NovelToon NovelToon

RAHASIA SUAMIKU

Malam Pertama

Dengan memakai gaun malam yang transparan rambut Terurai dengan rapi, tidak lupa memakai parfum pemberian ibu mertuaku ku tunggu mas Aska di ranjang mewah nan besar ini.

Sambil menunggu dengan pose yang menarik seperti yang telah ku baca di buku kamasutra.

Kini mas Aska sudah berada di kamar ini, seraya memperhatikan pose tidur ku di ranjang sembari menatap Nya, kemeja putih dengan model ngepas tanpa pakai Koas dalam yang dikenakan nya membentuk tubuh yang atletis dan wajah tampan nya membuat nya begitu sempurna.

Perlahan mas Aska mendekati ku, di raba nya wajahku dengan jari tangan nya, perlahan mas Aska duduk di pinggir ranjang, ku buka kancing kemeja putih nya, sementara tangan nya mas Aska yang besar itu masih mengelus rambut panjang ku yang Terurai.

Dua kancing kemeja kini sudah lepas, ku raba dada bidang itu, jantung ku berdebar tak menentu, ku buka lagi kancing selanjutnya hingga kini dada bidangnya terlihat jelas di depan wajah ku, ku raba dan kucium dada bidang itu.

Wangi tubuh mas Aska khas pria perkasa, dada bidang dan perut sixpack sungguh menggoda ku.

Ku cumbui perut sixpack itu dan perlahan menuju dadanya yang bidang ku lanjutkan kebagian leher dan terakhir wajah kami saling bertemu, ku tatap wajah teduh nan tampan mas Aska, dan gairah pun bersemangat.

plak........

Tamparan tangan besar itu mendarat di pipi ku dan tangan yang mengelus rambut kini menjadi kasar, tangan besar itu menjambak rambutku yang Terurai.

" apa yang kamu lakukan mas Aska?"

" eh wanita murahan dengan pose seperti ini kamu kira saya tergoda dengan mu?"

"mas....

ini Aqila mas ...... istri mu mas...!"

Tapi tatapan mas Aska semakin melotot dan kini tangan nya menampar pipi ku lagi, dan tangan nya kini menjambak rambut ku semakin kuat.

"dengar ya perempuan, saya tidak tertarik dengan jenis mu?"

"maksud mu apa mas Aska? mas sakit, lepas rambut ku mas?"

Akhirnya rambut ku di lepaskan nya dengan kasar sambil mendorong ku ke arah ranjang, rambutku menjadi berantakan ku tatap wajah mas Aska masih terlihat marah dan tatapan nya terlihat jijik melihat ku.

"Kamu pura-pura ngak tau atau memang bodoh?"

"Sungguh mas......

Aqila ngak ngak ngerti!"

"Saya gay dan perkawinan ini hanya lah topeng ku."

"mas Aska.......

jadi mas Aska menipu ku?"

"siapa yang menipu mu, orang tua telah menerima uang 13 milyar sebagai mahar, dan orang tua mu juga memperoleh rumah mewah Asal kamu mau jadi istri ku."

"Mas.... saya mintak cerai, saya ngak Sudi punya suami yang menjijikkan seperti mu."

Amarah ku memuncak, darah ku mendidih mendengar pengakuan nya, dan mas Aska menarik ku dengan paksa dari ranjang.

" Wanita murahan..... ngak segampang itu cerai dengan ku, orang tua mu telah menandatangani perjanjian dengan ku."

" persetan dengan perjanjian itu, dan asal kamu tau mas, saya bukan wanita murahan seperti yang mas ucapkan, saya disini berpakaian seperti ini, karna kamu mas sudah sah jadi suami ku."

" saya tidak perduli sekarang kamu keluar dari kamar ini, kamar mu di sebelah."

Tangan besar mas Aska yang besar menarik tangan ku dengan kasar dan mendorong ku keluar kamar.

Pintu kamar di tutup dengan cara di banting, sementara saya masih terduduk di depan pintu kamar ini.

Masih tidak percaya dengan apa yang di ucapkan oleh mas Aska, pintu kamar terbuka lagi dan mas Aska melempar kan kertas yang sudah ter jilid rapi.

Dengan sempoyongan ku pungut kertas ber jilid itu, dan ku langkahkan kaki ku ini ke kamar sebelahnya.

Duduk di pinggir ranjang ku buka kertas itu, ternyata adalah perjanjian antara keluarga ku dengan mas Aksa dan juga keluarga nya.

Orang tua ku telah menerima mahar 13 milyar dan satu unit rumah mewah, mobil sport keluaran terbaru dan uang bulanan sebesar 30 juta Rupiah setiap bulan akan di transfer ke rekening mama.

Saya sebagai istri mas Aska di jamin akan hidup berkelimpahan harta, percobaan dua tahun untuk mengubah mas Aska sebagai mana lelaki pada umum nya, dan jika tidak ada perubahan maka bayi tabung akan menjadi pilihan terakhir demi meneruskan keturunan crazy rich ini.

Kaki dan tangan ku gemetaran membaca surat perjanjian ini, dada ku sesak, air mata ku mengalir dan lidah ku ini rasanya kelu.

Dari kamar ini ku dengar suara langkah kaki di tangga, ku coba berdiri dan melangkah ke arah pintu, ku lihat laki-laki muda naik menuju kamar mas Aska, laki-laki yang tampan dan bertubuh layak nya seorang laki-laki.

Mas Aska, merangkul nya masuk ke dalam kamar nya, ku tatap kedua laki-laki itu. dengan tatapan sinis dan mas Aska langsung menutup pintu kamarnya.

Dengan perasaan yang campur aduk dan tidak menentu, ku tutup pintu kamar ini, tak berselang lama suara ******* dan jeritan yang samar-samar ku dengar dari kamar mas Aska, ku tutup kedua kupingku.

Kuping masih ku tutup, ku tumpahkan semua air mata ini, perasaan yang tidak bisa ku definisikan membuat ku tidak karuan, suara yang menjijikkan itu masih terdengar.

Malam pertama ini seharusnya Antara aku dengan mas Aska, tapi suamiku malah beradu kasih dengan laki-laki lain.

Malam kehancuran membuat frustasi, berada diantara kebimbangan yang membuat hatiku ini menjerit.

Kepada siapa ku adukan akan nasibku, orang tua ku sudah menjual ku demi harta. malam pertama yang seharusnya menjadi malam bahagia ternyata menjadi bumerang bagi ku.

Masih Terlarut dalam suasana pedih ku, pernikahan yang ku harapkan membawa kebahagiaan tapi ini yang ku dapatkan adalah kepedihan, suamiku beradu kasih dengan laki-laki lain tepat di malam pertama kami, sakit Teramat sakit.

Pikirkan melayang hatiku tidak karuan, sekitar ku lihat seolah bergerak dan goyang pandangan mata ku kabur dan lama-kelamaan menjadi gelap.

*

Tubuh ini rasanya lemas dan kepala ku berat, ku buka perlahan-lahan kedua mataku, dengan samar-samar ku lihat Mbak Lisa duduk di pinggir ranjang.

"Nyonya......nyonya.... nyonya"

Mbak Lisa menatap ku dengan rasa kekwatiran, dan ku coba untuk bangkit, mbak Lisa membantu untuk menyandarkan tubuh ku di ranjang.

"nyonya....

minum susu hangat dulu ya"

"air minum aja mbak"

Mbak Lisa Menganti susu dengan air minum biasa, sulit rasanya menelan air minum ini, pipiku terasa hangat karena air mata, dan mbak Lisa menyeka air mata ku.

Tidak bisa ku ungkapkan dengan kata-kata, dan air mata ini sebagai pengantar rasa ku, mbak Lisa terlihat menahan tangis nya karena melihat ku sedemikian rupa.

"nyonya......

tadi pagi pakaian nyonya sudah ku ganti, dan mbak bersyukur demam nyonya sudah turun.

nyonya makan ya, dikit aja biar bisa minum obat."

Kini pakaian sudah berganti ku lihat Mbak Lisa membujukku untuk makan sembari menyodorkan suapan makanan itu.

" mbak Lisa tolong tinggalkan Aku sendiri."

"tapi nyonya"

"mbak tinggalkan saya sendiri."

"nyonya ini Makanannya di makan ya, dan obat sudah ku siapkan juga."

Mbak Lisa meninggal kan ku dikamar ini, dalam keadaan termenung dengan air mata yang tiada berhenti mengalir. Sulit untuk mengungkapkan nya tapi sesak di dada.

Kulangkah kaki ini menuju kamar mandi, ku isi bathtub itu dengan air sampai penuh, dengan masih berpakaian ku rendam tubuh ku yang penuh dengan pikiran.

Terpuruk

Pemilik suara itu ku kenal dan suaranya semakin terdengar jelas, ternyata Mama dan Papa sudah duduk di tepi ranjang.

Wajah mbak Lisa penuh dengan kekwatiran, sementara mama dan papa serta Bahran adik ku terlihat kesal dengan mimik wajah menjengkelkan.

"Kak Aqila ngapain sih mau bunuh diri? mau nyusahin kita ya?"

Ku tatap wajah dan mulut Bahran yang bicara seenak jidatnya, ingin rasanya mencakar mulut itu, tapi masih ku tahan tanpa menjawab ocehan sampah itu.

"Aqila kamu gimana sih pake acara bunuh diri segala?"

"mas Bahran......... Bu........

udah dong kasihan nyonya masih belum stabil."

Mama hanya terdiam sambil ngedumel ketika mbak Lisa menasehati nya.

"eh babu ....... ngak usah ikut campur ya."

Dengan lantangnya dan angkuhnya Bahran mengatai babu ke mbak Lisa, dan masih ku tahan emosi ini.

"eh babu sana pergi ke dapur, ini bukan tempat mu."

Dengan sisa tenaga ku tampar pipih nya Bahran.

Ku usir Bahran dari kamar ini karna sudah muak melihatnya, dengan rasa kesal nya Bahran keluar sambil membanting pintu.

"mbak Lisa tolong keluar ya, saya mau bicara dengan Papa dan mamak."

"iya Nyonya, kalau perlu sesuatu tekan aja bel disudut meja itu, mbak pasti Datang."

Mbak Lisa pun keluar hanya mama, papa dan aku sekarang di kamar ini, ku tatap wajah kedua orang tua ku ini dengan penuh rasa amarah.

"Pa... ma....

jelaskan sama Aqila maksud dari semua ini."

"Aqila......

Mama melakukan ini semua demi kebaikan kamu sayang?"

"klasik....

mama kira ini di sinetron?"

"Aqila....

dengar baik-baik sayang, Mama melakukan semua itu demi kamu, sayang..... Aska suami mu itu tajir melintir, kamu tidak perlu kerja, semua yang kamu mau bisa kamu dapatkan dengan mudah."

"tapi ma..... mas Aska itu gay."

"iya.... mama tau, masalahnya dimana Aqila....

kamu tak perlu melayani nya di ranjang, kalau mau anak ya bayi tabung aja, kan gampang."

"ma.......

Aqila bukan boneka mainan mama dan papa, pokoknya Aqila mau mintak cerai."

"Aqila sayang.....

pikirkan dulu sebelum ngomong."

"tekad ku dah bulat untuk bercerai dengan mas Aska, Aqila tidak mau hidup dalam pernikahan palsu."

"Aqila..... jika kalian bercerai kita akan masuk penjara Aqila......

bagiamana mama sama papa mengembalikan semua yang di berikan nak Aska, kita tidak akan bisa mengembalikan uang sebesar itu Aqila."

"Aqila tidak perduli, emangnya uang 13 milyar dan rumah mewah itu kemana?"

"pa.... jelasin dong sama Aqila jangan diam aja."

Terlihat mama sudah mulai cemas, kini masalah dilemparkan ke papa, ku lihat wajah papa yang penuh dengan kecemasan karna kata cerai yang ku ungkapkan.

"Aqila dengarin papa ya sayang, papa dan mama sangat sayang sama Aqila....

Aqila juga sayang kan sama Papa dan Mama?"

Pertanyaan papa ku jawab dengan tatapan amarahku, makin terlihat papa semakin gugup.

"Aqila..... mahar kamu dah habis bayar utang dan beli mobil sport Bahran, kalau rumah nya ya tempat tinggal kita sayang."

"mahar 13 milyar habis begitu saja, seberapa banyak utang papa dan Mama?"

"dengan mahar mu itu cukup bayar utang dan beli sport nya Bahran"

Ya Tuhan.......

Dadaku semakin sesak, ku tarik napas ini dengan berat nya ku hembuskan pelan dan pelan.

"Aqila.... jangan cerai ya, ni lihat ni uang bulanan mama sudah di transfer nak Aska ke rekening mama"

Dengan tersenyum bahagia mama menunjukkan notifikasi transfer nya kepadaku.

"haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

keluar kalian dari sini.........................................."

Ku lempar semua benda yang bisa ku raih, dan berteriak menyuruh mereka semua keluar dari kamar ini.

Dan akhirnya papa dan mama keluar dari kamar sambil membanting pintu kamar. tak terbendung lagi air mata ini mengalir dengan derasnya.

Tok..... tok..... tok......

"Aqila..... mama mohon jangan cerai ya sama nak Aska, nanti mama ngak dapat uang lagi dari suami mu."

Ku lemparkan Lampu hias di yang berada di meja rias itu, darah ku semakin mendidih mendengar permintaan mama untuk tidak bercerai dengan mas Aska.

Posisi terduduk di lantai kamar ini dengan pikiran yang kacau dan rambut yang berantakan, ku dengar langkah kaki itu berlalu.

Dengan pikiran yang tak menentu air mata ku masih mengalir di pipiku, dari sekian masalah yang ku hadapi ini adalah masalah yang terberat yang pernah ku alami.

Kucoba menenangkan hati ini untuk berpikir jernih, semakin ku coba semakin hati ku terpuruk dalam situasi ini.

Mbak Lisa datang menemui ku dengan mata berkaca-kaca, mbak Lisa memeluk dengan kehangatan nya, kemudian menuntun ku untuk bangkit berdiri, dengan pelan direbahkan nya tubuh yang lemah ini ke ranjang.

Setelah terasa agak tenang mbak Lisa turun kebawah, tak berapa lama mbak Lisa membawa nampan berisi air minum dan makanan.

Dengan pelan dan lembut mbak Lisa menyuapi ku makan, mata yang berkaca-kaca tadi kini mengalir air matanya, dan tanpa berkata, sesendok demi sesendok, di suapi nya dengan sabar sambil menangis, suapan terakhir ku tolak kemudian mbak Lisa memberi ku minum.

"Nyonya.....

minum obat dulu ya, kata dokter ini obatnya mengandung obat penenang, nyonya butuh istirahat."

Ku minum obat yang di berikan mbak Lisa, memang benar saat ini saya butuh penenang, setelah minum obat, mbak Lisa membereskan barang-barang yang berantakan karna ku lempar.

Mata ini terasa berat, ku coba untuk menahannya tapi semakin ku tahan semakin berat, mbak Lisa yang menyapu lantai terlihat semakin kabur dan akhirnya mata ini tak bisa ku tahan lagi.

**

Mimpi yang indah bersama mas Aska membuat ku bahagia, di taman yang Asri ini mas Aska memeluk ku dengan kehangatan dan kemesraan.

Tapi suara tawa yang mirip suara pria yang sok manja sangat menggangu, suara tawa itu semakin kuat dan mengganggu.

Ternyata hanya mimpi tapi suara tawa ala pria manja itu terdengar nyata, dengan berat kulangkah kan kaki ini keluar, ku lihat mas Aska bersama laki-laki yang berbeda, kali ini agak centil dan manja melihatnya saja sangat menjijikkan.

"Mas.......

jadi ini wanita yang mas nikahi?

kyak orang gila ya, pantasan aja mas ngak nafsu liat nya."

"eh mahluk neraka maksud mu apa?"

Emosi rasanya melihat laki-laki pecicilan ini, sikap manja nya membuat ku jijik.

"eh wanita murahan dan matre sadar diri dong, liat penampilan mu kyak orang sinting."

Darahku rasanya mendidih melihat tingkah dan ucapan nya, ku jambak rambutnya dan ku tendang perutnya.

Dengan keahlian taekwondo sabuk hijau ku hajar laki-laki centil yang menjijikkan itu sampai babak belur. mas Aska yang mencoba melerai kami akhirnya mendapatkan tendangan ku.

Kini kedua laki-laki itu tergeletak di lantai dengan meringis kesakitan, seketika hati ku puas karena amarah yang ku tahan bisa ku lampiaskan.

"aduh mas......

preman pasar sinting kok di nikahin........"

Mendengar ocehan nya membuat ku geram, ku tendang lagi perut nya dan membuat nya berteriak kesakitan, karena mendengar keributan, mbak Lisa datang memeluk dan menenangkan ku.

Mbak Lisa menuntun ku masuk dalam kamar, dan lagi-lagi mbak Lisa menangis tanpa bicara sambil memeluk ku.

Setelah agak tenang mbak Lisa memandangi ku dengan mata nya yang berkaca-kaca.

"Mbak Lisa....

tolong tinggalkan aku sendirian ya."

Mbak Lisa hanya mangguk-mangguk sambil meninggalkan ku di kamar, hati ini rasanya lega, karna berhasil menghajar ke dua laki-laki aneh nan menjijikkan itu.

Hanya hitungan menit suara rintihan dan ******* dari kamar nya mas Aska terdengar dan itu sangat menjijikkan, laki-laki dengan laki-laki berpadu kasih, dasar laki-laki penghuni neraka jahanam.

Hanya itu yang keluar dari mulut ini, ku ambil headphone yang terletak diatas meja, tanpa musik ku pakai ke telinga ku, tujuan nya adalah supaya tidak mendengar jeritan laki-laki penghuni neraka jahanam itu.

Konsultasi

Tidak ada gunanya berlarut dalam kesedihan yang akan membuat ku terpuruk dan frustasi, jika ku biarkan terus berlarut, cita-cita ku sebagai dokter mungkin tidak akan terwujud.

Sebagai calon dokter, masa Koas dengan stase radiologi tahap terakhir bagi masa Koas sebelum tahap Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD) yang diselenggarakan oleh IDI (ikatan Dokter Indonesia), untuk memperoleh gelar dokter muda.

Cita-cita ku menjadi dokter tidak akan gagal karna masalah pernikahan ini, cita-cita dan keinginan ku menjadi dokter spesialis anak harus tercapai.

Setidak nya itu adalah penguat ku saat ini, memohon cuti karna menikah membuat Koas tahap stase radiologi berhenti sejenak, ku coba untuk bangkit kembali untuk meraih cita-cita ku.

Masa cuti ku karena Pernikahan, masih ada tiga hari lagi dan akan ku gunakan dengan sebaik mungkin.

Setelah rapi dan wangi seperti sedia kala saat menjalani masa Koas di rumah sakit pemerintah, ku siapkan langkah ku untuk bangkit lagi.

Kuambil Surat Perjanjian itu dan akan ku datangi notaris yang mengeluarkan perjanjian ini.

Perjalanan 30 menit menggunakan mobil mewah dari mas Aska lengkap dengan supir nya menuju kantor notaris pembuatan perjanjian itu.

Kini saya sudah berada di ruang tunggu kantor notaris, setelah tamu notaris keluar ruangan, saya dipersilahkan masuk menghadap notaris oleh pegawai.

"Selamat pagi Bu Notaris..."

"selamat pagi juga Bu."

"Ibu mama nya Karina ya?"

"iya..... kamu namanya Aqila kan?"

"benar Bu."

"maaf ya Aqila ibu ngak bisa hadir saat resepsi pernikahan mu."

"ngak apa-apa Bu, Karina dah ngomong kok alasan ibu tidak bisa hadir."

"Aqila .....

kedatangan mu kemari pasti ingin bertanya tentang perjanjian yang kamu pegang itu kan?"

"ya benar bu, Bu...... kenapa ibu membuat perjanjian ini?"

Dengan menghela napas berat Bu Rina notaris sekaligus mama nya sahabat ku yaitu Karina memandang ku dengan raut wajah teduh.

"Aqila.....

ibu adalah notaris rekanan perusahaan Aska, segala sesuatu berkenaan akan keperluan notaris Aska selalu menemui ibu.

ketahuilah Aqila notaris hanya mencatat perjanjian atau apapun itu atas persetujuan oleh pihak-pihak yang menghadap. dan kemudian mendaftar kan nya ke kementerian.

isi dari perjanjian yang di tuangkan oleh para pihak adalah tanjung jawab nya penuh.

jika pun di kemudian hari bermasalah notaris hanya sebagai saksi atas persetujuan dari dewan kehormatan ikatan notaris.

Aqila paham kan maksud ibu?"

"paham Bu.

Bu...... apakah perjanjian ini bisa dibatalkan?

"Bisa Aqila, tapi harus dibatalkan oleh pihak-pihak yang yang tertera di perjanjian itu."

Aqila....

ibu tau isi perjanjian itu merugikan mu secara sepihak."

"Bu.... apa yang harus kulakukan?"

"Menurut hukum perdata dan pidana, kamu sudah dikategorikan dewasa tanpa perlu persetujuan oleh wali, jika kamu merasa dirugikan oleh perjanjian itu, Aqila bisa menggugat nya di pengadilan."

"Bu.....

jika seandainya saya menggugat perjanjian ini, apa dampaknya Bu?"

"Ibu kira tidak perlu dijelaskan Aqila, semua sudah tercantum di perjanjian itu."

Aqila ini kartu nama rekan ibu, pengacara hebat yang mungkin bisa membantu mu."

"Terimakasih kasih Bu, Aqila pamit ya Bu."

Ku tinggalkan Kantor notaris itu dan menuju parkiran dengan sikap pak Dahlan supir pribadi untuk ku membuka kan pintu mobil Untuk ku.

Pikirkan ku melayang tidak jelas arah, kebimbangan yang ku alami membuat tidak bisa berpikir jernih.

"Nyonya tujuan kita kemana lagi Nyonya?"

nyonya....

"maaf pak Dahlan tadi saya ngak dengar."

"nyonya mau ku antar kemana?"

"ke taman terdekat aja pak yang ada cafe nya."

"siap nyonya."

Sebenarnya panggilan nyonya agak mengganjal di telinga ku, tapi hati ku yang kalut ini membuat ku tidak bisa berpikir jernih.

Taman kota terdekat adalah tujuan, setelah parkir, ku langkahkan kaki ku ini ke cafe yang ada pojok taman. ku pesan minuman dan makanan untuk pak Dahlan dan untuk ku, akan tetapi pak Dahlan memilih tempat duduk yang terpisah dari ku.

Pikirkan masih kalut dan buntu akan penjelasan Bu Rina notaris pembuat perjanjian itu. semakin ku berpikir semakin runyam ku rasakan.

Setelah ber jam-jam duduk di cafe ini tetapi pikiran ku masih saja buntu, ku putuskan untuk pulang ke rumah. setelah membayar makanan dan minuman yang ku pesan, saya dan pak Dahlan naik ke mobil untuk menuju ke arah rumah.

**

Sesampai di rumah ku rendam tubuh ini di bathtub, ku tutup mata ini menggunakan potongan timun.

Ku buka mataku karena mendengar suara mbak Lisa yang sudah berdiri dekat bathtub sambil memanggil ku dengan sebutan nyonya.

"mbak Lisa, kenapa?"

"maaf nyonya saya sudah lancang masuk, setelah nyonya tiba di rumah mbak lihat, nyonya masih murung, sudah satu jam lebih mbak menunggu nyonya di ruang makan.

Karena kwatir makanya mbak beranikan diri masuk dan kebetulan juga pintu kamar nyonya tidak di kunci."

"Saya ngak apa kok Mbak, oh ya sekarang dah jam berapa mbak?"

"Sudah jam 7 malam nyonya.

nyonya keluar ya dari bathtub itu, mbak kwatir..

"iya mbak Lisa, ini saya keluar sekarang."

Mbak Lisa langsung mengambil handuk yang tergantung, masih jelas terlihat akan kekwatiran setelah apa yang telah di lihat nya malam kemarin.

Mbak Lisa terus mengikuti keluar dari bathtub sampai mengiringiku ke kamar.

"Nyonya makanan sudah mbak sediakan ya di meja makan."

"iya mbak, habis berpakaian saya akan turun."

"janji ya nyonya, mbak tunggu di ruang makan."

Hanya tersenyum yang bisa ku lakukan untuk meyakinkan mbak Lisa, setelah berpakaian kulangkah kaki ku menuruni anak tangga satu per persatu, setelah sampai di meja makan kulihat senyum sumringah dari mbak Lisa.

mbak Lisa langsung menyajikan makan dan minuman untuk ku, selama makan mbak Lisa memperhatikan ku sambil tersenyum.

Selesai makan malam ku tunggu mas Aska di ruang tamu, baru dua teguk teh yang disajikan mbak Lisa ku minum, ku dengar suara mobil mas Aska.

Langkah kakinya semakin mendekat, setelah tiba di ruang tamu ku pandangi wajah tampan pria yang baru tiga hari menjadi suami ku itu. kali ini tidak ada pria lain bersama nya, ku salin tangan kanannya walaupun mas Aska sedikit menolak nya.

"Mas Aska, kita perlu bicara."

"tidak ada yang perlu di bicarakan semua sudah jelas di perjanjian itu."

Mas Aska hanya berkata demikian sambil melangkah kaki nya menuju kamar yang berada di lantai dua.

"mas Aska duduk sebelum ku retak kan tulang rusuk mu itu."

Perlahan mas Aska melangkah ke arah ku, mungkin kejadian saat bersama pria lentiknya yang pernah ku hajar membuat nya menuruti permintaan ku untuk duduk, setelah duduk ku tatap lagi wajah tampan nya, saya masih ngak percaya kalau mas Aska penyuka sesama jenis.

"Mas.... setelah berpikir dengan tenang akhirnya ku putuskan untuk menerima perjanjian itu."

Ku lihat mas Aska melirik ku dengan sinis dan tersenyum terpaksa akan tetapi tidak menghilangkan ketampanan nya.

"Kenapa?

kamu takut orang tua masuk penjara dan hidup mu akan melarat?"

"ngak mas ......

Aqila ....... istrimu ini adalah lulusan terbaik dari kedokteran dan sebentar lagi istrimu ini akan jadi dokter jadi masalah biaya hidup tidak akan jadi masalah buat ku, tanpa uang mu mas, saya bisa Hidup."

"trus apa lagi?"

Wajah mas Aska masih terlihat sinis dengan senyuman menghina sambil menaikkan alisnya yang tebal.

"Mas Aska....

sebelum kita menikah, mas dua kali datang ke rumah kami, kedatangan mas yang pertama sudah membuat jatuh hati kepada mas Aska. dan saat mas Aska menjemput ku dari rumah sakit membuat hati ku berbunga-bunga, dan ketika mas Aska dan keluarga datang ke rumah melamar ku, membuat ku sangat bahagia mas.

dan sungguh saya tidak tau tentang perjanjian itu mas.

Senyuman sinis dari mas Aska masih bersemayam di bibir nya yang seksi itu dan sesekali alisnya diangkat lagi.

"Mas Aska...

selama ini saya belum pernah pacaran karena sibuk belajar dan belajar demi cita-cita ku menjadi dokter, bertemu dengan mu mas membuat hidup ku menjadi berwarna.

jujur dari hatiku yang paling dalam dan tidak bisa ku pungkiri bahwa saya menyukai dan mencintai mu mas Aska.

Aqila akan mencoba menerima takdir dan berusaha tetap mencintai mu mas, sebagai mana saat pertama kali Aqila bertemu dengan mas Aska."

Kali ini wajah mas Aska terlihat serius mendengar semua ucapan ku, sembari tetap melihat ke arah ku.

"mas Aska....

saya akan berusaha menjadi istri mu yang baik, percaya lah Aqila tidak akan mengumbar aib mu mas, jika mas Aska ingin menyentuh ku akan ku layani dengan ikhlas sebagai mana istri yang membutuhkan nafkah batin mas.

tapi sebelum nya mas saya tidak melayani mas Aska jika mas meminta penetrasi dari lubang anus, sebagai mana yang biasanya mas lakukan dengan para pria mu.

jika memang nanti kelak penyakit yang tertular dari mas Aska karna telah berhubungan dengan pria lain, saya ikhlas menerima semuanya."

Mas Aska masih melihat dengan tatapan serius, mengingat mas Aska bersama pria lain kemarin, perih rasanya hati ku ini, dan tak terasa air mata ku ini menetes membasahi pipi ku.

"sampai kapan kamu akan melakukan ini Aqila?"

"tergantung mas Aska, jika Aqila sudah menyerah mohon lepaskan aku mas, tapi sampai saat ini saya masih mencintai mu mas.

"Aqila......

walaupun kamu menyerah dan saya tak mau melepas mu, apa yang akan kamu lakukan?"

"mas Aska.....

semut jika merasa sakit akan melawan mas, demikian juga dengan ku mas."

"Aqila....

jangan berharap terlalu banyak, air dan minyak tidak akan pernah menyatu."

"iya mas .....

saya paham akan hal itu, tapi perlu mas Aska tau minyak dan air bisa bersatu jika menggunakan cairan sabun."

"terserah kamu saja."

Mas Aska meninggalkan ku di ruang tamu ini, dalam kesendirian ku. ini lah akhir dari solusi yang bisa ku putuskan, apakah aku bisa bertahan dengan pernikahan ini?

mencintai sepihak terasa menyakitkan, walaupun menyakitkan akan ku coba sampai mana cintaku bisa bertahan ke padamu mas Aska.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!