Rychelle Olyvia mematut dirinya di depan kaca. Hari ini ia akan mulai menjalankan misinya untuk menguak perjudian dan perdagangan narkoba di Kota Metropolitan. Misi penting yang sudah ia persiapkan bersama dengan Abangnya (Komisaris Besar Rychand Olyver) saat ayah kandung mereka (Iptu Ryan One) menghilang tanpa jejak saat mengusut perkara tersebut.
Ia sudah mempersiapkan semua data baru mengenai dirinya yang berubah nama menjadi Rachel Ortisia, Fresh Graduated dari Fakultas Perbankan Kampus Terbaik di Indonesia agar dapat masuk dalam perusahaan Bank One Point. Setelah melewati beberapa tes untuk menjadi pegawai baru, Rychelle pun berhasil masuk menjadi pegawai kontrak selama 3 bulan pertama.
Keseharian Rychelle sebagai Brigadir Polisi yang selalu mengenakan pakaian dinas, membuatnya merasa sedikit aneh saat memakai pakaian feminim milik almarhumah ibunya. Dengan menggunakan kemeja warna hitam yang warnanya sedikit memudar, rok di bawah lutut, dan sepatu dengan heels yang tidak terlalu tinggi membuat Rychelle harus beradaptasi dengan penampilan barunya.
Rambutnya yang panjang sebahu disisir begitu saja dengan polesan make up tipis di wajahnya membuat Rychelle tampak sangat anggun dibandingkan dengan hari biasanya. Ia tidak memerlukan pemerah bibir yang sangat mencolok karena bibirnya memang sudah berwarna merah dari sananya dengan perpaduan kulitnya yang putih meskipun hampir setiap hari ia berada di bawah terik sinar matahari.
Setelah ia rasa cukup, Rychelle mulai keluar dari kamarnya dan tampak Abangnya sedang sarapan bersama kakak iparnya.
"Sudah siap, Rychelle?" tanya Abangnya dan Rychelle langsung menganggukkan kepalanya.
"Tentu saja. Bagaimana penampilanku sekarang?" tanya Rychelle memutar tubuhnya di depan abang dan juga kakak iparnya.
"Sempurna." satu kata terlontar dari mulut Citra, kakak ipar Rychelle. "Segeralah sarapan agar tidak terlambat di hari pertama kau bekerja Rychelle." ucap Citra yang mulai mengambilkan sarapan untuk Rychelle.
Rychelle langsung menyantap sarapannya dan segera berpamitan untuk berangkat lebih dulu agar tidak terjebak dalam kemacetan di jalan.
......🛵🛵🛵......
Sesampainya di perusahaan Bank One Point, Rychelle langsung menemui satpam dan langsung diantarkan ke ruangan Chief Financial Officer (CFO) Molly Ran. Selama di dalam lift, Rychelle terus dipandangi oleh satpam dari atas sampai bawah.
"Pegawai baru?" tanya satpam.
"Yap!" jawab Rychelle singkat dan mantap.
"Cantik sih, sayang gayanya kampungan. Gak cocok jadi pegawai Bank." gumam Pak Satpam pelan tapi masih terdengar di telinga Rychelle.
Rychelle melirik tajam ke arah Pak Satpam dan langsung melihat nama yang tertera di baju satpam tersebut. Setelah merekam jelas siapa nama satpam tersebut, Rychelle kembali menatap lurus ke depan hingga pintu lift terbuka.
Kedatangan Rychelle kali ini bertepatan dengan Molly yang baru saja tiba bersama tunangannya, Alarick Berwyn yang menjabat sebagai Chief Executive Officer (CEO) di Bank One Point. Molly pun langsung menyambut kedatangan Rychelle.
"Rachel Ortisia." panggil Molly memastikan nama pegawai barunya.
"Benar Bu Molly." jawab Rychelle mantap sambil sedikit menundukkan kepalanya.
"Jangan panggil ibu, panggil saja Miss Molly." jelas Molly pada Rychelle.
"Nah, sayang. Dia adalah pegawai baru yang aku ceritakan padamu tadi." ucap Molly menunjuk ke arah Rychelle.
Alarick mengamati penampilan Rychelle dari atas sampai bawah.
"Ini sama sekali bukan standar seorang pegawai Bank. Apa kau tidak lihat bagaimana penampilan udiknya ini?" cibir Alarick sangat tidak suka.
Melihat Alarick yang nampak enggan dengan pegawai barunya kali ini membuat Molly tersenyum. 'Aku memang menginginkan pegawai kampungan seperti Rachel agar aku tidak merasa cemburu saat kau bekerja bersama asistenmu, Alarick.' gumam Molly dalam hati.
"Tapi hanya dia yang sangat sesuai untuk menjadi asisten mu, sayang. Kau sangat membutuhkannya untuk membantu pekerjaanmu." rayu Molly.
"Aku tidak suka. Penampilan itu sama saja dengan jalan pikirnya yang pasti sangat kampungan." balas Alarick dengan nada bicara yang sangat sinis.
"Kau!" Alarick menunjukkan telunjuknya tepat di wajah Rychelle.
"Lebih baik kau pulang saja dan mencari pekerjaan sebagai buruh cuci. Karena pekerjaan itulah yang pantas untuk orang kampungan sepertimu." sarkas Alarick yang kemudian meninggalkan Rychelle begitu saja dan masuk ke dalam ruangannya.
'Kenapa seorang pengusaha besar itu selalu saja menjengkelkan? Apa karena harta yang ia punya, menjadikannya jadi semena-mena seperti ini?' gerutu Rychelle dalam hati menahan rasa kesalnya.
Jika ia tidak sedang menyamar, maka dengan mudah ia menyikat orang semacam Alarick.
Molly pun mengikuti langkah Alarick dan terus merayunya agar mau menerima Rachel sebagai asistennya sementara sampai ia mendapatkan asisten yang baru untuk Alarick. Akhirnya Alarick setuju dengan permintaan Molly untuk mempekerjakan Rachel sementara.
Setelah memastikan Alarick setuju, Molly pun keluar dari ruangan Alarick dan menemui Rychelle yang masih berdiri di luar ruangan.
"Rachel, ikutlah denganku. Aku akan memberi tahukan job desc untukmu." ucap Molly masuk ke dalam ruangannya.
Rychelle dengan mantap mengikuti langkah Molly. Sesampainya di dalam ruangan Molly, Rychelle langsung diberitahukan apa saja yang harus ia lakukan sebagai asisten Mr. Alarick.
'Pekerjaan yang sangat mudah jika aku hanya menyusun jadwal meeting Mr. Alarick dan mempersiapkan berkas yang ia perlukan. Aku akan banyak waktu luang untuk menelisik setiap sudut di kantor ini.' gumam Rychelle dalam hati setelah mengetahui apa saja pekerjaannya di sini.
"Apa kau sudah paham apa saja tugasmu, Rachel?" tanya Molly kemudian.
"Siap Miss." jawab Rychelle.
"Wow, luar biasa. Aku sangat suka ketegasanmu. Jangan hiraukan tentang Mr. Alarick yang belum begitu menerimamu. Karena di sini aku yang akan memberikan gajimu." jelas Molly sambil memberikan berkas yang harus Rychelle susun.
Molly kemudian mengantarkan Rachel ke meja kerjanya. "Selamat bekerja, Rachel." ucap Molly kemudian.
"Terima kasih atas kepercayaan anda, Miss." ucap Rachel yang langsung duduk di kursi kerjanya.
Rychelle segera mengerjakan apa yang menjadi tugasnya. Ia sama sekali tidak menemukan sedikit pun kesulitan dalam menyusun jadwal tersebut. Saju jam berlalu, Rychelle selesai menyusun jadwal meeting untuk Alarick.
Setelah selesai, Rychelle langsung mengetuk ruangan Alarick untuk memperlihatkan jadwal yang baru saja ia susun. Alarick yang menerima jadwal yang disusun oleh Rychelle langsung mengecek nya dengan seksama.
Alarick kemudian mengambil pulpen dan mencoret hasil kerja singkat Rychelle.
"Ubah jadwalnya semua, aku tidak akan mengadakan meeting di atas jam 2 siang." ucap Alarick meremas kertas tersebut dan melemparkannya ke arah Rychelle.
"Baik." jawab Rychelle memungut kertas tersebut dan memperbaikinya lagi.
"Huuuh," Rychelle mengusap wajahnya kasar. "Benar-benar sangat tidak berperikemanusiaan." gerutu Rychelle pelan sambil kembali memperbaiki pekerjaannya,.
Sedangkan Alarick yang sengaja membuat pegawai barunya tidak betah menjadi asistennya hanya berdecih sambil mengamati layar CCTV yang ada di dalam ruangannya.
"Enyahlah dari perusahaanku hari ini juga wanita kampungan!" gumam Alarick.
Satu jam berlalu, Rychelle kembali lagi ke ruangan Alarick memperlihatkan jadwal terbaru yang baru ia perbaiki. Kali ini Rychelle benar-benar mengubahnya sesuai dengan permintaan Alarick.
Lagi-lagi Alarick mencoret-coret hasil kerja Rychelle dan dimintanya untuk menyusunnya ulang. Kali ini Alarick meminta ada dua jadwal meeting yang bertepatan dengan jam makan malamnya agar ia bisa melaksanakannya di restoran.
Rychelle pun kembali lagi dan menuruti apa yang diminta oleh Alarick. Hingga waktu menunjukkan pukul 4 Sore, Rychelle sudah enam kali memperbaiki jadwal milik Alarick.
Kini kesabaran Rychelle mulai habis karena seharian penuh ia hanya menghabiskan waktunya di depan komputer tanpa bisa menjalankan misinya sedikit pun. Ia pun menghentakkan langkahnya masuk ke dalam ruangan Alarick dan menunjukkan hasil susunannya yang ke enam.
"Mr, ini adalah revisi yang ke enam kalinya. Mohon diperiksa sebaik mungkin." pinta Rychelle yang sudah menahan amarahnya sejak tadi.
"Apa kau kesal kerja hari ini denganku?" tanya Alarick. "Jika kau tidak suka, lebih baik kau mengundurkan diri hari ini juga."
Rychelle langsung menggelengkan kepalanya. "Tentu saja tidak. Saya justru sangat senang dapat bekerja dengan anda."
"Kalau begitu jangan pernah mengumpatku! Karena aku bisa mengamatimu dari CCTV." ucap Alarick sambil menunjukkan ke arah layar CCTV yang ada di sampingnya.
"Baik, Mr." jawab Rychelle yang berusaha setenang mungkin.
Alarick mengecek hasil kerja Rychelle yang ke enam kalinya. Sebenarnya dari hasil kerja Rychelle satu hari ini memperlihatkan bahwa Rychelle sangat cekatan dan bisa diandalkan. Tapi lagi-lagi Alarick meremas kertas tersebut dan membuangnya ke tempat sampah.
"Apa lagi yang harus saya perbaiki, Mr.?" tanya Rychelle menahan rasa kesalnya.
"Berikan jadwal yang pertama kali kau buat padaku. Setelah itu kau boleh pulang." jawab Alarick yang kemudian berdiri dari kursinya dan masuk ke dalam kamar mandi yang ada di dalam ruang kerjanya.
"What?!" pekik Rychelle pelan. Ia benar-benar tidak habis fikir dengan kelakuan absurd CEO yang satu ini.
Dengan langkah gontai Rychelle kembali mengeprint jadwal pertama yang ia buat tadi. Untungnya saja ia masih menyimpannya dengan baik.
Rychelle menyerahkan jadwal yang pertama kali ia buat kepada Alarick. Kali ini Alarick menerimanya tanpa mengeceknya lagi dan langsung menyimpannya di dalam map di atas mejanya.
"Pulanglah!" perintah Alarick. "Jika kau masih ingin bekerja besok, datang sebelum aku tiba di kantor." ucap Alarick.
Rychelle langsung menundukkan kepalanya dan undur diri dari hadapan Alarick. Saat ia membereskan tasnya hendak pulang, Molly datang hendak menemui Alarick.
Melihat pegawainya sedang bersiap untuk pulang, Molly pun menyapa Rychelle.
"Bagaimana pekerjaanmu hari ini, Rachel?" tanya Molly yang sangat paham bagaimana Alarick memberikan pekerjaan pada setiap pegawai barunya.
"Baik Miss." jawab Rychelle sambil berdiri tegap. Kebiasaannya bekerja dalam kantor polisi masih sangat terbawa dalam dirinya.
"Kau tenang saja, Alarick tidak akan terus menerus bersikap seperti tadi. Ia selalu seperti itu mengetes pegawai barunya. Lalu apa yang ia katakan tadi sebelum pulang?" tanya Molly.
"Besok saya harus datang lebih awal dari Mr. Alarick." jawab Rychelle.
"Aku sarankan kau datang jam 6 pagi, sebab Alarick pasti datang setengah 7." ucap Molly sambil berlalu meninggalkan Rychelle.
"Baik Miss." jawab Rychelle dengan suara yang mulai melemah. Ia segera meninggalkan ruang kerjanya.
'Dasar CEO gila!' umpat Rychelle dalam hati. 'Bisa-bisanya dia membuatku bekerja seperti orang bodoh.' batin Rychelle yang kini sudah berada di dalam lift.
'Huft, aku tidak bisa diam seperti ini. Aku harus mencari cara agar misiku berhasil.' Rychelle terus saja menggerutu di dalam hati sambil memijat kepalanya.
Hari ini ia benar-benar sangat lelah. Bagi Rychelle, ia lebih baik bekerja di bawah terik matahari dan berpindah kesana kemari daripada duduk masih di depan layar dan di dalam ruangan berAC yang sangat membuatnya lelah seperti hari ini.
Ingin rasanya Rychelle menyerah mengingat pekerjaan yang sama sekali bukan hal yang ia sukai. Terlebih ia harus menghadapi CEO Bank One Point yang menurutnya sangat keterlaluan. Tapi mengingat ia harus menjalankan misinya yang sudah ia persiapkan selama 6 tahun belakangan ini, membuat kobaran semangat dalam diri Rychelle semakin membara.
...🏦🏦🏦...
Keesokan harinya, Rychelle sudah sampai di perusahaan tepat jam 6 tepat. Kali ini dia tidak lagi memakai rok di bawah lutut, melainkan memakai rok panjang yang dipadukan dengan blouse casual motif bunga-bunga yang lagi-lagi milik almarhumah ibunya.
Penampilan Rychelle hari ini kembali membuat satpam geleng-geleng kepala, tidak habis fikir bagaimana bisa CEOnya yang terkenal dingin dan kolot itu menerima wanita kampungan seperti Rychelle.
"Pagi pak," sapa Rychelle yang tidak ditanggapi oleh satpam. Melihat satpam yang begitu mengacuhkan nya membuat Rychelle tersenyum dalam hati. Kesempatan ini Rychelle gunakan untuk menelisik setiap sudut gedung Bank One Point.
Rychelle tidak langsung menuju ke ruangannya, melainkan ia berjalan terus hingga menemukan satu pintu yang tertempel sebuah peringatan "DILARANG MASUK! RUANGAN SUDAH LAMA TIDAK TERPAKAI."
Rasa penasaran Rychelle semakin membuncah saat melihat ruangan tersebut. Ia mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya dan melihat satu CCTV yang mengarah ke ruangan tersebut. 'Hari ini aku harus berhasil meretas CCTV di sini.' gumam Rychelle yang segera melangkahkan kakinya menuju ke ruangannya.
Tepat saat Rychelle sampai di ruangannya, Alarick nampak keluar dari pintu lift khusus Presdir. Nampak Molly mengiringi Alarick dan keduanya berpisah di depan ruang kerja Molly.
"Persiapkan bahan meeting hari dalam bentuk power point dan letakkan di meja sebelum jam 9 pagi. Aku akan mengadakan apel pagi untuk seluruh pegawai pagi ini." perintah Alarick tanpa memandang ke arah Rychelle sedikit pun.
"Saya juga ikut apel pagi Mr.?" tanya Rychelle membuat Alarick seketika menghentikan langkahnya dan berbalik.
"Kau! Belum menjadi bagian dari pegawaiku. Karena tidak ada satu pun Bank yang menerima pegawai kampungan sepertimu." tunjuk Alarick ke arah Rychelle.
"Bahkan keberadaanmu justru membuat perusahaanku dalam ambang kehancuran." gumam Alarick meninggalkan Rychelle dan masuk ke dalam ruangannya.
'Ck, dasar angkuh!' gumam Rychelle dalam hati. 'Tapi ucapan anda akan aku buat menjadi kenyataan Mr. Alarick.' batin Rychelle yang langsung duduk mengerjakan perintah dari Alarick.
Sebenarnya semalam Rychelle sudah mempersiapkan dengan baik bahan meeting hari ini. Bahkan ia menyiapkan langsung 3 model power point yang berbeda mengingat kemarin ia diminta untuk menyusun jadwal Alarick sampai 7 kali. Tapi ia tetap berpura-pura untuk mengerjakannya sampai Alarick keluar untuk meninggalkannya.
"Waktu yang sangat baik untuk beraksi." gumam Rychelle. Ia pun segera mematikan CCTV yang mengarah ke meja kerjanya.
Perlahan lahan ia masuk ke dalam ruangan Alarick untuk mematikan beberapa CCTV yang terpasang di dalam dan segera menuju ke layar monitor CCTV. Dalam monitor tersebut, nampak Alarick sedang memimpin apel pagi didampingi oleh Molly.
Dengan cekatan Rychelle mencari kode saluran CCTV agar ia dapat meretas CCTV di seluruh ruangan Perusahaan Bank One Point. Setelah mendapatkan title, ip address, port, dan username tersebut, Rychelle kembali menyalakan CCTV di ruangan Alarick dan kembali ke meja kerjanya.
Rychelle segera memasukkan kode CCTV tersebut ke dalam ponsel miliknya, kini ia tinggal meretas password CCTV di bank One Point tersebut. Perlahan lahan Rychelle melakukan peretasan agar jejaknya tidak dapat dilacak.
Tahap pertama berhasil, ia masuk dengan password cadangan yang tentunya tidak akan berlangsung lama dan hanya dapat digunakan 1 kali saja. Ia hanya bisa menghapus data saat dirinya masuk dalam ruang kerja Alarick dan mematikan CCTV.
Rychelle memang sudah terlatih saat ia bergabung dengan Tim Hacker Topi Merah sejak 3 tahun yang lalu. Biasanya Rychelle menggunakan keahliannya untuk menghentikan serangan tidak etis oleh pelaku ancaman pada suatu sistem.
Tapi kali ini Rychelle sebagai anggota peretas bermata elang atau sebutan untuk Hacker Topi Merah melakukan peretasan untuk kepentingan pribadi dalam menjalankan misinya.
Sayangnya tahap kedua meretas CCTV membuatnya kewalahan dan hampir menyerah karena sistem keamanan milik perusahaan yang dipimpin Alarick dibuat sangat rumit.
Rychelle mengusap peluh di dahinya. Meski ia bekerja di dalam ruangan yang berAC, tetap saja keringat mengucur di dahinya karena misinya kali ini benar-benar menguras daya pikirnya. Melihat jam di tangannya hampir menunjukkan pukul 9, ia pun masuk ke dalam ruang kerja Alarick dan meletakkan tugasnya terlebih dahulu.
Kemudian Rychelle kembali ke meja kerjanya dan segera menghubungi Abangnya, Kombes Rychand Olyver untuk membantunya memberikan kode khusus yang dimiliki oleh Tim Hacker Topi Putih karena kakaknya adalah anggota dalam Hacker tersebut.
Akhirnya, setelah memasukkan kode yang ia dapat dari abangnya, Rychelle pun berhasil meretas CCTV di Perusahaan Bank One Point tepat saat Alarick kembali ke ruangannya.
"Ke ruanganku sekarang!" perintah Alarick sambil berlalu melewati Rychelle.
"Baik." jawab Rychelle mengikuti langkah Alarick.
Sesampainya di meja kerjanya, Alarick segera mengecek hasil kerja Rychelle.
"Untuk apa membuat power point sampai tiga model seperti ini!?" hardik Alarick melempar hasil kerja Rychelle di atas mejanya.
"Saya hanya tidak mau mengulangi kesalahan kemarin, Mr." jawab Rychelle datar tanpa ada rasa takut sedikit pun.
"Kau tahu! Ini semua pemborosan yang sangat merugikan perusahaanku!" gertak Alarick menunjuk ke 3 model tugas yang Rychelle kerjakan.
"Menghabiskan kertas perusahaan, tinta, dan juga menggunakan listrik yang tidak sesuai dalam kebutuhan perusahaan." jelas Alarick dan Rychelle masih saja bungkam tanpa menundukkan kepalanya.
Kali ini tatapan mata Rychelle dan Alarick saling bertemu membuat Alarick bergumam dalam hati. 'Gadis kampungan ini ternyata tidak takut dengan gertakanku barusan. Bahkan ia semakin berani dengan menatapku seperti ini.'
"Hari ini, gajimu akan dipootong karena pekerjaanmu yang sangat merugikan perusahaan. Kembalilah!" ucap Alarick.
"Baik Mr." jawab Rychelle yang kemudian berbalik ke ruang kerjanya.
Kali ini Rychelle sama sekali tidak terlihat mengumpat atasannya karena ia mula sadar CCTV ada dimana-mana.
...🏦🏦🏦...
Pekerjaan Rychelle hari ini tidak begitu melelahkan seperti kemarin. Setelah Alarick meninggalkan ruangannya, Rychelle segera menjalankankan misinya. Kali ini ia harus berhasil masuk ke dalam ruangan yang ditemuinya tadi pagi. terlebih ia sudah berhasil meretas CCTV yang mengarah ke ruangan tersebut.
Rychelle memang pulang setelah perusahaan mulai sepi. Ia segera menuju ke ruang tersebut dan kali ini keberuntungan berpihak kepadanya. Jika tadi pagi ruangan tersebut terkunci rapat, kini justru terlihat sedikit terbuka, dan Rychelle buru-buru masuk ke dalam ruangan tersebut.
Rychelle menghidupkan lampu senter dari ponselnya dan matanya terbelalak melihat isi dalam ruangan kosong tersebut. Tiba-tiba terdengar pintu di ruangan tersebut dikunci dari luar dan Rychelle yang masih ada di dalam ruang kosong itu hanya membuang nafasnya kasar.
Rychelle tidak begitu khawatir saat mengetahui dirinya terkunci di dalam ruang kosong tersebut karena ia melihat jendela yang tidak terlalu tinggi sebagai jalan keluarnya nanti.
Rychelle mengedarkan pandangannya menyapu ruang kosong tersebut. Tidak ada barang apapun di dalam. Hanya ruangan kosong yang kecil dengan luas 4 meter persegi dengan satu foto besar yang ditempel di dinding.
Yang membuat Rychelle terbelalak adalah saat ia melihat ada foto almarhum ayahnya saat masih muda dalam foto tersebut yang berdiri di tengah dan diapit oleh dua orang pria disamping kanan dan kirinya. "Kenapa ada foto ayah di sini?" gumam Rychelle mengamati foto tersebut.
Tepat di bawah foto tersebut tertulis nama dari ketiga pria yang ada di dalam foto.
"What?!" pekik Rychelle terkejut sambil menutup mulutnya. Rychelle mencoba mengingat nama belakang Alarick dan juga Molly.
"Jangan-jangan Alarick Berwyn adalah putra dari Ludolf Berwyn, sedangkan Molly Ran putri dari Liber Ran." gumam Rychelle. "Dan mereka berdua adalah putra putri dari sahabat ayah."
Rychelle mulai berfikir keras tentang petunjuk yang baru saja ia dapatkan. Selama ini ia memang tidak pernah bertemu dengan pria yang ada dalam foto bersama ayahnya. Dapat diambil kesimpulan sementara, bahwa enam tahun yang lalu ayahnya hilang saat menguak perjudian dan perdagangan terbesar yang dilakukan oleh kedua sahabatnya.
"It is a Complicated Mission." gumam Rychelle yang kemudian berbalik dan menuju jendela yang ada di ruangan tersebut dan berusaha untuk memanjatnya.
Tidak sulit bagi Rychelle untuk keluar dari ruangan tersebut. Saat ia berhasil sampai di mulut jendela dan siap untuk melompat. Tanpa sengaja ada sepasang mata yang menangkap aksinya kali ini.
Sepasang mata itu mengamati Rychelle yang siap melompat dari jendela. Satu... Dua... Tiga.. Rychelle terjatuh dengan sempurna di atas tanah dan langsung berdiri sambil menepuk roknya yang sedikit kotor. Setelah itu Rychelle langsung menuju ke parkiran motor dan pulang.
...🛵🛵🛵...
Sesampainya di rumah, Rychelle langsung membersihkan tubuhnya dan masuk ke kamar mendiang orang tuanya untuk mencari tahu tentang masa lalu ayahnya sebelum menjadi seorang polisi.
Rychelle mengecek satu per satu tumpukan album foto yang tersimpan di dalam lemari ayahnya. Sayangnya ia hanya menemukan foto keluarga saja, sejak dirinya dan kakaknya saat masih kecil. Bahkan foto pernikahan orang tuanya saja hanya yang tertempel di dinding tanpa ada album satu pun.
"Apa yang sedang kau cari di sini?" tanya Rychand yang baru saja pulang dari kantor.
Rychelle memperlihatkan album foto yang sedang dipegangnya. "Apa kakak pernah melihat album foto pernikahan ayah dan ibu?" tanya Rychelle.
Rychand menggelengkan kepalanya. "Bahkan kakak sama sekali tidak berani masuk ke dalam kamar ayah dan ibu saat mereka masih hidup." jawab Rychand sambil berjongkok di samping Rychelle.
"Ibu pernah mengatakan bahwa sangat tidak sopan jika seorang anak masuk ke kamar orang tuanya, apalagi tanpa izin atau mengetuk pintu." ucap Rychand sambil mengusap kepala Rychelle.
"Bagaimana misimu hari ini?" tanya Rychand kemudian.
Rychelle pun akhirnya menceritakan tentang keberhasilannya dalam meretas CCTV dan penemuan foto ayah mereka saat masih muda bersama dengan dua orang pria yang bisa dipastikan mereka berdua adalah sahabat dari Ryan One, ayah mereka.
Rychelle memperlihatkan gambar foto di dinding ruang kosong tersebut yang sempat ia ambil tadi kepada Rychand. Foto ayahnya saat muda memang terlihat mirip sekali dengan Rychand, sayangnya Rychand sendiri sama sekali tidak mengenal siapa pria yang ada dalam foto tersebut.
"Aku mengandalkanmu dek. Selidiki terus sampai misi kita berhasil." ucap Rychand dan Rychelle pun langsung menganggukkan kepalanya.
...⛅⛅⛅...
Keesokan harinya, Rychelle kembali datang lebih dulu dari Alarick dan langsung menuju ke ruang kerjanya. Ia langsung menyalakan komputer di meja kerjanya dan mempersiapkan laporan hasil meeting kemarin dan membuat bahan meeting untuk hari ini.
Brakkk! Alarick datang sambil menggebrak meja kerja Rychelle. "Ke ruanganku sekarang!" suara bariton Alarick pagi ini benar-benar hampir memecahkan gendang telinga Rychelle.
Alarick langsung masuk ke dalam ruangannya dan menutup pintunya kencang. Sedangkan Molly kini masih berdiri di dekat meja kerja Rychelle.
"Rachel, apa kau membuat kesalahan?" tanya Molly.
"Tugas saya kemarin tidak ada masalah Miss.." jawab Rychelle.
"Aku akan menemanimu menghadapi tunanganku. Tenang saja dan tidak perlu takut." ucap Molly mengantar Rychelle ke ruangan Alarick.
Alarick tampak berdiri di samping jendela ruangannya sambil berkacak pinggang. Dari jendela ruangannya, memang tampak pemandangan hiruk pikuk keramaian Kota Metropolitan.
"Katakan padaku, apa yang sudah kau lakukan di dalam ruang kosong di lantai bawah? Kamu mata-mata ya? Apa yang sedang kau cari di sini, hah!!!? " tanya Alarick yang mulai terdengar seperti mengintimidasi.
"Saya kemarin memang tidak sengaja terkunci di dalam ruangan kosong. Saya juga tidak tahu Mister, bagaimana ceritanya sampai saya bisa masuk ke dalam dan tidak bisa keluar. Untungnya saya bisa keluar melewati jendela." jelas Rychelle tanpa ada rasa takut sedikit pun.
"Bohong!!" gertak Alarick sambil mencengkeram bahu Rychelle. Kini kedua netra mereka saling bertemu. Alarick buru-buru mengalihkan pandangannya dan sedikit mendorong tubuh Rychelle hingga terdorong dan hampir mengenai Molly.
"Sayang," panggil Molly sambil memegang tangan Alarick. "Aku rasa Rachel berkata yang sebenarnya. Bukankah kau juga tahu jika setiap pegawai baru pasti terkunci di ruang itu?" ucap Molly membuat Rychelle sang terkejut.
Ia pikir hanya dia saja yang terkunci di dalam ruang kosong itu, ternyata pegawai baru yang lain pun juga mengalami hal yang sama dengan dirinya.
"Tapi aku sama sekali tidak percaya, Molly." sarkas Alarick. "Aku yakin dia pasti penasaran dengan ruang kosong itu. Sama dengan pegawai baru yang lain."
"Saya bahkan tidak tahu jika ada ruang kosong di sana. Mr." ucap Rychelle.
"Aku tidak peduli. Yang jelas kau sudah melanggar lagi peraturan dalam perusahaan ini." gertak Alarick tidak suka.
"Sekarang kau bisa pilih, mau potong gaji atau angkat kaki dari perusahaan ini?" tanya Alarick.
Sungguh, jika harus memilih, Rychelle lebih baik angkat kaki dari perusahaan ini dari pada terus menerus menghadapi orang gila semacam Alarick. Tapi lagi-lagi ia hanya memikirkan tentang kesuksesan misi yang sedang dibawanya.
Terlebih petunjuk yang ia dapat kemarin sore membuatnya semakin mantap untuk menjalankan misi yang sangat rumit ini.
"Saya memilih potong gaji karena saya memang sangat membutuhkan pekerjaan ini, Mr." jawab Rychelle mantap.
Mendengar pilihan Rychelle kali ini ini, justru membuat Alarick semakin merendahkan Rychelle.
"Cih, memang hanya wanita kampungan sepertimu lah yang memiliki mental baja. Sangat tidak tahu malu berpenampilan seperti ini dan masih enggan untuk meninggalkan perusahaanku." cibir Alarick.
"Keluar dan segera kerjakan tugasmu!" perintah Alarick dan Rychelle langsung undur diri dari hadapan Alarick.
Sedangkan Molly yang melihat tunangannya sangat tidak menyukai Rachel Ortisia, pegawai pilihannya langsung mendekati Alarick dan memeluk lengannya dengan sangat erat.
"Sayang, bukankah sikapmu tadi itu sangat keterlaluan?" tanya Molly. "Aku lihat hasil kerja Rachel lumayan bagus dan tepat waktu. Sesuai dengan apa yang kau butuhkan. Jika masalahnya hanya pada pakaian atau penampilan, aku bisa meminta untuk merubahnya. Sesuai dengan keinginanmu. Bagaimana?"
"Terserah," jawab Alarick dingin. Alarick melepaskan pelukan Molly dan duduk ke kursi kerjanya.
Sedangkan Molly yang sudah sangat faham sikap Alarick langsung keluar dari ruang kerjanya. "Ck, dia sama sekali tidak berubah. Meskipun sudah bertunangan denganku, tapi sikapnya selalu saja dingin mengalahkan es batu." gerutu Molly pelan sambil menutup pintu ruangan Alarick.
Rychelle yang mendengar Molly menggerutu pun pura pura tidak mendengarnya dan fokus pada pekerjaannya. 'Tunangannya aja ngeluh sama sikap Alarick. Apalagi orang lain yang gak kenal dia sama sekali.' gumam Rychelle dalam hati.
"Rachel, nanti siang temui Avega Ran, Manager Keuangan di ruangannya dan minta seragam padanya. Dan aku harap mulai besok kau bisa merubah penampilanmu." ucap Molly.
"Baik, Miss." Jawab Rychelle sambil menganggukkan kepalanya.
...🕚🕚🕚...
Jam istirahat pun tiba, Rychelle bergegas menuju ke ruangan Manager Keuangan untuk meminta seragam padanya. Ia pun mengetuk pintu ruangan Avega saat tiba di depannya.
"Masuk." teriak Avega dari dalam.
Perlahan Rychelle membuka pintu ruangan Avega dan masuk ke dalam. "Saya Rachel Ortisia, pegawai baru di sini yang diperintahkan Miss Molly untuk meminta seragam kepada anda." ucap Rychelle memperkenalkan diri.
Avega memperhatikan Rychelle dengan seksama dan mengulurkan tangannya ke arah Rychelle. "Kenalkan, aku Avega Ran. Selamat bergabung di perusahaan ini Rachel."
"Terima kasih, Mister." jawab Rychelle yang segera melepas uluran tangan Avega.
"Jangan terlalu formal denganku. Panggil saja Ega." ucap Avega yang kemudian mengambilkan seragam untuk Rychelle.
Setelah Rychelle menerima seragamnya, ia pun langsung undur diri dari ruangan Avega.
"Gadis yang menarik." gumam Avega. "Gayanya memang kampungan, tapi wajahnya sangat cantik natural meski tanpa polesan make up yang tebal." ucap Ega.
"Tapi tunggu, kenapa aku sangat tidak asing ya dengan wajah itu?" tanya Avega pada dirinya sendiri yang mulai mengingat ingat dimana ia bertemu dengan pegawai baru yang baru saja meminta seragam padanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!