NovelToon NovelToon

ACASHA ( Simbol Keabadian Dan Kebangkitan)

Chapter 01

...🦋 HAPPY READING 🦋...

"Lu mikir gak?! setengah mati gue buat bangkit dan ngilangin rasa sakit yang Uda Lu tinggalin dua tahun lalu, dan sekarang dengan seenak jidat Lu dateng lagi ke kehidupan gue! Dengan entengnya lu nyuruh gue buat lupain semuanya dan balik lagi sama lu? Sementara lu masih pacaran sama Vera? Lu anggap gue apa Van? Lu itu bajing*n Van! Lu itu gak punya hati! Dimana otak Lu! Bangs*t lu Van!" Teriak Anes dengan suara yang menggema di hening nya malam. Kedua Tangannya yang mengepal sedari tadi bergetar menahan emosi dan amarah yang rasanya ingin menampar habis wajah lelaki di hadapannya.

Devan meraih pundak Anes,namun dengan cepat Anes mundur beberapa langkah ke belakang.

"Jangan sentuh gue! Jangan buat pertahanan yang Uda gue bangun runtuh hanya karena sentuhan lu itu!" Ucap Anes dingin sambil membuang tatapannya ke sembarang arah.

"Nes,gue bener-bener sayang sama lu,gue gak cinta sama Vera. Gue khilaf,gue Uda jelasin itu semua dua tahun lalu. Gue sayang sama lu Nes,bukan cuman lu aja yang terluka,, gue jugak! Lu yang milih mengakhiri hubungan kita,lu gak tau kan seberapa tersiksanya gue kehilangan lu?" Ucap Devan parau sambil menatap sendu gadis cantik di hadapannya.

Anes memberanikan dirinya menatap kedua manik mata Devan. Mencoba mencari kebenaran disana,namun apa yang ia cari tak kunjung ia dapatkan. Tatapan itu, tatapan itu adalah tatapan yang sama seperti yang ia lihat tiga tahun yang lalu sebelum Vera hadir menjadi orang ketiga di dalam hubungan mereka. Namun,tatapan itu juga tatapan yang sama persis seperti yang Devan berikan saat menatap Vera.

"Bullshit!! Gak ada lagi satupun dari kata-kata lu yang bisa gue percaya. Semua laki-laki itu sama! Lu! Papi! Dan semua laki-laki yang ada di dunia ini sama! Kalian semua pembohong!" Ucap Anes berapi-api sambil mengacungkan jari telunjuknya ke arah Devan

"Lu salah Nes,tiap orang memilih berbohong karena ada alasannya."

"DAN GUE GAK PEDULI VAN! DI MATA GUE, PEMBOHONG TETAPLAH PEMBOHONG! and you know who i. Seharusnya lu paham gimana sifat gue Van,gue, paling benci sama pengkhianatan!" Anes pergi meninggalkan Devan yang masih diam di tempatnya berdiri.

"GUE SAYANG SAMA LU NES! SEKARANG GUE SADAR,GUE GAK AKAN PERNAH NEMUIN KEBAHAGIAAN YANG GUE DAPET SAAT BERSAMA LU SEKALIPUN DUNIA INI GUE KELILINGI PULUHAN BAHKAN RIBUAN KALI!"

"Sorry Van,untuk kali ini,gue Uda move on dari lu!"

"Tapi gue enggak Nes, gue gagal, sekeras apapun gue berusaha, lu tetap tempat paling nyaman buat gue pulang."

Anes kembali menghentikan langkahnya, "Gue Uda pernah kasih Lu kesempatan Van,tapi kesempatan itu lagi-lagi lu sia-siakan"

"Gue bakalan perjuangin Lu Nes,gue bakal tetep mencintai lu, entah itu di masa lalu,masa kini bahkan hingga masa depan! Gue gak bakal menyerah Nes,kemana pun lu pergi,gue bakal kejar lu!" Teriak Devan berapi-api.

"Lu gilak Van!" Ucap anes berlalu pergi.

Devan mengepalkan kedua telapak tangannya. Dia bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Ia benar-benar menyesal,menyesal karena pernah menyakiti wanita yang telah mencintainya dengan tulus.

Anes sudah berjalan cukup jauh dari tempat dimana dirinya dan devan tadi bertengkar. Namun tiba-tiba kakinya berhenti melangkah,kedua matanya menatap tak percaya apa yang saat ini ia lihat.

Anes berbalik arah mencoba pergi dari tempat itu sebelum lelaki itu menyadari keberadaannya. Namun anes terlambat karena lelaki itu telah menatapnya dengan tatapan kaget. Lelaki itu lebih dulu menyuruh wanita yang bersamanya untuk masuk ke dalam mobil. Ia lalu berlari mengejar anes yang telah lebih dulu melarikan diri.

"Anesya!! Tunggu! Papi bisa jelasin semuanya sayang!"

Ya, lelaki itu adalah Fahri,papinya anes. Anes terus berlari tanpa mengalihkan tatapannya dari papanya yang terus mengejar. Anes terjatuh saat kakinya tidak sengaja tersandung pembatas jembatan.

"Aww!! sial!!"

Jembatan tersebut hanya di batasi oleh beberapa potong besi karena sedang dalam masa perbaikan. Anes juga tidak mengerti mengapa ia bisa berlari ke tempat ini. Yang artinya,ia tadi berbelok saat hendak memasuki jalan raya.

Anes segera bangkit kembali,namun kakinya terasa sangat mendenyut. Ia meringis saat melihat pergelangan kakinya yang tampak membiru. Lalu ia mengalihkan tatapannya ke arah Fahri yang hanya berjarak beberapa puluh meter lagi darinya.

Anes berusaha bangkit,namun naas,karena kakinya yang terluka,anes kehilangan keseimbangan. Saat mencoba kembali berlari,tubuh anes malah kembali terjatuh dan menabrak pembatas jembatan yang kini sudah berada di ujung. Hingga akhirnya,anes terjatuh dari pinggir jembatan tersebut.

"Aakhhhh!!! Tolong!!!"

jeritan Anes menggema di gelapnya malam, bercampur dengan suara klakson mobil yang saling sahut menyahut.

Anes menatap bulan di langit yang sedang bersinar terang di gelapnya langit malam. Dengan air mata yang telah mengalir,anes melihat Fahri yang telah memberikan tangannya ke arahnya. Namun sayang, Anes sudah tidak mampu lagi menggapai uluran tangan itu.

Anes pergi,maaf jika selama ini anes telah membuat papi menderita. Maaf karena anes selama ini bersikap egois. Anes hanya tidak bisa, melihat orang lain menggantikan posisi mami di hati papi. Anes minta maaf,Anes benar-benar minta maaf.

Tubuh Anes yang tadinya melayang di udara,kini menghantam keras derasnya arus air sungai yang mengarah ke laut. Di saat itu pula, kesadaran anes menghilang. Trauma masa kecilnya terhadap arus air kembali muncul. Anes menyerah,mungkin, memang sudah saatnya untuk pergi menyusul maminya.

Fahri berteriak kaget saat melihat putrinya yang terjatuh dari jembatan. Ia mencoba lari sekuat mungkin,dan akhirnya ia sampai. Hanya tinggal sedikit lagi, sedikit lagi ia berhasil meraih tangan putrinya yang masih mengambang di udara. Namun sayang,ia terlambat sepersekian detik.

"Anesya!!!"

Sebelum akhirnya, terdengar suara deburan menghantam air di bawah dengan sangat kencang. Fahri jatuh terduduk di pinggir jembatan. Ia segera menghubungi tim SAR dan juga ambulance.

Wanita yang tadi di lihat anes bersamanya dengan buru-buru turun dari mobil. Ia langsung menghampiri Fahri dan membawanya ke dalam pelukannya saat melihat Fahri yang sudah bersiap untuk melompat.

"Fahri! Apa yang kau lakukan?! Apa kau sudah gila?!" Bentak wanita itu saat melihat Fahri kehilangan akalnya dan hampir ikut melompat.

"Nata,ANESYA NATA! ANESYA JATUH,AKU HARUS SEGERA MENYELAMATKANNYA! ANESYA NATA! PUTRIKU TIDAK BISA BERENANG! DIA KETAKUTAN TERHADAP ARUS AIR!" Bentak Fahri

Tidak lama kemudian tim SAR datang ke lokasi tersebut dan segera memulai pencarian.

"Kamu harus sabar Fahri, serahkan semuanya kepada tim SAR. Kalau kamu ikut lompat,kamu hanya akan menghambat pekerjaan mereka." Ucap wanita bernama Nata tersebut sambil mengusap lembut punggung Fahri,mencoba untuk menenangkannya.

"Percayalah,Anesya akan segera di temukan." ucapnya lagi

Chapter 02

...🦋 HAPPY READING 🦋...

Anes terbangun dari tidurnya, kepalanya terasa mendenyut. Ia memegang kepalanya yang telah di balut dengan perban.

Apa-apaan ini? Apakah aku berhasil selamat? Apakah aku tidak jadi mati?Batinnya.

Anes mencoba menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya di sekitar. Setelah beberapa saat,barulah dirinya tersadar sedang berada dimana.

Ia mengedarkan pandangannya ke arah perabotan yang ada di ruangan itu. Kedua alisnya menyatu dan matanya menyipit saat mendapati benda-benda asing berada di dalam ruangan yang saat ini ia tempati.

Mungkin benda-benda bergaya Eropa,itulah yang saat ini sedang ia fikirkan. Meski ia sangat ragu,jika tebakannya itu benar. Ruangan yang cukup besar, hampir sama besarnya dengan ukuran kamarnya.

Di dinding,terdapat banyak lukisan-lukisan. Lalu guci-guci antik yang berukuran kecil hingga besar menghiasi ruangan ini. Yang mungkin bisa anes tafsirkan pasti harganya sangat mahal. Itu semua mirip seperti barang-barang yang pernah Anes lihat di salah satu museum di Eropa saat liburan.

Lalu kedua matanya beralih ke meja rias dengan kaca besar. Sebuah sofa mewah,kursi dan lemari besar yang terbuat dari kayu yang kokoh. Gelas-gelas yang tampak sangat asing.

"Tunggu,mengapa semua ini terlihat sangat asing? Dimana aku sebenarnya?" Tanya anes pada dirinya sendiri.

Ia malah merasa seperti berada di sebuah negeri dongeng yang bernuansa kerajaan. Seperti yang sering ia lihat di film Disney ataupun ia baca di novel-novel.

Ini bukanlah reinkarnasi, apalagi transmigrasi atau perpindahan jiwa. Semua ini benar-benar tidak bisa masuk di akalnya yang dangkal. Apa mungkin jiwanya tersasar?

Lamunannya tersentak saat mendengar sebuah pintu berderit dan terbuka. Anes menatap tajam ke arah pintu untuk melihat siapa pemilik rumah ini sebenarnya.

Dari balik pintu, muncullah seorang wanita muda berkisar usia 20 tahunan. Ia menggunakan seragam seperti, pakaian pelayan? Anes semakin mengerutkan keningnya dan tidak melepaskan sedikit pun tatapannya dari wanita yang sedang membawa nampan di tangannya.

Wanita tersebut kaget saat melihat anes sudah sadar dan sedang duduk di ranjangnya sambil memegang kepalanya yang di perban. Ia segera menghampiri Anes dengan tatapan terkejutnya.

"Ahh!! Syukurlah nona sudah sadar. Saya benar-benar sangat mengkhawatirkan nona. Sepertinya Dewi keberuntungan benar-benar memberkati Anda." Ucap wanita tersebut sambil memegang dadanya berucap syukur.

Anes tidak menjawab ucapan wanita yang rambutnya di gulung ke atas, persis seperti perawat di rumah sakit. Ia terus menatap lekat wanita itu yang tampaknya benar-benar bersyukur karena dirinya tidak jadi mati.

"Ah,tapi malang sekali, keadaan nona Camelia benar-benar sangat mengkhawatirkan." Ucapnya lagi

Anes mengerutkan keningnya,siapa Camelia? Dan siapa wanita ini? Apa dia mengenalnya? Mengapa wanita ini bersikap sok akrab dengannya?

"K-kau,siapa? Apa aku mengenalmu?" Tanya anes hati-hati

Wanita tersebut terkejut saat mendengar apa yang di katakan oleh anes.

"Anda tidak mengenal saya nona?! Oh ya Dewi,apa anda ingat siapa nama anda?" Tanya wanita itu lagi.

Anes mengangguk polos, "Tentu saja,namaku Anes,Anesya Septian."

Pelayan wanita tersebut semakin terkejut mendengar jawaban dari anes. Anesya Septian apanya,nama siapa itu? mengapa dirinya baru mendengar nama aneh itu. Dengan cepat ia segera berlari keluar sambil menyebut nama seseorang yang sama sekali asing di pendengarannya.

"Sial, kepalaku sakit sekali." Umpatnya meringis

Tak lama kemudian, suara berisik datang dari luar pintu. Munculah dua orang lelaki bersama wanita tadi. Satu berpakaian putih seperti seorang dokter dan berusia mungkin sekitar 50 tahunan. Sementara yang satunya,oh Tuhan anes menatapnya tidak percaya.

Laki-laki itu mungkin berusia sekitar 35 tahunan,dapat di lihat dari postur tubuhnya yang tegap, kekar, rahangnya yang kokoh, alisnya yang tebal dan tegas,bola matanya yang berwarna biru samar dan juga lengannya yang berotot.

Anes menelan Saliva-nya, bagaimana pun dia adalah gadis berusia 20 tahun,dan laki-laki di hadapannya benar-benar sangat tampan. Benar-benar tipe suami idamannya. Ah, apakah lelaki itu sudah beristri?

Anes dengan cepat menggelengkan kepalanya, sesegera mungkin menghilangkan fikiran kotor di kepalanya. Dan kembali fokus saat lelaki yang anes tebak adalah seorang dokter itu sudah tampak berada di sebelahnya.

Dokter itu membuka tas hitam yang tadi ia pegang. Lalu mengeluarkan sebuah kain putih yang di lipat menyerupai sebuah sapu tangan dan menempelkannya tepat di pergelangan tangan anes. Sepertinya dokter ini sedang memeriksa denyut nadi Anes.

"Bagaimana keadaan putriku dokter?" Tanya lelaki tadi dengan tatapan khawatir.

Putri? Siapa yang dia bilang putri barusan? Tanya anes dalam hati

"Kondisi nona sudah membaik tuan, mungkin perlu beberapa hari beristirahat agar bisa pulih sepenuhnya. Tapi mungkin karena benturan keras di kepala nona Castela, menyebabkan nona kehilangan ingatannya. Saya belum pernah melihat langsung orang yang mengalami penyakit hilang ingatan seperti nona. Ini pertama kalinya untuk saya,tapi anda tidak perlu khawatir tuan, penyakit ini tidak memiliki dampak buruk terhadap penderitanya. Hanya saja, seluruh ingatan si penderita akan hilang sepenuhnya,sama seperti bayi yang baru lahir ke dunia." Jelas dokter itu.

"Tunggu, apa-apaan ini?! Siapa kalian? Mengapa aku bisa berada disini?! Apa yang kalian lakukan padaku?" Protes Anes yang tidak mengerti arah pembicaraan mereka.

Lelaki tampan itu berjalan mendekati ranjang anes,lalu berjongkok di sebelahnya. Ia mengambil kedua tangan anes,dan mengusapnya lembut.

"Sayang, dengarkan papa,papa adalah orang tua kamu,dan kamu adalah anak papa. Nama papa,Herli Ardeland dan papa merupakan seorang Duke di kota ini. Dan nama kamu Castela Ardeland,putri kecil papa." Ucap lelaki itu lembut sambil menatap bola mata anes yang bergerak ketakutan.

"Enggak! Anda jangan membohongi saya! Nama saya Anes bukan castela! Dan papi saya Fahri,bukan Herli!" Teriak anes tak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Enggak,ini pasti salah! Gue dimana? Kenapa gue bisa ada disini!" Ucap anes pada dirinya sendiri.

Ia bangkit dari tempat tidur dan menghempaskan tangan Herli yang menggenggam tangannya dengan gerakan kasar. Lalu ia berlari ke arah balkon kamar dan melihat ke sekeliling.

Anes tertegun di tempatnya berdiri. Lalu kemudian ia luruh ke lantai. Herli,wanita yang tadi melayaninya dan juga dokter tersebut berlari menyusul anes. Namun dokter mencegah mereka untuk mendekati anes saat itu. Dokter mengatakan jika itu adalah salah satu hal yang wajar terjadi kepada pasien yang mengalami hilang ingatan.

Mereka akan bertingkah seperti orang gila,lalu menyebutkan tempat-tempat aneh, nama-nama aneh dan hal-hal lainnya. Bahkan,bisa saja mereka akan menyebutkan jika mereka tidak berasal dari dunia ini, melainkan dunia lain. Setidaknya itulah yang di jelaskan dokter tersebut kepada Herli.

"Ini Merupakan suatu keajaiban. Mengingat luka nona Castela benar-benar parah, bahkan saya sempat hampir menyerah. Tapi lihatlah, Sekarang nona bisa berlari meski harus di bayar dengan ingatannya." Ucap dokter itu menatap kagum gadis kecil yang bertingkah seperti orang gila itu.

Kedua mata Herli memerah,dan rahangnya mengeras saat melihat putri kesayangannya tampak sangat menderita. Namun ia setuju dengan apa yang di katakan oleh dokter. Putrinya,sudah mendapatkan keajaiban dari sang Dewi.

"Enggak! Ini pasti mimpi! Gue pasti lagi mimpi!! Gue gak kenal tempat ini, mamii!! Tolongin Anes,anes gak mau ada disini." Ucap anes terisak, membuat hati Herli terasa seperti tersayat-sayat.

Saat ini,anes sedang berada di lantai 3 rumah mewah milik Duke Herli Ardeland. Rumah ini memiliki luas yang sangat besar. Terdapat sebuah kastil yang merupakan tempat tinggal para ksatria. Lalu lapangan berkuda, lapangan memanah dan juga pohon-pohon yang berjejer dengan sangat rapih.

Anes kembali jatuh pingsan. Dengan sigap Herli menggendong tubuh kecil gadis itu dan meletakkannya di ranjang. Dokter kembali memeriksa keadaan anes dan mengatakan jika anes hanya butuh istirahat,tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Wanita tersebut lalu pamit undur diri untuk mengantarkan dokter itu hingga di depan kediaman.

Disinilah Anes terdampar, sebuah negeri yang berada di belahan universe lain. Sebuah negeri yang biasanya hanya ada di buku-buku dongeng di Bumi. Ini bukan bumi, melainkan sebuah planet lain,dengan peradaban yang lain pula.

Anes tidak menyadari,jika Jiwanya terdampar ke dalam tubuh seorang gadis berusia 16 tahun,yang merupakan putri dari seorang Duke di sebuah negeri yang bernama SEATHLAND. Dan gadis tersebut bernama, Castela Ardeland. ia memiliki seorang kakak kembar bernama Camelia Ardeland. Dan seorang kakak laki-laki bernama Marcel Ardeland.

Herli menatap prihatin putrinya. Ia mengecup kening anes,lalu memperbaiki selimut di tubuh Anes. Sebelum akhirnya, keluar dari ruangan mewah tersebut.

Chapter 03

...🦋 HAPPY READING 🦋...

Anes terbangun dari tidurnya dengan nafas memburu. Tubuhnya terasa basah dan lengket karena keringat akibat mimpi-mimpi yang hadir di setiap tidurnya selama tiga hari belakangan ini.

Anes bangkit dari tempat tidur dan duduk di depan cermin besar di kamarnya. Ia menuangkan segelas air lalu meminumnya hingga habis. Anes menatap pantulan wajahnya di cermin. Sungguh,ia benar-benar tidak bisa mengerti mengapa jiwanya bisa terdampar di tubuh seorang gadis berusia 16 tahun.

"Kenapa gue gak langsung ke surga aja sih ya Tuhan. Kenapa jiwa gue bisa Sampek nyasar ke dunia lain." Ucap anes kesal

Ia melirik jam di dinding yang telah menunjukkan angka 5 pagi. Entah mengapa,ia akan selalu terbangun dari mimpi itu di setiap pukul 5 pagi. Anes membuka lemari kecil di bawah cermin. Ia lalu mengeluarkan sebuah buku dan pena dari dalam lemari.

Kemudian, tangannya yang kecil dan mungil tersebut mulai menulis apa saja yang ia ingat dari mimpi yang ia alami. Lebih tepatnya, kenyataan-kenyataan yang sudah mulai ia terima.

"Castela Ardeland,gadis berusia 16 tahun. Memiliki saudari kembar bernama Camelia Ardeland,dan seorang kakak laki-laki bernama Marcel Ardeland. Castela dan Camelia terjatuh dari kereta kuda dan masuk ke dalam jurang saat dalam perjalanan menemui Herli Ardeland di istana." Tulisannya

Anes kemudian berfikir sejenak. Ia menggigit bibirnya sambil mengetukkan jarinya di meja, berfikir.

"Camelia di berikan titah untuk menikah dengan pangeran. Tapi pangeran sudah memiliki istri,terus kenapa Raja menyuruh anaknya untuk menikah lagi? Lalu, bagaimana gadis ini dan Camelia bisa jatuh ke jurang?" Tanya anes Kepada dirinya sendiri.

Ia terus berfikir,namun tidak kunjung mendapatkan jawaban. Hingga jam telah menunjukkan pukul 7 pagi. Sinar matahari sudah sedari tadi masuk melalui celah-celah jendela yang gordennya sengaja di buka oleh anes.

"Ah, sepertinya sudah siang. Gue masih heran kenapa gue bisa ada disini. Tapi kayaknya gue harus berfikir positif, mungkin Tuhan sengaja kasih kesempatan kedua buat gue hidup tenang. Ah, sudahlah, sepertinya lu harus terbiasa buat menikmati hidup yang baru,di tempat yang baru,dan dengan tubuh yang baru Anes. Lagian disini gak ada Devan, pasti laki-laki itu Uda nangis Bombay karena tau gue jatuh dari jembatan. Bodoh amat deh, Oke, mulai sekarang nama lu Castela Ardeland, putri kesayangannya Duke Herli Ardeland. Ah, beruntungnya gue yang selalu hidup serba kecukupan." Ucapnya tersenyum senang lalu bangkit.

"Welcome to my new life!"

Tidak lama terdengar suara pintu di ketuk dan muncullah seorang wanita yang pertama kali di lihat oleh anes saat ia terbangun di dunia ini.

"Selamat pagi nona,apa anda terbangun lagi tadi pagi?" Tanya Ema, wanita yang ternyata adalah pelayan pribadinya sejak kecil. Ema tersenyum,lalu berjalan mendekati anes,untuk membantu anes mandi dan berganti pakaian.

(Oke,mulai sekarang akan kita sebut anes sebagai Castela)

"Begitulah." Jawan Castela sambil menghembuskan nafas dengan kasar.

Ema tersenyum,ia sudah selesai melepaskan seluruh pakaian Castela. Ema memakaikan sebuah jubah mandi berwarna biru langit ke tubuh Castela yang putih bersih dan polos tanpa sehelai benang pun. Castela lalu berjalan memasuki kamar mandi.

Ia masuk ke dalam sebuah bak mandi yang telah diisi oleh air hangat beraroma strawberry dan di penuhi oleh kelopak-kelopak mawar mewah. Castela menghirup dalam-dalam aroma strawberry yang benar-benar mampu merilekskan tubuhnya yang terasa pegal.

Ema mengambil pakaian tidur Castela,lalu meletakkannya di keranjang yang tadi ia bawa. Sambil menunggu nonanya selesai mandi,Ema membersihkan kamar Castela di bantu oleh dua pelayan lainnya yang baru saja masuk.

Castela menatap pantulan tubuhnya di cermin yang ada di kamar mandi. Ia terpesona akan kecantikan gadis yang tubuhnya sekarang telah menjadi tubuhnya.

"Bagaimana ada wanita secantik dan sesempurna ini? Bukankah ini kecantikan seorang Dewi? Bahkan di dunia gue yang dulu, sangat jarang ada wanita yang memiliki kesempurnaan seperti ini."

Castela adalah seorang gadis yang memiliki tinggi badan hanya sekitar 165 cm. Rambutnya panjang dengan warna kuning kemerahan yang tampak menyala. Ia memiliki kulit yang putih, benar-benar putih tanpa noda. Hidungnya mancung, bibir kecil,dan juga kedua bola mata yang indah.

Sementara kakaknya Camelia,mereka memiliki tinggi yang sama. Hanya saja, Camelia memiliki kulit yang lebih gelap,warna rambutnya juga lebih gelap di bandingkan milik Castela. Meskipun mereka kembar identik, siapa pun yang melihat mereka akan langsung tahu membedakan yang mana Camelia dan yang mana Castela.

Tok tok tok

"Nona, apakah anda sudah selesai? Saya akan membantu nona berpakaian. Tuan Duke dan tuan Marcel sudah menunggu anda di meja makan." Ucap Ema dari balik pintu.

Castela segera bangkit dan menyelesaikan ritual mandinya. Ia sampai lupa,jika kakak lelaki Castela hari ini kembali dari akademi karena mendengar berita tentang kecelakaan mereka. Castela tidak boleh sia-siakan kesempatan hidupnya yang kedua ini.

"Sebentar Ema,aku akan segera keluar."

Castela mengambil jubah mandinya,lalu memakainya. Setelah itu,ia keluar dan langsung di sambut oleh para pelayannya dan juga Ema yang akan membantunya berpakaian.

Ema dengan cekatan melepas jubah mandi milik Castela. Di bantu dengan dua orang pelayan lainnya,mereka memakaikan pakaian di tubuh indah milik Castela. Bahkan, pelayan-pelayan tersebut berdecak kagum saat melihat tubuh polos Castela yang sangat indah.

"Nona kita benar-benar jelmaan seorang Dewi." Bisik salah satu pelayan yang masih bisa di dengar oleh Castela.

"Mengapa dulu kita tidak menyadarinya ya? bahkan kecantikan nona Camelia tidak ada apa-apanya." jawab salah satunya masih berbisik.

Castela hanya tersenyum tidak menanggapi,karena apa yang pelayan itu katakan adalah kenyataan yang terlihat. Awalnya,ia merasa malu saat tahu jika mandi dan berpakaian adalah tugas para pelayannya. Namun,Ema dengan sabar menjelaskan peraturan-peraturan yang sudah ada sejak dahulu, sehingga mau tidak mau Castela harus menyerah dan mengikuti bagaimana peraturan di dunia ini.

"Anda terlihat sangat cantik nona." Ucap Ema saat melihat hasil maha karya mereka.

Kedua pelayan itu ikut mengangguk semangat sambil tersenyum senang.

"Benarkah? Terima kasih atas pujian kalian." Jawab Castela.

Ema tersenyum bahagia melihat perubahan nona mereka. Awalnya ia kaget melihat nonanya yang sedari kecil pendiam,tidak mau berbicara dengan siapa pun, selalu menyendiri dan selalu terlihat sedih sejak kematian Duchess berubah 180 derajat.

Namun ia juga merasa senang. Itu artinya, kemalangan yang di terima keluarga Duke Herli memiliki kebaikan di baliknya. Buktinya, setelah kecelakaan itu,nona mereka berubah menjadi sosok yang ramah,ceria,seolah memiliki kehidupan yang baru meski harus mengalami penyakit hilang ingatan.

"Ema,antarkan aku menemui papa." Ucap Castela semangat.

Ema mengangguk,lalu menunjukkan jalan ke ruang makan dimana Duke Herli dan marchel sudah menunggu. Setelah menuruni tangga,dan berjalan cukup lama, akhirnya mereka sampai di ruang makan. Castela menghampiri Duke Herli lalu mencium pipinya dengan semangat. Begitu juga ia lakukan dengan kakaknya, Marcel Ardeland.

"Pagi papa,pagi Marcel." Ucapnya dengan semangat lalu duduk di kursi yang kosong.

"Pagi sayang." Jawab Duke Herli tersenyum

Marcel menatap tidak percaya ke arah Castela,lalu ia mengalihkan tatapannya ke arah Duke Herli seolah meminta penjelasan.

"Begitulah, bukankah sudah papa katakan? Sepertinya kau harus mulai terbiasa Marcel haha." Ucap Duke Herli sambil tertawa melihat mimik muka putra sulungnya itu.

"Hey Castela,apa otakmu terbentur sangat keras saat itu?" Tanya marchel masih dengan wajah keterkejutannya.

"Mungkin." Jawab Castela acuh mengangkat kedua pundaknya.

"Hey! Apa-apaan wajahmu itu? Kau seperti baru melihat setan saja." Lanjutnya lagi kesal saat melihat Marcel masih menatapnya tajam.

"Wow, sepertinya benturan itu sangat keras. Kau bahkan berani membentak ku. Padahal dulu kau sangat takut bertemu denganku,dan tidak banyak bicara seperti ini." Ucap Marcel tidak percaya.

"Oh ayolah marchel,apa kau tidak senang dengan perubahan ku ini? Aku bahkan sangat tersiksa karena aku tidak memiliki ingatan apapun saat ini. Kau malah terlihat tidak senang karena mengetahui aku masih hidup." Ucap Castela menatap Marcel tajam.

"Hey,jangan bodoh! Aku sangat menyayangi kau dan Camelia,kau tidak tahu betapa khawatirnya aku saat mendengar kabar jika kalian mengalami kecelakaan." Ucap Marcel sambil memasukkan sesuap sup ke dalam mulutnya.

"Aku tidak percaya,kau pasti berbohong." Ucap Castela lalu memotong daging panggang di piringnya,lalu memakannya.

"Kau-"

"Sudahlah Marcel,apa kau tidak bisa mengalah dengan adikmu? Kalian baru bertemu,dan adikmu sedang hilang ingatan. Seharusnya kau memberikan kesan dan contoh yang baik kepadanya." Potong Duke Herli sambil menatap putra sulungnya.

Marcel menghembuskan nafas dengan kasar.

"Baiklah papa,aku minta maaf." Ucap Marcel mengalah.

Mereka lalu melanjutkan sarapan mereka. Castela tersenyum devil ke arah Marcel sambil menjulurkan lidahnya. Lalu mulutnya berucap tanpa suara "aku menang." Membuat Marcel memutar bola matanya malas. Sungguh,ia benar-benar tidak menyangka jika adiknya yang culun dan pendiam itu seolah berubah menjadi seekor serigala yang menyeramkan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!