"Mas, libur panjang kali ini kita ajak anak anak kemana?" tanya Nadia pada suaminya sambil menyodorkan secangkir teh hangat.
Pras tertegun sejenak...
"Sebenarnya mas sudah punya rencana untuk anak anak"
"Rencana apa?" kejar Nadia sambil bergelayut manja di pundak Pras.
"Kita ajak anak anak ke pondok pesantren, disana mereka bisa tau bagaimana kehidupan anak anak yang kurang mampu di didik di ajari ilmu agama" Pras menghentikan kalimatnya dan melirik wajah istriya yang kelihatan tidak suka.
"kenapa Dik?" Pras mencoba mencari jawab dari ekspresi wajah istrinya.
"Aku pikir mas Pras akan membawa kami ke Bali kek atau Borobudur kek" canda Nadia dengan bibir manyun.
Pras menyembunyikan senyumnya.
Dia sangat faham sifat istrinya yang sangat menyukai hal hal yang berbau glamour.
"lalu maunya kemana?" Pras menyentuh dagu istrinya.
Saat itu Kayla dan Nayla anak kembar mereka masuk dan berebut naik kepangkuan ayahnya.
"Ayah.. kay mau liburanya di Disneyland" celoteh bocah yang berusia 6 tahun itu.
Pras tersenyum geli mendengar kemauan Kayla. dari mana dia tau yang namanya Disneyland, namun Pras tetep mengangguk. dan beralih kearah putri yang satunya.
"Kalau Nay maunya kemana?" tanya Pras sambil mencubit pipi cuby anak itu.
"Kalau Nay nggak mau kemana mana yah.. mau ke rumah Nenek aja" jawab Nayla polos.
Pras takjub melihat kebijakan anaknya itu,
Sedangkan Nadia hanya diam menyaksikan tingkah kedua putri mereka.
"iya sudah, nanti kita tentuin mau kemana liburanya, sekarang kalian mandi gih,sudah sore nih"
Pras tersenyum mengantar kepergian anak anaknya.
Walaupun mereka tergolong hidup tidak kekurangan di karnakan Pras yang punya kedudukan cukup baik di perusahanya bekerja, dedikasinya pada pekerjaan membuat dia di sayangi rekan maupun atasan dan di segani lawanya. Namun
Pras selalu berusaha menanamkan sifat sederhan dan budi pekerti yang baik pada istri dan kedua putrinya.
***
"Dik, besok mas ada tugas keluar, mungkin sekitar 3 hari, tapi kalau urusan kelar dalam sehari dua hari mas bisa langsung pulang" ujar Pras pagi itu seraya menyiapkan tas kantornya.
Nadia hanya mengangguk, di pikiranya hanya ada bagaiman caranya mendapatkan tambahan uang dari suaminya karna dia sedang mengincar sebuah barang brended itupun karna di panas panasi oleh seorang wanita sainganya di tempat biasa mereka nyalon.
"Mas, bisa aku minta uang tambahan?" ujarnya hati hati saat mereka sedang menikmati sarapan bersama. matanya tak berani menatap Pras.
"Memangnya sudah habis yang mas kasi bulan ini? kan sudah mas tambahin Dik" tanya Pras sambil menyuap nasi kemulutnya.
"Masih mas tapi nggak seberapa, tau kan apa apa serba naik sekarang, dan kemarin itu si Mar pinjem uang untuk di kirim kekampung katanya, karna ada keluarganya yang lagi sakit parah"
"Ooh begitu, iya nanti mas transfer. dan nggak usah di minta lagi yang sudah di pinjem si Mar, hitung hitung kita beramal karna menolong orang yang lagi kesusahan apalagi Mar bukan orang lain lagi buat kita"
Nadia bersorak dalam hati karna dapat alasan yang pas untuk menjawab pertanyaan suaminya. itulah Pras yang selalu baik dan tak pernah bepikiran buruk pada orang apalagi pada istrinya.
"Makasi mas" ujarnya gembira.
"Masa cuman makasi?" Pras melingkarkan tanganya pada pinggang ramping Nadia yang sedang membereskan meja bekas mereka makan.
"Lalu?" tanya Nadia sambil membalikan badan.
"tidak ada, cuma aku mau bilang makasi sudah jadi istri dan ibu yang baik buat aku dan anak anak"
"Itukan sudah seharusnya mas"
Pras mendaratkan sebuah kecupan di kening istrinya.
"Ciyeee cieee" sorak Kayla dan Nayla yang sedari tadi menonton adegan itu.
"Ayah dan ibu jadi malu nih, ayo kita berangkat"
"Daah ibuu" teriak kayla dan nayla dari dalam mobil.
"Daah, nanti ibu jemput ya.."
Setelah Pras dan anak anaknya pergi Nadia menghempaskan pantatnya di sofa.
tiba tiba ponselnya berdering..
"Hallo Nad, kita jadi kesalon nggak?" terdengar sebuah suara dari sebrang.
"Jadilaah... tungguin aku 5 menit sampek sana ya" jawab Nadia.
Setelah itu Nadia menyambar tas dan kunci motornya.
"Mar saya mau keluar, kalau bapak nelpon dan nanya bilang saya ke pengajian!" pesan Nadia pada seorang gadis asisten rumah tangganya.
"Baik bu"
Jawab Mar patuh.
"Udah lama nunggu ya?" tanya Nadia pada sahabatnya Lisa. setibanya di depan salon.
"Nggak juga, masuk yuk! aku liat si nenek lampir sudah di dalam" ucap Lisa.
Mereka bergegas masuk dan dan duduk bersebelahan.
" Mbak saya cuma mau rambut di rapiin sedikit saja!" seru Nadia pada pada seorang gadis yang biasa menanganinya.
"Baik mbak" jawab seorang gadis dan mulai merapikan rambut Nadia.
" Hai semua..., liat nih koleksi tas baruku, bagus nggak? ini keluaran terbaru lho"
Ucap seorang wanita di samping Nadia sambil memamerkan sebuah tas yang sangat cantik dengan sombong. matanya menyapu seluruh ruangan dan sengaja melirik kearah Nadia dan Lisa. Nadia melengos kesal melihat ulah wanita itu.
"Iih palingan juga kayak kemarin itu, sudah heboh hebohnya eh ternyataa palsu" ejek Nadia yang di sambut gelak tawa oleh Lisa.
Si Wanita yang mereka juluki mak lampir pun menjadi tambah keki.
"Bisanya cuma ngeledek, padahal mereka juga nggak bakalan mampu beli" cibir wanita itu.
"Siapa bilang kita tidak mampu beli, emang berapa sih nominalnya? biar aku borong!" Nadia sesumbar.
"Nggak usah di ladenin Nad" Lisa menenangkan Nadia.
"Tuu kan Pasti cuma omong doang" rupanya si Wantai sengaja memancing emosi Nadia.
Nadia merasa kesal karna wanita sainganya itu selalu bisa lebih dari dirinya.
"Siaal.. "Umpat Nadia. saldonya sendiri sudah menipis padahal uang jatah untuk mertuanya pun yang Pras percayakan padanya sudah dia sunat untuk membeli sebuah perhiasan mahal dan tentunya tanpa sepengetahuan suaminya.
Nadia mengecek ponselnya dan mendengus kesal saat tau suaminya belum mentransfer sejumlah uang seperti janjinya.
"kok sampe jam segini mas Pras belum ngasi aku uang siih? apa dia lupa ya?"
Nadia membatin kesal.
Dia berusaha membuktikan bahwa dirinya juga mampu membeli apa yang di miliki wanita itu
"Kenapa tiba tiba cemas gitu? saldo lagi tipis ya.. atau pak misua bangkrut? makanya jangan sesumbar" ujar wanita itu lagi sambil melirik kearah ponsel Nadia.
"Mau tau aja!" bentak Nadia dengan kesal.
[Dik kamu lagi di mana? anak anak sudah nunggu, ibu gurunya nelpon mas]
Sebuah pesan dari Pras mengejutkan Nadia.
bukankah dia harus menjemput anak anak.
[ Iya mas, aku segera menjemput anak anak, aku sedang berada di rumah bunda Aisah]
balas Nadia berbohong. bunda Aisah adalah ketua majlis ta'lim di komplek mereka tinggal.
dan tentu saja Pras tidak akan melarangnya untuk kesana.
"Lis, aku duluan ya, mau jemput anak anak"
"Oke, hati hati Nad" pesan Lisa.
***
Pagi itu Pras bersiap berangkat keluar kota.
" oh ya dik, tadi ibu nelpon waktu kamu di kamar mandi, besok malam mau ngadain yasinan bersama para jompo dan anak yatim, kamu dan anak anak di minta datang, aku sudah bilng ada tugas di luar kota jadi tidak bisa ikut"
ujar Pras pada istrinya yang sedang menyispka beberapa keperluanya.
Nadia hanya mengangguk tanpa berkomentar. dia tidak berminat dengan kegiatan yang seperti itu. menurutnya hanya membuang waktu tenaga dan uang.
Namun di depan Pras dia selalu menunjukkan hal yang sebaliknya.
"Ayah jangan lupa oleh olehnya"
"Boneka yang besaar ya Yah" ucap si kembar .
"Jangan nakal, nurut apa kata ibu" kataPras sambil merangkul kedua putrinya.
Setelah itu dia mencium kening istrinya.
"Mas akan merindukanmu dik" bisik Pras di telinga Nadia.
Nadia tersipu dan mencubit pinggang suaminya.
"Malu ah sama Kay dan Nay"
Sedangkan kedua anak kembar itu cekikikan menyaksikan kedua orang tuanya.
Sebenarnya Nadia sangat beruntung karna bersuamikan Pras yang penyayang dan pengertian, dan yang terrpenting adalah fakta Pras sangatlah mencintainya.
begitupun sebaliknya dia sangat mencintai Pras, bahkan dari semasa mereka kuliah Nadia sering di buat cemburu karna banyak kaum hawa yang mengincar Pras.
Siapa yang tidak terpikat pada seorang mahasiswa yang sudah tampan, berprestasi, supel dan mendapat kepercayaan menjadi asisten dosen pula di kampus mereka.
Namun sayangnya Nadia tidak sefaham dengan Pras tentang banyak hal. tapi Pras selalu berusaha memperkecil celah perbedaan di antara mereka hingga mahligai rumah tangganya pun selaku adem ayem. Namun sifat matrealistis Nadia makin menjadi ketika Pras mendapat promosi naik jabatan di kantornya karna otomatis pundi pundi mereka pun ikut bertambah tak ketinggalan gaya hidup Nadia juga ikut naik level.
Malam itu Nadia dan kedua anaknya datang kerumah mertuanya. dengan perasaan enggan dia melangkah memasuki rumah besar yang berasitektur kuno itu.
Mertuanya sangat menyayangi rumah itu, menurutnya rumah itu penuh sejarah dan kenangan tentang almarhum suaminya yaitu ayahnya Pras, terbukti dengan beberapa kali Pras dan Nadia mengajak ibunya itu untuk pindah kerumah mereka namun bu Laila menolak dengan halus.
"Eh cucu cucu nenek sudah datang.." Seru wanita tua itu ketika melihat kehadiran cucu dan menantunya.
"Neneek.." kedua anak kembar itu berhamburan kepelukan neneknya.
Nadia mencium tangan ibu mertuanya.
"Mas Pras tidak bisa datang bu, dia ada tugas keluar kota" ujar Nadia lirih.
"Iyaa ibu juga sudah tau, Pras pamit sama ibu." jawab wanita itu.
Nadia duduk di kursi ruang tengah rumah itu sambil memperhatikan celotehan anak anaknya yang senang bertemu neneknya.
"Ya sudah kalian main di halaman, banyak anak anak disana" ujar bu Laila pada kedua cucunya.
Tinggal Nadia dan mertuanya duduk di kursi.
"Bu, buat apa sih ngadain acara kayak begini?"
Tanya Nadia tiba tiba, membuat mertuanya menoleh dan memandang lurus kearahnya.
"Ah, maksud Nadia... ibu kan sudah sepuh tdak boleh terlalu capek" ujarnya menjawab tatapan aneh ibu mertuanya.
" Tidak usah hawatir nduk, sama sekali ibu tidak merasa capek, justru ibu bahagia bisa berbagi dengan sesama." jawab mertuanya mantap.
Memang setau Nadia ibu mertuanya tak pernah menyusahkan dirinya maupun Pras.
Namun Pras tetap memberikan jatah bulanan pada ibunya. itupun lewat Nadia sang istri. Pras begitu percaya padanya, membuat Nadia semakin terlena dan tidak menyadari kesalahan kesalhanya.
".Oh ya bu, ini ada sedikit titipan mas pras untuk ibu" Nadia merogoh amolop dari dalam tasnya.
Nadia masih berharap mertuanya menolak, padahal dia sudah memotong jatah orang tua itu.
Seperti harapan Nadia ibu Laila menolak amplop yang di sodorkan menantunya.
"Simpan saja nduk, uang pensiunan Almarhum bapaknya Pras masih cukup untuk memenuhi kebutuhan ibu saat ini, nanti kalau ibu butuh, pasti ibu akan bilang pada kalian" wajah teduh ibu Laila mengembangkan senyum tulus.
Nadia kembali memasukan amplop itu kedalam tasnya.
Beberapa orang kerabat yang kebetulan sedang berlalu lalang sibuk menyiapkan acara itupun berbisik bisik dan menatap kearah mereka. namun Nadia tak ambil pusing. bahkan ada rasa lega di hatinya. dengan penolakan mertuanya itu berarti dirinya punya pegangan karna uang jatahnya sendiri sudah habis.
"maafkan aku mas, bukan salahku kalau uang ini sekarang jadi milik aku, aku sudah sampein amanahmu pada ibu tapi ibumu menolak" batin Nadia sambil tersenyum kecut.
Sudah terbayang di matanya perempuan gendut tempatnya mengambil perhiasan dan baru di bayar separuhnya itu akan menagihnya dengan mulut yang pedas bak cabe. untungnya dia melakukan transaksi apapun di rumah Lisa. jadi dia aman dari suaminya Pras.
Di tengah acara yang berlangsung hikmat.
Sebuah mobil memasuki pekarangan rumah bu Laila.
"Assalamualaiqum " Ucap seorang wanita yang keluar dari mobil dan berpenampilan syar'i, lalu menyusul seorang gadis yang bercadar melangkah dengan anggunya.
"Ahirnyaa kalian datang juga" sambut bu Laila sambil merangkul wanita itu dengan hangat.
"Maaf kami terlambat bu, soalnya macet banget" kata wanita itu.
sedangkan gadis yang ada di belakangnya mengangguk hormat dengan memperlihatkan kedua mata indahnya.
"Ohya ibu, hampir lupa.. ini Zahra seorang gadis muallaf, pak kiayi menitipkan zahra pada saya untuk di ajak dalam kegiatan sosial seperti ini makanya saya bawa saja sekalian." ujar wanita itupada bu Laila.
"Masyaallaah.. istiqomah ya nak" ucap bu Laila pada gadis itu.
Gadis itu membungkuk menyalami ibu Laila.
bu Laila mengusap punggungnya dengan ramah.
" Kayak menantu yang lagi sungkeman pada mertua di hari raya yaa?" canda seorang ibu, yang di sambut riuh oleh para ibu lainya.
"Sudah sudah bercandanya, mendingan kalian keluarkan makananya!" Seru bu Laila.
"Oh,ya Kenalkan ini menantu saya... Nadia" ujar bu Laila pada kedua tamunya.
"Cantiik.." ucap wanita paro baya tamu bu Laila.
"Mbak Nadia kan? saya Zahra mbak"
gadis itu mengulurkan tanganya.
Tak tau kenapa Nadia merasa gemeter setiap kali beradu pandang dengan gadis cantik itu.
Nadia menghembuskan nafas kasar. dia berharap acara itu cepat selesai.
Acara berjalan dengan hikmat.
Sepanjang Upacara itu diam diam Nadia mencuri pandang pada gadis yang duduk di dekat ibu mertuanya.. wajahnya yang ayu dan teduh dengan manik mata yang mengkilat di tambah dengan tutur sapa lembut sungguh membuat hati tentram bila memandangnya. gadis itupun terlihat cepat akrab dengan semua orang termasuk ibu mertua Nadia.
Ahirnya saat yang di harapkan Nadia pun datang. acara selesai dan semua tamu para jompo dan anak yatim sudah pamit pulang.
Begitupun dengan Zahra. yang sedari tadi tak bosan meladeni Kayla dan Nayla yang bawel menurut Nadia. tapi Zahra dengan telaten meladeninya. membuat Nadia heran.
Saat Zahra pamitpun kedua anaknya terlihat kecewa. padahal mereka baru bertemu kali ini.
"Tante.. kapan mau main lagi sama Kay?"
"Tante main saja kerumah kami, ayah pasti suka liat tante Zahra, ayah sangat baik, ganteng juga" oceh Nayla dengan polosnya.
Membuat semua yang hadir di ruangan itu terkekeh, tapi tidak dengan Nadia yang merasa tidak enak dengan celoteh anaknya.
"Kapan kapan ya sayang... yang penting Kay sama Nay rajin sekolah dulu, nanti tante pasti datang buat main sama kalian" Zahra merangkul kedua bocah itu yang langsung mau mengerti dengan ucapan Zahra.
Rupanya Zahra mengerti dengan kegelisahan Nadia.
Lagi lagi Nadia di buat heran oleh kedua anaknya, dengan gampangnya Zahra memberi pengertian pada mereka. padahal biasanya mereka akan merengek tak henti sampai apa yang mereka mau di turuti.
Rupanya Zahra dapat membaca keheranan di wajah Nadia.
"Tidak usah di ambil hati mbak, namanya juga anak anak" bisik zahra di telinga Nadia.
"Ni anak juga, apa dia masih bisa bilang begitu kalau ngerasain jadi emak emak?" batin Nadia dengan kesal.
Nadia mencari tempat yang agak sepi karna ponselnya bergetar terus, padahal dia sudah mengabaikanya.
Baru saja Nadia menempelkan ponael di telinganya terdengar umpatan dari sebrang.
"Hey, kalau tidak mampu bayar jangan berhutang, ingat bunganya jalan terus!!" percakapan langsung terputus.
"Huh dasar nenek nenek jutek, siapa juga yang tidak mampu bayar" umpat Nadia kesal.
"Ada apa nduk?"Tanya bu Laila yang kebetulan lewat dan mendengar umpatan Nadia.
Nadia menelan ludah, bingung mau alasan bagaimana biar mertuanya tidak curiga.
"Eeh.. ini bu, ada teman nawarin barangnya pada saya, pas saya bilang tidak mau dia malah marah marah." Nadia memberi alasan seadanya.
Bu Laila menggelengkan kepala tanda heran dan berlalu dari sana.
"Hampiiir saja."ucap Nadia lega, dan segera berkemas untuk pulang.
Ahirnya setelah magrib Nadia pamit pulang bersama kedua anaknya.
Ahirnya setelah magrib Nadia pamit pulang bersama kedua anaknya.
Setelah memarkir motornya dia bergegas masuk kedalam rumah. Sedang si kembar sudah langsung menghambur ke kamarnya
"Mar, ada telpon dari bapak ngak?" tanya Nadia sambil meletakan tas selempangnya. Dia berharap Pras menelpon ke rumah.
"Tidak ada bu" jawab Mar yang tiba tiba nongol dari dapur.
"Tumben tumbenan mas Pras telat kasi kabar" gumam Nadia, namun sempat di dengar oleh Mar.
"Kangen ya bu? Kalau sudaah tiadaa baru terasaa.." olok Mar dengan berlagak menirukan lagu rhoma irama.
"Eh sok tau,! nyumpahin bapak tiada ya kamu Mar" balas Nadia berlagak galak.
"Ya enggaklah bu, itu kan cuman lagu. Lagian Mar yakin orang ganteng sebaik bapak itu akan panjang umur" ujar Mar cengengesan.
" Tapi... Ibu juga harus hati hati, orang kayak bapak itu sudah langka. Jadi yaa banyak yang incar." sambung Mar lagi.
"Sudah sudah! bicara sama kamu tu nggak akan ada habisnya. Beresin tu, ada makanan dari ibu" Nadia menyudahi kelakar Mar.
Mar langsung kebelakang sambil menenteng bungkusan yang di maksud Nadia.
Nadia mencoba menghubungi Pras lagi lewat ponselnya." Di luar jangkauan terus" gerutunya agak kesal.
Ahirnya dia ketiduran setelah sebelumnya sempat mengirim pesan pada Pras.
****
Sedangkan Pras yang berada di sebuah daerah agak terpencil krna tuntutan pekerjaan, juga mulai merasa gelisah karna tidak bisa menghubungi kekuarganya.
"Rif gimana denganmu? Saya tidak bisa menghubungi keluarga saya, hampir tidak ada signal" ucap Pras pada Arif asistenya.
"Sama pak, saya juga susah berkabar kerumah" jawab Arif. Memang mereka mendapat tugas untuk survey lokasi di daerah yang agak terpencil.
"Besok kita keliling sekali lagi, kalau semua lancar sore kita sudah bisa balik.
" Siap pak.!" jawab Arif bercanda.
Mereka menginap di sebuah hotel yang jaraknya cukup jauh dari lokasi yang harus mereka survey. Sesampainya di hotel Pras bergegas mandi dan solat magrib. Setelah itu dia kembali mencoba menghubungi istrinya.
Matanya berbinar saat tau ada beberapa garis signal.
Setelah beberapa kali mencoba namun tetap tidak tersambung. Lalu di cobanya telpon rumah dan tersambung.
"Angkat doong..!!" ucapnya dengan harapan ada yang mengangkatnya.
[hallo] terdengar suara dari sebrang walaupun tidak jelas tapi Pras yakin itu suara Mar.
[hallo mar.. Ini saya Pras, tolong kasikan ke ibu] teriak Pras tapi hanya ada halo halo dari sebrang lalu tut tuut tuut.
"Kenapa sih jaringanya susah sekali" omel Pras sambil berjalan keluar.
" Tidak ada signal ya pak?" sapa seorang pemuda berseragam OB.
"Iya.. Dari kemarin saya coba hubungi keluarga tapi tidak bisa" jawab Pras.
" iya pak, yang saya dengar sih sedang ada perbaikan , tapi kurang jelas perbaikan apa.. Tapi yaitu deh signal jadi sangat susah" kata pemuda itu.
"Oo begitu, makasih infonya ya mas.."
"Sama sama pak" lalu OB itu permisi dan berlalu. Saat itu Arif datang menghampiri Pras.
"Gimana pak? Sudah bisa berkabar kerumah?" tanya Arif saat melihat Pras masih mengamati ponselbya.
" Belum rif, kata mas OB tadi memang masih ada perbaikan, eh mau kemana nieh rapi amat?" tanya Pras.
" Mau keluar lihat lihat situasi disini sekalian cari makan, bapak mau ikut? Atau pesen sesuatu barangkali?" tawar Arif.
Pras berpikir sejenak sebelum ahirnya memutuskan ikut ketimbang gelisah sendiri di kamar.
"Saya ikut saja Rif, sumpek di kamar kepikiran rumah" ujarnya kemudian.
"Ayo pak" kata Arif menyambut dengan senang. Arif sangat menghormati Pras, sebagai atasan Pras tidak pernah menganggap dirinya bawahan, perlakuanya kadang membuat pemuda 25 tahun itu segan. Mereka menyusuri jalanan yang cukup ramai dengan pedagang kaki lima berjejer di kanan kiri jalan.
"Stop Rif, kita makan disini saja gimana?"
Ujar Pras bersemangat.
"Boleh pak, sudah lama juga tidak makan ikan bakar" jawab Arif sambil menelan air liurnya membayangkan ikan bakar yang masih segar.
Arif menepikan mobilnya lalu mereka memesan makanan.
" 1 kepiting, 2 ikan bakar ya mas"
Tak berapa lama pesanan mereka pun datang.
"Waah aromanya membuat perut tambah laper pak" ucap Arif sambil menggosok gosok telapak tanganya.
"Ya sudah, tunggu apa lagi?sikat dong" goda Pras yang membuat Arif tersenyum.
"Mas, saya kan pesan minumnya teh manis ko' ini kopi? Yang benar dong , tau nggak kalau pembeli itu adalah raja!" suara nyaring seorang wanita menarik perhatian sebagian pengunjung warung lesehan yang cukup ramai itu.
"Iya itu salah kami mbak, kami mohon maaf, minumnya biar saya ganti" ucap pemilik warung gugup.
Pras tak luput juga memperhatikan sosok wanita itu.
"Sofia..?"
ucapnya Pras lirih. Sofia adalah seorang wanita di masalalunya dan demi menjaga perasaan istrinya dia berusaha memutus semua yang berhubungan dengan wanita itu. Pras masih bengong dengan pikiranya sendiri. Namun tiba tiba Sofia berteriak kaget.
"Mas Praas...? ngak nyangka kita bisa ketemu di sini mas" ucapnya dengan mata berbinar binar.
"Eeng.. Kamu disini juga Sof?" ucap Pras tak kalah terkejut.
"Iya mas, panjang ceritanya, semenjak aku kehilangan kontak denganmu aku frustasi, ahirnya pamanku menyuruh aku bantu mengelola bisnis kecil kecilan miliknya. Dan alhamdulillah bisnisnya sekarang berkembang pesat"
" Sukurlah" ucap Pras dengan persaan bersalah karna telah menyebabkan wanita itu sempat frustasi.
Arif hanya melongok memperhatikan kedua orang di depanya dengan penasaran. Pras yang menyadari hal itu ahirnya menjelaskan padanya.
"Oh iya.. Sof ini Arif rekan kerjaku, dan Rif, ini Sofia teman kuliahku dulu"
Sofia menyalami Arif sambil menyambung kata kata Pras.
"tepatnya TEMAN DEKAT.." ucap Sofia enteng sambil melirik Pras.
Pras dan Arif saling pandang.
"Tapi itu masalalu.." ralat Sofia cepat saat melihat ekspresi Pras.
Suasana menjadi kaku.
Arif berinisiatif untuk mencairkan suasana.
"Mbak mau makan kan? Gabung saja di sini, kami juga baru mulai" tawar Arif sambil melirik Pras seolah minta persetujuan.
"Oh iya. Ngak apa apa gabung saja" ucap Pras datar.
Ahirnya mereka makan satu meja bersama.
Entahlah bagaimana reaksi Nadia kalau tau kejadian ini, Pras bergidik sendiri membayangkanya.
"Tau ngak Rif, mas Pras ini dulu sangat tegas, cuek dan tak banyak bicara, Tapi walau begitu banyak cewek cewek yang mengejarnya"
"Oh ya? Pastinya termasuk mbak Sofia juga ya?" tebak Arif.
"Enngh iya sih" ahirnya hanya itu yang keluar dari mulutnya.
"Sampai sekarang pesona bos saya ini masih memabukkan ko' mbak" canda Arif.
Sedang Pras tersenyum kaku.
Setelah acara makan bersama usai mereka bersiap untuk pulang.
"Mbak pulang kemana?" tanya Arif yang merasa sudah hilang canggungnya.
Obrolan pun lebih santai dan di dominan oleh Arif dan Sofia. Sedangkan Pras lebih banyak diam karna merasa agak canggung.
"Saya kesini karna urusan kerjaan, kebetulan menginap di hotel kencana" ucap Sofia.
Pras terbelalak di buatnya.
"Kenapa?" tanya Sofia heran.
"Sebuah kebetulan yang benar benar kebetulan." ucap Arif tertawa.
"Maksudnya??" Sofia jadi bingung.
"Kami juga menginap di hotel yang sama mbak, iya kan pak?"
Pras mengangguk perlahan, yang di sambut tawa renyah Sofia. Ah Wanita ini masih sama seperti 7 tahun yang lalu, tawanya, cerianya, penampilanya juga. Cuma sekarang agak lebih kurus. Pras tidak tau bagaimana kehidupan Sofia saat ini.
Ahirnya mereka pulang kehotel dengan mobil masing masing.
Sesampainya di hotel merekapun masuk hendak beristirahat. Pras terperangah begitu juga dengan Sofia, ternyata kamar mereka bersebelahan.
"Mas di kamar ini?" tanya Sofia pelan.
Pras mengangguk dengan kikuk.
Sofia masuk perlahan dan mengucapkan selamat malam.
Malam itu Pras tidak bisa tidur, pikiranya terus terganggu, kenapa dia di pertemukan lagi dengan Sofia di saat keluarganya sudah lengkap dan bahagia.
Janganl lupa tinggalkan jejak ya dengan like komen dan votenya 🙏🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!