NovelToon NovelToon

Perfect Wife

BAB - 01

Aurora menghela nafas beratnya sebelum ia memasuki ruang meeting, pasalnya ini adalah meeting terakhirnya sebelum ia benar-benar resign dari tempatnya bekerja, ia melepas jabatannya sebagai Accounting Manager di salah satu perusahaan berskala internasional dan menjadi ibu rumah tangga seutuhnya menuruti permintaan suaminya, Sekala Langit Nalendra.

"Morning everybody, thank you for coming. We have a lot in our agenda, so let’s begin" ucap Aurora mengawali meetingnya pagi itu, ia mulai menjelaskan jika ada beberapa project perusahaan yang mengalami over budget hingga 20% dari anggaran yang sudah di buat, hal tersebut merupakan sebuah peringatan dan catatan penting bagi manager project yang memegang tanggung jawab atas project tersebut.

Ditengah presentasinya, nampak seorang gadis bernama Syeira memperhatikannya. Gadis itu merupakan salah satu staff divisi accounting di bawah kepemimpinan Aurora, dalam meeting kali ini Syeira bukan memperhatikan isi presentasi yang di sampaikan oleh atasannya melainkan perut Aurora yang sudah kelihatan membesar.

Ya, Aurora kini tengah mengandung anak pertamanya dan usia kandungannya sudah mencapai empat bulan, sehingga perut dan tubuhnya sudah mulai membesar.

'Sebentar lagi aku akan menggantikan posisinya dan aku juga akan merebut Sekala kembali ke dalam pelukanku' gumam Syeira dalam hati sembari menatap sinis ke arah Aurora.

"And that brings us to the end. Thank you so much for your time and attention" tutup Aurora pada meetingnya hari itu, ia bernajak dari tempat duduknya kemudian melangkahkan kakinya keluar dari ruang meeting menuju ruang kerjanya.

"Ah lelah sekali rasanya" Aurora menghela nafas leganya karena meeting terakhirnya berjalan dengan lancar, ia bersandar di kursi ruang kerja sambil mengecek beberapa email yang masuk.

Ditengah kesibukannya mengecek laporan yang masuk, telepon di atas meja kerjanya berdering.

Krrrriing....

Aurora pun langsung mengangkatnya "Hallo," ucap Aurora.

Rupanya telepon tersebut berasal dari staff HRD yang memintanya untuk segera melalukan handover pekerjaan kepada Syeira.

'Aku pikir Adinda yang akan menggantikanku, ternyata Syeira' batinya 'Tapi ya sudahlah, toh memang Syeira lulusan dari universitas ternama di UK mungkin hal itu yang menjadi bahan pertimbangan Bu Kamila' Aurora tak ingin mengambil pusing mengenai siapa yang akan menggantikan posisinya, yang terpenting baginya ia bisa menyelesaikan tanggung jawab terakhirnya dengan baik.

"Okay, I will do it right away. Thank you," Aurora menutup teleponnya.

Tanpa menunggu waktu lama, saat itu juga Aurora langsung menghubungi Syeira, ia meminta Syeira untuk mempersiapkan meeting bersama tim accounting lainnya, guna membahas pengunduran dirinya sekaligus mengumumkan seseorang yang akan menggantikan posisinya.

Senyum sumringah terpancar jelas di wajah Syeira ketika Aurora mengatakan jika Syeira-lah yang akan menggantikan posisinya.

"Kamu ke ruangan saya sekarang ya, kita mulai handover." Setelah meeting berakhir Aurora langsung mengajak Syeira ke ruangannya.

"Baik Bu" Dengan senyum yang semakin mengembang, Syeira menganggukan kepalanya dan ia bergegas mengikuti Aurora masuk ke dalam ruang kerjanya.

Ruang kerja yang nampak mewah dan sudah lama ia idam-idamkan kini tinggal selangkah lagi ia akan menempati ruangan tersebut.

"Silahkan duduk, Syei!!" Aurora mempersilahkan Syeira duduk dan ia langsung menerangkan job description yang selama ini ia kerjakan.

Namun baru saja satu jam ia menerangkan job descriptionnya kepada Syeira, Syeira sudah napak pusing.

"Bu, boleh kita lanjut besok saja? kepalaku agak sedikit pusing, aku ingin pulang lebih awal untuk istirahat"

"Oh baiklah kalau begitu, sampai bertemu besok pagi ya, semoga kamu cepat sembuh" ucap Aurora, ia mempersilahkan Syeira untuk pulang lebih awal, sementara dirinya kembali meneruskan pekerjaan yang masih menjadi outstandingnya.

Hingga pukul 17:00 ia baru menghentikan pekerjaannya dan mematikan laptopnya, sambil berjalan menuju lobby kantor Aurora menghubungi suaminya. "Kemana sih? kebiasaan deh kalau janji selalu begini," ucap Aurora mulai gusar.

Pagi tadi sebelum berrangkat ke kantor, Sekala sempat berjani akan menemaninya memeriksakan kandungannya, namun sepertinya lagi-lagi Sekala mengabaikan janji yang telah ia buat.

Tak kunjung mendapatkan kabar dari suaminya, Aurora memutuskan untuk memesan naik taxi online. Sepuluh menit kemudian taxi yang di pesannya tiba di depan kantornya, Aurora langsung menaiki taxi tersebut dan pergi ke rumah sakit tempatnya memeriksa kandungan.

Setibanya di rumah sakit Aurora melakukan registrasi, sambil menunggu nomor atriannya di panggil, ia menyempatkan diri untuk beribadah di Mushola yang di sediakan oleh pihak rumah sakit.

Dari banyaknya pengunjung yang beribadah, tak sengaja Aurora bertemu dengan sahabatnya yang bernama Kara.

"Wah makin cantik saja bumil yang satu ini," sapa Kara kepada Aurora.

"Siapa yang sakit Kar?" tanya Aurora.

"Enggak kok, aku ke sini justru mau program hamil," jawab Kara, ia menoleh ke arah luar Mushola melihat suaminya sudah memanggilnya "Ra, di sambung nanti ya. Tuh Mas Aksara sudah manggil aku, nomor antrianku sudah di panggil kayanya" ucap Kara.

"Aksara? memangnya Aksara sudah pulang Kar?" tanya Aurora dengan sedikit terkejut, mengingat Aksara merupakan rekan kerja suaminya. Mereka berdua mendirikan perusahaan konstruksi sejak mereka lulus kuliah.

'Jika Aksara sudah pulang, tentu seharusnya Mas Sekala pun sudah pulang, tapi kenapa Mas Sekala masih belum memberikan kabar' batinnya.

"Hari ini kan memang lagi tidak ke kantor karena belum ada project baru Ra, memangnya Sekala tidak cerita ya?"

"Oh itu... aku agak sedikit lupa," Aurora tak ingin sahabatnya berfikir yang tidak-tidak mengenai rumah tangganya "Ya sudah sana, tuh suamimu sudah menunggumu" Aurora mencium pipi kanan dan kiri Kara, dan memperisilahkan Kara untuk terlebih dahulu pergi. "Sukses ya promilnya"

"Bye bumil" Kara mengelus perut Aurora berharap kehamilan sahabatnya menular pada dirinya, kemudian ia melangkahkan kakinya keluar dari Mushola.

"Bener-bener keterlaluan Mas Sekala ini" gerutu Aurora kesal.

Tak ingin berlarut dalam kekesalannya terhada Sekala, Aurora membasuh wajahnya dengan air wudhu dan bersiap melakukan ibadah.

Senyumnya cerianya kembali mengembang ketika ia mendengar detak jantung, serta wajah calon buah hatinya dalam layar monitor saat pemeriksaan berlangsung. Rasanya ia sudah tidak sabar menimang calon buah hatinya.

Dengan detail dokter menjelaskan perkembangan calon buah hatinya, mulai dari struktur kepala dan otak bayi, wajah terutama kondisi mata dan bibir, kemudian bagian dada yang akan dideteksi adalah kondisi jantung dan diafragma.

Kemudian bagian atas tubuh, kondisi perkembang perut termasuk ginjal dan kandung kemih, lalu kondisi struktur tulang, mulai dari tulang belakang, tangan, dan kaki.

Rasa syukur yang teramat dalam ia ucapkan dalam hatinya, ketika dokter mengatakan calon buah hatinya berkembang dengan normal sempurna, tidak ada kelainan genetik.

"Terima kasih banyak dok," Aurora menjabat tangan dokter kandungan yang memeriksanya, kemudian ia keluar dari ruang pemeriksaan untuk menebus resep yang di berikan dokter kepadanya.

BAB - 02

Sementara itu di tempat berbeda, Sekala nampak asik berduaan dengan Syeira di apartemen milik Syeira yang baru saja Sekala belikan untuknya tiga bulan yang lalu.

"I really miss you, baby" wanita itu bergelayut manja, melingkarkan tangannya di leher Sekala "You missed me didn't you?" tanya Syeira dengan manja, sambil memberikan kecupan manis di bibir Sekala.

"Ya tentu saja aku juga sangat merindukanmu, tapi bukankah tadi kamu bilang kamu sedang sakit?" tanya Sekala, ia memperhatikan Syeira yang tak nampak seperti orang sakit, Syeira justru mengenakan lingerie sexy yang menerawang, memperlihatkan lekuk tubuh indahnya.

"Aku sudah sembuh, karena obatku sudah ada di sini," Syeira duduk di pangkuan Sekala.

"Aku benar-benar mengkhawatirkanmu sayang," ucap Sekala menatap mata Syeira.

"Iya maaf, habis aku rindu sekali padamu dan sekalian aku mau mengucapkan terima kasih padamu, akhirnya hari yang ku tunggu-tunggu tiba." Syeira tak bisa menahan rasa bahagianya, karena kini dirinya telah resmi menggantikan posisi Aurora sebagai Accounting Manager di kantornya.

"Jadi, janjiku sudah lunaskan?!" tanya Sekala.

Ya, Sekala meminta istrinya untuk berhenti dari pekerjaannya atas permintaan dan desakan dari Syeria, Sekala tak mampu untuk menolak setiap permintaan Syeira.

"Hu'um, thank you baby" Syeira kembali mengecup bibir Sekala dan beranjak dari pangkuan Sekala, ia berjalan ke dapur untuk mengambil sebotol sparkling wine minuman favoritnya.

"Let's make tonight something special" Syeira menungkan sparkling wine kedalam gelas miliknya dan juga gelas Sekala, lalu mengajak Sekala untuk bersulang, sebagai perayaan atas jabatan baru yang ia duduki saat ini.

Setelah menghabiskan beberapa gelas sparkling wine, mereka bercinta dengan penuh gelora, Syeira sungguh pandai membuat Sekala berkali-kali mendesah dan membawanya terbang ke puncak kenikmatan.

 "I'm much more me when I'm with you" bisik Sekala ketika ia sudah mencapai klimaksnya, ia mengecup kening Syeira dan memeluknya.

"Jadi kapan kamu mau menceraikan istrimu?" tanya Syeira sambil memainkan jarinya di dada bidang Sekala.

Mendengar pertanyaan Syeira, Sekala merubah posisinya dengan sedikit menjauh dari Syeira. "Bukankah kamu tahu jika saat ini Aurora tengah mengandung anakku?" tanya Sekala.

"Lalu?"

"Maaf Syei, untuk permintaanmu yang satu ini sepertinya sulit untuk aku kabulkan" Sekala menggelengkan kepalanya, meski ia sangat mencintai Syeira namun ia tak sanggup jika harus melepaskan Aurora dan calon buah hatinya.

Syeira mulai meradang mendedengar jawaban Sekala "Kenapa? bukankah dulu kamu pernah berjanji untuk menikahiku?"

"I-iya, tapi sekarang istriku sedang mengandung anakku, aku tidak bisa menceraikannya"

"Kamu egois Mas" Syeira mendorong tubuh Sekala menjauh darinya, kemudian ia turun dari tempat tidurnya sambil mengenakan pajamasnya.

"Sayang, kamu ngertiin posisiku dong, anak yang ada di dalam kandungan Aurora adalah anakku, aku tidak ingin kehilangan anakku" Sekala mendekat ke arah Syeira dan memeluknya dari belakang.

"Terus kapan kamu ngertiin aku? aku capek terus menerus berada dalam hubungan yang seperti ini, terus menerus jadi bayang-bayang istrimu" Syeira semakin murka terhadap Sekala.

Sekala membalikan tubuh Syeira menghadap dirinya, kemudian ia menatap mata Syeira dalam-dalam "Seandainya dulu kamu tidak pergi meninggalkan aku, tentu pastinya aku akan menikahimu, bukan Aurora" ucap Sekala.

"Tapi aku pergi untuk melanjutkan studyku, Mas" Syeira mencoba untuk membela dirinya.

"Kamu tahu apa yang membuatku tidak sabar menantimu?" tanya Sekala. "Sehari sebelum kepergianmu ke UK aku melihatmu jalan dengan Brandon berduaan di mall," ucap Sekala " Brandon, pria yang sudah lama jatuh hati dan terus berusahan mengejarmu. Kemudian tambah selama di UK kamu tidak pernah sekalipun menghubungiku," lanjut Sekala.

Syeira terdiam mendengar kata-kata Sekala, ia sudah tidak bisa lagi membela dirinya, ia menyadari jika dirinyalah yang bersalah karena telah meninggalkan Sekala, namun ia pikir Sekala akan tetap setia padanya, tapi nyatanya setelah ia kembali ke Indonesia, Sekala justru telah menikah dengan Aurora.

"Aku sayang kamu Sye... aku masih sangat mencintaimu seperti dulu dan tak akan pernah berubah"  Sekala memeluknya dengan erat.

Lama mereka berdua berpelukan mengenang rasa yang dulu mereka pernah miliki, hingga pukul 02.30 WIB dini hari Sekala pamit untuk kembali pulang ke kediamannya, tentu saja tidak semudah itu Syeira melepaskan Sekala dari pelukannya.

"I promise you, I will be back tomorrow" ucap Sekala menyakinkan Syeira, agar Syeira mau melepaskannya.

"Janji" Syeira menyodorkan jari kelingkingnya ke hadapan Sekala.

"Janji" Sekala melingkarkan jari kelingkingnya di jari kelingking Syeira. "Kapan sih aku pernah boong sama kamu, kamu adalah prioritas hidupku," ucap Sekala.

"Aku pulang dulu ya" Sekala mencium kening Syeira kemudian ia keluar dari apartement Syeira.

Suasana lengang kota Jakarta membuat Sekala bisa memacu kendaraannya dengan kecapatan tinggi, agar ia bisa segera sampai di kediamannya.

Begitu tiba di kediamannya ia mengendap-endam masuk ke dalam, ia tak ingin Aurora memergokinya.

"Dari mana saja Mas, kok jam segini baru pulang?"

Pertanyaan Aurora tentu saja mengagetkan Sekala, seketika sekala membalikan tubuhnya menghadap istrinya yang ternyata sudah berada di belakangnya.

"Ak-aku habis meeting sekalian nongkrong sama Aksara, kok kamu tidak tidur? tidak baik loh ibu hamil kurang istirahat!!" ucap Sekala, ia mencoba untuk tidak terlihat gugup di depan Aurora.

"Meeting? meeting apa?" Aurora mencoba berpura-pura tak mengetahui jika perusahaan suaminya belum mendapatkan project baru.

"Me-meting, ya meeting kerjaan lah." jawab Sekala dengan gugup. "Tadi sore Pak Gunawan menghubungiku, menawarkan kerja sama dengan perusahaanya," terangnya.

"Tadi aku ketemu Aksara di rumah sakit," ucap Aurora tanpa melihat ke arah suaminya.

"Ak-aksara??" Sekala membulatkan matanya, ia terkejut dan terlihat semakin gugup mendengar ucapan istrinya.

"Tadi Aksara izin tidak ikut meeting karena ada keperluan, lagian kamu ngapain ke rumah sakit? kok kamu enggak izin dulu?" Sekala mencoba mengalihkan pembicaraan dan mulai membalikkan fakta seakan ia Auroralah yang terlihat salah.

"Kayanya tadi Pak Gunawan menghubungimu lewat kentongan di pos kambling, sampai-sampai kamu enggak lihat handphonemu sendiri," ucap Aurora dengan muka sinis "Nih di minum!!!" ia memberikan sebungkus obat kepada suaminya, kemudian ia berlalu meninggalkan Sekala, berjalan menuju ruang kerjanya.

"Obat apa ini Aurora?" teriak Sekala.

"Obat penambah daya ingat, agar kamu ingat cara menggunakan handphone dan juga ingat dengan janji-janjimu," ucap Aurora dari pintu ruang kerjanya.

Aurora menghela nafas beratnya, dalam sujud di sepertiga malamnya, ia mengadukan semua kegalauan hatinya yang ia rasakan, tentang ketidak jujuran suaminya, ia benar-benar merasa berjalan sendiri dalam rumah tangga yang di binanya bersama Sekala.

BAB - 03

Sekala melirik sekilas ke arah Aurora yang tengah duduk di depan cermin merapihkan hijab yang di kenakannya "Mau ke mana kamu pagi-pagi gini sudah rapih?" tanya Sekala sambil terus fokus pada permainan mobile legends yang tengah ia mainkan.

"Harusnya aku yang tanya, kenapa pagi-pagi kamu sudah main games? project dengan Pak Gunawan kemarin bagaimana? apa tidak kamu follow up bersama Aksara?" tanya Aurora balik.

"Kamu ini jadi istri sama sekali tidak ada sopannya dengan suamimu," Sekala beranjak dari tempat tidurnya, berpindah tempat ke ruang keluarga karena tak ingin di ganggu oleh istrinya.

Setelah dirasa penampilannya cukup, ia keluar dari kamarnya untuk sarapan.

"Mas..." panggil Aurora sambil mengoles selai coklat di atas roti tawarnya.

"Hmmm..."

"Mas Sekala...." panggilnya sekali lagi, ia sangat kesal karena Sekala sama sekali tak meladeninya.

"Apa sih, menggangu saja kamu ini. Aku lagi konsentrasi, bisa kalah nanti aku" protesnya dengan nada tinggi.

"Aku mau discus Mas, jika aku berhenti kerja bagaimana dengan biaya lahiran dan kebutuhan anak kita nanti?" tanya Aurora, ia mencoba untuk menurunkan nada bicaranya berharap Sekala mau di ajak berdiskusi dengannya.

"Kamu berdoa sajalah, semoga bulan depan aku ada project baru untuk biaya lahiranmu," jawab Sekala dengan santainya dan tetap berfokus pada handphonenya.

Aurora terdiam menghela nafas beratnya mendengar jawaban dari suaminya, ia berfikir apa keputusannya untuk resign adalah langkah yang tepat, namun ia tak bisa menarik kembali surat resign tersebut terlebih ia sudah mengumumkan jika Syeira yang akan menggantikannya.

Aurora beranjak dari tempat duduknya mendekt ke arah Sekala, "Aku berangkat ke kantor dulu Mas, aku masih harus menyelesaikan handover pekerjaanku sampai selesai," Aurora meraih tangan Sekala dan menciumnya.

"Hmmmm hati-hati," ucap Sekala.

"Mas, tidak mau mengantarku?"

"Manja sekali sih kamu, aku lagi nanggung nih" ucap Sekala dengan kesal, ia justru mengusir istrinya agar cepat pergi dari hadapannya.

"Ya sudah aku pergi dulu ya Mas, sarapannya sudah aku siapkan di meja makan. Assalamualaikum." Aurora pergi meninggalkan kediamannya dengan menggunakan transportasi online.

Di perjalanan menuju kantornya Aurora sempat menitikan air matanya, dalam benaknya mengapa hingga pagi tadi Sekala sama sekali tak menanyakan hasil pemeriksaan kandungannya, dan seakan tak peduli dengan dirinya padahal ia sudah menuruti semua permintaan Sekala.

Aurora mengelus perutnya dengan lembut terasa gerakan janin dalam kandungannya yang mulai menendang-nendang. 'Bunda sangat menyayangimu Nak' batinnya.

Setibanya di kantor ia membayar taxi yang mengantarkannya "Terima kasih ya Pak, kembaliannya untuk Bapak saja," ucap Aurora.

Ia tak menyadari jika dari kejauhan nampak Syeira tengah tersenyum penuh kemenangan karena sekali lagi ia merasa lebih unggul dari Aurora, ia pernah meminta kepada Sekala untuk tidak mengantar Aurora ke kantor dengan alasan ia merasa cemburu dan kini Sekala kembali menuruti permintaannya.

Syeira melangkahkan kakinya dengan penuh percaya diri masuk ke dalam kantornya, ia tidak segan untuk memberitahu kepada divisi lainnya jika dialah yang akan segera menggantikan Aurora.

"Morning Syei..." sapa Aurora saat melewati meja kerja Syeira "Kalo sudah siap,ke ruanganku ya. Kita lanjutkan lagi yang kemarin," ucap Aurora.

"Baik Bu Aurora, aku selesaikan laporan terakhirku dulu," jawab Syeira.

Sambil menunggu Syeira masuk ke dalam ruangannya, Aurora menghitung uang tabungan dan pesangon yang akan di dapatkannya, ia menganggarkan dana cadangan untuk persiapan kelahiran calon buah hatinya serta kebutuhannya sehari-hari.

Bukan ia tak percaya pada suaminya namun hatinya akan terasa lebih lega jika ia memiliki dana cadangan, ia tak mau hanya mengandalkan Sekala terlebih akhir-akhir-akhir ini Sekala sulit sekali di ajak berkomunikasi, terlehih jika sudah membahas masalah keuangan.

Selain itu Aurora juga menyisihkan sebagian uangnya untuk modal usaha yang akan ia jalankan di rumahnya, sembari mengisi waktu menanti kelahiran sang buah hati. Aurora berencana membuat usaha steak di depan rumahnya, hanya makanan itu yang menjadi keahliannya yang pernah mendapatkan pengakuan dari banyak orang yang pernah mencoba steak buatannya.

"Desain booth containernya bagus sekali Bu Aurora," puji Syeira yang tiba-tiba saja datang ke ruang kerja Aurora.

"Eh iya, aku mau coba buka bisnis kecil-kecilan di rumah," ucap Aurora sambil tersenyum. "Sudah selesai laporannya?" tanya Aurora.

"Sudah Bu" Syeira menganggukan kepalanya, ia duduk di hadapan Aurora dan bersiap menerima job description barunya.

Secara umum Aurora menjelaskan jika tugas utamanya adalah bertanggung jawab atas pembuatan jurnal dan laporan keuangan, melakukan koordinasi dengan departemen lain untuk pembuatan budget tahunan, membuat proyeksi cashflow mingguan dan bulanan ke Treasury, melakukan control kas perusahaan (cash flow) terutama piutang dan hutang, melakukan analisa keuangan, melakukan fungsi perpajakan, melakukan fungsi pengawasan transaksi keuangan perusahaan.

"Ada yang perlu di tanyakan?" tanya Aurora kepada Syeira.

"Tidak Bu, semuanya sudah cukup jelas." ucap Syeira.

"Semua filenya sudah aku susun rapih di sini" Aurora menunjukan dokumen file pada layar komputernya "Dan juga sudah aku susun rapih di sana" tunjuk Aurora di lemari dokumen di samping meja kejanya "Pokoknya kalau ada apa-apa atau kamu kesulitan, kamu langsung saja hubungi aku. Aku pasti bantu kamu," Aurora mengelus tangan Syeira dengan lembut.

'Baik dan bodoh rupanya hanya beda-beda tipis' gumam Syeira menatap Aurora.

"Baik bu, terima kasih banyak." Syeira tersenyum palsu ke arah Aurora.

Selama tiga hari berturut-turut secara intensif Aurora menjalani handover pekerjaannya kepada Syeira, di hari terakhir ia bekerja, Aurora tak dapat menahan rasa sedihnya harus berpisah dengan timnya.

Ia mengajak timnya untuk makan malam bersama di sebuah restoran yang tak jauh dari kantornya, Aurora memberikan sebuah bingkisan kenang-kenangan kepada seluruh timnya.

"Bu, jangan lupain Dinda ya," Adinda menangis di pelukan Aurora.

Adinda merupakan staf pajak yang sangat dekat dengannya. "Kamu bisa kapan pun menghubungi atau main ke rumahku" Aurora mengelus punggung Dinda dengan lembut menenangkannya dan menyakinkan meskipun dirinya sudah tidak bekerja lagi namun mereka semua tetaplah keluarga keduanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!