NovelToon NovelToon

Destroy

Bebas

Pintu gerbang rumah tahanan wanita di buka oleh seorang Penjaga, beberapa saat kemudian, berjalan seorang gadis cantik berusia 25 tahun keluar dari dalam rumah tahanan, pintu gerbang di tutup kembali oleh Penjaga.

Gadis cantik yang tinggi semampai dengan rambut tergerai sebahu menengadahkan kepalanya ke langit, Dia bibirnya tersungging, Dia tersenyum bahagia menatap langit. Lalu, Dia menghirup udara dengan nikmatnya, udara kebebasan tentunya, setelah selama 10 tahun Dia terkurung dalam Penjara wanita tersebut.

" Astriiid !!"

Terdengar suara seorang Pria memanggil, Gadis cantik itu terkejut, dan segera melihat ke arah suara yang memanggil itu. Dia melihat seorang Pria berusia 35 tahun berdiri di depan mobil.

Gadis cantik yang bernama Astrid itu melihatnya, Dia heran pada Pria yang tampak tersenyum senang melihatnya. Astrid segera berjalan mendekati Pria tersebut.

"Mau apa kamu ke sini ?" Tanya Astrid ketus.

"Hai, Aku sengaja datang menjemputmu, Aku tau, kamu bebas hari ini." Ujar sang Pria tersenyum menatap wajah Astrid.

Astrid diam berdiri di hadapannya, Dia menatap lekat wajah Pria itu, terlihat raut wajah Astrid sebal, Dia benci melihat Pria itu tersenyum padanya. Merasa sok akrab dengan dirinya.

"Aku bisa pulang sendiri." Ujar Astrid.

Dia berjalan pergi meninggalkan sang Pria. Pria itu cepat berlari mengejarnya, lalu menahan langkah Astrid.

"Tunggu dulu ! Ayolah, ikut bersamaku. Aku udah janji pada Bapakmu, kalo Aku akan menjemputmu jika kamu sudah di bebaskan dari penjara." ujar Pria itu.

"Kamu ingat namaku kan? Aku Alex, kita pernah bertemu 8 tahun lalu, saat Aku mengunjungimu di penjara." ujar Pria yang bernama Alex itu.

Astrid diam tak menjawab, Dia hanya berdiri dan menatap tajam wajah Alex yang terlihat bersungguh sungguh mengatakan hal itu.

"Ada beberapa barang peninggalan Bapakmu yang harus Aku serahkan juga padamu, itu semua amanah Bapakmu dulu padaku." Jelas Alex.

Astrid langsung menatap tajam wajah Alex yang berdiri di hadapannya itu, Dia mengamati Alex dari ujung kaki hingga ujung kepalanya.

Astrid berfikir, sedekat apa Pria ini dengan Bapaknya, sehingga Bapaknya mempercayakan Dia untuk menyerahkan barang barang miliknya.

"Dimana barang itu?" tanya Asrtrid, menatap tajam wajah Alex.

"Ada di bagasi mobilku. Ayolah. Kita ambil." Jelas Alex.

Tanpa menjawab Astrid langsung berjalan meninggalkan Alex, Dia segera mendekati mobil Alex dan berdiri di belakang mobil. Alex berlari lari mendekat, lalu segera membuka pintu bagasi mobil, dan mengambil kotak besar dari dalam bagasinya.

"Ini, Di dalam ini semua barang milik Bapakmu." ujar Alex.

Astrid menerima kotak dari tangan Alex, Dia menatap kotak yang kini ada dtiangannya, wajahnya menyiratkan keheranan, Dia tak tahu, apa saja isi yang ada di dalam kotak tersebut.

"Masuklah ke dalam mobil, Aku akan mengantarmu." Ujar Alex.

"Antar kemana? Aku gak punya rumah, dan belum ada tujuan, mau kemana Aku dari sini." Ujar Astrid.

"Tenang saja. Kamu akan Aku antar kerumahmu dulu." Ujar Alex, tersenyum.

"Maksudmu?" tanya Astrid heran.

"Rumah lama kamu itu di lelang, pemilik sebelumnya menjual rumah itu, karena pindah ke Amerika, Aku langsung membelinya. Itu ku siapkan untukmu." Ujar Alex.

Astrid tercengang dan kaget mendengar penjelasan Alex, Dia seakan tak percaya dengan semua perkataan Alex itu.

"Gila apa ini orang ya? Begitu mudahnya membeli rumah dan menyerahkannya padaku, Apa Dia benar benar mengenalku?" Bisik Bathin Astrid.

"Percayalah padaku, Aku berbuat ini karena Bapakmu." Jelas Alex.

"Huufft... lagi lagi Dia mengatakan untuk Bapakku, apa sih hubungannya dengan bapakku?" Gumam bathin Astrid.

Astrid menatap tajam wajah Alex, Dia ingin menyelami isi hati Alex dan mencari tahu, apakah Alex sosok Pria jujur dan bisa Dia percaya nantinya.

"Kamu jangan ragu padaku, Aku akan membantumu, apa saja yang kamu pinta, Aku akan memenuhinya." Jelas Alex, dengan wajah seriusnya.

Astrid diam, Dia menatap tajam wajah Alex, memastikan kebenaran dari perkataan Alex, Dia melihat, raut wajah Alex menyiratkan kejujuran, tak ada ke pura puraan dan kebohongan pada diri Alex. Astrid akhirnya luluh, dan mau menurut pada Alex.

"Baiklah. Aku ikut denganmu." Ujar Astrid.

"Nah, gitu dong. Ayo kita pergi sekarang. Biar gak ke sorean sampe di rumahmu itu." Ujar Alex, dengan wajah senangnya.

Astrid hanya mengangguk, mengiyakan perkataan Alex. Dia lalu berjalan ke depan mobil sambil menenteng kotak besar yang ada ditangannya.

Alex membukakan pintu depan mobil, Astrid lalu masuk ke dalam mobil, Dia duduk di jok depan, kotak ada dalam pangkuan kedua pahanya.

Alex juga masuk ke dalam mobil, dan segera menyalakan mesin mobilnya. Lalu, beberapa saat kemudian, Alex menjalankan mobilnya. Mereka pergi meninggalkan area rumah tahanan khusus wanita tersebut.

---

Mobil Alex berhenti di pekarangan halaman sebuah rumah besar dan luas, rumah itu terlihat megah dan mewah, berlantai dua.

Astrid segera keluar dari dalam mobilnya, Sambil memegang kotak besar ditangannya, Dia berdiri dihalaman rumah, dan memandangi seluruh area rumahnya itu.

Alex keluar dari dalam mobilnya setelah mesin mobil dimatikan, Dia berjalan mendekati dan berdiri di samping Astrid.

"Selamat datang kembali kerumah masa kecilmu." Ujar Alex, tersenyum senang.

"Benar, rumah ini sudah sah menjadi milikku lagi?" tanya Astrid pada Alex.

"Ya, rumah ini milikmu, setelah Aku membelinya, Aku membuat surat surat kepemilikan rumah ini atas namamu. Semuanya sudah beres Aku urus." Ujar Alex , menjelaskan pada Astrid.

"Bagaimana kamu mendapatkan tanda tanganku?" tanya Astrid heran.

"Gampang itu, Aku ahli komputer, apa saja bisa Aku lakukan dengan komputerku, termasuk membuat tanda tanganmu seperti aslinya." Jelas Alex.

"Kamu hacker?" tanya Astrid, menatap tajam wajah Alex.

"Bisa di bilang begitu, tapi, kecerdasanku di atas rata rata, Aku sangat sangat menguasai komputer. Apa saja bisa Aku buat dari komputer, Aku juga sudah membuat beberapa macam aplikasi sendiri." Jelas Alex.

"Oh ya?" Astrid kaget.

"Ya. Nanti kamu juga akan tau siapa Aku, Kita akan akrab nantinya." Ujar Alex tersenyum.

Astrid tersungging tipis menahan nyengirnya, merasa bahwa Alex kepedean , dengan menganggap mereka akan bisa akrab. Dalam hatinya Astrid menolak, bagaimana bisa mereka yang beda umur selisih 10 tahun bisa akrab. Alex terlalu percaya diri di nilai Astrid.

"Ah, mari, masuklah ke dalam rumahmu." Ujar Alex, mengajak Astrid masuk kerumahnya.

Astrid mengangguk, Dia lalu berjalan mengikuti Alex menuju teras rumahnya, Alex segera membuka pintu dengan kunci yang diambilnya dari dalam kantong celananya.

Pintu terbuka, Alex lalu menyerahkan kunci pintu rumah pada Astrid, yang berdiri diam di depan pintu masuk.

"Ini kuncinya, simpanlah." Ujar Alex.

Astrid mengambil kunci pintu rumah, bukan hanya satu kunci saja, tapi, ada beberapa kunci lainnya yang tergantung bersama kunci pintu depan rumahnya itu.

Alex masuk kedalam rumah, Dia heran melihat Astrid yang hanya diam berdiri di depan pintu, Astrid terlihat ragu ragu untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Ayolah, masuk, ini rumahmu. Kenapa ragu?" Ujar Alex.

Astrid masih diam saja, tiba tiba wajahnya tegang, Dia melihat ke dalam rumahnya.

Tiba tiba, muncul kembali dalam ingatannya. Sebuah kejadian yang tak terlupakan terlintas dalam benaknya saat ini.

Astrid mengingat masa lalunya, Dimana saat itu, Dia masih berumur 12 tahun, dan saat itu, Bapaknya, Di seret paksa dan dibawa keluar dari dalam rumahnya.

Astrid kecil yang berusia 12 tahun itu bersembunyi dibalik lemari, wajah mungil dan imutnya tegang, Dia menangis takut, melihat Bapaknya di pukuli lalu di bawa paksa kedua orang yang bertubuh kekar.

Astrid kecil lalu melihat seorang wanita cantik yang berjalan keluar mengikuti Bapaknya yang diseret paksa, Wanita itu sempat melihat Astrid, Dia tersenyum menyeringai, wajahnya menakutkan. Astrid terkesiap takut dan memejamkan kedua matanya.

"Astrid, kamu kenapa?" Tanya Alex, menepuk bahu Astrid.

Astrid tersentak kaget, lamunannya segera buyar, kenangan masa lalunya langsung menghilang dalam ingatannya, Dia tersadar dari lamunannya.

"Ah, nggak...Aku gak apa apa." ujar Astrid, berusaha menyembunyikan keresahan dan kedukaannya.

Alex diam menatap wajah Astrid, Dia sebenarnya tahu kalau Astrid melamun mengingat masa lalunya di rumahnya, namun Alex tak mau mengusik ketenangan hati Astrid. Dia membiarkan Astrid menenangkan dirinya sendiri.

Dengan langkah gontai dan ragu ragu, Astrid melangkahkan kakinya, masuk melewati pintu depan rumahnya itu, wajahnya masih sedikit tegang. Dia berusaha menenangkan Dirinya agar tak gugup dan mampu masuk kedalam rumahnya tanpa ada rasa takut.

Alex sudah duduk di sofa besar dan empuk serta bagus, Astrid berjalan gontai mendekatinya, Dia lalu meletakkan kotak diatas meja tamu. Astrid berdiri, dan mengamati seluruh ruangan dalam rumahnya itu.

Kembali terlintas dalam ingatannya, kejadian lainnya, Dimana dulu, Dia pernah memergoki Bapaknya sedang bermesraan, memadu kasih di sofa ruang keluarga rumahnyq. Wanita itu adalah wanita yang sama seperti wanita yang Dia lihat saat Bapaknya di serang dan di pukuli lalu di seret paksa dan di bawa pergi dua orang bertubuh kekar serta bersama wanita itu.

Astrid menghela nafasnya, Dia tampak geram, saat mengingat kilatan masa silamnya itu, namun, Dia segera menepis dan menghilangkan ingatan itu dari kepalanya.

"Oh ya, Di kulkas, sudah Aku siapkan semua kebutuhan makanan kamu selama sebulan ke depan. Aku sengaja menyiapkannya buatmu." Ujar Alex.

"Terima kasih." Jawab Astrid datar.

"Baiklah. Aku pulang dulu, oh ya, ini Hape buatmu, kita bisa komunikasi lewat hape nantinya." Ujar Alex.

Alex berdiri dari sofa, Dia mengambil sebuah Hape dari dalam kantong celananya dan memberikan Hape itu pada Astrid.

Astrid menerima Hape tersebut, Dia mrnggenggam hape pemberian Alex, Alex tersenyum berdiri di hadapannya.

"Apa saja yang kamu butuhkan, segera telpon Aku. Aku pasti langsung datang ke sini dan menyiapkan semuanya." Ujar Alex.

"Ya." Jawab Astrid datar.

"Baiklah. Aku pulang, Baik baik di sini ya." Ujar Alex tersenyum.

Astrid mengangguk, mengiyakan, Alex lalu pergi keluar dari dalam rumahnya, Astrid tak mengantarkannya, Dia masih berdiri terpaku di tempatnya. Pintu depan rumah di tutup Alex yang keluar rumah.

"Pak. Aku kembali kerumah kita, mulai saat ini, Aku akan merencanakan semuanya, Akan Aku hancurkan semua orang yang sudah membuat kehidupan kita hancur, termasuk wanita itu." Ujar Astrid, dengan raut wajah menahan geram dan marahnya.

Pertemuan Tak Terduga

Astrid menghela nafasnya, Dia lalu menghempaskan tubuhnya duduk di sofa yang ada di ruang tamu rumahnya.

"Gak ada yang berubah, rumah ini masih sama seperti dulu." Gumam bathin Astrid, memandangi sekitar ruangan rumahnya itu.

Astrid melihat kotak besar yang tergeletak di atas meja tamu, Dia kernyitkan keningnya menatap kotak tersebut.

"Apa yang di simpan Ayah dalam kotak ini?" Gumam Astrid, bertanya tanya.

Dia kembali menghela nafasnya, lalu, perlahan, Dia membuka kotak yang tak di kunci gembok itu. Astrid tercekat dan kernyitkan keningnya melihat isi di dalam kotak tersebut.

Ada beberapa barang barang berupa dokumen dokumen, sepucuk surat, dan juga selembar photo usang.

Astrid mengambil surat yang ada di dalam kotak dan menyobeknya. Dia lalu mengambil secarik kertas dari dalam amplop tersebut, kemudian, Dia membuka lembaran kertas dan membaca tulisan di dalam kertas tersebut.

"Hai, Nak. Kalau Kamu membaca surat Ayah ini, artinya kamu sudah di bebaskan dari penjara."

Astrid kernyitkan kening kembali setelah membaca tulisan Ayahnya dalam kertas surat tersebut, Dia lalu melanjutkan membacanya.

"Nak, Ayah sudah menyimpan harta warisan untuk bekal hidupmu, jauh sebelum Ayah mendapatkan masalah dalam hidup Ayah ini." Ujar Ayah Astrid dalam surat tersebut.

"Nak, temuilah Alex, Dia tau, dimana kamu bisa mengambil uang tabungan yang Ayah simpan selama ini untukmu." Jelas surat itu.

"Nak. Maafkan Ayah, harus meninggalkanmu dulu. Tapi, Percayalah Nak. Ayah gak pernah melakukan hal buruk itu, Percayakah kamu Anakku, bahwa Ayahmu ini di fitnah sebagai koruptor dan pembunuh?" Astrid tampak sedih membaca tulisan ayahnya dalam surat itu. Namun, berusaha ditahannya kesedihannya.

"Nak, hiduplah bahagia. Raihlah segala impianmu." Ujar Ayahnya dalam surat tersebut.

"Ayah sangat mencintaimu, Nak."

Astrid lantas melipat lembaran kertas surat tersebut dan memasukkannya kembali ke dalam amplop. Dia menghela nafasnya.

"Aku tau, Yah. Aku tau, Ayah korban fitnah , itu semua perbuatan manusia manusia hina dan biadab itu. Aku gak akan pernah memaafkan perbuatan mereka yang telah menghancurkan kebahagiaan kita berdua." Ujar Astrid geram.

"Aku bertekat, akan aku hancurkan mereka mereka yang sudah membuat Ayah dan Aku menderita selama ini, mereka harus membayar segala perbuatan jahatnya, Tunggu saja, waktu pembalasanku akan tiba dan datang pada mereka." Lanjutnya,dengan raut wajah yang menahan amarahnya.

Astrid lalu mengambil selembar photo usang yang ada di dalam kotak besar tersebut. Dia tersenyum memandangi photo yang di pegangnya itu.

Photo usang, Dimana photo itu saat Astrid berusia 10 tahun dan menjadi juara umum dalam kejuaraan bela diri tingkat nasional. Dalam photo itu, tampak Astrid kecil begitu sangat bahagianya berphoto bersama Ayahnya.

Ya Sejak kecil Astrid sudah diajarkan ilmu bela diri oleh Ayahnya, Dia belajar beberapa jenis ilmu bela diri, dan selalu menjadi pemenang dalam kejuaraan kejuaraan penting yang di ikutinya dulu.

Keahlian Astrid dalam ilmu bela diri semakin terasah hingga Dia dewasa, sebab, Dia selalu rajin berlatih ilmu bela dirinya.

Karena itu juga, Astrid disegani saat berada dalam penjara, Dia menjadi pemimpin diantara para tahanan tahanan wanita lainnya yang ada dalam rumah tahanan tersebut.

"Aku selalu ingat pesanmu dulu Yah. Kamu katakan, jika ada yang mencoba melukai, berbuat jahat padaku, jangan diam, Aku harus melawannya, agar tak di nilai lemah." Gumamnya tersenyum.

"Aku melakukan apa yang kamu pesan itu, Yah. Gak akan ada seorang pun yang berani mengusikku dulu." Ujarnya.

"Yah, Aku rindu padamu." Gumamnya.

Air matanya menetes di pipinya, Astrid menangis, begitu rindunya Dia pada Ayahnya, Saat dalam penjara, Dia di kabarkan, bahwa Ayahnya mati terbunuh di dalam penjara, saat makan siang, Ayahnya di serang dan di tikam oleh salah seorang narapidana, Ada yang membayar narapidana tersebut untuk membunuh Ayah Astrid.

Astrid tak bisa menerima hal itu, Dia juga mengincar narapidana yang telah membunuh Ayahnya dalam penjara, Dia menaruh dendam, dan bertekat akan membunuhnya.

Astrid lalu melihat kembali ke dalam kotak, Dia meletakkan photo usang yang ada ditangannya kedalam kotak. Lalu, Astrid mengambil sebuah dokumen yang ada dalam kotak tersebut.

Dokumen berisi data data pemasukan dan pengeluaran keuangan perusahaan milik Ayahnya dulu, Dokumen tersebut asli, Ada data data siapa saja sebenarnya yang telah menggelapkan uang perusahaan.

Astrid geram melihat dokumen itu, Dia membaca nama nama yang terdata sebagai koruptor dalam dokumen tersebut, lalu, Dia meletakkan kembali dokumen kedalam kotak dan menutupnya.

"Akan Aku hancurkan kalian semua." Gumamnya geram.

---

Angin berhembus dengan sepoi sepoi, gelegar suara petir terdengar sahut menyahut, cahayanya menerangi gelapnya malam. Udara terasa dingin dan menusuk tulang, terlihar Astrid berdiri di teras lantai atas rumahnya, Dia memandang jauh ke sekitarnya.

Di seberang rumahnya, berhadapan dengan rumah milik Astrid, hanya di pisahkan oleh jalanan yang lebar, berdiri tegak dan kokoh rumah mewah dan megah, rumah mewah tersebut milik seorang pengusaha sukses dan kaya raya.

Pengusaha itu bernama Gerard, Dia dulunya rekan kerja di perusahaan Ayah Astrid, dan menjadi wakil Ditektur di perusahaan.

Sejak Ayah Astrid di tangkap dan di penjara, Gerard inilah yang mengambil alih perusahaan, dengan memenangkan hasil pemungutan suara yang di laksanakan para pemegang saham, Dia terpilih menjadi pemimpin dan pemilik perusahaan menggantikan Ayah Astrid.

Di depan jendela rumah mewah milik Gerard, berdiri seorang wanita cantik , walau sudah berumur diatas 50 tahun lebih, Wanita itu masih terlihat menarik, tubuhnya langsing dan tinggi, wajahnya cantik, tak ada kerutan kerutan terlihat di wajahnya.

Wanita itu bernama Zahara, Dia istri dari Gerard, Dialah wanita yang dilihat Astrid saat masih kecil dulu, Dimana wanita tersebut ada saat penjemputan paksa Ayahnya astrid saat di tangkap pihak kepolisian.

Zahara melihat keluar rumah, Dia melihat rumah yang ada di seberang rumahnya, rumah yang berhadapan dengan rumahnya. Dia melihat rumah tersebut terang benderang karena lampu lampu menyala semua dari rumah itu.

Zahara kaget, saat Dia melihat ke atas, Di teras lantai atas rumah, Dia melihat sosok gadis berdiri di teras tersebut.

Gadis itu Astrid, dari kilatan cahaya petir yang menyambar selintas Zahara melihat wajah Astrid, namun, Dia tak bisa melihatnya dengan jelas. Dia tak kenal dengan Astrid.

"Siapa gadis itu? Mengapa Dia ada di rumah Zairina ?" Gumam bathin Zahara.

Zahara kernyitkan keningnya, Dia tampak berfikir, menerka nerka, siapa gadis yang ada di rumah temannya itu, karena setahu Dia, teman baiknya yang bernama Zairina tidak punya anak gadis, dan rumah tersebut di beli Zairina dulu, saat di lelang karena pemilik rumah tersebut, yakni Ayahnya Astrid di penjara.

"Apa hubungan gadis itu dengan Zairina?" Gumam Zahara lagi berfikir.

Dia lalu menghela nafasnya, Kemudian, Dia menutup horden jendelanya, sebelum pergi, sekali lagi Dia melihat ke arah Astrid yang masih berdiri di teras lantai rumahnya.

Kemudian, Zahara bergegas pergi dan berjalan masuk ke dalam kamarnya.

Di rumahnya, Astrid terlihat menatap jauh ke depan, Dia melihat rumah Gerard dan Zahara, raut wajah Astrid terlihat geram dan menahan amarahnya.

"Kalian akan aku hancurkan. Tunggulah pembalasanku." Gumam Astrid geram.

Air hujan turun dengan derasnya di sertai angin kencang dan petir yang menggelegar keras, Astrid lalu bergegas masuk ke dalam rumahnya, Dia menutup pintu dan menguncinya. Astrid beranjak masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat.

---

Keesokan harinya, Astrid berjalan jalan menyusuri sekitar area kompleks perumahannya, Dia ingin mengingat dan mencoba mengenang kembali masa lalunya.

Astrid berjalan santai lalu berbelok ke sebuah jalanan, menyusuri ruko ruko, Astrid lalu masuk ke dalam sebuah mini market yang ada di sekitar jalanan dekat komplek perumahannya.

Astrid terdiam, berdiri kaku, menatap ke depan, ke sebuah meja kasir, Dia melihat seorang pemuda gagah sedang melayani pembeli di meja kasir tersebut.

"Antoni..." Gumam bathin Astrid.

Ya. Astrid ingat dengan pemuda itu, dan Dia tak akan pernah melupakan wajah pemuda tersebut.

Antoni, teman masa kecil Astrid, satu satunya orang yang menjadi teman bermain Astrid, mereka sangat dekat dan akrab sekali saat kecil dulu.

Namun, mereka berdua berpisah, karena, saat Ayahnya di tangkap dan di jebloskan kedalam penjara, Astrid di ambil dan di rawat oleh Om Guntur, adik dari Ayahnya, sejak saat itu, mereka terpisah dan tak bertemu hingga saat ini, dimana mereka sudah sama sama dewasa.

"Maaf, mbak. Mau beli apa?" Tanya Antoni ramah.

Astrid tersentak kaget, Dia tersadar dari lamunannya, yang mengingat masa lalunya saat kecil bersama Antoni, yang kini tumbuh menjadi pemuda gagah dan keren serta berbadan atletis.

"Mbak...Hallo?" Kembali Antoni menegur ramah Astrid.

"Oh, maaf, maaf." Ujar Astrid gugup.

"Silahkan yang lain dulu, saya masih nyari nyari keperluan lainnya." ujar Astrid, mengalihkan diri dari kegugupannya di depan Antoni.

Astrid cepat pergi meninggalkan meja kasir, Dia lalu mengambil beberapa makanan yang ada pada etalase. Sambil melayani pembeli yang membayar belanjaannya, sesekali Antoni dari meja kasir melirik dan melihat ke arah Astrid yang sedang memilah milah belanjaan yang akan dia beli.

"Duuh, apa Antoni masih mengenaliku?" Gumam bathin Astrid.

Astrid resah, Dia benar benar gugup karena tak sengaja bertemu lagi dengan Antoni, teman baiknya di masa kecil dulu.

Astrid khawatir, Antoni masih mengenali sosok dirinya, Jika Antoni benar benar bisa mengenalinya, maka, rencana penyamaran Astrid yang sudah dia rencanakan dan persiapkan lama akan berantakan. Dan Dia tak ingin rencananya gagal.

Astrid lalu meletakkan keranjang berisi belanjaan di lantai, lalu, Dia bergegas pergi keluar dari dalam mini market tersebut.

Dari meja kasir, Antoni heran melihat kepergian Astrid yang tergesa gesa dan tak jadi belanja itu.

"Aneh sekali gadis itu." Gumam bathin Antoni.

"Sepertinya Dia orang baru di sini, Aku belum pernah melihat Dia sebelumnya." Lanjut Antoni berfikir.

Antoni kemudian menghela nafasnya, lalu, Dia kembali melayani pembeli yang mengantri di meja kasirnya.

Jack Berulah

Astrid melangkah cepat menyusuri trotoar jalanan, di belakangnya terdengar suara klakson mobil terus menerus.

Astrid kesal dengan suara berisik mobil yang terus membunyikan klakson , Dia menoleh ke belakang, Astrid melihat Alex yang menyetir mobil, kepalanya keluar dari jendela pintu depan mobil sambil melihat ke arah Astrid yang berjalan.

"Astriiidd !! Berhenti !!" Panggil Alex dari dalam mobilnya.

"Huuu...Mau apa lagi sih tuh orang?" Gerutu Astrid dalam hatinya.

Mobil melintas dan mendekati Astrid, Astrid berhenti melangkah, dengan wajah kesalnya Dia mendekati mobil. Alex segera menghentikan mobilnya begitu Astrid melompat ke depan dan menghadang mobilnya.

Mobil berhenti, Astrid cepat berjalan mendekati Alex yang masih duduk di jok mobilnya, wajah Astrid terlihat kesal.

"Mau apa kamu ganggu Aku?" Ujar Astrid kesal.

"Ikutlah denganku, Ada yang mau Aku tunjukkan padamu." Ujar Alex dari dalam mobilnya.

Astrid terdiam. Mau di bawa kemana lagi Dia, pikir Astrid, Astrid lalu menatap tajam wajah Alex yang duduk memegang stir mobilnya.

"Mau kemana?" Tanya Astrid.

"Ikut aja dulu. Nanti juga kamu tau." ujar Alex santai dan tersenyum.

"Gak usah senyam senyum, senyummu jelek." ujar Astrid menggerutu kesal.

Alex nyengir dengar perkataan Astrid, tapi Dia tak mengambil hati dan bersikap biasa saja pada Astrid, tidak membalas marah atau kesal.

"Ayolah, Masuk ke mobilku." Ajak Alex.

Tanpa menjawab , Astrid lalu bergegas masuk ke dalam mobil, Dia duduk di depan, di samping Alex yang menyetir mobilnya.

"Kamu jangan lagi sekali kali memanggilku dengan nama Astrid !" Tegas Astrid, menatap tajam pada Alex.

"Loh, kenapa? Nama kamu kan memang Astrid. Kalo bukan itu, Aku memanggilmu apa?" tanya Alex heran.

"Camelia, panggil Aku Cam...atau Lia. Itu namaku sekarang." Ujar Astrid, menatap serius wajah Alex.

Alex termangu heran mengetahui Astrid mengganti namanya menjadi 'Camelia'.

"Kenapa? Kamu bingung? Aku sengaja merubah namaku saat dalam penjara dulu hingga sekarang." Ujar Astrid.

"Kenapa kamu ganti nama?" Tanya Alex.

"Untuk penyamaranku dalam menjalankan misi balas dendamku." Ujar Astrid, dengan wajah datar dan dinginnya.

"Oh, begitu. Baiklah." ujar Alex, mengangguk mengerti dan paham.

Alex lantas menjalankan mobilnya, Dia diam dan tak bertanya apa apa lagi pada Astrid yang juga duduk diam di sampingnya. Mobil meluncur cepat menyusuri jalan raya.

---

Sepasang suami istri yang sudah berumur terlihat sedang duduk di dalam mobil. Usia yang wanita 48 tahun dan yang pria 54 tahun. Wanita itu sedang hamil tua.

"Patrick bilang, Aku jangan ke rumah sakit lain, katanya, Aku harus melahirkan di rumah sakit yang sudah Dia tentukan, biayanya semua gratis kata Patrick." jelas wanita itu senang.

"Oh, ya? Syukurlah Patrick mau membantu kita yang memang kekurangan biaya persalinanmu." Jelas Pria tua.

"Ya, pak. Patrick berhati mulia. Dia adikku satu satunya." Jelas wanita itu.

Sang Pria tua tersenyum mengangguk senang, lalu, Dia menjalani mobilnya kembali. Saat mobilnya berjalan menyusuri jalanan raya, tiba tiba di belakang terdengar suara klakson mobil berkali kali.

Pria tua melihat dari kaca spion ke arah mobil sedan yang ada di belakangnya, Dia lantas menepikan mobilnya, memberi jalan pada mobil sedan tersebut.

Dari belakang, mobil sedan itu langsung tancap gas mengebut menyusul mobil Pria tua, lalu, Mobil sedan itu menyalip mobil Pria tua.

"Apa apaan orang itu?" Ujar Pria tua kaget.

"Hati hati Pak." Ujar Istrinya.

Wanita itu memegangi perutnya, khawatir dengan janin yang ada dalam kandungannya, Pria tua menginjak gas mobil, menambah kecepatan mobil dan berusaha menghindari mobil sedan tersebut.

Mobil sedan terus ngebut mengejar mobil Pria tua, Di dalamnya, seorang Pemuda tampak sangat emosi marah sekali.

"Gila kamu , Hentikan Jack !!" teriak Melani, gadis cantik dan muda.

Gadis itu tampak ketakutan, wajahnya pucat pasi melihat Jack menyetir mobilnya dengan kalap dan mengebut sambil menyalip mobil pick up milik Pria tua.

"Hentikan Jack, hentikan !!" Teriak Melani.

"Aku harus kasih pelajaran sama orang itu, Dia udah berani menghalangi jalanku." Ujar Jack penuh emosi amarah.

Melani menarik nafasnya, tangannya memegang erat pegangan di pintu mobil sambil memejamkan matanya, tak berani melihat. Jack terus memacu mobilnya dengan kencang.

Tiba tiba Jack banting stir dan berhenti di depan mobil pick up Pria tua, Pria tua kaget melihat mobil sedan tiba tiba berhenti di jalan, tepat di depannya, dengan posisi memalang dan menghalangi laju mobil.

"Kamu mau apa Jack?!" Ujar Melani.

"Akan aku beri pelajaran Dia !!" Teriak Jack marah.

Jack bergegas membuka pintu mobil dan keluar dari dalam mobilnya lalu berjalan ke bagasi mobil..

Jack mengambil kayu pemukul tongkat bisbol dari dalam bagasi, setelah menutup pintu bagasi mobilnya, dengan garang Dia berjalan mendekati mobil pick up Pria tua.

Dengan mengamuk membabi buta Jack memukuli mobil pick up hingga kaca spion mobilnya pecah dan hancur berantakan.

Pria tua dan istrinya di dalam mobil kaget melihat perbuatan Jack yang mengamuk memukuli bodi mobilnya.

"Jangan, jangan keluar Pak. Biarkan aja Dia !" Ujar Sang Wanita.

Istrinya mencegah Pria tua agar tak keluar dan meladeni sikap Jack yang marah dan mengamuk menghancurkan mobilnya.

"Keluar kamu setan !! Kamu kira bisa seenaknya menghalangi jalanku !! Kamu tau, Ini Jalan yang buat Bapakku !! Gak ada yang boleh menghalangi jalanku !" Teriak Jack sambil memukul mobil.

Dengan tongkat pemukul bisbolnya Jack menghancurkan kaca depan mobil pick up, Pria tua dan Istrinya tersentak kaget, mereka berusaha menghindar agar tak terluka kena pecahan kaca dari mobilnya yang hancur.

"Paaah...Tolong Pah. Jack Menggila. Di tengah jalan Dia menghancurkan mobil orang !!" Ujar Melani, menelpon Bapaknya.

"Suruh Jack berhenti melakukan hal itu !" Jawab Gerard, Bapak Melani dan Jack.

"Ya, Pah. Akan Melani coba tenangi Jack." Ujar Melani.

Telepon lalu di matikan, Melani cepat keluar dari dalam mobilnya, Dia bergegas mendekati Jack. Jack terus mengamuk memukuli mobil pick up. Melani memegang tahan Jack, menahannya agar menghentikan perbuatannya.

"Hentikan Jack !! Papah udah tau perbuatanmu ini, jangan sampai Papah mengamuk sama kamu!" Jelas Melani.

Jack langsung diam dan berhenti memukul, setelah mengetahui dari Melani, adiknya, kalau Papahnya tahu Dia mengamuk.

Dengan wajah geram dan masih marah Jack berjalan cepat dan masuk ke dalam mobilnya, Melani mengikutinya, Dia juga masuk ke dalam mobilnya.

"Kenapa kamu kasih tau Papah?!" Ujar Jack kesal pada Melani.

"Karena Aku gak mau kebawa bawa masalahmu nanti, Aku takut kamu gelap mata dan membunuh orang itu!!" Tegas Melani.

"Aku memang mau membunuhnya tadi !!" Jawab Jack emosi.

"Jangan gila kamu Jack !!" Bentak Melani.

Jack diam, Dia kembali kesal dan marah saat melihat mobil pick up milik Pria tua melintas melewati mobilnya. Sang pria tua melihat ke arah Jack, Jack semakin kesal dengan tatapan Pria tua itu.

"Keparat !! Minta mati orang itu!!" Geram Jack.

Jack lalu menjalankan mobilnya, mengejar mobil pick up Pria tua. Kejar kejaran pun terjadi antara mobil Pria tua dan mobil Jack di jalan raya tersebut.

Jack ngebut, tak perduli dengan kendaraan lain yang juga ada di jalanan itu. Dia terus mengejar mobil pick up Pria tua.

Di sebuah ruang kantor, Gerard menelpon seseorang, wajahnya terlihat sangat datar dan tenang sekali.

"Jack baru kembali dari Amerika, bersama Melani sedang dijalanan dari bandara menuju rumah. Kamu tau kan, bagaimana caranya menghentikan semua itu?" Ujar Gerard, bicara di teleponnya.

"Baik, Bos. Akan saya lakukan, saya paham apa yang Bos inginkan." Ujar seorang Pria dari seberang telepon.

"Ya, buat seperti kecelakaan normal." Jelas Gerard.

Lalu Gerard menutup teleponnya, kemudian Dia menghempaskan tubuhnya, Duduk di kursi kerjanya. Ponsel di letakkannya di atas meja kerjanya.

Sementara itu, kebut kebutan dan saling kejar masih terjadi antara mobil Jack dan mobil pick up Pria tua.

Beberapa saat kemudian, Mobil Jack berhasil mendahului mobil Pria tua. Dengan cepat Jack membanting stir lalu menghentikan mobilnya, memalang di depan, menghalangi jalan mobil pick up.

Pria tua cepat menginjak rem mobilnya, mobil pick up berhenti tepat di depan mobil Jack yang memalang dan menghalanginya.

"Mau apa lagi Orang gila itu?" Ujar Pria tua kesal.

"Sudah Pak. Tinggalkan saja Dia." Ujar sang Wanita, khawatir.

Pria tua menghela nafas, Dia menurut dengan perkataan istrinya, Dia tak mau membuat istrinya semakin cemas, dan akan mengganggu kandungannya.

Pria tua akhirnya memindahkan kopling, dan memundurkan mobilnya, berniat hendak pergi meninggalkan mobil Jack yang menghalanginya di depan.

"Awaaass Jaaaccckkk!!" Teriak Melani.

Melani lalu melihat sebuah mobil meluncur dengan kecepatan sangat tinggi ke arah mobil mereka, Wajah Melani panik, Jack melihat ke arah mobil datang itu. Jack juga panik. Dengan cepat Dia menjalankan mobilnya.

Mobil Jack melaju pergi, menghindar dari mobil yang datang dengan kecepatan tinggi, naas bagi Pria tua dan istrinya, Mobil tersebut menghantam keras mobilnya, hingga mobil pick up terpelanting dan terbalik balik di jalanan.

Mobil Pick up lalu menghantam dan menerjang mobil mobil yang melintas di jalanan tersebut, hingga terjadi tabrakan beruntun, dan banyak jatuh korban karena tabrakan beruntun itu. Para pengemudi mobil terluka.

Sementara Jack dan Melani berhasil menyelamatkan diri mereka.

Jack terus memacu mobilnya, pergi meninggalkan mobil pick up yang terbalik itu. Mobil yang menabrak lalu bergegas pergi dari jalanan tersebut, sementara, Pria tua dan istrinya mengalami luka sangat parah.

"Mampus kamu!" Ujar Jack geram.

Jack terlihat senang melihat mobil Pria tua di tabrak hingga terguling guling dan terbalik di jalanan raya itu. Melani hanya terdiam saja. Dia tak menyangka dengan semua yang terjadi dan apa yang Dia lihat.

Sementara itu, Di dalam mobil yang menabrak, terlihat seorang Pria berkaca mata hitam dan memakai topi sedang menelpon.

"Tugas sudah saya selesaikan bos. Jack dan Melani sedang menuju ke rumah." Jelas Pria itu di telepon.

Lalu Dia menutup teleponnya dan memasukkan ponsel kedalam dashboard mobil.

Kemudian , Pria itu kembali menjalankan mobilnya, pergi menjauh dari tempat kejadian tabrakan beruntun tersebut.

Di dalam mobil yang terbalik, Pria tua dan istrinya pingsan, luka luka ada di sekujur tubuh mereka, dan luka itu cukup parah.

Benturan dan tabrakan itu sangat keras sekali, hingga membuat tabrakan beruntun dan mobil pick up terpental jauh hingga terguling dan terbalik di jalan.

Mobil mobil lain yang ada dijalanan berhenti, beberapa orang keluar dari dalam mobil, berusaha memberi pertolongan, ada di antara mereka yang menghubungi petugas kepolisian dan juga para medis. Agar para korban segera mendapatkan pertolongan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!