NovelToon NovelToon

Terpaksa Menggoda Suami Orang

TMSO Bab 1. Hari Yang Buruk ( pilihan sulit)

_______

" Tuan, tolong jangan penjarakan saya! Tuan saya mohon!" Seorang gadis berambut panjang dengan buliran kristal bening yang terus merembes melalui celah kedua mata indahnya yang besar. Dirinya terus berteriak dan meronta, meski kedua tangannya di cekal kencang oleh dua orang polisi wanita.

"Saya akan mengganti kerugian dengan mencicil. Meski seumur hidup bekerja, tolong Tuan lepaskan saya!" teriak Alexa terus berusaha memohon keringanan hukumannya.

𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘥𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘫𝘢𝘳𝘢. 𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘯𝘢𝘴𝘪𝘣 𝘯𝘦𝘯𝘦𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘓𝘦𝘰 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪. 𝘒𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘢𝘬𝘶 𝘥𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘫𝘢𝘳𝘢 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘣𝘶𝘴 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘯𝘦𝘯𝘦𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘨𝘢𝘥𝘢𝘪 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘢𝘺𝘢𝘩. batin Alexa nelangsa.

"Apa kau bilang! Mencicil!" bentak Anggara pria berusia 61 tahun itu mencengkeram kencang rahang Alexa, membuat gadis cantik berusia 21 tahun itu meringis.

"Kau pikir saya ini 𝘭𝘦𝘢𝘴𝘪𝘯𝘨! Dasar gadis kampung tak tau diri!" Anggara menghempas wajah Alexa hingga gadis muda itu menoleh dengan keras. Sakit, sungguh sakit, akan tetapi tidaklah sesakit hatinya saat ini.

Semua ini bukanlah kesengajaannya. Alexa dikerjai, di jebak oleh seniornya sendiri. Bahkan CCTV sempat mati. Entah apa salahnya, hingga sesama pramusaji di restoran tempatnya bekerja begitu iri dan dengki.

"Asal kau tau! Menjual seluruh organ tubuhmu ini pun kau takkan bisa menebus kerugian dari perusahaanku! Sebaiknya kau hitung dengan benar berapa hutangmu!" hardik Anggara lagi dengan amarah yang membakar akal sehatnya.

Bagaimana tidak, jika kejadian hari ini membuatnya rugi sangat besar. Tender seharga 1,2 triliun pupus sudah. Padahal dengan rancangan proposal miliknya, Anggara sangat yakin akan dapat memenangkan tender besar dan bergengsi tersebut.

Bahkan, pamor dan rating perusahaannya akan meningkat pesat. Sialnya karena kejadian itu membuat ia juga malu karena kalah tanpa bertanding dengan perusahaan pesaingnya.

"Tuan, tolong beri saya kesempatan. Saya akan bakti kan seluruh hidup kepada anda!" mohon Alexa dalam isak tangisnya dengan begitu memelas. Entah sudah berapa banyak air mata yang ia tumpahkan, demi mengiba nasibnya.

Apapun akan Alexa lakukan meski harus bersujud di hadapan pemilik perusahaan terbesar di Asia Tenggara ini. Asalkan ia tidak harus mendekam di balik jeruji besi seumur hidupnya.

"Bawa dia, atau aku akan kehilangan kesabaran kemudian membunuhnya saat ini juga!" seru Anggara murka. Pria berusia senja itu masih berupaya menahan emosinya.Kemudian, wanita dan pria berseragam kepolisian tersebut menyeret Alexa dengan tangan yang di borgol.

"Kenapa nasibku sangat sial hari ini!" Anggara berteriak lagi, sampai membuatnya lantas memegangi dada kirinya seketika.

"Tuan, ingat hipertensi anda," ucap sang asisten berkacamata. Pria itu langsung memapah Anggara menuju mobil.

Sementara itu di dalam ruangan loker restoran hotel 𝘼𝙢𝙗𝙖𝙨𝙨𝙖𝙗𝙤𝙧. Dimana hotel tersebut menjadi salah satu hotel terkemuka dan terfavorit di tempat wisata seperti kota BM ini.

"Akhirnya, gadis itu menghilang selamanya dari dunia kita." Seorang wanita berambut pendek coklat dengan riasan tebal tertawa senang. Bahkan ia sampai menyusut sudut matanya yang berair.

"Lalu, bagaimana dengan Ardan? Kau akan membayar jasanya dengan apa Carl?" tanya wanita berambut pendek keriting berwarna hitam, yang merupakan kawan dari senior yang menjebak Alexa.

"Itu, gampang. Pria bagian keamanan itu hanya menginginkan tubuhku sejak dulu. Menemaninya satu malam tidak akan membuatku rugi." Wanita berambut coklat yang bernama Carlotte itu berlalu pergi sambil menenteng tasnya. Baru selangkah berjalan dia membalikkan tubuhnya.

"Sebaiknya kau bersihkan barang buktinya Jess, sebelum manager menyelidikinya. Kau tau kan pria itu tidak akan diam saja." Setelah berpesan ia kembali berjalan.

𝘚𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘵 𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭 𝘈𝘭𝘦𝘹𝘢. 𝘒𝘪𝘯𝘪 𝘱𝘦𝘴𝘢𝘪𝘯𝘨𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘭𝘢𝘨𝘪. 𝘒𝘢𝘳𝘪𝘳𝘬𝘶 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘭𝘢𝘯𝘤𝘢𝘳 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘱𝘶𝘯𝘤𝘢𝘬. 𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢, 𝘬𝘢𝘶 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘵𝘪 𝘥𝘪 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘱𝘦𝘯𝘫𝘢𝘳𝘢. Carlotte tertawa bahagia di dalam hatinya. Misinya selesai sudah dalam melenyapkan pesaingnya itu.

____

"Bagaimana bisa, Perusahaan Multi Corporindo yang memenangkan tender itu, Dad?" heran Bagas Gustavano, putra dari Anggara Gustavano. Anak lelaki satu-satunya yang menjabat sebagai CEO di perusahaan Vi-Gen miliknya.

"Huh," desah Anggara. Pria itu memijat kening setelah menghela napasnya.

"Semua karena ulah gadis bodoh itu." Anggara semakin merasa berat pada tengkuk kepalanya.

"Gadis? Apa maksudmu Dad?" heran Bagas. Daddy-nya adalah tipe orang yang profesional dan perfeksionis. Bagaimana bisa kalah tender dengan perusahaan yang rating dan mutunya di bawah mereka.

"Gadis sialan itu menumpahkan kopi panas ke atas laptop Daddy! Membuat seluruh jaringannya korslet termasuk flash disk, yang berisikan semua otak dari rancangan ku." geram Anggara, seraya mengepalkan kedua tangannya di atas meja.

"Bagaimana itu bisa terjadi?" tanya Bagas.

"Entahlah, gadis itu tiba-tiba masuk lalu hendak menuang kopi ke atas cangkir di atas meja. Sudahlah, mengingatnya hanya membuat kepala Daddy sakit." Anggara memijat perlahan pelipis kirinya.

"Lalu apa yang Daddy lakukan pada gadis itu?'

"Memenjarakannya seumur hidup!"

"Kau kejam Dad."

"Bukan urusanmu! Sebaiknya kau perhatikan saja kelakuan istrimu di luar sana!" sarkas Anggara kepada putra satu-satunya itu.

"Kenapa lagi dengan Yukia? Kenapa Daddy masih terus mencari kesalahannya!" protes Bagas tak suka. Sang daddy selalu mencampuri urusan rumah tangganya. Karena sejak awal Anggara memang tidak suka dengan Yukia Indrawan seorang model top dunia yang baru saja melewati ulang tahun meriahnya yang ke 29. Karenanya, wanita yang telah memberikannya putra itu meminta liburan di kapal pesiar bersama sahabat sosialitanya.

"Jangan bilang kalau kau lagi-lagi tidak membuka email dari Daddy!" kesal Anggara.

"Untuk apa Dad? Aku mempercayai istriku. Kami saling mencintai. Aku percaya padanya. Jadi mulai sekarang, tarik orang-orang yang kau kirim untuk memata-matai menantu mu sendiri!" titah Bagas dengan tegas dan rahang yang beradu. Sontak pria tampan nan gagah itu berdiri dari duduknya. Kemudian berlalu hendak keluar dari ruangan Anggara.

"Dasar anak tak tau diuntung! Daddy membantumu, agar mata dan hatimu terbuka. Sejak awal Daddy tidak menyukainya dan itu sudah cukup jelas jika kau membuka file yang ku kirim!" marah Anggara, dadanya naik turun menahan emosi.

"Ingat Dad. Bagaimanapun, Yukia telah memberikanmu cucu yang luar biasa. Bahkan kau sangat menyayanginya. Bisakah kau melakukan hal yang sama terhadap Ibunya Theo?" pinta Bagas, berbicara sedikit lembut pada Anggara. Ia menahan tangannya pada pegangan pintu kemudian menoleh, menatap Anggara yang tengah menatapnya berapi-api.

"Tidak akan pernah! Karena T-Rex bukan anakmu! Dia bukan cucuku!" bentak Anggara tak tahan lagi.

"Dad, kau!" ucap Bagas tak habis pikir. Ia memutuskan untuk keluar saja, akan tetapi ada yang membuka pintunya dari arah luar.

CEKLEK

"Hai Papi!"

"Hai Kakek!" panggil seorang bocah laki-laki berusia sekitar 5 tahun kepada Anggara. Masih dengan seragam sekolah taman kanak-kanak yang melekat di tubuh mungilnya. Setelah menyapa Bagas sekilas anak itu langsung berlari kearah Anggara.

𝘚𝘪𝘢𝘭! 𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘛𝘩𝘦𝘰 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘤𝘶𝘤𝘶 𝘣𝘪𝘰𝘭𝘰𝘨𝘪𝘴𝘬𝘶. 𝘚𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨𝘪𝘯𝘺𝘢. 𝘗𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘵𝘰𝘹𝘪𝘤 𝘬𝘢𝘶 𝘠𝘶𝘬𝘪𝘢! batin Anggara menyayangkan hal yang terjadi pada keluarganya.

"Wah, cucu Kakek sudah pulang sekolah!" sambut Anggara, kemudian memangku cucunya itu seperti biasa. Hubungan keduanya memang sangatlah dekat. Kemudian Theo atau biasa di panggil T-Rex berceloteh riang mengenai kegiatannya seharian di sekolah.

𝘛𝘩𝘦𝘰 𝘙𝘦𝘹𝘪𝘦𝘯 𝘎𝘶𝘴𝘵𝘢𝘷𝘢𝘯𝘰. 𝘒𝘢𝘬𝘦𝘬 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨𝘪𝘮𝘶. 𝘔𝘦𝘴𝘬𝘪 𝘬𝘢𝘶 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘨𝘪𝘯𝘨 𝘱𝘶𝘵𝘳𝘢𝘬𝘶. Batin Anggara Gustavano.

𝘋𝘢𝘥, 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘣𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘛𝘩𝘦𝘰 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘤𝘶𝘤𝘶𝘮𝘶. 𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘭𝘦𝘯𝘨𝘬𝘦𝘵 𝘪𝘵𝘶. 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘶𝘳𝘪𝘨𝘢𝘪 𝘠𝘶𝘬𝘪𝘢. 𝘚𝘦𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘬𝘦𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘶 𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘭𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪. batin Bagas Gustavano.

_______

"Tuan, pengacara Liem telah menunggu di dalam." Asisten Lou Han melapor pada Anggara. Pria berusia senja itu menapaki lantai kantor kepolisian itu dengan tenang.

"Tuan, jangan penjarakan saya. Saya rela melakukan apapun, asalkan anda melepaskan saya," mohon Alexa. Wajah cantiknya sudah kusam. Bahkan terdapat sedikit lebam di pipi, padahal baru juga dua hari di dalam sel.

" Apapun?" tegas Anggara dengan senyum smirk-nya.

"I–iya, apapun itu Tuan," ucap Alexa yakin. Ia akan siapa menanggung apapun konsekuensinya asalkan ia bebas sehingga masih berkesempatan mengurus sang nenek dan adik tirinya.

" Baiklah, saya akan melepaskan mu dan juga menebus rumah nenekmu. Saya juga bisa mengembalikan nama baik adikmu Leo. Asalkan kau memenuhi syarat yang akan ku ajukan." Anggara melempar kertas di hadapan Alexa. Kini mereka berada di ruang pertemuan.

Alexandria nama gadis itu, ia meraih lalu membuka kertas perjanjian itu di hadapannya. Seketika kedua mata indahnya membola.

"Lakukan, maka kau akan ku bebaskan. Lalu nenek dan adikmu tidak jadi gelandangan." Anggara menyenderkan bahunya seraya memasang senyum penuh arti dari gadis yang akan ia ambil manfaatnya itu.

" A–apa ini Tuan? Menggoda putra anda untuk merusak rumah tangganya. Agar di cerai oleh istrinya, begitu kah?" heran Alexa dengan beribu pertanyaan bersarang di benaknya.

"Saya begitu membenci menantu yang tidak tau diri itu. Kau hanya tinggal menggoda Bagas buat ia jatuh cinta dan melupakan istrinya. Lalu setelah mereka cerai kau bisa pergi jauh. Ingat jangan berpikir untuk bertindak lebih jauh. Jaga hatimu! Kau tidak boleh jatuh cinta pada putraku!" ancam Anggara yang mana bagaikan buah simalakama bagi Alexa.

Di penjara seumur hidup atau merusak rumah tangga orang lain?

Pilihan yang benar-benar sulit bagi seorang gadis muda yang jujur seperti Alexa.

"Kau tidak bisa mundur, karena nasib nenekmu ada di tanganmu. Jadi putuskan lah!"

...𝙃𝙤𝙡𝙖!...

...𝙈𝙖𝙠 𝘾𝙝𝙞𝙗𝙞 𝙖𝙩𝙖𝙪 𝙈𝙖𝙠 𝙖𝙪𝙡 𝙠𝙖𝙢𝙗𝙚𝙠 𝙣𝙞𝙝....

^^^𝙎𝙚𝙡𝙖𝙢𝙖𝙩 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙠𝙖𝙧𝙮𝙖 𝙗𝙖𝙧𝙪-𝙠𝙪 𝙮𝙖 𝙜𝙖𝙞𝙨.^^^

...𝙄𝙣𝙞 𝙠𝙖𝙧𝙮𝙖 𝙞𝙠𝙪𝙩 𝙚𝙫𝙚𝙣 𝙧𝙪𝙢𝙩𝙖𝙜, 𝙢𝙤𝙝𝙤𝙣 𝙙𝙪𝙠𝙪𝙣𝙜𝙖𝙣𝙣𝙮𝙖 𝙮𝙖 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙚𝙧𝙨 𝙩𝙚𝙧-𝙨𝙖𝙧𝙖𝙣𝙜𝙝𝙚𝙤-𝙣𝙮𝙖 𝙤𝙩𝙤𝙧....

...𝘿𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙘𝙖𝙧𝙖, 𝙡𝙞𝙠𝙚, 𝙠𝙤𝙢𝙚𝙣, 𝙠𝙚𝙢𝙗𝙖𝙣𝙜 𝙨𝙚𝙩𝙖𝙢𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙣 𝙟𝙪𝙜𝙖 𝙫𝙤𝙩𝙚𝙣𝙮𝙖 𝙙𝙞 𝙨𝙚𝙩𝙞𝙖𝙥 𝙝𝙖𝙧𝙞 𝙨𝙚𝙣𝙞𝙣....

...𝙐𝙙𝙖𝙝 𝙖𝙝, 𝙜𝙖𝙠 𝙢𝙖𝙪 𝙗𝙖𝙣𝙮𝙖𝙠 𝙘𝙞𝙣𝙜-𝙘𝙤𝙣𝙜 𝙥𝙤𝙠𝙤𝙠𝙣𝙮𝙖 𝙠𝙡𝙚𝙖𝙣 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙗𝙖𝙘𝙖! 𝙩𝙞𝙩𝙞𝙠 𝙜𝙖𝙠 𝙥𝙖𝙠𝙚 𝙠𝙤𝙢𝙖!😁✌...

...𝙎𝙚𝙚 𝙪 ....𝙢𝙪𝙖𝙖𝙝𝙝!...

Bersambung>>>

TMSO Bab 2. Mulai Melaksanakan Misi

_______

"Saya akan membebaskan kamu dengan satu syarat. Sebaiknya kau menurut atau kembali dan membusuk lah di dalam sana!" tunjuk Anggara kedalam ruangan yang di batas oleh jeruji besi itu. Alexa bergidik ngeri seraya memegangi lengannya yang semalaman kena tendang berkali-kali. Para napi sangatlah kejam padanya.

"Jika berhasil. Kau bukan hanya akan terbebas dari hukuman seumur hidup penjara. Akan tetapi, kau juga akan mendapatkan hadiah. Kau bahkan dapat menggunakan uang itu untuk menebus rumah nenekmu," tawar Anggara membuat Alexa mendongak kearahnya dengan kedua mata yang membola seketika.

𝘋𝘪𝘢 𝘣𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘶 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘯𝘦𝘯𝘦𝘬 𝘥𝘪 𝘨𝘢𝘥𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯. 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘪𝘭𝘪𝘩𝘢𝘯. 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘰𝘭𝘢𝘬 𝘮𝘢𝘬𝘢 𝘪𝘢 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘯𝘤𝘶𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘢𝘯 𝘯𝘦𝘯𝘦𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘓𝘦𝘰. Batin Alexa cemas dan bimbang. Kedua tangannya saling meremat pertanda ia tengah berpikir keras saat ini.

"Apa kau kaget? Karena saya dapat mengetahui kehidupan melaratmu itu?

"Bahkan masa kecilmu yang begitu sengsara pun saya tau. Bagaimana ibumu di siksa hingga mati oleh ayah tirimu. Juga bagaimana kau di paksa mengasuh adik tirimu Leo, serta menjadi tulang punggung keluarga karena ulah ayah tirimu yang kabur membawa uang hasil gadai rumah nenekmu." Anggara tersenyum smirk karena dapat membeberkan siapa Alexa sebenarnya. Gadis cantik nan pintar dengan kehidupannya yang malang.

"Tak heran, orang sehebat anda. Pasti dapat dengan mudah mencari tau informasi dan berita hingga ke lubang semut pun," sahut Alexa. Ia mengepalkan tangannya menahan geram. Bagaimana orang ini dengan mudahnya membeberkan penyebab ibunya tiada dengan begitu mudahnya. Sementara Alexa akan selalu sesak jika mengingat itu semua.

"Putuskan cepat! Saya tidak punya banyak waktu untuk menunggu kau berpikir!" bentak Anggara keras. Hingga Alexa tersentak kaget dan seketika keluarlah jawaban itu dari mulutnya.

"Iya!" ucapnya tegas dan lugas. Hatinya mendadak seakan diremas. Begitu perih dan nyeri.

____

"Nona, ini apartemen sementara anda. Gunakan fasilitas yang tuan berikan dengan baik dan bijak. Ini, gunakan untuk anda membeli apapun keperluan selama misi ini di jalankan." Asisten Lou Han menyodorkan sebuah 𝘨𝘰𝘭𝘥 𝘤𝘢𝘳𝘥 ke tangan Alexa. Asisten Lou sempat menatap Alexa sekilas kemudian pria berwajah asia yang berusia 35 tahun itu mengalihkan pandangannya lagi.

"Terima kasih Tuan." Alexa menundukkan kepalanya sedikit kala dia menerima kartu tersebut. Di mana nominalnya limit lima ratus juta.

"Panggil saja aku Lou atau Han. Terserah kau saja. Asalkan jangan panggil tuan, karena kita sederajat Alexa," ucap asisten Lou Han penuh makna tersirat.

"Baiklah, aku akan memanggilmu Han. Karena aku pernah baca salah satu novel terkenal dan ada tokoh seorang sekretaris yang sangat aku suka. Dikarenakan sifat baik di balik sikap dinginnya. Ku harap kau juga baik asisten Han," ucap Alexa panjang lebar dengan senyum yang tak kalah lebarnya.

𝘎𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘱𝘰𝘭𝘰𝘴. 𝘛𝘦𝘵𝘢𝘱𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘪𝘬𝘪𝘳𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘪𝘵𝘶 𝘕𝘰𝘯𝘢. 𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘢𝘴𝘦𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘵𝘶𝘢𝘯 𝘈𝘯𝘨𝘨𝘢𝘳𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘯𝘪 𝘬𝘶 𝘴𝘦𝘯𝘵𝘶𝘩. Batin asisten Han. Ya, begitulah Alexa akan memanggilnya mulai saat ini.

"Besok pagi saya akan kesini lagi, membawa pelatih untuk anda." Asisten kepercayaan Anggara itu pun berlalu tanpa menjelaskan terlebih dahulu kepada Alexa.

"Pelatih? Pelatih apa maksudnya?" Alexa menggelengkan kepalanya tak mau ambil pusing. Lebih baik dirinya bersih-bersih sekarang. Selama di penjara ia tak tenang untuk sekedar mandi sekalipun.

Selesai mandi Alexa membuka kulkas karena perutnya sudah berteriak minta diisi. Ia berharap Anggara menyiapkan makanan.

"Wah ternyata pak tua itu detil juga. Makanan segini banyak dengan bermacam jenis. Kau memang pak tua yang pintar. Melihat tubuhku kurus lalu kau ingin memperbaiki gizi ku dengan ini." Gumam Alexa berbicara sendiri.

Gadis itu mendadak bingung akan apa yang mau ia masak. Di hadapannya saat ini begitu banyak jenis makanan yang bisa ia olah menjadi lauk. Akhirnya Alexa memutuskan memasak kentang dan telur. Karena ia mencari-cari mi instan tapi tak di dapatkannya.

"Pak tua. Apa kau sengaja tidak menyiapkan mi instan untukku? Di saat kepepet begini, hanya makanan itu yang pas." Gerutu Alexa. Perutnya sudah sangat lapar ia tak mungkin memasak lauk yang membutuhkan waktu lama.

Setelah mengisi perut, Alexa merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk.

𝘐𝘣𝘶, 𝘮𝘢𝘢𝘧𝘬𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘦𝘹𝘢. 𝘒𝘦𝘱𝘶𝘵𝘶𝘴𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘢𝘴𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯𝘢𝘯𝘮𝘶. 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘶 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘯𝘤𝘪 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘮𝘢𝘵 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘬𝘶 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪. 𝘉𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘶 𝘳𝘦𝘭𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳𝘪 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘮𝘶 𝘥𝘦𝘮𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘨𝘢 𝘳𝘦𝘱𝘶𝘵𝘢𝘴𝘪𝘮𝘶.

Tanpa terasa Alexa terlelap dengan air mata yang mengalir dari kedua sudut matanya.

_____

"Apa ini!" Alexa membeberkan pakaian yang harus dikenakannya ketika bekerja di perusahaan Vi-Gen.

"Pakai sekarang, aku ingin melihat cara kau berjalan dan berbicara dengan attitude!" ucap sang pelatih. Dimana ia adalah wanita dewasa yang anggun dan elegan. Pakaiannya begitu modis dan stylist.

"Setelah ini aku akan mengajarkan padamu trik untuk menarik lawan jenis." ucapnya.

𝘠𝘢 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯. 𝘔𝘢𝘢𝘧𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶! 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘵𝘢𝘶 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘶𝘵𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘮𝘢𝘪𝘯𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘬 𝘵𝘶𝘢.

"Jangan melamun! Aku tau kau pintar bahkan menguasai tiga bahasa. Maka gunakanlah kelebihan mu itu untuk menjadi 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘨𝘰𝘥𝘢 kelas atas. Kau harus menjadi 𝘱𝘦𝘭𝘢𝘬𝘰𝘳 yang bermartabat.

𝘔𝘢𝘳𝘵𝘢𝘣𝘢𝘵 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘭𝘢𝘮𝘶! 𝘈𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘴𝘶𝘢𝘮𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨! 𝘔𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘬 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘪𝘯! 𝘋𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘮𝘢𝘳𝘵𝘢𝘣𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢! Alexa seketika memijat pelipisnya.

"Dimana pak tua itu menemukan anda? Apakah anda juga seorang pelakor?" cecar Alexa serius.

"Kau tidak perlu tau! Asisten Lou, tugasku selesai!" Wanita itu pun keluar dari apartemen.

"Nona ini berkas-berkas mengenai keluarga tuan muda, pelajarilah. Lalu, yang ini adalah berkas mengenai perusahaan. Saya akan memberi training singkat mulai besok. Waktu kita hanya tinggal 22 hari lagi. Semangat!" Setelah mengatakan hal yang membingungkan, asisten Han pun pergi.

"Apa diantara mereka tidak ada yang bisa menjelaskan padaku dengan baik? Bukan memberi tugas lalu pergi begitu saja." Gumam Alexa menggerutu. Tak ayal ia pun tetap mengambil berkas yang berada di atas meja.

"Profil Bagas Gustavano, Yukia Indrawan. Wah ada anak kecilnya! Ah, kenapa keluarga bahagia ini harus di pisahkan? Haruskah aku menjadi sejahat itu? Ini tidak mungkin, mereka bahkan memiliki anak yang sangat lucu dan tampan," lirih Alexa, tubuhnya luruh ke atas lantai. Karena tungkai dan sendinya lemas seketika.

_____

Selama beberapa hari Alexa terus berlatih kepribadian. Menjadi wanita muda yang berani dan juga anggun. Belajar seluk beluk perusahaan. Mempelajari perannya nanti sebagai asisten pribadi dari Bagas Gustavano. Seorang CEO di perusahaan Vi-Gen.

Alexa telah di make over menjadi wanita berkelas. Dengan kepintaran otaknya, Alexa cepat menyerap setiap hal yang ia pelajari dalam waktu yang singkat.

𝘛𝘦𝘳𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘤𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘩𝘢𝘭. 𝘛𝘶𝘢𝘯 𝘈𝘯𝘨𝘨𝘢𝘳𝘢 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘫𝘦𝘭𝘪. 𝘋𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘸𝘢𝘫𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘰𝘵𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢, 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘪𝘯𝘪 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘮𝘢𝘮𝘱𝘶 𝘮𝘦𝘭𝘶𝘭𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘶𝘢𝘯 𝘮𝘶𝘥𝘢. Batin Han memuji.

" Bagus Nona, gunakan kemampuan tiga bahasa anda. Sambil jalan anda dapat terus mengasah bahasa keempat. Tuan Bagas, akan mudah tertarik dengan wanita yang bukan hanya berisi di bagian tubuhnya, akan tetapi juga pada bagian otaknya." Pesan dari asisten Han, membuat Alexa mengangguk mengerti.

Sore ini Alexa bertemu lagi dengan Anggara di sebuah restoran internasional. Pria tua pemilik perusahaan terbesar kelima se-Asia Tenggara tersebut, sekalian ingin melihat kemampuan dari agen-nya itu.

𝘏𝘦𝘮𝘮 ... 𝘵𝘦𝘳𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘬𝘪𝘳𝘢𝘢𝘯𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘱𝘢𝘵. 𝘎𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘪𝘯𝘪 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘥𝘪 𝘱𝘰𝘭𝘦𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘪𝘯𝘥𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘭𝘪𝘢𝘯. 𝘒𝘢𝘶 𝘩𝘦𝘣𝘢𝘵 𝘈𝘯𝘨𝘨𝘢𝘳𝘢, 𝘮𝘢𝘵𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘸𝘢𝘳𝘢𝘴. 𝘒𝘢𝘶 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘱𝘦𝘳𝘮𝘢𝘵𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘶𝘯𝘨𝘬𝘶𝘴 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘥𝘦𝘣𝘶. 𝘠𝘶𝘬𝘪𝘢, 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘢𝘱𝘢-𝘢𝘱𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪𝘣𝘢𝘯𝘥𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘦𝘹𝘢. 𝘔𝘦𝘯𝘢𝘯𝘵𝘶 𝘬𝘶𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘫𝘢𝘳 𝘪𝘵𝘶, 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘮𝘰𝘥𝘦𝘭 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘶𝘢𝘭 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢. 𝘋𝘰𝘴𝘢 𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢 𝘎𝘶𝘴𝘵𝘢𝘷𝘢𝘯𝘰 𝘩𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘵𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘶𝘵𝘶𝘬 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢. Batin Anggara menahan geram. Ia tersenyum samar hingga tak ada satupun yang menyadarinya.

"Sejauh ini bagus. Mulai besok kau akan bekerja. Ingat! Aku hanya memberimu waktu selama enam bulan!" ucap Anggara menyiratkan ancaman terselubung. Alexa paham itu. Bagaimanpun ia harus berhasil.

______

"Pagi Tuan Bagas." Alexa berdiri dengan anggun seraya tersenyum lembut di hadapan Bagas. Ia berusaha mati-matian menahan gemuruh dalam dadanya.

𝘖𝘩 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬! 𝘋𝘪𝘢 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘵𝘢𝘮𝘱𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘶 𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘥𝘪 𝘱𝘳𝘰𝘧𝘪𝘭. 𝘚𝘪𝘢𝘭! 𝘑𝘢𝘯𝘵𝘶𝘯𝘨𝘬𝘶 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘦𝘯𝘵𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘦𝘵𝘢𝘬. Alexa seolah merapikan blazer nya, padahal ia tengah gugup saat ini.

Sementara Bagas tak bergeming. Ia hanya menatap sekilas lalu mengibaskan tangannya.

𝘋𝘢𝘴𝘢𝘳 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘬𝘶𝘭𝘬𝘢𝘴 𝘭𝘪𝘮𝘢 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶. 𝘗𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢𝘢𝘯 𝘪𝘴𝘵𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘤𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬. 𝘗𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶, 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘧𝘰𝘳𝘮𝘢𝘴𝘪 𝘪𝘵𝘶.

"Kau pasti tau tugasmu sebagai asistenku bukan hanya untuk berdiri saja di situ!" sarkas Bagas bermaksud mengusir secara halus. Ia bahkan tak melirik sedikit pun ke arah Alexa.

"Baik Tuan. Saya hanya ingin mengkonfirmasi saja. Jadi, tugas saya adalah membuat kopi di pagi dan sore hari. Mengambil makan siang anda di restoran langganan. Kemudian, menemani anda bertemu klien dari mancanegara. Begitu kah?" tanya Alexa dengan suara yang sangat renyah. Bahkan terdengar begitu merdu di telinga Bagas.

"Hemm." Bagas hanya menjawab dengan deheman saja.

𝘠𝘢 𝘢𝘮𝘱𝘶𝘯. 𝘋𝘪𝘢 𝘬𝘢𝘯 𝘨𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘶. 𝘈𝘱𝘢 𝘴𝘶𝘴𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘪𝘩 𝘣𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘺𝘢 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘴𝘪𝘭𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘯𝘫𝘶𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘬𝘦𝘳𝘫𝘢𝘢𝘯𝘮𝘶. Alexa mulai jengah dengan sikap dingin dari targetnya ini.

𝘈𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘬𝘪𝘯, 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘮𝘢𝘮𝘱𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘳𝘪𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘩𝘢𝘵𝘪𝘢𝘯𝘮𝘶. 𝘛𝘢𝘮𝘱𝘢𝘯.

𝘊𝘌𝘒𝘓𝘌𝘒

"Morning Daddy!" teriak nyaring seorang anak kecil laki-laki. Ia masuk kedalam kantor dengan berlari.

"Morning, T-Rex!" Bagas menyambut putranya itu dan mengangkatnya ke atas pangkuannya.

"Hei Dad. Siapa bibi yang cantik ini?" tanya T-Rex sambil tersenyum ke arah Alexa.

Mau tidak mau Bagas pun menoleh.

𝘋𝘌𝘎

𝘋𝘪𝘢 ...

"Halo T-Rex namaku Alexandria." Alexa melambaikan tangannya.

"Aku Theo Rexien Gustavano." T-Rex pun membalas lambaian tangan Alexa. Karena Bagas melarang keras orang asing menyentuhnya dan juga putranya. Tanpa ijin darinya.

"O iya, Bibi, apa kau berasal dari Mesir? Apakah kau itu istrinya Imhotep?"

Alexa: ??????

Bagas:~

Bersambung>>>

TMSO bab 3. Konspirasi Di Kantor

_______

"Kau sudah mempersiapkan semuanya?" tanya Bagas tegas pada Alexa.

"Sudah Tuan, anda dapat memeriksanya nanti," jawab Alexa lugas.

"Jangan kecewakan klien kita. Mereka bukanlah pengusaha biasa. Kerja sama ini dapat mendongkrak saham dan reputasi perusahaan." Bagas bicara tanpa menatap, ia sibuk memasang kancing pada jas yang terpasang di tubuh tegapnya.

"Aku mengerti Tuan. Asisten Han sudah menjabarkan semuanya." Alexa berkata sambil berjalan mendekati Bagas. Terdengar ketukan ujung sepatu yang bertemu dengan marmer, hingga mencipta irama lambat. Bagas sontak menengok, membuat Alexa segera menghentikan langkahnya.

Kini, ia telah berada tepat di hadapan Bagas. Kedua mata bos tampannya itu meliriknya tajam. Seakan waspada terhadap gerakan Alexa selanjutnya.

"Biar saya membantu anda. Karena penampilan seorang pemimpin dari divisi ini juga harus di perhatikan." Alexa tanpa ragu mengulurkan tangan ke bawah leher Bagas. Ia merapikan simpul dasi serta kancing terakhir dari jas yang di kenakan oleh Bagas.

Mendapat perlakuan seperti itu membuat Bagas kaget dan hanya bisa mematung kaku. Ia adalah tipe pria yang selalu menjaga jaraknya dengan wanita. Apalagi terhadap karyawannya sendiri. Bahkan biasanya Bagas tidak akan terima jika ada orang lain selain Yukia untuk menyentuhnya.

𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢? 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘰𝘭𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢? 𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘱𝘦𝘴𝘰𝘯𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯? batin Bagas bingung.

"Sempurna!" puji Alexa dengan senyum yang menghias wajah menawannya. Rambut lurus hitam sebahu dengan poni rata yang menutupi keningnya. Hidung mancung lancip yang bertengger sensual di atas bibir seksinya.

"Tunjukkan kemampuanmu padaku. Pimpin rapat kali ini dengan baik dan memuaskan kedua belah pihak," tantang Bagas. Dirinya sengaja memberi tugas ini ke pundak Alexa. Ia ingin tau sebatas mana kemampuan asisten kiriman Anggara, sang daddy.

"Kau bisa melihatnya nanti Tuan!" tukas Alexa, ia pun tersenyum dan segera menyingkir dari hadapan Bagas. Berlalu lebih dulu dengan benda pipih lebar ditangan kanannya.

𝘒𝘢𝘶 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘈𝘭𝘦𝘹𝘢. 𝘋𝘦𝘮𝘪 𝘯𝘦𝘯𝘦𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘓𝘦𝘰. 𝘒𝘦𝘳𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘮𝘢𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯𝘮𝘶, 𝘥𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘴𝘪𝘭 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘫𝘢𝘳 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘣𝘶𝘭𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪. Alexa menyemangati dirinya sendiri dalam hati.

_______

Di kediaman keluarga Gustavano.

"Sudahlah Dad, hentikan perbuatanmu ini. Tarik orang-orangmu dari memata-matai istriku. Terserah jika kau memang belum bisa mempercayainya. Akan tetapi, aku tidak akan mencurigainya sampai kapanpun. Karena aku mengerti bagaimana istriku." Bagas seketika berdiri dari duduknya kemudian ia berbalik hendak keluar dari ruang kerja Anggara Gustavano, ayahnya sendiri.

"Kau jangan buta karena cintamu! Bahkan kau tidak pernah membuka berkas dan file yang kuberikan. Bagaimanakah kau bisa menilai kelakuan istrimu di luar sana!" sarkas Anggara. Pria paruh baya itu mengeratkan rahangnya, ia menahan amarahnya dengan mengepalkan kedua tangannya.

" Aku tidak akan mengambil sikap apapun, sebelum aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Sebaiknya kau berhenti mencampuri urusan rumah tanggaku." Bagas pun berlalu dari ruang kerja Anggara tanpa menoleh sedikitpun ke arah orang tua kandungnya itu.

" Dasar anak tidak tahu diuntung! laki-laki payah! aku Anggara Gustavano tidak akan membiarkan kebodohanmu menjadikan keluarga kita bangkrut." Anggara meremas berkas di atas meja yang tidak disentuh sedikitpun oleh putranya Bagas. Jangankan untuk melihatnya, sama seperti semua file yang dikirimkan oleh Anggara ke email Bagas. Putranya itu seakan memasang tameng dari segala aduan dan laporan yang diberikan oleh ayahnya sendiri.

"Lihat saja, jika kau tidak bisa meninggalkan Yukia. Maka akan ku buat wanita rubah itu yang meninggalkanmu." Anggara memasang tatapan tajamnya ke arah pintu di mana sosok putranya sudah menghilang.

Setelah itu di dalam kamar, terlihat Bagas tangan memandangi ponselnya yang menampilkan foto seorang wanita cantik dengan senyumnya yang menawan.

Ia sedang berusaha menghubungi istrinya tersebut, dimana Yukia kini berada di benua yang berbeda dengannya.

"Sayang, ku mohon angkat teleponnya," lirih Bagas berbicara seorang diri.

Tuutt ...

Tak lama kemudian.

"𝘏𝘢𝘭𝘰 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨, 𝘢𝘥𝘢 𝘢𝘱𝘢? 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯𝘬𝘢𝘩 𝘣𝘢𝘳𝘶 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮, 𝘬𝘢𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘳𝘪𝘯𝘥𝘶𝘬𝘢𝘯𝘬𝘶 𝘭𝘢𝘨𝘪." sapa Yukia di ujung sana.

"Aku selalu merindukanmu, Yukia. Apakah kau sedang sibuk? Kau ingat kan semalam Theo sangat menginginkan untuk bicara denganmu, mamanya," ucap Bagas lembut di balik telepon selulernya.

"𝘔𝘢𝘢𝘧𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨. 𝘈𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘺𝘶𝘵𝘪𝘯𝘨 𝘱𝘳𝘰𝘥𝘶𝘬 𝘣𝘢𝘳𝘶. 𝘈𝘥𝘢 𝘣𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘱𝘢 𝘱𝘩𝘰𝘵𝘰 𝘴𝘩𝘰𝘰𝘵 𝘥𝘪 𝘵𝘦𝘭𝘦𝘷𝘪𝘴𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘮𝘢𝘫𝘢𝘭𝘢𝘩. 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘣𝘪𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘛-𝘙𝘦𝘹 𝘬𝘪𝘵𝘢. 𝘒𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱 𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘳𝘵𝘪,"

"Ya, aku selalu mengerti. Kau baik-baiklah di sana. Cepat selesaikan pekerjaanmu dan pulanglah. Aku merindukanmu," ucap Bagas lirih di akhir kalimat. Bahkan pria tampan itu terlihat memejamkan kedua matanya. Betapa ia memaksa perasaan rindu yang membuncah agar tetap terpendam saat ini.

"𝘈𝘬𝘶 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘪𝘯𝘥𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯. 𝘚𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵."

"Kalau begitu pulanglah."

"𝘚𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨, 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘬𝘴𝘢𝘬𝘶 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘩 𝘥𝘪𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘱𝘦𝘬𝘦𝘳𝘫𝘢𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪. 𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢. 𝘔𝘢𝘢𝘧, 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶 𝘬𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘩𝘢𝘣𝘪𝘴. 𝘚𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘫𝘶𝘮𝘱𝘢 𝘩𝘶𝘯𝘯𝘺!" Yukia pun mematikan sambungan teleponnya secara sepihak. Bahkan Bagas belum sempat membalas ucapan perpisahan.

"Selalu saja menghindar jika membahas soal karirnya. Sebenarnya mana yang lebih kau cintai, aku atau karirmu Yukia," gumam Bagas seraya menutup wajah dengan kedua tangannya.

Keesokan harinya.

"Hai T-Rex," sapa Alexa ketika ia melihat anak bosnya itu main sendirian di atas sofa ruang kerja sang ayah.

"Hai Aunty." Bocah laki-laki imut itu memasang wajah senangnya ketika melihat Alexa datang. Apalagi ditangan wanita cantik itu banyak sekali makanan dan juga ada mainan.

"Ini untukku?" Theo menunjuk hidungnya.

"Ya, untuk anak pintar dan tampan. Makanlah, aku memesannya beberapa hari yang lalu dan baru sampai pagi ini," jelas Alexa. Ia sangat senang melihat raut antusias dari Theo, bocah laki-laki berusia lima tahun itu.

"T-Rex ayo kita pulang!" ajak Bagas tanpa melihat bahwa Alexa juga ada di sana.

𝘗𝘢𝘥𝘢𝘩𝘢𝘭 𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘮𝘱𝘪𝘭 𝘮𝘦𝘮𝘶𝘬𝘢𝘶 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘳𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘰 𝘩𝘢𝘳𝘪. 𝘈𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘢𝘬𝘶𝘢𝘯 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘴𝘦𝘥𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘬𝘶 𝘨𝘭𝘦𝘵𝘴𝘦𝘳. Batin Alexa tak habis pikir. Bahkan tak ada pujian yang keluar dari bibir tipis menggoda Bagas.

_______

Hari ini, adalah hari ke-sepuluh Alexa bekerja di perusahaan tekhnologi terbesar Vi-Gen Tehc. Semakin hari Alexa dapat melihat bahwa ada beberapa karyawan terutama wanita yang tidak menyukai keberadaan dirinya. Apalagi posisinya bekerja sebagai asisten pribadi dari seorang CEO yang tampan dan rupawan seperti Bagas. Pandangan-pandangan sinis tersebut sudah menjadi makanan sehari-hari untuk Alexa.

"Apa! pintunya terkunci. Pasti ada yang mengerjaiku." Alexa bergumam sendiri sembari mencoba mengutak-atik pegangan pintu. Hingga beberapa jam kemudian tak juga ada yang kunjung membukakan pintu kamar mandi untuknya. Tak ada yang menyadari jika ia terkunci. Atau memang sengaja di buat demikian?

"Aneh tidak biasanya toilet ini sepi. Aku yakin jika semua ini sudah direncanakan. Ini sebuah konspirasi. Aah sialnya nasibku. Mana perutku sudah lapar." Alexa terduduk di atas toilet sembari memegangi perutnya yang rata. Hari sudah beranjak sore menjelang malam. Alexa tahu karena ia dapat melihat waktu melalui arloji yang melingkar di lengan kirinya.

" Haih, bahkan ponselku pun tidak ada sinyalnya. Ini sungguh permainan, bahkan mereka mengacaukan sinyal pada ponselku sehingga aku tidak dapat menghubungi siapapun untuk meminta pertolongan. Apakah ini akhir dari hidupku? tidak mati dipenjara akan tetapi mati di dalam kamar mandi." lagi-lagi Alexa bergumam sendiri meratapi nasibnya yang malang.

Malam berganti pagi, dan entah kenapa pada hari ini, T-Rex putra Bagas satu-satunya itu ingin ikut daddy-nya ke kantor.

" Dad Aunty cantik ke mana?" tanya Theo setelah ia menunggu beberapa jam namun Alexa tak kunjung datang.

"Gadis itu, tidak biasanya ia telat datang ke kantor." gumam Bagas pelan. Ia dan putranya menunggu kedatangan Alexa hingga siang.

Bagas yang menaruh curiga segera menghubungi pihak CCTV setelah ia mencoba menghubungi ponsel Alexa akan tetapi tidak aktif.

" Jadi tidak ada jejak rekaman bahwa gadis itu keluar dari gedung ini kemarin?" tanya Bagas kaget kepada petugas penjaga.

" Tidak ada Tuan, rekaman terakhir justru menunjukkan jika nona Alexa masuk ke dalam toilet dan itu terjadi ketika jam makan siang. Itu berarti bahwa Nona Alexa kemungkinan ...,"

"Periksa seluruh toilet yang ada di gedung ini!" potong Bagas tegas memberi perintah.

"Ketemu Tuan. Ada kesalahan pada salah satu kunci pintu otomatis di toilet tersebut,"

Tanpa berkata apapun lagi Bagas segera bergegas menuju lokasi yang diberitahukan oleh penjaga. Ia juga membawa putranya itu bersamanya. Karena Theo terus merengek untuk ikut mencari Alexa yang ia panggil sebagai aunty cantik.

Tak perlu mendobrak pintu. Karena pintu besi itu terkunci otomatis melalui sebuah settingan dari komputer. Karenanya, dalam waktu singkat Bagas telah mengantongi beberapa nama tersangka yang sengaja menjebak Alexa.

Mau tidak mau Bagas menghubungi asisten Lou Han. Karena Alexa adalah kiriman dari sang ayah. Pemimpin sekaligus pemilik utama perusahaan besar ini.

Klek!

"Aunty!" panggil Theo kencang, akan tetapi sekretaris Bagas menyambar tubuh kecil bocah itu ketika ia hendak menghampiri raga Alexa yang bersandar pada dinding toilet.

"Alexa bangun!" Bagas menyentuh pipi Alexa yang dingin dan pucat.

"Kumpulkan para tersangka dan bawa ke kantor polisi!" teriak Bagas lantang.

Teriakan Bagas justru menyadarkan Alexa yang pingsan.

"Tu–tuan ...," lirihnya, kemudian ia membuka matanya lebar ketika mendapati siapa yang ada di hadapannya kini.

Di susul dengan kedua mata Bagas yang juga ikut melebar, ketika sosok tubuh yang dingin dan empuk itu menubruknya dengan kencang.

"Apakah kau malaikat pencabut nyawa, jika iya bawa aku. Karena kau sangat tampan, maka aku mau ikut bersamamu," racau Alexa dengan kesadarannya yang seketika menurun kembali.

"Kyaa ... Tuan Bagas menerima pelukan asisten Alexa. Ternyata wanita itu memang spesial."

"Kau lihat betapa marahnya CEO kita."

"Ya, baru kali ini beliau khawatir dan turun tangan sendiri menangani kasus karyawannya."

Begitulah kasak-kusuk yang terjadi setelah penyelamatan Alexa.

Berssmbung>>>

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!