menurut. Dia mengambil pistol di saku, lalu memberikannya kepada anak buah Bei Muchen. Setelah itu dia langsung berlutut di hadapan lelaki yang sedang menyandera Jiang Yu. Kemarahan Xiao Qing hanya bisa ditahan dalam hatinya karena dia tidak ingin melihat Jiang Yu kehilangan nyawa dengan sia-sia.
"Pukul dia sampai tidak bisa bangun!" perintah Bei Muchen.
Beberapa bawahan yang memegang tongkat bisbol segera mengindahkan ucapan Bei Muchen. Mereka memukuli Xiao Qing dengan sekuat tenaga membuat tubuh Xiao Qing dipenuhi luka berdarah. Dia mengatupkan rahangnya dengan sangat kuat, mencoba menahan gejolak amarah yang menguasai dirinya. Xiao Qing mencoba menahan sakit tanpa mengeluarkan erangan sedikit pun.
Namun, bawahan Bei Muchen tidak punya balas kasihan sama sekali. Mereka tidak mengendurkan pukulan meski punggung Xiao Qing tidak lagi tegak. Pada akhirnya Xiao Qing tidak mampu menahan siksaan lagi, dia ambruk ke lantai dengan mulut mengeluarkan seteguk darah segar.
Keadaan Xiao Qing sungguh mengkhawatirkan. Seolah-olah dia sudah berada di ujung hidupnya. Jika siksaan berlanjut mungkin Xiao Qing akan segera meninggal.
Melihat keadaan Xiao Qing yang jauh lebih parah dari dirinya, Jiang Yu tidak bisa menahan amarahnya. Dia memberontak untuk melepaskan diri dari Bei Muchen. Jiang Yu melawan Bei Muchen sekali lagi dengan sisa kekuatannya, tetapi itu percuma saja karena dengan sekali gerakan Bei Muchen menembakan pistol ke arah jantung Jiang Yu.
Akhirnya Jiang Yu meninggal persis di hadapan Xiao Qing.
Bei Muchen mendekat ke arah Xiao Qing. Dia menunduk dan memegang dagu Xiao Qing dengan gerakan kasar. "Lihatlah, Jiang Yu sudah meninggal! Orang-orang yang ingin kamu lindungi hanya berakhir dengan tragis. Xiao Qing, aku sudah peringatan kamu, kita sebagai pembunuh tidak boleh memiliki hati yang lembut! Jika itu musuh kita harus menghabisi mereka, baik itu seorang wanita tua atau anak-anak!"
"Bei Muchen, aku hanya tidak ingin melihat anak-anak menjadi yatim piatu seperti diriku!" ucap Xiao Qing lirih.
"Kamu terlalu naif! Jika anak-anak harus jadi yatim piatu, salahkan saja orangtua mereka! Kalau tidak, kita harus lebih membunuhnya supaya mereka tidak menjadi yatim piatu!" Bei Muchen tersenyum tanpa dosa.
Mendengar perkataan Bei Muchen yang sangat keterlaluan Xiao Qing menjadi muak. Dia meludahi wajah Bei Muchen tanpa rasa takut. "Bei Muchen, kamu sungguh bajingan!"
Sikap kasar Xiao Qing menyulut kemarahan Bei Muchen. Dia menampar dengan keras wajah Xiao Qing beberapa kali, membuatnya mengeluarkan seteguk darah sekali lagi. Tidak berhenti di situ, Bei Muchen bangkit kemudian dia menendangi tubuh Xiao Qing yang terbaring lemah di atas lantai.
Bei Muchen benar-benar manusia tak berperasaan, dia mirip seekor serigala buas. Itu bisa dilihat dari cara dia memperlakukan Xiao Qing dan Jiang Yu yang pernah menjadi bagian dari organisasi tersebut. Setelah melampiaskan kemarahannya Bei Muchen memberi perintah, "Buang tubuh Xiao Qing ke danau di tengah hutan!"
Sejauh ribuan mil di bawah langit malam, dua orang lelaki memasuki hutan tanpa akhir. Satu orang memegang senter sebagai penerangan, sedangkan yang lain menggendong seorang wanita dengan luka di sekujur tubuh. Mereka mencoba memecah semak kegelapan menuju ke sebuah danau.
Ada rumor yang beredar luas, bahwa di danau tersebut bersemayam monster air pemakan manusia. Namun, tentang penampakan wujud aslinya belum pernah ada yang melihat. Bisa saja hal tersebut hanya akal-akalan pihak tertentu supaya hutan itu tidak dijamah oleh para mahluk perusak.
Angin berembus dingin membuat bulu kuduk merinding, tetapi tidak menyurutkan tekad kedua lelaki itu untuk terus berjalan maju. Setelah membelah semak belukar di kedalaman hutan akhirnya mereka sampai. Kedua lelaki itu berdiri di pinggir danau dan siap melemparkan wanita yang tampak hampir meninggal.
"Akhirnya sampai juga. Cepat kita buang tubuhnya ke danau, lalu segera kembali!" perintah si pembawa senter.
Teman si pembawa senter menurunkan wanita itu dari punggung, lalu menyandarkan tubuhnya pada sebatang pohon. Sambil meregangkan otot-otot dia berkata, "Apa kita benar-benar akan membuang Wakil Ketua ke danau? Kenapa tidak kita tinggalkan saja dia di sini? Mungkin nanti akan ada hewan buas yang memakan tubuhnya."
"Ketua menyuruh kita membuangnya ke danau. Apa kamu mau berakhir seperti dia?" tanya si pembawa senter.
"Tidak, tidak. Aku masih sayang nyawaku!" Dia menunduk untuk melihat wanita itu. "Wakil Ketua Xiao Qing, maafkan aku karena harus memperlakukanmu seperti ini."
Wajah Xiao Qing seperti batu giok dingin, pucat dan kusam. Bahkan bibir wanita itu sudah kehilangan warna darahnya, seolah-olah dia akan bernapas untuk terakhir kali. Di tengah kesuraman ini matanya tertutup rapat, tetapi Xiao Qing tidak kehilangan kesadaran.
Nyatanya Xiao Qing masih bisa mendengar ucapan orang lain. Bulu matanya yang panjang sedikit bergerak ketika dia membuka mata secara berlahan. "Jing Ci, ini adalah kebebasan yang telah lama aku tunggu. Segala perbuatan pasti akan mendapatkan balasan! Pada akhirnya kalian juga akan menemui kematian suatu saat nanti."
Bahkan berbicara saja, kini telah menjadi pekerjaan yang melelahkan bagi Xiao Qing. Dia kembali menutup matanya setelah menarik kalimat tersebut. Wajah wanita itu sangat pucat membuat orang normal akan merasa ngeri untuk melihatnya.
Jing Ci hanya diam membeku. Dia merasakan desiran aneh di hatinya ketika mendengar suara Xiao Qing yang mirip seperti rintihan. Jing Ci ingin mengelak, tetapi memang ada kebenaran di perkataan Xiao Qing. Semua mahluk hidup pada akhirnya akan meninggal. Itulah garis takdir yang mutlak.
Temannya tidak seperti Jing Ci, dia memilihi hati yang jauh lebih keras seperti batu. Pada kenyataannya ucapan Xiao Qing tidak menarik rasa simpati si pembawa senter sedikit pun. Dia membuang muka seolah-olah wanita itu sama sekali tidak layak untuk dilihat. "Mengapa masih buang-buang waktu? Jangan dengarkan dia! Semua orang pasti akan berbicara omong kosong bila berhadapan dengan kematian. Lekas bertindak, lalu kita bisa pulang untuk beristirahat!"
"Jangan hanya bicara, cepat bantu aku! Kamu pegang kakinya dan aku akan pegang bagian tangannya!" Jing Ci memberi perintah dengan suara keras.
Tanpa mengatakan apa-apa di pembawa senter mendekat ke arah Xiao Qing untuk melaksanakan tugasnya. Jing Ci dengan segera ikut mengambil bagian. Tidak menunggu lama mereka akhirnya membuang tubuh Xiao Qing ke danau.
Lemparan kedua lelaki itu memecah ketenangan danau dan menimbulkan riak yang dalam. Keindahan bayangan bulan di permukaan air berhasil dirusak orang tindakan tercela mereka. Tanpa menunggu lebih lama, para pelaku kejahatan segera pergi meninggalkan kegelapan hutan.
Tubuh Xiao Qing semakin tenggelam ke dalam danau. Butiran kecil berhasil keluar dari ujung mata Xiao Qing yang tertutup rapat dan darah dari lukanya mulai bercampur dengan air dingin. Pikiran wanita itu melayang ke hari-hari di mana dia menghabiskan sebagian waktunya untuk perencanaan pembunuhan atas perintah seseorang.
"Inilah harga yang harus dibayarkan untuk semua nyawa yang telah aku habisi. Pada akhirnya aku tidak bisa menyelamatkan mereka, bahkan aku masih belum bisa menjadi orang baik." Pikiran sedingin air danau memenuhi benak Xiao Qing.
Pada kenyataannya di danau itu tidak bersemayam sosok monster air pemakan manusia, tetapi ada array mantra ribuan tahun. Darah Xiao Qing yang bercampur dengan air membuat array tersebut aktif dan menimbulkan pusaran air. Jurang air berputar menarik tubuh Xiao Qing ke dasar danau.
Dalam keadaan seperti itu dia tidak bisa tidak berpikir kehidupannya akan berakhir. Xiao Qing mengangkat ujung bibirnya sedikit ke atas, seolah-olah dia telah siap menemui kematian. Dia berkata dalam hati. "Ternyata nasibku sama dengan Liu Qingqing, terbunuh di tangan orang terdekat."
Namun, manusia tidak pernah tahu kapan dan di mana berkah Dewa akan turun. Apalagi untuk alasannya mereka lebih tidak tahu lagi. Ketika Xiao Qing berpikir kehidupannya telah berakhir ternyata itu salah, karena dia bisa kembali bernapas secara teratur setelah beberapa waktu yang tidak diketahui.
Suara erangan kecil terdengar saat Xiao Qing berusaha membuka kelopak matanya yang berat. Pemandangan pertama kali yang dia tangkap bukanlah danau dingin atau hutan gelap tanpa akhir, tetapi sebuah ruangan dengan dekorasi klasik berbahan kayu, luas, dan indah bernuansa kehijauan. Itu seperti rumah khas zaman dahulu.
Tiba-tiba terdengar suara derit pintu dari luar dan seseorang masuk membawa sebaskom air panas. Dia berpakaian layaknya seorang pelayan dari keluarga kalangan atas. Sebuah senyuman muncul di wajah Bai Liu ketika dia melihat Xiao Qing sudah sadar.
"Nona, kamu sudah bangun?" tanya Bai Liu sembari mendekat ke arah Xiao Qing. Dia menaruh bawahannya ke atas meja kecil dekat dengan tempat tidur.
Xiao Qing tidak menjawab. Dia memandang Bai Liu dengan tajam dan hatinya dipenuhi banyak pertanyaan. "Siapa dia? Bagaimana dia bisa memanggilku Nona? Di mana aku sekarang? Kenapa ruangan ini begitu asing?"
Kekhawatiran muncul di hati Bai Liu sehingga dia mengulurkan tangannya ke dahi Xiao Qing. Gerakannya terlihat sangat berhati-hati dan begitu lembut, tetapi hal tersebut semakin menambah keheranan di wajah cantik Xiao Qing.
Xiao Qing bertanya dengan heran. "Apa yang sedang kamu lakukan?"
"Tenanglah, Nona. Aku hanya ingin memeriksa keadaanmu," jawab Bai Liu dengan sopan. Melihat Xiao Qing masih belum merubah ekspresinya, Bai Liu segera melanjutkan. "Baguslah, sekarang keadaan Nona sudah membaik. Aku sangat khawatir ketika kamu jatuh ke danau dan tak sadarkan diri selama tiga hari."
"Tiga hari? Bukankah semalam aku masih hidup dan dibuang ke danau oleh anak buah Bei Muchen?" Sebenarnya apa maksud gadis ini?" Semua pertanyaan bersemayam di benak Xiao Qing, tetapi yang keluar dari mulutnya bukanlah hal itu. "Siapa kamu? Bagaimana aku bisa ada di sini? Apakah kamu yang telah menolongku saat aku dibuang ke danau?"
Dicerca banyak pertanyaan sekaligus membuat Bai Liu bingung. Dalam hatinya dia bertanya, "Apa Nona hilang ingatan? Kenapa dia tidak ingat dengan semuanya?"
Setelah berpikir sejenak Bai Liu membuka mulutnya kembali. Kali ini suaranya lebih lembut dan sedikit lebih pelan. "Aku sungguh tidak mengerti kenapa Nona bisa tidak ingat tentang semuanya, mungkin ini efek dari demam panjang yang telah kamu alami. Tapi, Nona tenang saja, aku akan menceritakan semuanya dengan pelan-pelan."
Xiao Qing hanya membisu, tetapi kepalanya sedikit mengangguk.
"Namaku Bai Liu, sedangkan nama Nona Liu Qingqing. Nona mengalami demam panjang setelah tenggelam ke danau, tetapi kejadian itu bukan karena kamu dibuang, melainkan karena kamu tidak bisa berenang setelah jatuh ke danau. Untung saja seseorang menolongmu tepat waktu. Jika tidak, mungkin Nona sekarang sudah ...." Tiba-tiba Bai Liu menghentikan perkataannya. Bai Liu tidak bisa mengatakan kata 'meninggal' karena dia merasa hal tersebut tidak pantas untuk disebut.
"Liu Qingqing? Bai Liu? Kenapa aku merasa tidak asing dengan nama ini? Meski namaku juga Qing, tetapi nama keluargaku Xiao bukan Liu. Di mana aku sebenarnya?" Xiao Qing mencoba berpikir keras. Dia mengulang kembali semua pertanyaan di dalam hatinya.
"Nona, kenapa Anda diam saja? Apa Anda merasa tidak nyaman? Di mana?" tanya Bai Liu dengan raut kekhawatiran.
Pertanyaan Bai Liu menarik Xiao Qing kembali ke akal sehat. Setelah lama berpikir akhirnya dia ingat semuanya. Segala hal yang disebutkan Bai Liu merupakan kisah Liu Qingqing dalam novel Legenda Putri Qingping, sebuah cerita fiksi kesukaannya. Demi memastikan pemikirannya benar, Xiao Qing mencoba menggali keterangan lebih banyak dari Bai Liu.
Sesuai dengan cerita di novel seharusnya Xiao Qing memanggil Bai Liu dengan sebutan Liu'er. Jadi dia menggunakan panggilan itu saat bertanya, "Liu'er, apa ini tahun ketiga setelah ayahku meninggal? Apa ibu tiriku bernama Li Shu dan kakak tiriku Liu Yifei? Apa raja kita bernama Raja Zhao yang memiliki tiga putra, Pangeran Zhou Yicheng, Pangeran Zhou Ziyang, dan Pangeran Zhou Jun?"
Bai Liu mengangguk dengan sungguh-sungguh. "Semua yang kamu katakan benar. Nona, kamu baru saja sadar sebaiknya jangan banyak berpikir. Kita bisa membicarakannya di waktu lain, sekarang biarkan aku membantumu mencuci muka."
Xiao Qing hanya memberikan anggukan sekali lagi dan Bai Liu segera melakukan pekerjaannya. Setelah selesai membasuh wajah Xiao Qing dengan air hangat, Bai Liu membatu Xiao Qing ke meja rias. Dia akan merapikan rambut Xiao Qing yang sudah beberapa hari tidak diurus dengan baik.
Mata Xiao Qing melebar saat melihat pantulan wajahnya di dalam cermin berbentuk bundar. Dia berkata dalam hati. "Liu Qingqing, kamu sungguh cantik. Sebuah kecantikan luar biasa yang bisa menghancurkan suatu kerajaan. Jika kamu hidup di zaman modern, kamu pasti akan menjadi aktris ternama paling cantik."
Senyum simpul muncul di wajah Xiao Qing. Dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas untuk menjadi tokoh kesayangannya dalam novel sehingga Xiao Qing bertekad dalam hati. "Liu Qingqing, kamu adalah tokoh favoritku dalam novel, tetapi sayangnya kamu akan terbunuh di tangan Zhou Yicheng. Aku berjanji akan membantumu dengan segala kemampuan yang aku miliki untuk merubah takdir kamu menjadi jauh lebih baik. Mungkin ini kehendak Dewa karena jiwaku sekarang menempati tubuhmu. Entah di mana jiwamu berada, tolong berkati aku!"
Di saat Xiao Qing sedang hanyut dalam pikirannya, sebuah suara keras dari pintu yang dibuka secara paksa terdengar. Detik berikutnya seorang wanita paruh baya muncul diikuti gadis muda. Mereka datang dengan kemarahan yang nyata.
"Liu Qingqing, aku dengar kamu sudah sadar. Jika begitu cepat keluar dan siapkan sarapan untuk kami! Jangan karena kamu habis sakit jadi bisa bermalas-malasan!" teriak wanita paruh baya bernama Li Shu.
Bai Liu langsung berkata, "Nyonya, Nonaku baru saja sadar dari koma. Bagaimana Anda bisa menyuruhnya melakukan tugas harian? Biarkan Nonaku beristirahat, aku yang akan menyiapkan sarapan untuk kalian."
"Jika sudah bangun berarti dia sudah sehat! Kenapa harus membiarkannya beristirahat terus menerus? Bai Liu, kamu lebih baik diam saja, jangan banyak bicara hal yang tidak perlu!" Gadis muda itu tidak lain adalah kakak tiri Liu Qingqing, Liu Yifei namanya. Dia mendekat ke arah meja rias dan berusaha menarik Liu Qingqing untuk berdiri. "Cepat buat sarapan untuk kami dan ingat hari ini kamu harus mengurus pembukuan bisnis keluarga yang sudah menumpuk!"
Liu Qingqing sudah memegang sebuah chai emas dengan ujung lancip dan tajam. Tidak ada yang tahu kapan dia mengambilnya dari meja rias. Tanpa aba-aba dengan gerakan gesit Liu Qingqing menarik Liu Yifei ke pelukannya. Dia menempelkan chai emas ke leher Liu Yifei. Jika bergerak sedikit saja, Liu Yifei mungkin bisa kehilangan nyawanya.
"Liu Qingqing, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Li Shu dalam keadaan panik.
...Mulai dari bab ini mungkin akan berkurang penyebutan untuk Xiao Qing karena dia sudah menjadi Liu Qingqing. Jadi, pembaca hanya perlu ingat tubuh Liu Qingqing jiwa Xiao Qing. Aku yakin pembaca sudah pada pintar hehehe...
Liu Qingqing tidak menjawab. Dia semakin menekan chainya seolah-olah keinginan untuk mengambil nyawa Liu Yifei tidak terbendung lagi. Sebuah senyuman terpampang jelas di wajahnya yang agak pucat.
"Ibu, tolong aku! Aku tidak ingin mati muda!" teriakan Liu Yifei dengan wajah pucat. Tubuhnya bergetar hebat disertai keringan dingin. Dia benar-benar merasa nyawanya sedang berada di ujung tanduk.
"Liu Yifei, bukankah kau juga berencana membunuhku?" tanya Liu Qingqing. Dia mengetahui dari novel bahwa Liu Yifei dan Li Shu adalah dalang dari tenggelamnya Liu Qingqing di Danau Barat. "Aku hanya membalas apa yang kamu lakukan tempo hari!"
Li Shu mengerti betul tentang maksud Liu Qingqing. Namun, melihat anaknya terancam dia tidak mungkin diam saja. "Liu Qingqing, jangan macam-macam! Aku bisa meminta pelayan untuk menangkapmu!"
"Silakan saja, jika kamu ingin melihat mayat Liu Yifei sekarang!" ancam Liu Qingqing tidak main-main.
Bai Liu yang melihat sejak awal sangat terkejut dengan perubahan sikap Liu Qingqing. Sebelumnya Liu Qingqing merupakan gadis penurut dan lemah lembut, tetapi setelah sadar dari koma dia telah berubah total. Liu Qingqing mulai berani melawan Li Shu dan Liu Yufei.
Dalam hati Bai Liu merasa senang, tetapi dia juga merasa sedikit khawatir. Bai Liu takut Li Shu dan Liu Yifei tidak akan tinggal diam setelah masalah hari ini. "Nona, tolong jangan gegabah. Saya takut mereka akan menyakiti Anda kembali."
Liu Qingqing memandang ke arah Bai Liu. "Liu'er, jangan khawatir. Mereka tidak akan berani macam-macam lagi. Jika Li Shu ingin melukaiku, aku pastikan Liu Yifei yang akan terbunuh lebih dahulu."
Mendengar pernyataan Liu Qingqing, Liu Yifei semakin menggigil. Bagaimana mungkin dia tidak merasa takut dengan ancaman Liu Qingqing, karena dari sorot matanya saja itu sudah menunjukkan niat membunuh. "Liu Qingqing, tolong jangan bunuh aku! Aku minta maaf atas kejadian di danau tempo hari, tapi aku pasti tidak akan mengulanginya lagi. Aku berjanji!"
"Huft, mudah sekali kau mengatakan begitu!" cibir Liu Qingqing. Dia jelas tidak akan dengan mudah memaafkan perbuatan mereka setelah berniat membunuh dirinya. "Aku akan buat perhitungan kepada kalian atas setiap perbuatan jahat kalian kepadaku. Mulai sekarang aku bukan lagi Liu Qingqing yang mudah kalian gertak. Aku juga bukan seorang pelayan yang bisa kalian suruh seenaknya. Li Shu, kau dengarkan baik-baik, jika kamu tidak ingin Liu Yifei menderita lebih jauh lagi sebaiknya kamu turuti semua perkataanku!"
Li Shu bertanya, "Apa yang kamu inginkan?"
Liu Qingqing menjawab, "Pertama siapkan sarapan untuk aku dan Bai Liu. Kedua kirim semua pembukuan bisnis keluarga ke sini. Ketiga jangan mengganggu aku dan Bai Liu lagi, apalagi berniat mencelakai kami!"
"Hanya itu?" tanya Li Shu sekali lagi.
"Cukup tiga hal yang aku sebutkan untuk sementara ini," jawab Liu Qingqing acuh.
"Ibu cepat turuti keinginannya, aku benar-benar takut. Aku tidak ingin mati sekarang, Ibu!" rengek Liu Yifei disertai tangisan. Air matanya mulai turun membasahi pipi. Jika terus dibiarkan mungkin dia akan segera pingsan di tempat.
Li Shu mengangguk dengan berat hati. Meski ingin menolak, tetapi nyawa putrinya jauh lebih berharga daripada tiga permintaan Liu Qingqing yang terbilang mudah. "Aku akan turuti semua permintaanmu, tapi lepaskan dulu Liu Yifei!"
"Setelah sarapan siap dan semua dokumen pembukuan dikirim, aku akan melepaskannya!" terang Liu Qingqing dengan dingin.
Segera setelah itu Li Shu keluar dari ruangan untuk memenuhi permintaan Liu Qingqing. Tidak butuh waktu lama setumpuk dokumen pembukuan dikirim ke kamar Liu Qingqing oleh dua pelayan. Liu Yifei sendiri sudah didudukkan di kursi dengan tangan dan kaki terikat.
Bai Liu masih tidak bisa menjernihkan pikirannya dengan semua hal yang terjadi. Sikap Liu Qingqing sangat bertolak belakang dengan kebiasaannya. Entah itu hal bagus atau bukan, Bai Liu hanya bisa berharap semua akan baik-baik saja.
Liu Qingqing memperhatikan Bai Liu sembari menunggu sarapan datang. Dia mengatakan sesuatu seolah-olah mengerti tentang kecemasan pelayannya. "Liu'er, kamu tidak perlu khawatir, mulai sekarang aku akan melindungimu!"
Bai Liu tidak tahu harus berkata apa, itu cukup mengejutkan. Meski suara Liu Qingqing terdengar cukup tegas, tetapi itu memberikan rasa manis. Pada akhirnya yang bisa dia lakukan hanya memberikan anggukan kecil sebagai tanda persetujuan.
Berkat membaca novel Xiao Qing bisa mengetahui penderitaan Liu Qingqing dan Bai Liu. Dia juga mengerti tentang kebenaran dari peristiwa tenggelamnya Liu Qingqing yang didalangi oleh Li Shu dan Liu Yifei. Namun, untuk membalas kejahatan mereka Xiao Qing punya rencana yang jauh lebih menarik dan itu tidak perlu tergesa-gesa.
Hari pertama menempati tubuh baru bagi Xiao Qing sangat melelahkan meski tidak banyak kegiatan yang dilakukan. Pengecekan pembukuan berakhir sampai malam hari dan Xiao Qing pergi tidur lebih awal. Ketika dia membuka mata langit sudah kembali cerah.
Bai Liu datang guna membantu Liu Qingqing membersihkan diri seperti biasa. Sarapan juga telah disiapkan dan diantar langsung ke kamar. Bahkan Li Shu dan Liu Yifei tidak membuat masalah sama sekali, entah karena ketakutan atau hanya memainkan trik mundur selangkah guna merencanakan trik-trik licik yang lain.
Di waktu sore hari seseorang yang terhormat datang berkunjung. Dia memiliki niat jahat, tetapi disembunyikan dengan baik dalam sebuah senyuman. Orang itu berpura-pura ingin mengajukan lamaran untuk menjadi satu keluarga. Sungguh langkah yang bagus, selain mendapatkan istri cantik juga memperoleh kekuatan besar atas ribuan pasukan.
Untung saja Liu Qingqing mengetahui niat orang itu dari novel, jika tidak mungkin dia akan tertipu. Liu Qingqing pasti tidak punya kuasa untuk menolak, entah karena ketampanan dan kehormatan yang dimiliki lelaki tersebut atau suka rela karena cinta pandangan pertama. Dilihat dari mana pun lelaki yang datang tidak memiliki celah kekurangan.
Tamu yang datang tidak lain adalah Zhou Yicheng, anak pertama Raja Zhao dan merupakan pangeran pertama. Wajahnya tampan dengan garis hidung tinggi. Bagi Liu Qingqing Zhou Yicheng agak mirip dengan Bei Muchen, tetapi mata Zhou Yicheng jauh lebih hitam dan membawa niat mengintimidasi. Orang yang pantas menjadi seorang pemimpin.
Ketika Liu Qingqing menemui Zhou Yicheng di aula utama, dia tidak bisa tidak berpikir dalam hati. "Bagaimana lelaki ini bisa mirip dengan Bei Muchen? Apa Bei Muchen reinkarnasi dari pangeran pertama? Atau Bei Muchen juga ikut berpindah dimensi seperti aku?"
Zhou Yicheng datang bersama Guan Zhong dari Divisi Urusan Negara. Keduanya memang memiliki hubungan yang baik sejak dulu sehingga tidak heran kalau mereka sering terlihat bersama. Liu Qingqing mengetahui Guan Zhong bukanlah orang baik dari novel yang dibacanya, menurut Liu Qingqing Guan Zhong seperti rubah tua yang licik.
Suara dehaman dari Guan Zhong menarik kesadaran Liu Qingqing. Dia segera membungkukkan badannya untuk memberi salam dengan gerakan anggun. "Liu Qingqing memberi salam kepada Yang Mulia Pangeran Pertama dan Tuan Guan. Saya baru saja sembuh dari koma sehingga tidak bisa menyambut kedatangan kalian dengan baik."
"Tidak masalah, kesehatan Nona Liu jauh lebih penting," ujar Zhou Yicheng dengan ramah. "Semoga Nona Liu memaklumi kedatangan kami yang tiba-tiba ini."
Liu Qingqing merasa sebentar lagi akan ada hal yang tidak begitu bagus. Tidak mungkin Zhou Yicheng datang berkunjung dengan cuma-cuma. Jika sesuai alur di dalam novel seharusnya hari ini kedatangan mereka karena sebuah rencana besar.
"Berkah bagi Keluarga Liu bisa mendapatkan tamu agung hari ini," kata Liu Qingqing setelah duduk di kursinya. "Ada keperluan apa Yang Mulia datang kemari? Semoga saya bisa sedikit membantu."
"Nona Liu, mungkin ini kurang sopan dan sedikit terburu-buru. Aku datang untuk meminta kamu menjadi istriku. Bagaimana?" tanya Zhou Yicheng.
Liu Qingqing sedikit tersenyum. Dia sama sekali tidak terkejut dengan pengakuan Zhou Yicheng karena hal inilah yang diam-diam dia tunggu. Jika tidak mengetahui resiko dari penawaran ini, jelas Liu Qingqing akan langsung menerimanya. Bagaimanapun Zhou Yicheng merupakan sosok lelaki idaman para wanita. Bahkan anak tunggal perdana menteri, Song Nian, sangat menyukai Zhou Yicheng.
Masih dengan ramah Liu Qingqing menjawab, "Saya berterima kasih untuk niat baik, Yang Mulia. Tetapi, maaf sekali saya tidak bisa menerimanya."
"Nona Liu, bukankah Anda terlalu buru-buru mengambil keputusan? Apa tidak sebaiknya Anda pikirkan terlebih dahulu?" tanya Guan Zhong setengah membujuk.
Zhou Yicheng tidak suka ditolak sehingga dia merasa kesal. Namun, dia tetap menjaga kesopanannya demi mendapatkan Pelat Feilong. "Nona Liu, aku bisa menunggu jawabanmu. Sebaiknya kamu diskusikan masalah ini dengan ibu dan saudaramu terlebih dahulu baru ambil keputusan setelahnya. Tidaklah baik jika masalah pernikahan langsung diputuskan oleh kehendak sendiri."
"Yang Mulia Pangeran, sepertinya Anda sedikit salah paham. Saya dengan mereka memang keluarga, tetapi hubungan kami tidak terlalu baik. Masalah pernikahan biasanya memang diatur oleh pihak orang tua, tetapi karena kedua orangtuaku telah meninggal jadi semua keputusan ada di tanganku." Liu Qingqing menjelaskan setiap katanya dengan tenang dan jelas. Ada ketegasan dalam sorot matanya yang cerah. Sedari awal memang dia tidak berniat menjadi wanita penurut yang menerima perjodohan begitu saja.
"Lalu, kenapa Anda menolak niat baikku?" tanya Zhou Yicheng sedikit penasaran.
Liu Qingqing menjawab, "Ini tahun ketiga ayahku meninggal, bagaimana saya bisa langsung menikah? Meski itu diperbolehkan, tapi saya rasa ini bukanlah hal yang bagus. Pada akhirnya hal ini akan menjadi perbincangan orang-orang."
Guan Zhong tidak tinggal diam. Dia ikut menimpali, "Orang-orang tidak akan berani berbicara sembarangan tentang keluarga bangsawan, apalagi ini menyangkut putra dari sang raja. Pernikahan bisa dilakukan nanti, untuk sementara cukup dengan pertunangan saja."
"Apa yang dikatakan Tuan Guan benar, kita bisa melakukan pertunangan terlebih dahulu. Nona Liu, seharusnya tidak keberatan bukan?"
Sepertinya Zhou Yicheng sudah benar-benar bertekad untuk mendapatkan Liu Qingqing. Meski dia mengusulkan pertunangan terlebih dahulu, tetapi hal itu tidaklah berbeda dengan mengikat Liu Qingqing dalam jeratannya. Jika surat pertunangan sudah ditulis akan lebih sulit untuk menghapusnya.
Sudah sampai ke titik ini di mana Zhou Yicheng tidak ingin menyerah. Liu Qingqing hanya bisa mengerutkan kening. Senyum kepahitan muncul ketika dia berkata, "Keluarga Liu meski terlihat terhormat itu hanya seperti cangkang kosong. Pada akhirnya kehormatan itu akan sirna jika nanti saya dan Liu Yifei menikah dan meninggalkan kediaman. Saya akan jujur kepada Yang Mulia Pangeran kalau saya ingin memperkuat pondasi Keluarga Liu terlebih dahulu. Masalah pernikahan belum saya pikirkan untuk sekarang ini."
Guan Zhong ingin membujuk Liu Qingqing sekali lagi, tetapi sebelum dia berbicara Liu Qingqing sudah mendahuluinya. "Tuan Guan, tolong jangan terus-menerus membujuk saya. Saya sudah membuat keputusan dan maaf atas sikapku yang kurang sopan. Jika tidak ada hal lain, saya akan undur diri karena saya masih perlu beristirahat."
"Nona Liu, apakah Anda mengusir kami?" tanya Guan Zhong dengan nada sedikit meninggi.
"Jika Tuan Guan ingin tetap tinggal, silakan saja! Saya bisa panggilkan Liu Yifei untuk menemani Anda!" Liu Qingqinq sedikit tersenyum.
Sikap Zhou Yicheng jauh lebih toleran untuk saat ini. Dia berkata sembari menarik ujung bibirnya ke atas. "Karena Nona Liu harus beristirahat maka kami akan pulang. Masalah pernikahan bisa kita bicarakan lagi lain waktu. Bila ada persyaratan tertentu, tolong jangan sungkan untuk menyebutkannya. Aku pasti akan berusaha memenuhi keinginan Nona Liu."
Liu Qingqing akhirnya bisa bernapas lega setelah kepergian Zhou Yicheng dan Guan Zhong. Namun, sayang sekali dua mahluk pengganggu kembali datang dengan wajah dipenuhi amarah.
"Liu Qingqing, kenapa kamu menolak lamaran Yang Mulia Pangeran Pertama?" tanya Li Shu sembari berteriak.
Untuk bab selanjutnya mungkin up-nya agak lama karena harus menunggu acc dari editor terlebih dulu, jadi tetap bersabar yah para reader kesayangan 😊😊
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!