...Hai semua...💕💕...
...Salam kenal untuk yang belum kenal.🙏🙏...
...Salam sayang untuk kalian yang sudah lama ngikutin cerita aku🥰🥰🤗...
...Ini cerita Ke 9 aku. Bagi yang baru mampir silahkan baca Novel Istri kedua (jangan sakiti aku lagi) biar nggak bingung, tapi kalau nggak mau baca juga nggak papa. masih nyambung kok....
...SELAMAT MEMBACA, SEMOGA KALIAN SUKA....
...🤗🤗🤗...
...••••••••...
Ceklek.
Pintu kamar presidential suite, yang sengaja di pesan untuk malam pertama pasangan pengantin baru itu terbuka. Mereka pun masuk beriringan dan begitu pintu kamar itu kembali di tutup. Sang Pria langsung tertawa, mengejek dirinya sendiri. " Haaniya, Haaniya." Ucap sang pria setelah meredakan tawanya, kemudian berbalik menatap kepada wanita yang menjadi pasangannya. " Haaniya Dianly Xavier!Apa hebatnya kamu selain bersenang-senang keliling dunia dan merusak hubungan orang lainnya?" Pertanyaan yang sungguh menusuk hati.
" Bersenang-senang keliling dunia dan merusak hubungan orang lain?" Tanya sang wanita, mengulang perkataan pria itu sembari menautkan alisnya.
" Ya! Katakan?" Semakin bingung Hani. Pasalnya ia tidak merasa pernah merusak hubungan orang lain, kenapa dia harus di tuduh untuk hal itu! Ia pun tidak pernah berkeliling dunia. Dia hanya menetap di beberapa negara untuk menyelesaikan studinya, New Zealand dan Amerika lebih tepatnya. Untuk negara lainnya, ia terpaksa harus berada di sana untuk kepentingan pekerjaannya. " Kenapa Diam? Bingung mau jawab apa! Atau kamu sudah tidak tahan untuk di sentuh olehku."
Hani, langsung memijit pelipisnya! Yang tiba-tiba berdenyut nyeri mendapat tuduh demi tuduhan dari pria yang baru sehari menjadi suaminya. " Tuan Narendra Azzam Sanjaya, yang terhormat! Jangan terlalu menganggap rendah orang lain! Karena tidak semua yang telinga kamu dengar dengan mata melihat, itu benar adanya."
" Hahaha!" Pria itu kembali tertawa." Kamu sedang membelah diri sekarang. "
Hani yang tidak tahan dengan sikap suaminya, melangkah mendekati Narendra! Kemudian menarik kerah tuksedo yang di gunakan pria itu." Apa masalahmu?" Tanyanya, menelisik wajah suaminya.
" Masalahku adalah menikah dengan kamu, masalahku adalah kamu, kamulah sumber masalahku." Tegas pria itu sambil menepis tangan Hani. Kemudian menepuk-nepuk kerah tuksedo-nya seakan jijik dengan sentuhan wanita itu " Kamu itu_" Narendra tidak meneruskan kata-katanya karena pintu kamar mereka tiba-tiba di ketuk dengan begitu keras.
" Aku apa? memangnya kamu tahu apa tentang aku?" Tanya Hani, tangannya bergerak untuk menahan langkah Narendra saat ingin membuka pintu itu! Kilatan kemarahan tergambar jelas dari manik indah sang wanita.
" Berhentilah berpura-pura Haaniya, aku tahu kamu menerima pernikahan ini karena tidak ingin kehilangan harta kamu dan saham yang di janjikan papa dan kakek aku. Aku tahu semuanya Haaniya, bahkan aku tahu semua tentang kamu, karena Lisa sudah menceritakan semuanya kepadaku. Tentang kamu yang tidak suka di atur, itu sebabnya kamu memilih tinggal di asrama, tentang kamu yang suka kebebasan dan memilih tinggal jauh dari orang tua kamu dan semua yang kamu lakukan di luar sana aku mengetahuinya bahkan aku lebih mengenal kamu dari diri kamu sendiri." Ucap pria itu sembari menunjuk wajah Hani.
Membuat wanita itu terdiam dan tidak dapat berkata-kata. Bukan karena dia membenarkan ucapan suaminya yang mengetahui seperti apa dirinya, tapi sikap arogan Narendra! sebab tidak ada yang mengenali Hani melebihi Lita. Lita itu sudah seperti bayangan Hani, kemana pun wanita itu pergi, Lita selalu ada di sisinya.
Setelah mengatakan apa yang ingin dia katakan kepada Hani, pria itu langsung berjalan ke arah pintu yang terus di ketuk dari luar dengan tidak sabaran.
" Sebentar_"Ucap Narendra.
Dan begitu pintu itu terbuka, seorang wanita langsung melempar dirinya ke pelukan Narendra." Bang Rendra! Nala benci sama Abang." Ucap wanita itu sembari terisak dalam pelukan Narendra, memukul dada pria itu sementara pria itu sendiri hanya membiarkannya sambil mengusap punggung wanita alay itu, " Bang Rendra udah janji mau membatalkan perjodohan ini tapi kenapa bang Rendra, tetap Nikahin dia. Abang sengaja kan tugaskan Nala, keluar kota supaya bisa menikahi wanita itu." Tunjuk-nya kepada Hani, yang masih mematung di tempatnya.
" Sayang, dengerin Abang ya! Ini tidak akan berjalan lama! Hanya sebentar. Adanya dia, tidak akan mengubah apapun! karena yang Abang cinta cuma Nala." Ucap pria itu, sengaja mengecup bibir wanita yang di panggil Nala itu di depan mata istri.
" Tapi Abang sudah menikahinya." Rengekannya tidak terima.
" Abang akan menceraikan dia secepatnya dan akan menikahi Nala Setelah itu, Abang janji! Nala percaya kan sama Abang." Bujuk Narendra.
" Bagaimana jika Abang tergoda sama dia! Dia aja lebih cantik dari Nalha. Nala takut." Serunya.
" Nala tidak perlu takut! Karena Abang juga tidak akan Sudi menyentuhnya."
" Benar?" pria itu mengangguk kepalanya " Tapi Nala akan percaya jika Abang mau temani Nala tidur malam ini dan tinggalin dia sendiri ini." Ucap Nala lagi, sembari menatap tidak suka kepada Hani yang sejak tadi hanya menunjukkan ekspresi datarnya.
Narendra pun ikut melihat ke arah Hani Setelah itu, kembali menatap wajah kekasih hatinya. " Baiklah, apapun untuk kamu sayang." Mereka pun meninggalkan Hani seorang diri.
Setelah punggung kedua orang itu menghilang dari pandangannya, Hani langsung terduduk lesu di lantai. Karena bukan hanya Narendra yang berat menjalani pernikahan ini, Hani pun berat melakukannya!
BRUUKK.
Pintu kamar hotel itu kembali terbuka dengan kasar. " Hani." Hani mengangkat wajahnya, menatap kepada dua orang sahabatnya, yang baru saja masuk kedalam kamarnya. Mereka adalah Naela dan Thalita. " Hani, apa yang di lakukan kakakku kepadamu?"
" Apa mereka menyakiti kamu?" Tanya Lita, kemudian memeriksa tubuh Hani. Membuat wanita itu tertawa.
" Astaga Lita, Ela! Sepertinya kalian harus mengenal aku lagi." Ejeknya, kedua orang itu langsung mendengus tak suka." Apa aku terlihat selemah itu?" Lanjutnya, tanpa menghentikan tawanya. Membuat mereka semakin kesal tapi tidak dapat meninggalkannya begitu saja.
" Kamu tahu, kamu itu menyebalkan! Kalau kamu tidak apa-apa! Kenapa kamu sampai duduk di lantai seperti ini. Membuat orang khawatir saja." Ujar Neala.
" Tau nih."
" Cup cup kesayangan aku, kalian berdua baik sekali." Hani mencubit dagu kedua wanita itu secara bergantian, kemudian memeluk tubuh mereka sekaligus. " Aku hanya lelah, terima kasih sudah mengkhawatirkan aku! Oh iya, malam ini kakakmu menghabiskan malam pertama bersama kekasihnya! Apa kalian berdua mau menghabiskan malam pertamaku bersama disini! Kita party." Lanjutnya sembari memainkan satu alisnya.
" Oke, siap takut." Jawab kedua wanita itu.
Malam yang harusnya menjadi malam yang indah untuk pasangan pengantin baru itu, justru di lalui di tempat berbeda! Di sana sang suami melakukan pesta keringat di atas ranjang kekasihnya, di sini sang istri menghabiskan waktu bersama kedua sahabatnya, mereka berjoget mengikuti music yang di putar dari ponsel Lita dan menikmati wine yang baru saja mereka pesan.
Keesokan harinya, semua anggota keluarga! Telah berkumpul untuk sarapan, mereka masih di hotel tempat di gelarnya pesta pernikahan anak-anak mereka semalam. Meja yang di siapkan untuk seluruh anggota keluarga yang masih menginap, sudah terisi bahkan Hani pun sudah duduk disana, tinggal satu kursi saja yang masih kosong dan kursi itu di khususkan untuk Narendra.
" Hani dimana suami kamu?" Tanya Mama mertuanya.
" Masih tidur ma! Hani nggak enak buat banguninnya." Jawab Hani, mencoba menutupi apa yang sebenarnya terjadi pada mereka. Tapi siapa sangka Narendra tiba-tiba muncul disana bersama Nahla dan merusak usaha Hani..
" Kamu tidak perlu berpura-pura! Karena semalam aku menghabiskan malam bersama Nahla. Maaf om aku tidak bermaksud menyakiti putri om, tapi aku tidak dapat membohongi perasaanku. Yang aku cintai itu Nahla." Akunya di depan semua anggota keluarga sambil mencium pipi Nahla, saat melihat tangan papa mertua mengepal. " Oh iya, karena kita tidak saling mencintai! aku ingin pernikahan ini hanya berjalan enam bulan saja setelah itu aku akan menceraikan Hani dan menikahi Nahla."
Seorang wanita duduk sembari menatap wajahnya yang telah di rias dengan begitu cantiknya, pada pantulan cermin meja rias! Tiara yang terpasang di rambut membuat ia terlihat seperti seorang ratu.
Namun raut bingung itu tidak dapat ia sembunyikan, niatnya untuk menjadi mata-mata, justru membuatnya terjerumus semakin jauh.
Praakk.
Bunyi jendela yang terbuka, membuat wanita itu menengok kebelakang dan mendapati pria yang begitu ia kenal berdiri di sana! Pria itu yang menawarkan pekerjaan ini kepadanya karena keberanian dan kelincahannya keluar dari situasi bahaya.
Pria itu juga yang selalu ada dan melindunginya, hubungan mereka tidak hanya rekan kerja atau orang yang saling mengenal, hubungan mereka lebih dari itu.
Mereka adalah partner sekaligus kekasih. " Aku takut." Ucapnya. Karena ini pertama kalinya ia merasakan perasaan itu.
" Jangan takut, aku tidak akan membiarkan wanitaku di miliki pria manapun, percaya kepadaku." Sahut sang pria, sembari mengusap wajah kekasih sekaligus partnernya. Kacamata besar yang selalu menempel di wajah cantik itu, untuk melengkapi penyamarannya kini sudah tidak ada. " Kamu begitu cantik."
Ting tong..
Belum sempat sang wanita membalasnya bel kamar itu berbunyi, membuat keduanya memutuskan pandangan satu sama lain dan kompak menatap kearah pintu. " Ayo honey, kita sudah tidak punya banyak waktu. " Ucap sang pria. Kemudian mengeluarkan pisau dari saku jasnya dan merobek sebagian gaun itu sehingga memudahkan wanitanya untuk berlari, pria itu kemudian membantunya ke tepi jendela dimana tempat ia datang. " Kalau kamu percaya kepadaku, pejamkan mata kamu." Wanita itu mengangguk, lalu memejamkan matanya. Dan sepersekian detik, tubuh keduanya melayang di udara, menebus dinginnya angin malam. Ketinggian itu tidak menciptakan rasa takut sedikitpun di wajah mereka! Mereka seakan luka jika saat ini mereka tengah menantang malaikat maut.
Saat keduanya hampir sampai. Tali yang menopang berat mereka terputus, membuat keduanya hampir saja terjatuh dan menjadi bubur daging di bawah sana. Tapi bersyukurnya tangan sang pria begitu cekatan sehingga ia dengan cepat menahan tralis besi gedung yang menjadi tujuan mereka dengan satu tangan, sementara tangannya yang lain menahan tangan wanitanya.
"Naiklah." Pintanya, sedikit mengangkat tubuh wanita itu. Hingga ia bisa memanjat tubuh sang pria dan keduanya memasuki jendela kamar yang terbuka di sana dalam sekali berayun.
" Siapa kalian? " Tanya pasangan yang sedang melakukan kegiatan panas, namun terganggu oleh tamu tak diundang untuk itu.
" Opss sorry." Ucap sang wanita setelah itu bergegas ke arah pintu dan keluar dari kamar itu, di susul sang pria, setelah meraih kunci mobil yang di letakkan begitu saja.
" Hai kalian." Pria yang berada dibawa selimut bersama wanitanya hanya bisa berteriak tapi tidak dapat mengejar mereka karena ia tidak mengunakan sehelai benang pun di tubuhnya.
Saat berada dalam lift keduanya saling memandang sebelum akhirnya berciuman, untuk menyalurkan perasaan rindu kepada satu sama lain. " Maaf aku, baru datang sekarang." Ucap sang pria setelah melepaskan tautan bibir mereka dan mengusap bibir kekasihnya mengunakan ibu jarinya dengan dahi yang saling menempel.
" Itu lebih baik dari pada kamu tidak datang! Aku mungkin akan membencimu, kalau sampai benar kamu tidak datang."
Pria itupun tertawa seraya berkata. " Tak akan aku biarkan wanita yang aku cintai membenciku, walaupun hanya untuk sesaat."
Senyum malu-malu tergambar jelas di wajah sang wanita! Kehadiran pria itu selalu berhasil membuatnya tersenyum, di saat-saat menegangkan seperti ini. " Kamu ya_" Seru wanita itu tertahan karena pintu lift sudah terbuka dan terdengar suara tembakan di luar sana. Sang pria menggenggam tangan wanita, keduanya berlari sembari menghindari peluru yang melesat ke arah mereka. Dan menggunakan badan mobil sebagai perisai." Sebelum kesini aku sudah menghapus semua data diri kamu, mulai sekarang kamu bisa menjalani hari-hari kamu dan tidak akan ada yang mengenali kamu. Aku berharap Tuan Regan Arvenio Elbarack pun begitu." Ucap sang pria sambil menekan tombol pada kunci mobil yang ia curi.
Hingga membuat bunyi yang begitu memekakkan telinga, sehingga orang-orang yang mengejar mereka, menyadari keberadaan mereka saat ini. " Keenan! Aku benci nama itu. " Tegas sang wanita.
" Maaf honey, aku tak bermaksud! Ayo kita harus bergegas mobilnya disana." Titah sang pria. Sembari menunjuk mobil Ketiga dari tempat mereka.
Dengan keahlian yang mereka punya. mereka dapat mencapai mobil itu sebelum orang yang mengejar mereka sampai. Dan secepat kilat mobil itu melesat keluar basemant, bergabung bersama pengguna jalan lain. Aksi kejar-kejaran dan menyelip di jalan raya pun terjadi. Tidak terhitung berapa banyak mobil yang mengejar mereka. Pria itu kembali menatap kepada wanitanya yang masih terdiam. " Honey berjanji lah satu hal kepada ku."Satu tangannya menggenggam stir mobil satunya lagi menggenggam tangan sang wanita sesekali mencium punggung tangannya tanpa menurunkan laju kecepatan mobilnya. Pria itu berusaha tetap fokus ke jalan dan sesekali menatap wajah sendu di sampingnya. Hatinya bagai teriris pisau tak kasat mata, karena ini pertama kali ia melihat wajah sendu wanita nya. Wanita yang telah membuat perasaannya tenggelam sejauh ini.
" Kamu telah berjanji kepadaku! Kenapa kamu mengingkarinya? Dengan meminta aku menjauh, kenapa Keenan." Tanya sang wanita, kedua matanya mulai berkaca-kaca.
" Ketahuilah honey, aku tidak pernah mengingkari janjiku padamu! Aku hanya ingin melihat kamu menjalani hari-harimu sebagai mana wanita pada umumnya, apa itu salah? Honey, aku tahu kamu cukup pintar untuk bertahan. Tapi aku ingin memastikan kebahagiaan kamu di tengah-tengah keluarga kamu! Kembali pada mereka. Aku mohon! Anggap saja ini permintaan terakhirku." Sang wanita langsung menatap tidak suka kepada kekasihnya, air mata yang sejak tadi ia tahan langsung jatuh begitu saja membasahi pipinya." Honey, jangan menangis kamu harus tersenyum. Karena aku ingin melihat senyum itu selalu disini." Mengusap bibir wanitanya dengan lembut. Kemudian berkata lagi. " Jika Setelah hari ini. Entah dimana pun kamu berada dan saat itu kamu mengingatku, aku akan datang secepat hembusan angin membelai wajahmu! Walaupun ragaku tidak dapat kamu lihat dan sentuhan tidak dapat membelai mu namun cintaku selalu ada untukmu disini." Menunjuk dada wanita itu dan_
BRUUKK.
" AAaakkkhh. Haaah haah." Wanita itu langsung terbangun dari mimpinya dengan nafas yang tersengal-sengal. keringat dingin membasahi wajahnya.
" Mimpi yang sama? minumlah dulu." Tanya seorang wanita yang berjalan kearahnya, kemudian menyodorkan dia gelas berisi air putih itu.
" Terima kasih Lita." Ucap wanita itu sembari mengangguk kepalanya, kemudian meraih gelas air yang di sodorkan sahabatnya.
" Apa kamu tidak ingin mengabulkan keinginan terakhirnya! Sampai kapan kamu ingin menghindar Hani?"
" Aku bukanya menghindar Lita."
" Tapi kenyataannya memang seperti itu." Sahut Lita, membuat Hani terdiam sejenak." Dia sudah tidak ada, terima kenyataan itu Haaniya."
" Tapi kenyataannya memang seperti itu." Sahut lita, membuat Hani terdiam sejenak." Dia sudah tidak ada, terima kenyataan itu Haaniya."
" Tapi sentuhan dan detak jantungnya masih dapat aku rasakan." Balas Hani.
" Sampai kapan kamu tengelam dalam mimpi itu! Harusnya kamu sadar, Jika dia terus mengingatkan kamu, itu karena kamu belum mewujudkan keinginan terakhirnya."
" Aku sedang melakukannya! Apa kamu lupa_"
" Seingat aku, dia meminta kamu kembali kepada keluarga mu dan menjalani hari-hari seperti wanita pada umumnya di tengah-tengah mereka, tapi lihatlah kamu_"
" Cukup Lita! Kalau kamu ingin pulang, pesan tiket pesawat dan kabari bunda, kalau kita akan pulang hari ini. Minta juga Daddy jemput kita di bandara! kamu puas?" Hani langsung memotong ucapan Lita.
" Tentu saja." Sahut Lita, namun wanita itu tidak begitu menghiraukan sahabatnya itu dan memilih kembali merebahkan tubuh di atas ranjang. Karena waktu masih menunjukkan pukul tiga pagi.
Lita tersenyum menatap Hani! Dia yakin sahabatnya itu tidak tidur hanya kedua matanya saja yang terpejam.
" Andai saja kamu membiarkan aku menceritakan sedikit saja tentang kamu, Hani! agar semua orang tahu Hani-ku juga rapuh, Hani-ku juga butuh perhatian dan kasih sayang. " Ucap Lita dalam hatinya. " Jika suatu saat ada yang bertanya siapa kamu dan ingin tahu seperti apa kamu! Aku akan, mengatakan kepada nya kalau kamu adalah anak perempuan yang hebat, tidak pernah mengeluh dan tidak pernah mengatakan apapun yang kamu rasakan kepada orang tua mu dan saat mereka bertanya kamu selalu menjawab kamu baik-baik saja. Namun di dalam hati kamu menyimpan kekecewaan serta luka untuk kamu rasakan sendiri dan mataku sering mendapati mu terbangun di setiap malam mu. Sekeliling kamar mu di penuhi Isak tangismu yang hanya aku yang bisa mendengarnya. Namun begitu pagi menjelang kamu memalsukan tangisan mu menjadi senyum dan tawa, entah dari mana kehebatan itu, kamu dapat." Cukup lama Lita berbicara dalam hatinya sembari tersenyum hambar menatap Hani yang masih memejamkan matanya, sebelum wanita itu beranjak untuk melakukan apa yang di minta Hani, sambil mengusap kedua sudut matanya yang tiba-tiba basah.
" Kamu memang yang terbaik Hani, silahkan tidur kembali, aku akan menghubungi bunda sekaligus packing." Ucap Lita sebelum ia benar-benar keluar dari kamar mereka.
" Tunggu, biar aku saja yang packing, aku sudah tidak mengantuk lagi. Oh iya, usahakan kita mendapatkan penerbangan pagi." Hani langsung beranjak dari tempat tidurnya, kemudian menurunkan dua buah koper untuk dirinya dan Lita, Setelah itu ia mulai mengisinya dengan pakaian dan segala keperluan mereka yang harus di bawah.
Sementara Lita langsung menelpon ke rumah keluarganya Hani, sesuai permintaan gadis itu. " Halo, Kediaman Xavier? dengan siapa saya berbicara?" Ucap seseorang orang dari seberang sana, begitu panggilan itu terhubung dan Lita kenal betul suara orang itu.
" Aku Lita! Aku ingin berbicara dengan bunda Dian! bisakah kamu memberikan telpon kepadanya." Pinta Lita. " Bunda sedang sibuk, jika ada yang ingin kamu katakan kepada bunda! katakan saja kepadaku, aku akan menyampaikan kepada bunda Nanti." Mendengar hal itu, Lita langsung memutar kedua bola matanya malas, berurusan dengan wanita caper itu. Namun belum sempat ia protes, terdengar suara bunda dari seberang sana. " Ingat batasan kamu Lisa, kamu tidak berhak menerima pesanan atas namaku, karena kamu tetap orang lain di rumah ini." Suara tegas itu membuat Lita hampir saja tertawa, namun ia menahannya.
" Hallo_"
" Bunda! ini Lita Bun!" serunya begitu bersemangat, karena Wanita yang Di panggil sahabatnya bunda itu, sangat menyayangi sama seperti Hani, ia juga telah mengetahui pekerjaan mommy-nya.
" Hay sayang, bagaimana kabar kalian disana?" Tanya Dian dengan suara yang begitu lembut tidak seperti saat ia berbicara kepada Lisa tadi.
" Kita disini baik-baik saja bunda dan aku punya kabar bahagia untuk bunda."
" Oh ya! apa itu Sayang?" Tanya Dian sedikit tidak sabaran.
" Hari ini aku dan Hani akan pulang." Serunya
" Sungguh, kamu sedang tidak menyenangkan bunda kan sayang?"
" Tentu saja tidak bunda! Bahkan Hani, sedang packing sekarang dan ia berpesan agar Daddy menjemputnya di bandara." Ujar Lita, kebahagiaan tergambar jelas di wajahnya dan ia yakin di sana bunda Dian jauh lebih bahagia dari pada dirinya.
Bagaimana tidak, Setelah Delapan tahun putrinya itu pamit pergi dengan alasan ingin kuliah di luar negeri dan ia tidak pernah kembali lagi di tengah-tengah mereka setelah hari itu, bahkan saat libur semester sekalipun, saat mereka mengunjunginya mereka tidak tahu Hani tinggal dimana, Ia begitu sulit untuk di temukan tapi anehnya gadis itu selalu menyempatkan waktu untuk menghubungi mereka dan mengatakan dia baik-baik saja dan itupun tidak lama.
Baru setahun belakangan ini mereka rajin berkomunikasi, bahkan sesekali melakukan video call. Dan kini ia akan kembali, jangan tanya seberapa bahagianya mereka mendengar hal ini.
" Katakan kepadanya, bukan hanya Daddy saja, karena bunda pun akan ikut menjemputnya! Bunda akan memasak makan kesukaannya dan bunda juga akan menyiapkan kamar untukmu, terima kasih ya sayang, sudah menjaga Hani di saat bunda tidak bisa menjaganya, Bunda tidak tahu_"
" Bunda jangan buat aku bersedih dong harusnya bunda bahagia karena Hani akan pulang."
" Tentu saja sayang."
" Udah ya bunda, nanti Lita kabarin lagi. ada yang harus lita kerjakan." Setelah itu Lita mengakhiri panggilan mereka begitu mendapat persetujuan dari bunda Dian.
...\=\=\=\=\=\=\=\=...
Setelah menerima telpon dari Lita, Dian langsung menghampiri foto besar tuan Xavier yang tergantung di dinding rumah itu, ia mengusap foto itu kemudian berbicara dengan foto itu seakan ia tengah berbicara dengan ayahnya. " Apa papa senang disana? sebentar lagi cucu kesayangan papa akan kembali. apa papa bahagia, mendengarnya." Tanya Dian pada bingkai foto papanya. Karena sebulan setelah meninggalnya tuan Xavier. Hani langsung meninggalkan mereka. Segala cara telah di lakukan Dion, bahkan di bantu teman-temannya untuk menemukan keberadaan Hani waktu itu, namun semuanya begitu sulit. orang yang berada di sekelilingnya jauh lebih hebat dari mereka. Hani Hackers terbaik, pengacara terbaik dan masih banyak orang-orang hebat yang berkerja kepada wanita itu. tidak ada yang bisa menembus keberadaannya tanpa izin darinya.
" Dari pada pertanyaan itu! aku lebih penasaran dengan apa yang di ajarkan papa untuk dirinya?" Ucap Dion yang kini sudah berada di belakangnya.
Dian tersenyum mengejek kemudian berbalik menatap adiknya itu." Kenapa kamu merasa gagal karena tidak bisa mendidik putrimu! kamu dan istrimu sama saja, kalian terlalu asyik berbuat baik dan menyebarkan cinta kepada orang lain hingga kalian lupa memberikan hal itu kepadanya. Andai kalian bisa sedikit perhatian dia pasti akan tubuh menjadi gadis kecil yang sama. selalu bercerita apa yang dia lakukan diluar sana dan selalu memanggil kalian setiap saat seperti gadis lima tahun yang pertama kali di bawah ke rumah ini. Sekarang aku tanya kapan dia terakhir kali bercerita dan mengadu kepadamu?" Dion tidak dapat menjawab pertanyaan Melly. karena dia sendiri pun lupa, Karena sepulang sekolah Hani langsung menghabiskan waktu bersama sang ayahnya ketimbang dirinya ataupun Melly, karena mereka berdua sama-sama sibuk dengan pekerjaan mereka padahal tuan Xavier juga tidak kalah sibuk dari mereka namun ia selalu memiliki waktu untuk Hani.
" Ayolah kak! kamu tahu aku sibuk?" Dion mencoba membela dirinya.
Membuat dian mengeleng kepalanya " Ini bukan tentang seberapa sibuknya kalian tapi tentang prioritas. Tapi sudahlah, lupakan soal Itu. Malam ini temani aku, jemput dia di bandara."
" Sungguh! Dia akan pulang?" Dian menaikkan kedua bahunya acuh, kemudian melangkah meninggalkan Dion, baru beberapa langkah dari Dion, Dian kembali berhenti wanita itu kemudian menengok ke samping dan mendapati Lisa sedang menguping pembicaraan mereka. Ia pun mengeleng kepalanya sebelum kembali meneruskan langkahnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!