NovelToon NovelToon

TOO BEAUTIFUL

#1

"Honey sayang, kau sudah membalurkan krim itu ke tubuhmu?" tanya Marilyn pada putri tunggalnya itu.

"Belum, Mom. Sebentar lagi. Aku masih belum selesai membaca," jawab Honey.

Lalu sang ibu mengambil botol berisi krim lotion itu dari meja ruang tengah dan menghampiri putri cantiknya itu.

Marilyn duduk di sebelah Honey dan mengambil satu tangannya lalu mengusapkan krim itu dengan perlahan.

"Kulitku sudah sangat sehat, Mom. Dan aku sudah tak memerlukan krim ini lagi," ucap Honey.

"Meskipun begitu kau harus tetap merawatnya, Sayang. Putri cantik mommy ini harus selalu terlihat cantik dan sempurna," ucap Marilyn.

"Tapi aku tak pernah bertemu siapapun selain mommy," sahut Honey.

"Ya, karena kau hanya milik mommy seorang," jawab Marilyn tersenyum dan kini membalurkan krim lotion itu pada kaki mulus Honey.

"Mengapa aku harus terlihat jelek jika keluar rumah? Apakah semua orang di luar sana selalu buruk? Tidak adakah yang baik?" tanya Honey.

"Kau selalu menanyakan pertanyaan itu, Sayang. Dan mommy berulang kali menjawabnya," jawab Marilyn.

"Karena aku masih belum mengerti, Mom," ucap Honey.

"Mommy hanya tak ingin kau merasakan penderitaan yang diakibatkan oleh orang-orang jahat di luar sana. Dunia luar sangat berbahaya untukmu," kata Marilyn.

"But Mom ..."

"Sudahlah, setidaknya kau bahagia hidup bersama mommy, bukan? Dan mommy masih mengizinkan kau keluar rumah dan berjalan-jalan di sekitar rumah dan bukit," ucap Marilyn.

"Tapi mommy selalu membuatku menjadi jelek dengan membalurkan arang hitam atau tanah pada wajahku. Pasti orang akan memandangku aneh jika melihatku," ucap Honey.

"Itu agar mereka tak memiliki niat jahat padamu, Sayang," jawab Marilyn tersenyum dan kemudian mengecup kedua pipi merah Honey.

Lalu Honey membaca bukunya kembali dan Marilyn kembali melanjutkan pekerjaan rumah tangganya yang belum selesai.

Honey True Haven -- seorang wanita cantik berusia 24 tahun. Hidup bersama ibunya saja di sebuah bukit yang jauh dari pemukiman penduduk.

Marilyn -- sang ibu -- sangat protektif pada Honey karena tak ingin melihat putri tunggalnya itu terluka.

Trauma masa lalu Marilyn membuat dirinya begitu menjaga Honey dengan cara yang berlebihan.

Dia pernah dikecewakan oleh seorang pria yang tak lain adalah ayah Honey -- seorang warga negara Korea Selatan -- yang juga merupakan seorang keturunan dari keluarga Chaebol Korea atau keluarga konglomerat yang cukup terpandang di Korea.

Ditinggal begitu saja dalam keadaan hamil, membuat Marilyn memendam kecewa yang amat sangat mendalam apalagi ketika dia mendengar kabar bahwa pria itu menikah dengan pilihan orang tuanya.

Keluarga Marilyn yang juga merupakan keluarga akademisi terpandang merasa sangat malu dengan kehamilan Marilyn.

Meskipun begitu, mereka tetap membiayai Marilyn dan Honey hingga kini. Marilyn mengasingkan dirinya di sebuah rumah peternakan yang ada di sebuah bukit ketika Honey baru berumur dua tahun.

Kedua orang tua Marilyn sangat menentang hal itu tapi Marilyn terlalu keras kepala dan tak ingin tinggal bersama orang tuanya lagi sejak saat itu.

Honey yang menjadi korban atas keegoisan Marilyn, tak pernah bertemu orang lain selain kurir pengantar barang yang selalu datang ke rumah mereka tiap minggu.

Honey bagaikan putri yang dikurung di sebuah istana tanpa bisa bertemu oleh siapapun.

Marilyn bahkan membuat Honey tak pernah mengenyam bangku sekolah sejak kecil.

Wanita itu mengajari Honey secara otodidak dan mengikuti ujian persamaan hanya melalui internet saja.

Latar belakang akademisi tinggi yang dimiliki Marilyn, mampu membuat Honey menjadi anak yang sangat pintar dan cerdas hanya dengan ajaran darinya dan buku-buku yang selalu di belinya dari internet.

Marilyn bahkan dulunya seorang profesor muda yang mengajar di universitas ternama di Inggris. Pertemuannya dengan ayah Honey yang bernama Kim So Hyun merubah hidupnya yang sempurna.

Tak terasa sudah 22 tahun Marilyn dan Honey hidup di rumah peternakan itu. Semakin hari Honey semakin kritis bertanya pada sang ibu tentang kehidupan mereka yang dianggapnya tak normal itu.

Dan Marilyn tetap memberikan jawaban yang sama setiap Honey melontarkan pertanyaan-pertanyaan kritis itu.

"Kapan aku boleh memakai laptop, Mom?" tanya Honey yang menyusul sang ibu ke dapur.

"Untuk apa? Tak ada yang menarik di sana," jawab Marilyn.

"Boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Honey.

"Bertanyalah," sahut Marilyn sambil mengupas kentang yang akan dimasaknya untuk makan malam mereka.

"Apakah setiap orang harus menikah? Dan kapan aku akan menikah?" tanya Honey.

Marilyn menghentikan kegiatannya dan melihat ke arah Honey.

"Kau tak akan pernah menikah karena itu akan membuat hidupmu menderita," jawab Marilyn.

"Aku pernah membaca buku di mana dikatakan bahwa pernikahan akan lebih membuat kita bahagia jika kita menemukan pasangan yang tepat," ucap Honey yang tak patah arang.

"Itu hanya omong kosong karena pada faktanya hubungan antara pria dan wanita sangat lah rumit dan bisa membuat seseorang depresi jika saling menyakiti," kata Marilyn.

"Yes, it's true. Jadi akan lebih baik jika kita tak saling menyakiti dan kita bisa menjalaninya dengan bahagia," ucap Honey.

"Honey sayang, kau tak tahu apapun tentang hal itu. Dan yang kau tahu hanya teorinya. Faktanya tak semanis teorinya. Kau akan menemui banyak masalah di luar sana. Jangan mendebat tentang hal ini lagi. Mommy melakukan hal ini hanya untuk kebahagiaanmu. Ingatlah selalu hal itu," kata Marilyn dengan tegas.

"Aku tak akan pernah tahu jika aku tak mengalaminya sendiri, Mom. Aku ingin membuktikan pada mommy bahwa ketakutan mommy sangatlah tak berdasar," bantah Honey.

"Kau sudah berani membantah mommy? Oh my God," ucap Marilyn.

"Aku hanya ingin berpikir logis dan realistis, Mom. Aku sudah dewasa dan cukup paham dengan situasi yang kita alami sekarang. AKu bukanlah anak kecil yang bodoh dan bisa mommy tipu dengan cerita dongeng. Aku memiliki kehidupanku sendiri dan hidupku tak akan tersakiti seperti mommy," kata Honey.

"HONEY!!! Masuk ke kamarmu!!" bentak Marilyn.

"Tak semua orang di luar sana seperti daddy, Mom. Biarkan aku menentukan pilihan hidupku sendiri!!" Tanpa sadar Honey pun membentak Marilyn dan membuat sang ibu cukup terkejut.

"Kau melawan mommy?"

"Tidak, aku hanya ingin hidup normal dan aku sadar bahwa hidup kita bermasalah, Mom."

"Kau terlalu sok pintar hanya karena membaca banyak buku padahal kau tak pernah tahu kenyataaannya. Kau hanya tahu teori itu dari buku, Honey!!"

"Maka dari itu izinkan aku mengetahui kenyataannya dan membuktikan bahwa yang aku baca ini benar atau salah," ucap Honey keras kepala.

"Masuk ke kamarmu!!! MASUK!!" Marilyn marah dan mulai habis kesabaran menghadapi kata-kata kritis dari Honey yang kini semakin pintar mendebatnya.

Lalu Honey pun masuk ke dalam kamarnya dengan emosi. Dia masih tak habis pikir dengan pikiran kolot ibunya.

"Seharusnya aku lebih menyeleksi buku-buku apa saja yang dibacanya," gumam Marilyn pelan sembari memegang kepalanya.

#2

"Kau sedang berada di Inggris? Jangan lupa mampir ke mansion Thea dulu, Blue," ucap Yara -- ibu Blue -- melalui sambungan telepon.

"Kak Thea sedang ada di Amerika, Mom. Dia sedang liburan di mansion keluarga Kingsford. Aku sudah menelepon kak Jared tadi," jawab Blue.

"Oh ya? Baiklah kalau begitu. Hati-hati dalam perjalananmu, Sayang. Doa mommy tetap satu, semoga kau segera menemukan jodohmu di perjalananmu nanti," ucap Yara yang selalu absurd.

"Come on, mommy sudah mempunyai cucu dari Kak Ocean dan Red. Jangan menagihnya lagi padaku," protes Blue.

"Ck, kau sudah tua, Blue. Ingat, KAU SUDAH TUA," ucap Yara dengan sangat jelas.

"Ya Tuhan. Umurku belum genap 30 tahun dan mommy sudah menyebutku tua? Benar-benar keterlaluan," sahut Blue.

"Hei, sebulan lagi kau sudah berumur 30 tahun jika kau lupa," ucap Yara mengingatkan.

"Aku masih ingin bebas dan tak terkekang," kata Blue.

"Iiiissshhh, kau pikir hidupmu akan terpenjara jika kau memiliki istri? Lihatlah mommy dan daddy, kami masih sering melakukan travelling bersama," protes Yara.

"Ya ya ya ... Sudah, Mom. Aku akan ke club bertemu temanku. Bye, i love you," ucap Blue yang kemudian langsung menutup sambungan teleponnya.

"Hufffttt ..." Blue menghela nafasnya lega.

Blue adalah satu-satunya anak Yara dan Bryce yang mengikuti jejak sang daddy yang suka berpetualang.

Dia menikmati kesendiriannya dan terkadang dia berpetualang bersama sang sepupu -- Andrei Romanov -- beberapa kali.

Sudah banyak negara yang didatangi oleh Blue. Di saat Andrei lebih suka berbisnis dengan resortnya di berbagai negara, berbeda dengan Blue yang tetap mengurus perusahaannya dari jarak jauh -- seperti yang dilakukan daddynya dulu.

Dia hanya sesekali saja muncul di perusahaan di saat-saat penting dan genting. Selain itu dia lebih suka menghabiskan waktunya dengan berpetualang ke tempat-tempat baru.

Sebenarnya kedatangannya ke Inggris untuk mengunjungi rumah hutan Thea -- kakak sepupunya. Tetapi Thea sedang berada di Amerika dan dia memutuskan untuk mengelilingi negara Inggris meskipun Blue sudah sering ke sana.

*

*

Blue menginap di hotel milik kakeknya. Fasilitas yang selalu memadai membuat dirinya cukup mudah melakukan perjalanan ke berbagai negara.

Karena kakek dan sepupunya banyak yang memiliki hotel dan resort di beberapa negara.

Tak seperti sang daddy yang dulu suka berpenampilan bak preman, Blue justru berpenampilan lebih klimis dan ketampanannya tentu saja semakin mempesona tiap wanita yang melihatnya.

Blue keluar dari taksi dan masuk menuju club malam di mana dua temannya telah menunggu di sana.

Llingkup pergaulan Blue sangat luas dan dia suka berteman dengan siapapun dan dari kalangan mana pun.

Tapi kali ini teman yang akan ditemui berasal dari keluarga bangsawan yang dulu merupakan teman kuliahnya di Harvard.

"Hello, Bro. Bagaimana kabarmu?" tanya Jackson -- salah satu temannya.

"I'm so great as always," jawab Blue sembari memeluk temannya itu.

"Hei, mengapa wajahmu murah, Raven?" tanya Blue pada teman satunya lagi.

"Dia baru saja bercerai," jawab Jackson.

"What??? Bukankah kau baru menikah sebulan yang lalu?" tanya Blue terkejut tetapi dengan senyum tengilnya.

"Kau pasti suka melihat temanmu menderita, Blue," ucap Raven.

Blue tertawa dan tak bersimpati pada temannya itu.

"Sudah kubilang, menikah adalah sesuatu yang rumit. Kita masih butuh bersenang-senang," kata Blue sambil meminum minumannya yang sudah dipesan oleh Jackson.

"Dia berselingkuh dariku. Bisa-bisanya dia melakukan hal menjijikkan itu," kesal Raven.

"Kurasa dia sudah gila, Raven. Pria setampan dan sekaya dirimu masih diselingkuhi?" Blue menahan tawanya.

"Blue, ini tak lucu. Aku akan meninjumu jika kau tertawa semenyebalkan itu lagi," ucap Raven yang justru membuat Blue tertawa terbahak.

Blue lalu berdiri dan menuju lantai dansa. "Kita bersenang-senang saja, Kawan. Banyak kerabatku yang cantik, nanti akan kukenalkan padamu!!" teriak Blue sambil mengangkat minumannya dan tersenyum tengil seakan mengejek nasib Raven.

"Dia memang benar-benar menyebalkan," gumam Raven dan Jackson ikut tertawa.

"Blue benar, ayo kita bersenang-senang saja, Rav," ujar Jackson menarik lengan Raven dan membawanya ke lantai dansa.

*

*

Jam dua dini hari, Blue kembali ke hotelnya dan langsung tepar di atas tempat tidur.

Panggilan telepon dari Yara -- sang mommy -- telah diabaikannya sejak tadi.

Pagi harinya, sinar matahari masuk melalui jendela kamar hotel yang kordennya tak tertutup.

Blue bangun karena hal itu. Dia langsung beranjak dan berjalan menuju kamar mandi. Hari ini dia akan melanjutkan perjalanannya mengelilingi daerah perbukitan di beberapa pedesaan di Inggris.

Cuaca yang sangat cerah membuatnya bersemangat menjalani perjalanannya kali ini dan dia datang di waktu yang tepat ketika Inggris sedang musim panas.

Setelah bersiap-siap, Blue langsung menuju lobby hotel.

TING ...

Pintu lift terbuka dan dia keluar dari sana. Manajer hotel langsung mendatangi Blue ketika dia melihatnya keluar dari lift.

"Tuan Robert, mobi anda sudah disiapkan di depan," ucap Xandria -- wanita cantik yang berwajah datar itu.

"Terima kasih, Xandria. Ah ya, nanti akan ada temanku yang bernama Raven kemari. Biarkan dia menginap di kamarku. Dia sedang patah hati," ucap Blue tersenyum.

"Baik, Tuan," jawab Xandria yang masih mengikuti Blue sampai keluar pintu lobby.

"Masuklah, aku bukan raja yang harus kau antar sampai masuk ke dalam mobil," ucap Blue.

"Baik, Tuan," sahut Xandria sembari mengangguk hormat.

"Dia cantik juga. Raven akan cocok dengannya," gumam Blue melihat kepergian Xandria dengan tersenyum penuh rencana.

"Nanti saja akan kuurus setelah aku kembali kemari," gumam Blue yang kemudian menginjak pedal gas mobilnya.

Blue melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang saja. Dia membuka jendela mobilnya dan menikmati hawa pagi yang masih sejuk.

Tangan Blue memencet tombil CD dan menyalakan musik rock lumayan keras.

Dia ikut melantunkan lagu keras yang sudah dihafalnya itu.

7 jam perjalanan ditempuh oleh Blue sampai akhirnya dia tiba di sebuah perbukitan yang sangat sepi dan hanya ada mobilnya saja yang melaju.

"Kurasa aku menemukan hidden gem kali ini. Dan mengapa aku baru tahu tempat ini?" gumam Blue dan mematikan mesin mobilnya di pinggir jalan yang sangat sepi dan lengang itu.

Jalan itu ditumbuhi pohon-pohon besar tua yang pastinya berusia ratusan tahun.

Blue menghirup dalam-dalam udara sejuk di perbukitan itu dan bau pohon mendominasi penciumannya.

Blue kemudian naik kembali ke mobilnya dan melanjutkan perjalanannya lebih masuk ke dalam area hutan yang ada di bukit itu.

Mobil Jeep Gladiator yang dikendarainya sangat mudah menembus beberapa semak belukar yang masih memenuhi area bukit.

Setelah menemukan tanah lapang yang terdapat aliran sungai di sana, Blue menghentikan laju mobilnya.

Dia membuka pintu mobil dan ada tamu hutan yang memberikan salam perkenalan padanya.

Ya, ada seekor ular yang ada pas di bawah kaki Blue. Itu hanya ular sanca yang tak berbahaya meskipun ukurannya besar.

Blue mengangkat ular itu dan melemparnya jauh ke tengah semak belukar di tempat yang agak jauh dari mobilnya.

#3

Blue membangun tenda dan menyiapkan segala macam peralatan yang akan digunakannya untuk menginap di sana.

Setelah menyelesaikan semuanya, Blue membuka bajunya dan menuju ke arah sungai jernih itu. Ada air terjun kecil di hulu sungai itu yang jaraknya tak terlalu jauh.

Karena sudah terbiasa berpergian sendirian, tak ada rasa takut yang dirasakan oleh Blue.

Blue naik ke puncak air terjun itu dan menyusuri jalan setapak yang dilihatnya di sana.

"Ada jalan setapak di sini? Ini artinya ada yang sering kemari. Tapi aku sama sekali tak melihat pemukiman penduduk di sini. Mungkin ini jalur pendaki," gumam Blue.

Blue meneruskan perjalanan ke atas bukit hanya menggunakan celana pendek saja.

*

*

"Mommy hanya pergi sebentar saja, mungkin sore mommy sudah pulang," ucap Marilyn pada Honey yang sedang membaca bukunya di beranda belakang rumah.

Honey langsung menutup bukunya dan menghampiri sang mommy.

"Tidak bisakah aku ikut, Mom?" tanya Honey.

"Mommy tak ke manapun seperti biasanya. Mommy hanya mengambil uang yang dikirimkan kakekmu. Dan kurir menunggu mommy di ujung bukit itu. Kau akan kelelahan nanti," jawab Marilyn dan memakai jaketnya.

"Tapi mengapa sampai sore?" tanya Honey.

"Mommy harus menelepon kakek dan mommy harus meminjam ponsel milik kurir itu," ucap Marilyn.

"Mommy tak membohongiku, kan? Apakah mommy ke desa terdekat tanpa mengatakan padaku?" tanya Honey lagi.

Marilyn melihat ke arah Honey.

"Kau semakin banyak bicara, Sayang. Jangan membuat mommy marah dengan pertanyaanmu yang tak masuk akal itu. Ingat, kau tak akan pernah bisa bertahan hidup kalau bukan karena mommy yang selalu ada di sampingmu. Jadi ikuti perkataan mommy seperti sebelum-sebelumnya," ucap Marilyn tegas dan kemudian keluar rumah.

"Aku akan pergi keluar nanti, Mom," ucap Honey.

"Jangan terlalu jauh karena banyak binatang buas di sekitar hutan yang ada di bawah bukit!! Dan ingat jangan ke air terjun lagi jika kau tak ingin bertemu ular lagi seperti tempo hari," teriak Marilyn dari dekat pintu depan.

"Ya, Mom," sahut Honey.

"Jangan lupa arangmu!! I love you, Honey. Bye ..." teriak Marilyn dan naik ke traktornya lalu pergi meninggalkan rumah.

"Bye ..." ucap Honey dari arah pintu dan menutup pintunya.

Lalu Honey pergi ke ruang tengah dan menuju perapian. Dia mengambil abu arang yang mengendap di sana lalu membalurkannya ke wajah dan tangannya.

Honey memutuskan untuk pergi sekarang karena dia bisa lebih banyak menghabiskan waktunya lebih banyak di luar nanti sebelum sang ibu datang.

Dengan baju kemeja dan celana kulot longgar, Honey berjalan di tengah bukit. Dia memakai sepatu boot.

Dia bersenandung lagu tempo dulu yang sering di nyalakan di CD lama milik ibunya.

Seperti biasa, Honey akan memasuki hutan yang sebenarnya dilarang oleh ibunya. Jiwa keingin tahuan Honey memang terlalu tinggi dan dia pernah berjalan sampai ujung hutan itu hingga akhirnya menyerah karena tak menemukan jalan keluar.

Honey selalu membawa kompas sesuai anjuran sang ibu agar tak tersesat di hutan.

Sudah beberapa bulan ini Honey menyusuri hutan dan mencari ujung hutan itu tapi dia tak bisa menembusnya hanya dengan berjalan saja.

Dan dia tak bisa menggunakan traktor sang ibu karena Marilyn pasti tak mengizinkannya. Marilyn juga tak menyediakan kuda lagi di peternakannya setelah Honey beranjak dewasa dan pemikirannya semakin kritis.

Marilyn berdalih bahwa merawat kuda terlalu banyak menghabiskan biaya dan akhirnya Marilyn menjualnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!