Author P.O.V
Cahaya mentari memasuki satu kamar dengan seorang gadis didalamnya. Gadis yang senantiasa menutup matanya itu saat ini masih terjebak didalam dunia mimpi yang indah. Senyum kecil kadang menghiasi wajahnya yang bisa dikatakan cantik. Dengan perlahan, matanya yang indah mulai terbuka, bagaikan menyambut cahaya mentari yang akan menelannya dalam sinar yang terang.
Dia duduk dengan perlahan seraya membuka tirai putih yang menutupi jendela kamarnya. Sesekali juga dia melirik ponsel yang selalu dia letakan didekat meja belajar dengan kondisi yang bisa dibilang cukup berantakan. Laptop yang belum dimatikan, banyaknya bungkus cemilan yang berserakan, dan jangan alihkan dari bekas minuman tumpah yang ada didekat stop kontaknya.
Tok! Tok! Tok!
"Siapa?" tanyanya. "Ini ammi!" jawab orang yang mengetuk pintu kamarnya. Gadis itu dengan segera berjalan mendekati pintu dan membukanya perlahan. Terlihatlah seorang wanita dengan pakaian formalnya yang saat ini sedang tersenyum hangat menatapnya. "Kamu hari ini kuliah kan? Ammi sama Appa akan ke Delhi beberapa bulan ini. Ada masalah di kantor sana. Kamu gapapa kan?" tanya wanita yang dipanggil Ammi.
"Iya gapapa. Hari ini juga Shana mau kuliah terus mau main sama yang lain." kata gadis itu.
Gania Ashana Khan, seorang gadis berdarah India-Sunda yang kerap dipanggil Ashana. Dia seorang putri tunggal yang sangat disayangi kedua orang tuanya. Memiliki seorang Appa (Sebutan untuk ayah) yang memang orang India asli tepatnya dari kota Delhi dan Amminya (Sebutan untuk ibu) yang berdarah Jawa membuatnya memiliki paras yang bisa dibilang sangat menarik. Wajahnya yang cantik dengan beberapa ciri khas wajah gadis India yang memang manis, ditambah dengan bentuk tubuhnya yang bisa dibilang berisi dan cukup membuat para laki-laki tergoda oleh nya.
Kasih sayang kedua orang tua nya yang memang cukup walaupun kedua orangtua nya itu selalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Appa nya yang seorang pengusaha kain dengan kualitas yang sudah diakui oleh banyak perusahaan fashion akan kualitasnya yang terbaik mampu membuat keluarga Shana memiliki banyak cabang dengan pusatnya di Delhi, India. Ammi nya yang memang selalu ikut dengan appa nya itu tentu selalu memastikan keadaan putri yang paling disayanginya.
"Ammi kemungkinan pulangnya setelah tiga bulan. Kamu mau ammi bawain apa?" tanya ammi. "Hmmm, apa aja kayaknya yang ammi bawain untuk Shana pasti bakal Shana pakai kok. Yang terpenting nanti selalu kabarin ya!" jawab Ashana dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.
"Okay, kalau gitu kamu turun dulu. Ammi udah bikinin makanan kesukaan kamu. Ada rasgulla di kulkas ya. Terus juga kalo urusan rumah udah ada bibi yang bantu jadinya kamu fokus aja kuliah. Oh iya kamu juga boleh kok kalo mau ajak sahabat-sahabat kamu nginap disini. Kayak biasa ya, jangan mas--" ucap ammi yang terpotong oleh jawaban dari Shana. "Jangan masuk ke kamar ammi dan appa. Iya, Shana inget kok aturan rumah ini." Ucap Shana yang membuat ammi nya tersenyum.
"Good girl. Okay kalau gitu ayo kita turun. Appa pasti udah nunggu!" ajak ammi yang dijawab anggukan dari Ashana.
Ibu dan anak ini turun dengan bersamaan. Menuruni anak tangga dengan perlahan, langkah mereka bagaikan gembok yang berhasil mengunci pandangan dari sang ayah yang dipanggil Appa oleh Ashana. "Morning, appa!!" sapa gadis itu seraya mencium pipi sang ayah. "Morning, sayang. Okay appa yakin pasti ammi mu ini sudah memberitahu mu kalau hari ini kita akan berpisah. Tapi tenang saja kami pasti akan selalu mengirimkan uang serta surat untuk mu." kata appa yang membuat Ashana tersenyum.
Sarapan sudah dimulai, beberapa tudung saji di meja makan sudah terbuka dan memperlihatkan makanan yang akan mereka santap. Ada kari dengan daging kambing didalamnya, roti paratha, kofta ayam yang bentuknya seperti bola-bola daging tapi terbuat dari daging ayam cincang.
"Chiken Kofta khusus untuk putri kesayangan appa yang ga suka kambing. Ini, kamu harus memakan makanan bergizi seperti ini." kata appa nya yang membuat Ashana tersenyum dan menganggukan kepala nya. "Appa dan Ammi kapan berangkatnya?" tanya Shana. "Siang nanti kami baru akan berangkat sayang. Karna itu kami tidak bisa mengantar mu ke tempat mu kuliah." kata appa. "Gapapa kok. Shana paham. Nanti Shana berangkat sendiri aja pakai mobil." jawab Shana seraya menyuapkan roti paratha yang sudah dia robek dan dia oleskan kuah Kofta ke mulutnya.
Senyum nya selalu bertahan saat dia melihat kedua orangtua nya. Mereka sangat menyayanginya walau memang harus diakui kalau kedua orangtua nya itu jarang ada waktu untuknya. Karna itu semua kebersamaan mereka sangat berarti. "Shana, apa kamu masih bersahabat dengan tiga sahabat kamu itu? Siapa namanya? Ammi lupa." kata ammi yang dijawab anggukan Shana. "Iya, ammi. Maksudnya Bella, Youra, dan Flora kan? Masih kok. Mereka kadang nemenin Shana kalau kalian pergi." jawab Shana seraya tersenyum.
"Mereka sangat baik. Ammi bersyukur kamu memiliki sahabat seperti mereka." kata ammi yang membuat Shana menyeringai sebentar lalu kembali memakan makanannya.
"Nanti kalau ammi dan appa sudah pulang kita akan mengadakan perayaan. Ya kita-kita aja yang mengisi acaranya. Iya kan sayang?" kata ammi yang dijawab anggukan appa. "Appa harap kamu tidak akan memasuki pergaulan bebas ya. Appa sangat berharap kamu bisa menjadi anak yang baik." kata Appa nya yang membuat Shana menganggukan kepala.
Setelah sarapannya habis, Ashana langsung berdiri dan mencium pipi kedua orangtuanya lalu memeluk mereka. "Shana ke kamar lagi ya. Ada kelas pagi, jadi Shana harus siap-siap. Bye Ammi! Appa!!" kata Shana yang dijawab anggukan dengan senyum lebar kedua orangtuanya.
***
Shana keluar dari kamar mandi dengan bathrobe navy dan sendal kamar silver nya. Dia membuka pintu walk in closet yang memperlihatkan banyak baju yang bisa dia pakai. Ada berbagai baju dari gaun sampai celana dan rok pun ada. Dia langsung mengambil celana highwaist bermotif loreng abu-abu. tanktop sebatas diatas perut nya, outer abu-abu senada dengan celananya, sepatu sneakers putih, dan tas abu-abu berukuran sedang. Didalam tas itu dia memasukan satu buku tulis, tas kecil berisikan make up, charger, dan headet. Setelah siap, dia mulai merias dirinya. Rambut yang dibiarkan digerai, kalung hitam yang menghiasi lehernya, dan jangan lupakan anting kecil di hidungnya yang mancung.
"Perfect!" ucapnya seraya tersenyum.
Dia langsung keluar dari kamar dan menuruni tangga. Appa nya yang sedang membaca koran menengok kearahnya dengan senyuman. "Kamu cantik, nak. Mirip seperti ammi mu saat muda dulu." kata appa yang membuat nya tertawa. "Kan Shana anak kalian makanya mirip. Nanti kalo ga mirip mah jadi pertanyaan appa." kata Shana seraya tertawa.
Setelah berpamitan dengan kedua orangtua nya, Shana langsung mengambil kunci mobil di nakas dekat tv lalu segera ke garasi untuk mengendarai mobil nya. Mobil jeep hitam dengan lampu biru yang sangat dia sayangi adalah mobil yang dia minta sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Karna dia memang menyukai mobil dengan tipe jeep. Yang bisa dia pakai untuk berpetualang.
Diapun mulai mengendarai mobil kesayangannya ke tempatnya berkuliah, International University.
Ashana P.O.V
Aku memarkirkan mobil yang ku kendarai di basement kampus. Ga jauh dari tempat ku parkir, aku bisa melihat ada mobil ketiga sahabat aku. Aku langsung aja mematikan mesin mobil dan segera menghampiri mobil sahabat ku. Pertama-tama aku menghampiri mobil sedan putih milik Flora. Aku mengetuk kaca nya dengan perlahan dan jendela mobilpun terbuka memperlihatkan Flora yang masih merapihkan rambutnya.
"Buset! Tumben banget lo baru rapihin rambut. Biasanya lo paling on point kalo kuliah." kata ku yang membuat Flora tertawa. "Abis kegiatan gw." kata Flora yang membuatku bingung. "Kegiatan apaan dah?" tanya ku. "Humping. Gw dapet fwb baru lumayan sih cakep, udah gitu modal juga anaknya." kata Flo yang membuat ku kaget.
"Gila lo ya! Ini area kampus anjir!! Wah sarap nih anak!" kata ku seraya menepuk keningku sendiri. "Ya abisnya gw semalem ga jadi yaudah tadi mumpung gw liat dia, parkiran juga sepi yaudah jadi dah. Lagian ya, ga sampe masuk kok!" kata Flo. "Iya kalo lo inget. Kalo lebih gimana? Gila sih lo mah." kata ku seraya tersenyum.
Tin!!
Kami menengok dan melihat kedua sahabat ku yang baru aja turun dari mobilnya. Mereka langsung menghampiri ku dengan tatapan bingung. "Kalian kenapa dah? Gw lagi enak-enak tidur jadi keganggu sama suara kalian." kata sahabatku, Youra. "Nih anak satu, Ra! Humping malah di basement. Kenapa sih ga sekalian di hotel kek biar lebih elite!" kata ku yang membuat Flo tertawa.
"Biar nambah kesan doang elah. Kalian pasti liat kan kalo fwb gw tadi lumayan?" kata Flo yang dijawab anggukan dua sahabatku yang lain. "Iya sih tapi gw setuju sama Shana. Lo kalo tadi kepergok kan bisa-bisa malu lo nya." kata Bella. "Ah ribet deh kalian. Udah yuk kita masuk aja, gw yakin pasti fans-fans kalian udah nungguin. Yuk!!!" ajak Flo seraya menarik tangan ku.
Kami berempat langsung meninggalkan basement dan mulai memasuki fakultas hukum. Saat kami baru memasuki gedung, banyak tatapan yang menyambut. Dari tatapan memuja, sinis, bahkan menatap kami dengan sangat dalam. Langkah ku terhenti saat seseorang berdiri didepan ku. Cowok dengan penampilan rapih berdiri didepan ku. Akupun kembali menatapnya tapi dengan tatapan dingin ku.
"Mau ngapain lo?" tanya ku. "Mau ngajak lo jalan. Nanti sore yuk! Kayaknya ada film bagus deh di bioskop." kata cowok didepanku ini. "Gak." jawabku singkat. Aku langsung mendorong bahu cowok dihadapanku dan kamipun langsung berjalan melewatinya.
"Bingung deh gw sama tuh cowok. Dia masih aja ngejar lo. Apa dia penasaran ya?" kata Bella. "Entah. Biarin deh yang penting gw bisa tenang. Ogah gw jalan sama dia." ujar ku. Kami berjalan menuju loker kami yang saling bersebelahan, sesekali juga kami mengobrol dan menyapa beberapa mahasiswa yang memang kami kenal.
"Nanti kan bonyok gw pergi nih. Kalian mau nginep ga di rumah gw? Kayaknya bisa sih kalo mau ajak temen lain." kata ku. "Staycation aja gimana? Gw bosen banget kalo di rumah mulu. Sesekali lah kita bisa cari suasana baru." kata Youra. "Iya sih eh tapi nanti malem jangan lupa kita clubbing dulu. Gw bosen sama yang sekarang." kata Youra. "Boleh juga, nanti gw juga mau nyari. Udah lama juga gw ga nyari fwb." kata ku.
Aku mengambil vape yang memang aku letakan di loker ku, lalu menghirupnya sebentar. Setelah itu, aku mengambil beberapa buku dan kamipun berpisah karna kami akan mengikuti kelas yang berbeda.
***
Setelah mengecek jadwal kuliahku, ternyata udah beres semua, berarti aku udah bisa pulang. Aku mengecek ponselku dan melihat ada chat dari ammi dan appa yang berpamitan. Aku tersenyum tipis dan menjawab dengan foto ku yang baru aja pulang kuliah. Sesekali aku melihat sekitar, aku akan ke kantin dulu.
Aku berjalan melewati lorong yang mengarah ke kantin, bahkan bau makanan yang lezat mulai memasuki indra penciuman ku. Hmmm, sangat lezat dan membuat ku lapar.
Langsung aja aku masuk dan melihat ada Bella yang lagi asik memakan spagetti yang dia pesan. Dia mengangkat tangannya saat melihatku. Aku pun langsung menghampiri nya. "Yhoa! Udah beres lo?" tanya ku. "Iya nih. Mau pesen makanan?" kata Bella. "Eh iya gw lupa. Bentar ya gw mau pesen dulu. Spagetti nya enak gak?" tanya ku. "Enak kok." jawabnya.
Aku langsung menghampiri stand yang menjual makanan seperti spagetti, burger, dan beberapa makanan lainnya. Aku langsung memesan spagetti, dan kentang serta sosis goreng. Aku juga memesan minuman soda. Setelah membayarnya, aku langsung menghampiri Bella.
"Bel, lo ada liquid gak? Liquid gw abis gw lupa bawa." kata ku. "Liquid? Ada kok. Tumben banget lo ga punya liquid cadangan. Biasanya lo banyak persediaannya." kata Bella. "Iya lagi abis aja kan terakhir kali kita clubing gw lupa beli." jawabku seraya mengeluarkan vape dan mulai menghirupnya.
"Nah! Nah! Nah! Katanya abis? Itu masih ada." kata Bella. "Kan gw cuman nanya, biar kalo abis bisa langsung gw refill." kata ku. "Bebas deh, Na. Tuh makanan lo dateng!" kata Bella. Bener aja! Makanan yang aku pesan datang dan aku pun mulai menyantapnya.
Sesekali kami mengobrol sampai Youra dan Flora datang menghampiri kami. Merekapun memesan makanan terlebih dahulu. "Nanti mau clubing dimana?" tanya Flora. "Gw denger sih ada tempat baru dideket Lexis. Bisa tuh kita coba datengin mau tau gw gimana disana." kata Youra. "Nyokap lo nanti gimana?" tanya ku. "Ah dia mah santai. Selama di rumah ada kerjaan mah ga bakal inget sama gw." kata Youra yang kami jawab anggukan.
"Jam sembilan kita kumpul di tempat biasa. Inget, bedain penampilan kalo mau nyari orang jangan sampe anak sini tau kelakuan kita." kata Flora. "Iya bu. Lo lupa tadi lo abis ngapain. Udah deh pokoknya inget satu hal, kalo ada yang kenal sifat kita diluar pura-pura aja ga tau. Lo juga Flo! Bilang ke cowo baru lo supaya ga ember." kata Youra. "Iya itu pasti sih." kata Flora.
"Sebenernya ada yang mau gw ceritain ke kalian." kata Bella yang membuat kami menatapnya. "Kenapa, Bel?" tanya ku. "Gw abis hs kemaren." kata Bella yang membuat ku tersedak. Kami langsung menatapnya. "HS sama siapa lo??" tanya Youra. "Guru gw waktu SMA. Emang sih dia masih muda, ganteng. Gila sih ga nyangka gw dia mau hs sama gw." kata Bella. "Lo nya juga kok bisa sih? Lo emang janjian atau gimana?" tanya Flora. "Gw ga sengaja ketemu dia waktu kita clubing sejak itu jadinya tukeran nomer eh dia nya kecantol sama gw. Yaudah gw mah kan ga mau terikat makanya gw jadiin temen aja lah. Lumayan juga." kata Bella.
"FWB ye kan. Pinter juga lo." kata Flora dengan seringai di wajah nya.
***
Aku menatap jam yang ada di ponsel seraya meminum jus yang ku pesan. Hmmm udah jam sembilan malam tapi ketiga sahabat ku belum memunculkan batang hidungnya.
"Duh! Mana sih nih bocah tiga!!" desisku kesal.
"Tumben Zel, sendirian aja." kata seseorang. Saat aku menengok, ternyata ada si penjaga kasir yang memang ku kenal.
FYI, aku dan ketiga sahabatku memakai nama samaran untuk menutupi identitas kami. Gazel, nama samaran yang menjadi identitas kedua ku. Litta untuk Bella, Yuki untuk Youra, dan Xerra untuk Flora.
"Biasa lah bang, ini tiga serangkai ninggalin gw. Lupa kali ya janjian." ujar ku yang membuat si penjaga kasir ini tertawa. "Bukan lupa kali, lebih ke telat. Tuh liat tuh ada Litta di parkiran." kata si penjaga kasir yang membuatku langsung menengok. Ternyata benar! Ada Litta disana bersama seorang laki-laki.
Mereka masuk ke cafe. Aku bisa liat tatapan laki-laki ini. Ugh! Sekilas aku serasa ngeliat cowok pemakai.
"Zel!! Kenalin ini Banu. Nu, kenalin ini Gazel!!" Kata Bella yang membuat cowok ini tersenyum. "Hallo, gw Banu." kata cowok itu. "Hm, udah tau." jawab ku cuek.
Mereka berdua duduk, menunggu kedua sahabat ku yang belum datang.
"Hallo, guys!!" sapa Flora yang datang dengan seorang laki-laki berparas latin. "Hmmm, telat." ujar ku. "Ehehehehe biasalah Zel, tadi gw susah milih baju." kata Flora yang membuat Bella tertawa.
"Btw, Ra? Itu ga dikenalin??" tanya Bella. "Eh iya hampir lupa gw. Kenalin guys, ini Aldrick. Al, kenalin ini sahabat-sahabat gw. Ada Gazel, ada Litta. Yang satu lagi Yuki, dia belom dateng. Oh iya lo cowoknya Litta ya? Kenalin, gw Xerra." ujar Flora. "Banu." kata cowok yang dateng sama Bella.
"Oh iya Zel, gw tadi liat si Yuki lagi ngarah kesini. Tadi sih gw udah bilang ke dia buat buruan ke cafe. Eh tuh dia anaknya." kata Flora.
"Hola, girls! Sorry ya lama tadi gw nyari bajunya rada susah." kata Youra. "Gapapa. Ayo otw." jawabku.
***
Kami memarkirkan kendaraan yang kami kendarai, setelah itu langsung aja kami masuk ke dalam club.
"Ruang VIP." Ujar ku singkat. "Oh iya sebentar. Jinda! Kasih ruang VIP nih!!" kata penjaga club.
Seorang wanita dengan baju ketat menghampiri kami. Dia berjalan dengan santainya walaupun aku bisa ngeliat belahan dadanya.
"Hallo, saya Jinda. Mari saya antar!" ujar wanita itu. "Saya Gazel. Ini sahabat-sahabat saya." ujar ku seraya tersenyum.
Kami langsung memasuki lift, Jinda langsung memencet tombol Lantai 3.
Ting!!
Pintu lift terbuka saat kami sudah di lantai 3. Aku bisa melihat kalau lantai 3 ini hanya ada beberapa orang didalamnya. Ada meja bartender di ujung ruangan, beberapa penari erotis dengan pakaian minim. Ada juga beberapa pengunjung disini.
Pandanganku jatuh pada seorang laki-laki dengan penampilan nya yang cukup hmmm elegan, sesuai selera ku.
Dia juga langsung menatap ku di depan lift, dia tersenyum dan memilih tetap menikmati minuman ditangannya.
Ashana P.O.V
"Guys, gw bawa sesuatu." kata Banu yang membuat kami menatapnya. Dia mengeluarkan satu benda dari saku celana jeans yang dia pakai. Oh permen ternyata, tapi tunggu! Kok kayak bubuk gitu ya?
Aku membelalakan mata saat mengetahui benda yang dibawa oleh Banu adalah sabu-sabu!
"Goblok! Ngapain lo bawa gituan kesini hah?!" ujar ku seraya menamparnya. Flora langsung menahan ku dengan tangannya. "Sabar, Zel. Dia emang make." ujar Bella. "Ta, mendingan lo buang nih cowok. Bawa masalah buat kita nanti." ujar ku ketus.
"Lo ga ada hak ya buat ngelarang Litta jadi sama gw." kata Banu sinis. "Ada lah bego! Gw sahabat nya! Gw ga bakal ngebiarin lo bawa masalah buat dia. Lagian segobloknya kita, ga akan mau juga make ginian." jawabku sinis.
"Cewek murahan kayak lo ga bakal mungkin ga make." ujar Banu yang membuat ku kesal. Aku langsung menghempaskan tangan Flora dan langsung menghampiri Banu.
Plak!! Plak!! Plak!!
"Makan tuh kata MURAH." Ujar ku setelah menampar Banu. "Bangsat! Berani banget lo malu-maluin gw! Cewek murah!" kata Banu seraya mau menampar ku tapi tangannya langsung ditahan seseorang. Ternyata cowok yang tadi aku liat saat ini menahan tangan Banu dan langsung memelintir tangannya.
"Cowok itu harus gantle bro. Lo banci ya? Beraninya main tangan sama cewek." kata cowok itu.
"Bacot! Ga usah ikut campur lo!" kata Banu. "Slow mas bro. Gw cuman peringatin lo aja, kalo lo masih ga mau dengerin ya udah gw ga akan ngebiarin tangan busuk lo ini nyentuh muka cantik nih cewek." kata cowok ini seraya menatapku.
Aku memilih berjalan ke bartender dan langsung duduk. "Dasar goblok. Bingung dah padahal tuh anak cakep masih aja ngincer cowok begitu. Goblok dasar." gerutu ku seraya menghirup vape.
Tiba-tiba cowok yang tadi itu menghampiri ku. Dia langsung memanggil bartender dan membisikan sesuatu setelah itu dia berdiri disebelah ku.
"Lain kali jangan begitu, cowok banci malah lo gituin. Ga bakal jera." kata cowok ini. "Ya lagian bingung gw sama sahabat gw. Dia cakep, tapi nyari cowok kayak orang bego. Ih minta gw lemparin granat!" ujar ku seraya menatap Banu dari kejauhan.
"Hahahahaha!" terdengar gelak tawa dari cowok dihadapan ku. "Ada yang lucu?" tanya ku yang membuat nya tersenyum. "Kalo sound di tiktok tuh ya Ade, cinta tak selamanya indah dek. Itu sahabat lo lagi bucin mungkin. Jadinya ga bisa bedain mana cowo gantle, mana cowo banci." kata cowok ini yang membuat ku tersenyum.
"Gw Delvin." ucapnya yang ku jawab anggukan. "Gw, Gazel." jawabku seraya tersenyum. "Nama lo cantik, kayak orangnya." kata Delvin. Kami langsung tertawa bersama.
Segelas Wine dan sebotol vodka tersaji dihadapan kami. "Lo yang pesen?" tanya ku yang dijawab anggukannya. "Wine, cocok buat cewek kayak lo. Udah jangan marah lagi, nanti cantiknya ilang." kata Delvin.
"Zel!" panggil Flora yang membuat ku menengok. Dia menunjuk Bella yang lagi beradu omongan dengan Banu. "Kenapa mereka?" tamya ku. "Si Litta nasehatin biar tuh cowok ga make. Malah ngomel, tadi si Litta hampir di tampar tapi ditahan Yuki." kata Flora yang membuat ku menatap tajam Banu.
Aku bisa liat dari sini kalau Banu saat ini lagi ngomelin Bella. Mereka beradu omongan. Sial! Banu berani nunjuk-nunjuk Bella! Ga sopan!
Aku langsung menghabiskan wine yang dipesankan Delvin dan langsung menghampiri mereka.
"Makanya lo itu harus tau rasanya! Lo aja belom ngerasain!" kata Banu. "Gw udah bilang ga mau ya ga mau bego!" jawab Bella seraya menolak Banu.
"Lo itu cewek murah, makanya lo harus rasain rasanya ini! Ayo! Ga usah sok suci deh!" kata Banu.
Aku langsung menarik Bella untuk mundur lalu ---
Plak!!
"Anak monyet! Sahabat gw udah nolak, ga usah dipaksa anjing!" ujar ku. "Kalian itu cewek murahan! Kalian harusnya terima kalo di cekokin ginian! Dasar bodoh, udah murahan malah sok suci lagi." kata Banu yang membuat ku semakin geram.
"Gw bisa tebak sih pasti Litta ga akan puas sama lo. Impoten!" sindir ku. Banu terkejut lalu langsung mengangkat tangannya, dia mau menamparku tapi seseorang menahannya. Ternyata Delvin.
Banu menghempaskan tangannya lalu menarik tangan Bella. "Ayo, ikut aku!" kata Banu. "Ga, ga mau!" ujar Bella seraya memukul tangan Banu agar melepaskan tangannya.
Aku langsung mendekati Bella dan Banu tapi seseorang menahanku. Ternyata Delvin. Dia menarik ku untuk berada didekatnya lalu langsung menarik tangan Bella yang digenggam Banu lalu menghempaskan tangan keduanya agar terpisah.
"Banci Kaleng, lo mendingan ga usah disini deh. Kelakuan lo ga pantes ada di ruang VIP. Malu-maluin cowok aja lo!" kata Delvin.
"Bacot. Gw juga ogah disini. Murahan semua. Termasuk lo!" kata Banu seraya menunjuk Bella.
Aku langsung menarik telunjuk Banu dan langsung meremas dan menariknya sampai dia kesakitan. Setelah puas, aku melepaskannya dan langsung mendorong dia ke lift.
Bella langsung memeluk ku dan menangis. "Gw ga nyangka dia begitu." katanya yang hanya ku jawab tepukan di pundak. "Cuman fwb. Jangan baper." ujar ku singkat.
"G-gw rasa gw sayang sama dia tadi." kata Bella. "Tadi. Sekarang?" tanya ku. "Enggak." jawab Bella dengan seringainya. "Good." jawabku.
"Wanna join with me?" tanya Delvin yang membuatku menatapnya. "Join apa?" tanya ku. Delvin mendekat dan mencium pipi ku. "Room. Gimana?" tanyanya. "Gw ga mau HS." jawabku singkat. "Ga HS. Chill aja bareng. Yuk!" ajak nya. Aku menganggukan kepala ku dan melemparkan kunci motor ke Bella.
"Lo tadi kan sama tuh banci. Pasti mobilnya udah ga ada. Pake aja motor gw. Gw duluan guys! See you!" pamit ku seraya bergandengan tangan dengan Delvin.
***
Delvin memarkirkan motornya di basement hotel bintang lima. Whoa! Ternyata cowok ini modal juga. "Yuk!!" ajak nya seraya merangkul pundak ku.
Kami langsung ke resepsionis dan menyewa satu kamar untuk malam ini. Setelah mendapatkan kartu akses, kami langsung masuk ke lift.
Keadaan yang begitu sepi membuatku kaget saat Delvin secara tiba-tiba mendekatkan wajahnya. Kami saling bertatapan. "Boleh?" tanyanya seraya mengelus bibirku.
Aku menganggukan kepala ku seraya tersenyum.
Cup!!
Aku merasakan bibirnya yang kenyal. Hmmmm manis. Kami terus berpanggutan sampai pintu lift terbuka. Kami langsung keluar dan menuju ke kamar president suit yang kami sewa.
"Minum dulu aja kali ya." kata Delvin yang ku jawab anggukan.
***
Saat mata mulai mencari sumber cahaya yang memaksa masuk aku mulai melihat disekeliling, "Ah ternyata dihotel." gumamku.
Saat mulai tersadar aku merasakan ada sesuatu yang sakit diantara paha, rasa ngilu yang teramat sangat dan juga rasa tidak nyaman yang tidak pernah aku rasakan sama sekali.
"Anjir kenapa ini gue." Aku mulai merasakan ada sesuatu yang salah. Sakit kepala yang sangat terasa akibat banyak menenggak banyak minuman, rasanya aku juga belum mengingat tentang apa yang terjadi setelah keributan semalam.
Seseorang terlihat mulai memasuki kamar ini. Ternyata dia delvin dan mulai menghampiri ku, "Lo udah sadar?" tanyanya. "Iya nih gue baru bangun, eh sadar emang nya lo kira gue pingsan apa segala sadar." ujar ku ketus.
"Hahaha ya abis gimana njir lo malem udah koleps banget kayanya, nih minum obat ini buat ngeredain sakit kepala lo." katanya sambil memberikan sebuah obat sakit kepala kepadaku.
Aku mulai berdiri dengan perlahan dibantu Delvin. Dia membantuku berdiri dan memapahku untuk duduk di sofa. "Nih minum dulu obat nya. Nanti kita sarapan okay. Lo pasti laper kan?" tanya Delvin yang ku jawab anggukan.
Aku mulai meminum obat dan air yang diberikannya. "Badan lo okay juga ya." kata Delvin yang membuat ku tersedak.
Uhuk! Uhuk!!
Aku langsung menengok ke bawah, dalam sekejap rasa terkejut menyerang diri ku. Damn! I'm naked!!!
"Delvin!!! Lo ngapain gw anjing?!!! Baju gw buruan siniin!!!!" teriak ku seraya menutupi dua aset berharga ku.
"Ngapain sih di tutupin. Gw udah tau rasanya semalem." katanya. Aku langsung berdiri dan memukul pundaknya. "Cabul!" umpat ku kesal.
Aku langsung mengambil baju yang semalam ku pakai dan kembali memasangnya ke tubuh ku. "J-jadi semalem kita---" ucapku yang dijawab anggukan Delvin.
"Sorry, kita sama-sama kobam semalem." kata Delvin yang membuat ku langsung memijat keningku. "Brengsek. Gw udah bilang kalo gw ga mau HS! Kenapa lo ga bisa nahan sih?! Bangsat!" ujar ku kesal seraya memukul badannya.
"Okay, gw bakal tanggung jawab." katanya. "Ogah. Gw ga mau komitmen sama siapa-siapa." ketus ku. "Yaudah! FWB! Gw ga bakal larang lo, lo juga ga boleh larang gw!!" kata Delvin yang ku jawab anggukan.
Delvin langsung memeluk ku. "Sorry, gw semalem kelepasan. Gw ga bakal ngulangin lagi." katanya yang membuat hati ku mulai berdesir.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!