NovelToon NovelToon

Istri Tanpa Cinta

Episode 1

Seorang gadis muda berusia dua puluh satu tahun. Gadis cantik dengan mata lebar dan bulu mata lentik terlihat begitu sedih. Bagaimana tidak, ayahnya kabur entah kemana meninggalkan hutang yang begitu banyak.Tak berapa lama kemudian terdengar suara pintu di dobrak paksa. Amara terkejut dan segera berlari untuk melihat siapa orang itu. Beberapa orang bertubuh kekar menatap tajam Amara hingga membuat nyali Amara menciut.

"Siapa kalian?" Tanya Amara gemetar. Tanpa menjawab pertanyaan Amara,seseorang dari pria misterius itu mengeluarkan sapu tangan lalu menempelkan ke wajah Amara, hingga membuat Amara tak sadarkan diri.

Amara tersadar dari pingsan nya, dilihat sekelilingnya hanya ada tembok putih, seperti nya hanya sebuah ruangan kosong. Tangan dan kaki nya diikat. Entah apa yang sebenarnya terjadi. "ayah..ibu tolong aku..dimana kalian." Amara menangis tersedu sedu, tak berapa lama kemudian terdengar suara pintu di buka dengan kasar. Seorang pria tampan dan berwibawa, berbadan tegap, memiliki mata yang kecokelatan dan tatapan yang tajam dan dingin.

Senyuman nya begitu memikat tapi menusuk.Amara tidak berani menatap mata pria di hadapan nya itu, ia menunduk ketakutan. Pria itu membelai rambut Amara, mengelus wajah mungil itu. Seketika pria itu menjambak rambut Amara dengan kuat, membuat Amara meringis kesakitan.

"Apakah kau putri dari seorang penipu itu..!" bentak pria itu dengan wajah mengerikan.

"Apa maksud mu tuan, aku tidak mengerti?" Amara mulai terisak. Air mata mulai mengalir.

"Hei gadis sialan, ayahmu berhutang padaku, Tapi bukannya membayar hutang malah kabur begitu saja!" ucap pria itu semakin kuat menarik rambut Amara.

Amara hanya bisa menangis, seluruh badan nya bergetar karena ketakutan. Ia tak sanggup berkata-kata. Yang di pikirkan nya sekarang adalah mengapa begitu tega ayahnya meninggalkan nya dengan berhutang pada orang kejam ini.

"Jadi sebagai penebus hutang orang tua mu, kau harus menikah denganku.Jika kalau kau menolak maka ku pastikan ayahmu dan kau akan mati ditanganku!" ancamnya dengan nada dingin.

"Tuan, jangan lakukan itu aku mohon.Aku bersedia menikah denganmu tuan,tapi tolong jangan sakiti ayah saya," ucap Amara memohon.

"Hahaha, gadis bodoh!" Pria itu tertawa terbahak-bahak sambil berlalu meninggalkan Amara sendiri di ruangan itu.

Amara yang mendengar itu hanya bisa menangis tersedu-sedu, ia sangat ketakutan dan bingung apa yang harus dilakukan.

Tidak ada pilihan lain selain menikah dengan pria asing ini.

Sementara di ruangan lain, pria itu menatap lurus di depannya. Tatapan matanya begitu tajam kemudian ia tersenyum sinis.

"Dimas, kau urus semuanya, besok aku akan menikahi gadis itu!" ucap pria itu kepada pengawalnya sekaligus orang kepercayaannya.

"Secepatnya tuan? Apa anda yakin?" tanya Diam menyelidik.

"Haha, aku hanya ingin mempermainkan wanita ****** itu, lagipula ayah nya sendiri yang menawarkan nya padaku" ucap pria itu.

"Baik tuan, aku akan segera mengurus nya untuk mu" ucap pria itu menunduk kemudian berlalu.

Keesokan paginya Amara terbangun dari tidur nya, tangan dengan kaki yang masih dalam keadaan terikat.Amara merasakan sakit di tangan dan kaki nya akibat ikatan tali yang kuat. Tak berapa lama kemudian datang beberapa pengawal melepaskan tali ikatan itu.

"Nona, atas perintah tuan Aska kau akan menikah dengan nya hari ini disebuah hotel.Jadi persiapkan diri anda nona!" serunya. " pelayan! Cepat urus nona ini."

"Baik,tuan" ucap pelayan serentak.

Amara dituntun beberapa pelayan, kaki yang rasanya sangat perih tidak ia rasakan lagi, pikirannya tidak karuan.

Pelayan membersihkan dirinya, Setelah itu ia di bawa ke sebuah ruangan yang besar dan disana sudah ada beberapa perias menunggu dirinya.

Amara dipersilahkan duduk.

Perias lalu mendadani Amara sedemikian rupa.

Ia tidak menginginkan pernikahan ini, tapi dia juga tidak mau ayah dihabisi pria yang akan menjadi suaminya. Bagaimanapun juga Surya adalah orangtua Amara.

Selang beberapa saat,Amara berdiri di depan cermin melihat pantulan dirinya sendiri. Sangat cantik dan menawan.Tubuhnya mengenakan gaun berwarna peach dengan dua tali pita sebagai kerah yang diikatkan di bagian belakang, membingkai leher. Hingga nampak bahu yang lebar dan indah. Dengan rambut di gerai menambah kecantikan gadis itu.Tidak seperti pengantin biasanya yang tersenyum dihari pernikahannya.Berbeda dengannya,ia nampak cukup gelisah dan khawatir dengan acara yang sebentar lagi akan berlangsung.

"Nona,kau sangat cantik sekali" ucap salah satu perias. "Coba lihatlah! kau sangat cantik, aku yakin tuan Aska akan terpikat dengan mu, nona," ucap perias itu penuh antusias.

Amara menatap arah cermin di depan nya, terlihat jelas rasa takut terlukis di wajah cantik itu. Hanya saja ia pandai menutupinya dengan senyuman. Ia tidak ingin siapapun tahu tentang pernikahan penebus utang ini. Amara hanya bisa menguatkan dirinya sendiri, biarlah ia menahan rasa sakit nya sendirian.

Ia tak akan pernah menyangka bahwa ia akan menikah dengan seorang pria yang bernama Aska Andreas Sanjaya pria yang usia nya terpaut jauh diatasnya, yaitu tujuh tahun.

Saat nya telah tiba,Amara berjalan di dampingi para pelayan menuju tempat dimana pria tampan dan berwibawa itu telah menunggunya di altar pernikahan.Tak banyak orang di pernikahannya,hanya ada beberapa orang saja.Sekarang Amara tepat berhenti di hadapan pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.

Aska melihat tajam ke arah gadis di depan nya, ada perasaan kagum. Gadis yang baru saja ia kenal tempo hari lalu kini berdiri tepat di depan nya. "Tidak buruk !" batin Aska.

"Deg!"

Amara yang ditatap seperti hanya bisa menunduk. Perasaan nya campur aduk.

Akhirnya pernikahan yang singkat dan tak bermakna telah usai. Janji suci sudah di ucapkan, ke dua cincin sudah melingkar di jari manis masing-masing.

Acara telah selesai, orang-orang sudah pergi dari ruangan itu.Amara bingung tak tahu harus melakukan apa. Sejak tadi ia tidak melihat pria itu. Padahal tanpa sepengetahuan nya Aska telah pergi duluan entah kemana.

"Nona Amara, saya di perintahkan tuan Aska untuk mengantarkan nona," ucap Dimas.

Amara hanya menjawab dengan menundukkan kepalanya.Pandangannya tentu saja datar. Pertanyaan di kepala nya bermunculan, akan di bawa kemanakah dia.

Di dalam perjalan Amara hanya diam saja, tatapan nya kosong menatap ke arah luar kaca mobil. Dimas sesekali melirik ke arah Amara, di lihat nya gadis itu sesekali menyeka air mata yang keluar dari ke dua sudut mata indah itu.

Beberapa saat kemudian, sampailah Amara di rumah yang sangat megah, banyak pepohonan rindang di sekitarnya. Suasananya tenang dan damai. Amara dapat merasakan itu.

"Nona, kita sudah sampai," ucap Dimas. Kemudian ia bergegas turun untuk membukakan pintu mobil. Tampak kekaguman di wajahnya Amara .Baru kali ini ia melihat rumah semegah ini.

"Tuan Aska akan segera pulang, jadi nona masuk dan beristirahat lah didalam," ucap Dimas.

Dimas membuyarkan lamunan Amara. "Nona, ini adalah rumah nya tuan Aska, mulai sekarang anda tinggal bersama tuan Aska," ucap Dimas melanjutkan. "Kalau begitu, saya pamit pergi dulu nona, silahkan masuk," ucap Dimas kemudian berlalu.Amara segera masuk ke rumah itu.

Amara di buat kagum dengan seisi rumah itu, terlihat barang barang dan perabotan rumah yang super mewah. Terdapat banyak ruangan di dalam nya. Tapi Amara heran mengapa rumah seluas dan sebesar ini terlihat sepi. Tidak ada orang atau bahkan pelayan dan pengawal nya sama sekali.

Episode 2

Terdengar deru mobil diluar rumah.Aska baru saja pulang.

Amara ketakutan,ia berdiri mematung ketika Aska memberhentikan langkahnya tepat didepan dirinya.

"Selamat datang dirumah yang akan kau tinggali sekarang!" Aska tersenyum simpul.

Amara sesekali menatap Aska dengan mata yang berkaca-kaca.

Aska melangkah lebih dekat lagi ke arah Amara.Ia menjambak rambut Amara dengan kasar.

"Mulai sekarang kau menjadi pembantu dirumah ini," seru Aska.

"Tolong lepaskan,sakit!" pinta Amara memohon.

"Tidak ada yang bisa menyelamatkanmu dari genggamanku!" Aska lalu melepaskannya.

Amara semakin ketakutan,lagi dan lagi dia diperlakukan kasar oleh laki-laki selain ayahnya.

"Tugasmu sekarang adalah merawat ibuku yang sedang terbaring sakit dikamar!" ujar Aska dengan kedua tangan disaku celana.

"Ibumu?" Amara baru tahu jika Aska masih memiliki ibu.Karena saat pernikahan tadi,ia tak melihat sosok orang tua Aska.

Aska menghela nafas,ia lalu menjelaskan semuanya pada Amara.

"Jangan berpikir aku menikahi mu karena aku mencintaimu,itu salah besar.Aku menikahi mu karena aku ingin mencari seseorang yang bisa merawat ibuku dengan baik dan benar!dan kebetulan ada kau gadis penebus hutang ayahmu."

"Hutang ayahmu itu sangat banyak dan dia menjaminkan dirimu padaku sebagai penebus hutangnya,tapi belum sempat aku memberi keputusan dia sudah kabur duluan ternyata!" tutur Aska.

"Bahkan aku sama sekali tidak tahu bahwa ayahku setega itu menjadikanku penebus hutang nya!" lirih Amara sambil menyeka air matanya.

"Aku tak perduli dengan apa yang kau katakan,sekarang kau dibawah kendaliku." kata Aska.

Aska lalu memanggil Dimas untuk menyuruh mengantarkan Amara ke kamar yang akan ditepati.

"Ayo nona!" titah Dimas.

"Beritahu dia nanti apa saja yang akan dilakukannya dirumah ini!" tukas Aska berlalu begitu saja.

"Baik tuan,"

Amara menghapus air matanya, dengan pasrah wanita itu beranjak mengikuti langkah Dimas.

"Sudah sampai nona,ini kamar yang akan anda tempati dirumah ini!" ucap Dimas dengan wajah yang tak enak.

Amara perlahan melangkah masuk,ia menatap sekeliling ruangan itu.Tidak kecil tidak terlalu luas juga,kamar inilah yang akan ditepati Amara nanti.

"Yang benar saja ini kamar yang akan ku tepati?" tanya Amara sambil menutup hidungnya.

"Iya nona,semua ini perintah dari tuan Aska.Em....kamar ini memang sudah lama tidak dibersihkan nona,sehingga banyak debu yang menempel!" jelas Dimas.

Amara seketika menghela nafas lalu menghembuskan nya perlahan.

"Baiklah,akan ku bersihkan nanti!" lirih Amara.

"Nona,ini perintah dari tuan Aska.Besok pagi nona harus menyiapkan sarapan dan anda harus mengantarkan sarapan ke kamar nyonya Marta atau ibu dari tuan Aska tiap paginya.Sekaligus besok pagi saya akan mengenalkan nona pada nyonya Marta," jelas Dimas.

"Baiklah,aku mengerti!tapi rumah sebesar ini apakah dia tidak menyediakan seorang pelayan?" tanya Amara.

"Ada nona,satu orang namanya bibi Marni.Tapi bi Marni sekarang sedang pulang kampung karena anaknya sakit!" jawab Dimas.

"Oh,"

"Kalau begitu saya pergi dulu!" ucap Dimas.

Amara yang masih mengenakan gaun pengantin pun bergegas untuk bersalin dan membersihkan diri.Selesainya,wanita itu pun membersihkan kamarnya.

Satu jam kemudian,ruangan kamar tersebut sudah terlihat bersih dan rapi.Cukup melelahkan bagi Amara ,apalagi seharian ini ia sama sekali belum makan.

Tenggorokan yang amat terasa kering ,membuat Amara memberanikan diri untuk keluar mencari air minum.

Selangkah demi langkah Amara berjalan mencari dapur.Namun rumah yang sangat besar dan luas membuat dirinya sangat bingung dimana letak dapur tersebut.Amara bahkan tak mendapati satu orang pun untuk sekedar bertanya.

Terdengar suara derap langkah kaki yang menuruni anak tangga.Amara langsung memalingkan wajahnya untuk mengetahui siapa sosok tersebut.

"Sedang mencari apa kau!" tegur Aska dengan tatapan menyelidik.

"Argh....tuan,aku haus.Tapi aku tidak tahu letak dapur ini dimana!" ucap Amara dengan nada gugup.

"Di sebelah kiri ruangan keluarga,disitulah dapur!" ucap Aska.

"Baiklah tuan,terimakasih!" Amara menundukkan kepalanya.

Aska pergi begitu saja dengan pakaian rapinya.Amara hanya bisa menatap langkah Aska yang tak tahu mau kemana.

Amara kemudian pergi ke dapur untuk minum.Ia terheran sekaligus terkagum ketika melihat dapur dengan gaya moderen dan klasik,sungguh bagus sekali.

Duduk sejenak di meja makan sambil melamun,

Amara meratapi nasibnya,tak percaya bahwa ia sudah menikah dengan pria yang sama sekali tidak ia cintai.Padahal sebelumnya Amara memiliki pujaan hati yang dari dulu ia sukai,tapi Amara tak berani mengungkapkannya.

Keesokan harinya,Amara sudah terbangun dari tidurnya.Ia perlahan membuka mata sambil meregangkan ototnya.Menyingkirkan selimut lalu beranjak dari tempat tidur.Masih belum percaya bahwa ini hari pertamanya ia menjadi seorang istri.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul enam,Amara lalu mencuci wajahnya kemudian pergi ke dapur untuk membuat sarapan.

"Silahkan nona,nona bisa masak apa saja yang nona tahu.Semua persediaan dan bahan-bahan masakan ada didalam lemari pendingin nona!" kata Dimas yang tiba-tiba muncul.

"Astaga kau mengagetkan ku saja!" ucap Amara.

Amara kemudian langsung memasak apa saja yang ia tahu.Dapur yang sudah menyediakan semua bahan membuat Rima begitu gampang untuk memasak.

"Lengkap sekali persediaan masak dirumah ini!" lirih Amara.

Selang beberapa saat,Amara telah selesai memasak.Berbagai hidangan masakan sudah ia sajikan dimeja makan dengan rapi.

Tak......

Tak......

Tak......

Terdengar derap langkah kaki yang mendekat.Amaea menoleh,ternyata itu adalah Aska yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya.Dengan wajah datar Aska menatap Amara yang berdiri sambil menunduk.Terlihat rasa takut terlukis di wajah Amara sehingga ia tak berani menatap Aska.

"Silahkan tuan!" tutur Amara.

"Sudah mengantar makanan untuk ibuku?" tanya Aska.

"Ini tuan,sedang saya siapkan di nampan." jawab Amara.

"Baiklah kalau begitu!" Aska kemudian menarik kursi lalu duduk.

Aksa mengambil sendok dan garpu lalu mencicipi masakan yang ada didepannya.Namun sedetik kemudian ekspresi Aska berubah

total setalah mencicipi masakan tersebut.

Amara dan Dimas yang ada disitu langsung menatap satu sama lain dengan wajah takut.

"Matilah aku,jangan-jangan masakan ku tidak enak!" batin Amara.

"Apakah ini kau yang masak sendiri?" tanya Aska melirik ke Amara.

"Ya,tuan itu saya sendiri yang masak!" jawab Amara sambil tertunduk.

"Ada apa tuan,apakah masakannya tidak enak?" tanya Dimas.

Aska menggeleng, "Lumayan,masakannya enak!" ucap Aska.

Wajah Amara seketika tersenyum bangga,begitupula Dimas.

"Aku sedang tidak memujimu,hanya saja makanannya enak!" ujar Aska saat melihat Amara tersenyum.

"Cepat antarkan sarapannya,pasti ibuku sudah menunggu!" kata Aska.

"Nona,ayo saya antarkan ke kamar nyonya!" ujar Dimas,Amara lalu mengikuti langkah Dimas dengan membawa nampan.

"Permisi,selamat pagi nyonya!" seru Dimas.

"Waktunya sarapan......"

Amara terperangah melihat sosok wanita tua renta tak berdaya sedang terbaring diatas tempat tidur.

Kedua kelopak Marta yang tertutup seketika terbuka.

Marta menatap Amara dengan waktu yang cukup lama.

"Nona,sapalah mertua nona!" bisik Dimas.

"Selamat pagi ibu,ini sarapannya sudah saya bawakan!" sapa Amara.

"Dim....siapa wanita ini?" tanya Marta.

"Nyonya inilah istri dari tuan Aska." jawab Dimas.

Amara tersenyum,ia lalu meletakan nampan diatas nakas tepat di samping tempat tidur Marta.

"Ibu...ayo sarapan,Amara akan menyuapi ibu!" kata Amara yang duduk di samping Marta.

"Sekarang buka mulut ibu....." pinta Amara.

Marta pun hanya diam dan menurut.

Tak ada basa basi antara keduanya,karena Marta hanya diam saja walaupun Amara melontarkan berapa pertanyaan sejak tadi.Selesai menyuapi makan dan memberi obat,Amara langsung keluar dari kamar.

"Bagaimana nona,apakah nyonya ada berbicara dengan nona?" tanya Dimas saya Amara keluar dari kamar.

"Tidak ada,ibu Marta hanya diam saja meskipun aku berbicara padanya!" jawab Amara.

"Sabar saja nona,nyonya Marta memang seperti itu daridulu.Semenjak sakit dia jarang sekali untuk berbicara!" kata Dimas.

"Oh ya....em apa tuan Aska masih ada diruang makan?"

"Tuan Aska sudah pergi dari tadi nona,"

"Baiklah,kau sudah sarapan?" tanya Amara.

"Sudah nona!" jawab Dimas.

"Oh kalau begitu aku mau sarapan dulu,aku sangat lapar!" kata Amara berlalu begitu saja.

Menempuh perjalanan selama kurang lebih lima Belas menit,Aska baru saja sampai di kantornya.

Aska kemudian turun dari mobil dengan di sambut oleh beberapa karyawan kantornya.

"Selamat pagi tuan Aska l!" sapa mereka serempak,namun Aska hanya membalas mereka dengan senyuman lembut.

Aska langsung menuju lantai atas dimana ruangannya berada.

Sesampainya di ruangan kerjanya,Aska langsung duduk di kursi besarnya dengan kaki diletakan diatas meja.

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu.Aska mempersilahkan nya untuk masuk.

"Kau rupanya,ada apakah gerangan?" tanya Aska dengan santai.

Ferdi mendekat lalu menyenggol bahu Aska.

"Bagaimana,main berapa ronde tadi malam?" bisik Ferdi di telinga Aska.

Aska memicingkan kedua matanya,lalu balik bertanya.

"Menurutmu berapa ronde?" Aska beranjak dari kursinya.

"Hey tunggu...mau kemana kau!" panggil Ferdi.

"Argh.....kau datang hanya ingin bertanya hal yang tidak penting saja!" ucap Aska.

"Bukan begitu,aku kesini hanya ingin memberitahu mu,bahwa malam ini ada acara pertemuan kampus. Kau harus datang, acara ini khusus kelas kita dulu." jelas Ferdi.

"Hanya untuk memberitahu hal seperti itu?" tanya Aska menertawakan.

"Ada Davina dia pulang!" ujar Ferdi memberitahu.

"Aku akan datang!" seru Aska.

Siang harinya,Amara baru saja menyelesaikan tugasnya yaitu membersihkan rumah.Rumah yang cukup luas dan besar membuat dirinya kewalahan. Wanita itu duduk sebentar untuk beristirahat sambil menyeka keringatnya yang terus saja bercucuran.

"Melelahkan juga ternyata!" ucap Amara.

Mencium tubuhnya yang bau keringat dan merasa lengket,Amara pun akhirnya beranjak lalu memutuskan untuk mandi.

Sore menjelang malam,Aska baru saja pulang dari kantornya.Sesampainya dirumah,Aska langsung memanggil Amara.

"Amara.....Amara....." panggil Aska dengan nada tinggi.

"Ya...tuan!" Amara yang berada di dapur segera bergegas menghampiri Aska.

"Ada apa tuan?" tanya Amara.

"Siapkan pakaian ku,aku mau mandi!" ujar Aska berlalu begitu saja.

"Baik tuan!" ucap Amara.

Amara masuk kedalam kamar Aska,matanya berkeliling menatap sudut-sudut ruangan.Baru inilah ia pertama kali masuk ke kamar suaminya.Setelah menyiapkan pakaian untuk Aska,Amara turun ke bawah untuk menyiapkan makan malam.

Selang beberapa saat terdengar suara derap langkah kaki Aska yang menuruni anak tangga.

"Apakah tuan ingin makan malam?" tanya Amara.

"Tidak,aku tidak akan makan dirumah malam ini.Kau antar saja makan malam untuk ibu sekarang!" ucap Aska.

"Baik tuan!" kata Amara.

Malam telah tiba,di sebuah restoran mewah sudah ramai teman-teman Aska berdatangan untuk reuni.Mata Aska terus saja memandang pintu masuk untuk melihat perempuan yang di cari.

Tak berapa lama masuk seorang wanita dengan wajah cantik berambut panjang, wajah nya menampakan keangkuhan hingga membuat beberapa teman nya segan untuk menyapa wanita yang bernama Davina itu.

"Kau masih mengharapkan dia?" tanya Ferdi berbisik.

"Dia cinta pertama ku!" jawab Aska

Ternyata Davina menghampiri Aska, wanita itu tersenyum dengan manis nya. Semua mata tertuju pada nya karena Davina adalah seorang Dokter terkenal.

"Boleh aku bergabung dengan kalian?" tanya Davina.

"Teman-teman perempuan kan banyak, kenapa harus bergabung dengan kami?" tanya Ferdi sedangkan Aska hanya diam saja.

Davina lalu memandang teman-teman nya, "Sekarang aku tidak terlalu akrab dengan mereka!" ucap nya sombong.

Ferdi hanya menaikan bibir atas nya, tanpa menunggu persetujuan lagi Davina duduk di hadapan Aska.

"Apa kabar Aska, sudah lama kita tidak bertemu?" sapa Davina masih memancarkan senyum termanis nya yang mampu membuat Aska kembali mengingat masa lalu mereka.

"Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja!" jawab Aska dengan santai nya.

Acara semakin meriah, semua orang sibuk bernostalgia. Mereka kemudian melanjutkan acara dengan pergi ke club malam. Aska ikut saja, karena pria ini merasa tidak enak hati dengan teman-teman satu kelas nya.

Episode 3

Teman-teman Aska semua ikut berjoget, sedangkan Aska dan Ferdi hanya duduk sambil menikmati minuman mereka.

"Kenapa kau tidak ikut bersama mereka Aska?" tanya Davina menghampiri mantan kekasih nya.

"Itu menguras tenaga!" jawab Aska.

"Kalau begitu minum lah dengan ku." ajak Davina membuat Aska dan Ferdi terkejut.

"Wuaaah, aku tidak menyangka jika kau seorang peminum." ujar Ferdi.

"Diam kau!" bentak Davina.

"Kau seorang Dokter,tapi kenapa kau minum minuman seperti ini?" tanya Aska sambil menyulut api rokok.

"Karena aku suka,bahkan di apartemen ku saja aku menyediakan berbagai minuman alkohol dari beberapa negara," jelas Davina.

Aska tersenyum miring, entah bagaimana perasaan pria itu sekarang. Aska melentikkan ke dua jari nya, pria ini meminta satu botol minuman beralkohol. Aska dan Davina kemudian minum, Ferdi hanya bergeleng kepala melihat nya.

Malam semakin larut, satu persatu dari mereka memutuskan untuk pulang. Aska terlihat begitu mabuk karena sudah menghabiskan beberapa botol minuman.Sedangkan Davina yang juga minum bersama Aska hanya merasa sedikit pusing.

"Fer,tolong antarkan Aska untuk pulang ke rumahnya!" pinta Davina.

"Ujung-ujungnya aku juga yang susah!" ucap Ferdi langsung membuang nafas kasar nya.

"Kau tahu bukan sangat berbahaya jika seseorang mengemudi dalam keadaan mabuk!" ketus Davina.

"Iya....iya cerewet sekali kau!" tukas Ferdi.

Mau tidak mau Ferdi pun harus mengantarkan Aska pulang ke rumahnya.Sesampainya di rumah Aska,Ferdi langsung memencet bel rumah.Beberapa kali memencet bel akhirnya ada yang membukakan pintu.

"Siapa?" tanya Amara sambil melirik ke arah Aska "Ha......"

"Ada apa dengannya?" tanya Amara dengan nada cemas.

"Aska tak sadarkan diri akibat minum terlalu banyak," jawab Ferdi.

"Ayo.....bawa dia kedalam....." titah Amara.

Didalam tepat di ruang tengah,Ferdi langsung menghempaskan tubuh Aska ke sofa.

"Hah....ternyata berat sekali tubuhnya!" keluh Ferdi dengan nafas tersengal-sengal.

"Terimakasih karena kau sudah mengantarnya pulang!" kata Amara.

"Baik sama-sama,perkenalkan aku Ferdi temannya Aska dari kecil!" ucap Ferdi sambil berjabat tangan.

"Aku..." baru ingin berkenalan,Ferdi sudah memotong pembicaraannya.

"Shut.......aku sudah tahu kau,namamu dan siapa kau!" ujar Ferdi tersenyum.

"Kalau begitu aku mau pulang dulu!"

"Baiklah sekali lagi terimakasih dan hati-hati di jalan!" ucap Amara.

Ferdi kemudian pergi meninggalkan kediaman Aska.

"Haus.....haus....cepat ambilkan aku minum!" titah Aska dengan mata tertutup.

"Ba-baik tuan," Amara lalu bergegas pergi ke dapur.

Tak lama Amara kembali dengan membawa segelas air putih.

"Ini tuan,ayo minumlah!" kata Amara.

Aska meneguk air minum,setelah itu ia kembali tertidur.

"Tuan.....tuan.....apa tuan tidak pindah ke kamar?disini dingin tuan!" ucap Amara.Tapi Aska sudah terlelap tidur.

"Bagaimana ini,tubuh nya terlalu besar mana mungkin aku kuat memindahkannya ke kamar," ujar Amara. "Lebih baik aku ambil selimut untuknya!"

Amara bergegas menuju kamar Aska untuk mengambil selimut.Setelah itu Amara pun menyelimuti seluruh tubuh Aska.

Tak terasa jam dinding sudah menunjukkan pukul satu dini hari,Amara mengantuk dan memutuskan untuk pergi ke kamarnya karena besok ia harus bangun pagi untuk menyiapkan sarapan.

Keesokan harinya,Amara yang sudah bangun dari tidur langsung bergegas menuju dapur untuk memasak.Amara melewati ruang tengah dan melihat Aska yang masih tertidur pulas.Walaupun Amara sudah resmi menjadi istri dari Aska,Amara sama sekali tidak berani untuk membangunkan suaminya itu.

Pukul setengah tujuh Aska baru saja bangun dari tidurnya.Kepala terasa pusing dan perut terasa mual, membuat laki-laki itu bolak balik berlari ke wastafel untuk muntah.

"Tuan....apakah tuan baik-baik saja?" tanya Amara yang berada dibelakang Aska.

Aska menatap gadis itu dari pantulan cermin,lalu ia mencuci wajahnya.

"Kenapa kau tidak membangunkan ku!" tanya Aska.

"Maaf tuan,tapi aku hanya takut mengganggumu!" jawab Amara .

"Sial! aku terlambat!" kata Aska.Pria itu berlalu begitu saja.

"Tuan.......silahkan sarapan dulu!" panggil Amara yang melihat Aska lewat.

Aska menghentikan langkahnya,ia menatap jam yang melingkar ditangannya.Lalu menoleh melihat sosok Amara yang terlihat biasa-biasa saja memakai kaos oblong.

"Aku buru-buru,apakah kau sudah mengantar sarapan untuk ibu?" tanya Aska.

"Ini sebentar lagi akan ku antarkan,"

Aska lalu kembali mengayunkan langkahnya meninggalkan Amara yang termangu.

Wanita itu menghembuskan nafas kasarnya,lalu menatap nanar ke arah makanan yang sudah ia tata rapi di meja makan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!