NovelToon NovelToon

Nastiti

Bab 1 Prolog

Nastiti, seorang gadis berusia 19 tahun.

Ia lahir dari keluarga yang sederhana, ayahnya hanya seorang petani, sementara ibu Titi hanya ibu rumah tangga biasa.

Titi tiga bersaudara, Pandu kakak laki-laki Titi dan Tuti adik perempuannya.

Titi tinggal bersama kedua orang tuanya, dan juga kedua saudaranya di sebuah kota kecil, kota kelahiran Titi.

Karena keterbatasan kedua orang tuanya, Titi hanya bisa menamatkan sekolah kejuruan dengan jurusan akuntansi.

Kakak Titi juga hanya tamat SLTA, sementara Tuti duduk dibangku kelas satu SMA.

Titi sangat beruntung, setelah tamat SMK, tetangga Titi yang memiliki perusahaan jasa, mengajaknya untuk berkerja di Perusahaannya. Sementara Pandu abang Titi bekerja sebagai tenaga honorer disebuah instansi pemerintah.

Setiap hari, Titi berangkat pukul tujuh dan akan pulang pukul empat sore.

Titi bekerja dari hari Senin hingga Jum'at, hari Sabtu Titi dan mbak Dewi bergantian masuk kerja, karena hari Sabtu jarang ada konsumen yang meminta pengiriman barang.

Setiap sore, sepulang bekerja Titi akan berangkat ke masjid untuk belajar mengaji, kebetulan Titi dan Pandu menjadi pengurus remaja masjid.

*****

Siang ini pukul tiga Titi baru pulang kerja, karena setiap hari Jum'at Titi pulang pukul tiga.

Seperti biasa, Titi pulang naik angkot. Didepan gang menuju rumahnya, Titi bertemu Toni, laki-laki yang menjadi kekasih Titi hampir satu tahun ini.

"Selamat sore dek, baru pulang kerja ya?" tanya Toni.

Toni, seorang PNS yang bekerja di instansi militer, kebetulan kantor Toni berada tak jauh dari gang menuju rumah Titi. "Iya nih, kak, Titi baru pulang." jawab Titi.

"Dek, nanti ke masjid ga? kalau adek ke masjid, nanti malam bareng ya pulangnya, kakak mau main kerumah."

"Baik kak, tapi nanti Titi pulangnya agak telat, karena malam ini Titi kebagian tugas membersihkan masjid bersama teman-teman."

"Baiklah, nanti kakak tunggu disini ya selepas sholat isya!"

"Baik, kak!, Titi pulang dulu ya, kak?"

"Iya, dek..hati-hati dijalan!"

"Baik, kak..terima kasih!".

Titi pun melanjutkan langkahnya untuk pulang kerumah.

Dari depan gang menuju rumah Titi lumayan jauh, sekitar dua ratus meter.

Didepan rumah Titi ada jalan yang sudah diaspal, tapi karena Titi tinggal di kota kecil, dan ditempat Titi tinggal masih jarang penduduk, jadi tidak ada angkot yang masuk ke daerah rumah Titi.

Untuk naik angkot, Titi harus keluar gang menuju jalan raya.

"Assalamualaikum.." Titi mengucap salam saat masuk ke dalam rumah, di rumah ada ayah Titi yang sedang duduk dikursi panjang di ruangan dapur.

Sementara ibu Titi baru selesai mengangkat jemuran.

"Waalaikumsalam.." jawab ayah dan ibu Titi.

"Baru pulang, Ti? sana ganti baju, terus makan" kata ibu Titi.

"Titi mau mandi dulu, bu..nanti Titi mau langsung ke masjid, makannya nanti malam aja, tadi di kantor Titi sudah makan mie ayam sama teman-teman" jawab Titi.

"Ya sudah, kalau mau langsung mandi" kata ibu lagi.

"Tuti, kemana bu? dia mau bareng ke masjid ga?"

"Adikmu tadi pamit sama ibu, mau ikut kegiatan ekstra kulikuler, jadi pulangnya nanti menjelang magrib, Titi berangkat sendiri aja ke masjid, bang Pandu juga belum pulang kerja, mungkin ke masjidnya nanti setelah magrib".

"Baik, bu".

Selesai mandi dan sholat ashar, Titi bersiap untuk berangkat ke masjid.

Titi menyiapkan mukena yang biasa dibawa ke masjid, untuk Al Quran, Titi meninggalkan nya di masjid, jadi tidak dibawa pulang.

Setelah pamit pada ibunya, Titi pun berangkat ke masjid.

Sampai di masjid, sudah banyak anak-anak yang datang untuk belajar mengaji.

"Baru datang ya, mbk? Mbak Tuti, mana mbak?" tanya Nina.

"Mbak datang sendiri, Nin, mbak Tuti masih disekolah, ikut kegiatan ekstra kulikuler" jawab Titi.

"Mbak Titi, bang Pandu mana? ga ngajar ngaji ya?" Tini menanyakan Pandu pada Titi.

"Bang Pandu, Insya Allah datang setelah magrib, karena bang Pandu tadi balum pulang kerja" jawab Titi.

"Bang Pandu, ngajar mengaji ga mbak? tanya Elsa

"Belum tahu, nanti kalau bang Pandu telat datang, kan bisa belajar sama kak Khalik, kak Shiddiq atau kak Pur". jawab Titi.

"Ah..ga seru kalau ga ada bang Pandu" jawab Elsa sambil cemberut.

Titi hanya tersenyum melihat anak-anak yang kecewa karena Pandu belum datang ke masjid.

Anak-anak yang masih duduk dibangku kelas dua dan tiga SD, lebih senang diajar mengaji sama Pandu, karena Pandu sangat perhatian pada anak-anak.

Jika dapat uang gaji, Pandu akan mentraktir anak-anak dengan membelikan jajanan, jadi anak-anak lebih semangat jika Pandu yang mengajar ngaji.

Selesai belajar mengaji, sebelum shalat isya, Khalik, ketua remaja masjid meminta para remaja untuk berkumpul, dan menyampaikan sesuatu.

"Teman-teman, besok malam minggu, kita akan mengadakan rapat untuk persiapan acara Maulid Nabi.

Tolong sampaikan pada teman-teman yang lain, untuk datang besok selepas shalat isya, kalau bisa ikut shalat isya berjamaah".

"Baik kak, Insya Allah besok kami akan datang, dan mengajak teman-teman yang lain" jawab Shiddiq.

"Ya sudah, siapa yang dapat tugas adzan silahkan adzan, sebab sudah masuk waktu isya" kata Khalik lagi.

"Baik kak, saya akan adzan dulu" jawab Pur yang kebagian tugas adzan.

Selepas shalat isya, Shiddik meminta teman-teman yang mendapat tugas untuk membersihkan masjid, untuk membagi tugas.

"Ti..kamu dan Tanti, tolong bersihkan teras dan tempat wudhu, biar saya dan Zai yang membersihkan karpet sekalian merapihkan Al Quran dan alat shalat lainnya" kata Shiddik.

"Baik Diq, biar saya dan Tanti yang membersihkan teras dan tempat wudhu, nanti biar cepat selesai" jawab Titi.

Akhirnya, merekapun menyelesaikan tugas masing-masing, karema masjid tidak terlalu luas, tugas membersihkan masjid pun bisa cepat diselesaikan.

Mereka setiap malam bergantian membersihkan masjid, agar masjid tetap selalu bersih dan rapi.

"Ti..sudah bersih belum tempat wudhu nya? kalau belum biar saya bantu". kata Zai.

"Alhamdulillah..semua sudah selesai Zai, jangan lupa matikan lampu bagian dalam dan kunci pintu masjid" jawab Titi.

" Ok..siip..yuk kita pulang" kata Zai lagi.

Teman- teman Titi, rumahnya tidak begitu jauh, mereka tinggal di perumahan dekat masjid, sementara rumah Titi yang paling jauh.

"Sudah selesai, Ti? yuk, kita pulang" Pandu mengajak Titi untuk pulang.

"Baik bang, yuk kita pulang" jawab Titi.

"Bang..kami ikut main kerumah ya, nanti malam mau berburu kalong" kata Shiddik.

"Iya, ikut aja..tinggal jalan aja koq repot, ga ada yang minta di gendongkan?" jawab Pandu sambil bercanda.

"Ada bang, nih..Desi minta diantar pulang sambil digendong" jawab Pur sambil tertawa.

"Ahh..kak Pur, ada-ada aja" jawab Desi sambil tersenyum malu.

Pandu hanya tersenyum mendengar gurauan Pur.

"Gimana mau bareng, jalannya aja beda arah, bang Pandu ke kanan, Desi ke kiri" jawab Tanti pula.

"Sudah..pada pulang sana, jangan lupa, besok kita rapat" kata Khalik.

Akhirnya, meraka pun bubar kerumah masing-masing.

Sementara Shiddiq dan Pur, ikut pulang bersama Pandu dan Titi.

^_________^(◠‿・)—☆

Bab 2. Titi dan Toni

Pandu, Titi dan teman-temannya akhirnya pulang bersama.

Sepanjang jalan mereka bercerita dan bercanda.

"Bang Pandu..kasihan loh Desi di anggurin, doi naksir tuh sama abang". kata Pur menggoda Pandu.

Pandu hanya tersenyum, tak menanggapi candaan Pur.

Pandu memang sedikit pendiam, tidak banyak tingkah.

Walau ia anak tua dan laki-laki satu-satunya, tapi Pandu tidak pernah bersikap manja.

Pandu tak pernah segan membantu pekerjaan orang tuanya.

Pandu suka membantu orang tuanya berkebun, juga membantu memelihara ternak milik keluarganya.

Diusianya yang menginjak dua puluh dua tahun, tak pernah sekalipun Pandu dekat dengan wanita, sikapnya yang sedikit pemalu, membuatnya susah untuk dekat dengan wanita.

Saat teman-temannya merokok, Pandu sama sekali tidak tertarik.

"Ti..emang kamu mau jadi adik iparnya Desi, usianya kan sama dengan Tuti, jadi kalau nanti dia nikah sama Pandu, kakak ipar mu, umurnya dibawah kamu" kata Shiddiq, menggoda Titi.

"Kalau aku sih, ga masalah..siapa aja yang jadi saudara ipar ku nanti, yang penting sayang dan cinta setulus hati sama bang Pandu, bisa menerima keadaan keluarga kami yang sederhana" jawab Titi diplomatis.

"Cie..cie..dah ada restu tuh bang dari adik tercinta, gimana? diterima ga cintanya Desi" kata Pur lagi.

Pandu tetap diam tak menanggapi kata-kata Pur, dia tetap berjalan santai beriringan dengan Titi.

"Haduhh..kasihan deh Pur, kamu di kacangin sama bang Pandu, bang Pandu ga mau jawab tuh, cuma senyum-senyum aja" kata Shiddiq meledek Pur.

Akhirnya, mereka hanya bisa tertawa melihat Pandu yang tidak mau menanggapi kata-kata Pur.

Didepan gang, dibawah pohon cemara yang diterangi lampu jalan, Toni sudah berdiri disana menunggu Titi.

"Cie..cie..yang dijemput sama pacarnya, pantas hari ini cerah banget, banyak bintang-bintang..rupanya ada yang lagi bahagia, ditungguin sama arjuna nya" Pur heboh sendiri meledek Titi.

Titi hanya tersenyum, tidak menanggapi kata-kata pur.

"Assalamualaikum.." kata Toni menyapa Titi dan teman-temannya.

"Waalaikumsalam.." jawab mereka serentak.

"Baru pulang bang? saya mau main kerumah, boleh bang? tanya Toni pada Pandu.

Usia Toni lebih tua dari Pandu, tapi ia menghargai Pandu sebagai kakaknya Titi.

"Iya, silahkan kalau mau main, lagi piket ya bang? kata Pandu pula pada Toni.

"Iya bang, biasalah lagi dapat giliran piket" jawab Toni.

Akhirnya Toni dan Titi berjalan bersisian, mereka berjalan paling belakang.

"Tuti mana, dek? koq ga kelihatan? ga ikut ke masjid ya?" tanya Toni memulai obrolan.

"Tadi sore, Tuti ikut ekskul disekolah, jadi ga ikut ke masjid, kak" jawab Titi.

"Apa rencana kegiatan besok, dek? besok libur kerjakan?"

"Iya, kak..besok libur, tapi belum ada rencana apa-apa, paling istirahat dirumah sambil menyelesaikan membaca novel yang kemaren dibeli".

"Ga ada rencana jalan-jalan keluar, gitu?"

"Ga, kak..malas mau kemana-mana, enakan istirahat dirumah, mumpung libur".

"Besok sore, ikutan main Volly aja dilapangan disamping kantor, biasanya kan rame tuh..emak-emak main Volly sama anggota yang piket, apalagi kalau teh Dewi ikut main, pasti seru".

"Iya, kalau ada teh Dewi mah seru, dia suka latah dan digodain sama anggota yang piket, teh Dewi kalau latah suka ngomong jorok"

"Makanya, orang senang godain teh Dewi, maklum aja..kadang para anggota kurang hiburan kalau lagi piket".

"Iya, kak.."

Tak terasa, akhirnya mereka tiba dirumah Titi. Pur yang usil pun, menggoda Titi dan Toni.

"Lama amat Ti, baru sampai rumah, kirain tadi lupa jalan pulang" ledek Pur sambil tertawa.

"Makanya Pur, jangan jadi jomblo, biar ga nge-godain orang terus" kata Shiddiq pada Pur.

"Tuh, dengar Pur..jangan jadi jones terus, biar ga suka meledek-in orang" balas Titi pula.

Pur hanya diam sambil senyum-senyum saat Shiddiq dan Titi meledeknya.

"Mau ngobrol dimana, kak? diruang tamu apa diteras depan?" tanya Titi pada Toni.

"Diteras depan aja, Tik..biar adem" jawab Toni.

"Titi nyimpan mukena dulu ya kak, sekalian buat kopi, kakak duluan kedepan aja" kata Titi lagi.

"Iya, Ti.." jawab Toni.

Toni melangkah ke teras depan, sementara Titi menyimpan mukena ke kamarnya, lalu kedapur untuk membuat kopi.

Titi membawa kopi di nampan, sekalian dengan cemilannya, tak lupa Titi juga membuatkan kopi untuk teman-temannya.

"Nih kopi dan cemilan buat kalian, dan ini teh buat bang Pandu" kata Titi pada teman-temannya.

"Wah..terima kasih, Ti" jawab Pur, sementara Shiddiq sedang asik memompa senapan anginnya.

"Iya, sama-sama..aku kedepan dulu ya?" pamit Titi.

Sampai diteras depan, Titi menaruh kopi dan cemilan diatas meja.

"Silahkan, diminum kak kopinya, sama cemilannya dimakan" kata Titi.

"Iya, dek..terima kasih" jawab Toni.

Titi dan Toni ngobrol diteras depan.

"Bapak sama ibu mana, dek? koq ga kelihatan?"

"Bapak sudah istirahat kak, biasanya habis isya bapak langsung tidur, kecuali kalau ada acara pertandingan sepak bola atau bulu tangkis, bapak baru nonton tivi, kalau ibu lagi nonton sinetron kesukaannya".

"Tuti?"

"Tuti lagi menyelesaikan tugas sekolah, katanya, besok dikumpulkan".

"Kak Toni koq kurus banget sih, kak?

Memang dasar badannya yang kurus ya, ga bisa gemuk?"

"Keluarga aku tuh, badannya emang kurus-kurus, tapi biar kurus, dulu kalau lomba lari pasti menang terus"

"Iyalah, menang..badannya kurus, jadi melayang dibawa angin"

Titi tertawa meledek Toni.

Toni hanya tertawa mendengar ledekan Titi, ia merasa gemas melihat Titi tertawa, lalu Toni mengusapkan tangannya ke wajah Titi.

"Iseng banget sih, kak..usap-usap muka aku?" dada Titi berdebar-debar saat Toni mengusap wajahnya, Titi pura-pura cemberut untuk menenangkan dirinya.

Titi malu karena Toni mengusap wajahnya, walau mereka hampir setahun pacaran, tapi tak pernah bersentuhan fisik, jika bertemu, mereka hanya sekedar mengobrol.

Toni akan datang kerumah Titi bila ia dapat tugas piket, karena rumah Titi posisinya berada dibelakang kantor militer tempat Toni bekerja.

"Dek..itu disana, apa yang bergerak-gerak?" Toni menunjuk kearah samping rumah Titi yang ada pohon singkong dan pohon tebu.

Titi menoleh kesamping kiri, saat Titi menoleh, tiba-tiba Toni mencium pipi kanan Titi sekilas.

Titi diam terpaku, wajahnya terasa panas, dadanya berdebar dengan kencang dan darahnya serasa mengalir lebih cepat.

Titi shock..selama ini, Toni tak pernah berbuat macam-macam, jangankan mencium, memegang tangan pun tak pernah.

Belum hilang rasa kaget Titi, tiba-tiba Toni menggenggam tangan kanan Titi.

Darah Titi serasa semakin panas, dadanya makin berdebar.

Titi mencoba menarik tangannya dari genggaman Toni, tapi Toni menahannya dengan menggenggam lebih erat lagi.

Lalu, ia memandang wajah Titi yang memerah menahan malu.

"Dek...maafkan kakak ya, sudah lancang mencium pipi mu, walau hanya sekilas".

Lalu Toni menaruh tautan tangannya dan tangan Titi diatas pahanya, ia pandangi tangan Titi yang terasa dingin berada didalam genggamannya.

*****

Bab 3. Rapat Panitia Maulid Nabi

Titi hanya terdiam, tak ada kata yang bisa terucap dari mulutnya.

Walaupun Titi sedikit tomboi dan lebih banyak teman lelakinya dari pada teman wanita, tapi sentuhan secara sengaja dengan laki-laki, baru kali ini Titi lakukan.

Melihat Titi diam, Toni merasa bersalah.

"Maafkan kakak ya, dek..bila kakak lancang menyentuh mu".

"Sudah malam kak, sudah jam sembilan lewat, nanti kakak dicari sama teman kakak yang lain".

Titi tidak menjawab perkataan Toni, Titi malah meminta Toni untuk pulang.

Ada rasa sedih dan kecewa dihati Titi atas apa yang Toni lakukan.

Titi tak menyangka Toni akan menciumnya, walau hanya sekilas di pipi kanannya.

Toni memang kekasih pertama Titi, walau bukan cinta pertama Titi.

Cinta pertama Titi, ketua kelasnya saat kelas satu dan kelas dua SMP, saat kelas tiga, mereka tidak satu kelas lagi.

Titi sangat menyukai ketua kelasnya, mungkin hanya sekedar suka, karena ketua kelasnya itu sangat suka menggoda Titi.

Mendengar apa yang Titi katakan, dan melihat Titi hanya diam, Toni merasa bersalah dan tidak enak hati.

Akhirnya, Toni pun pamit untuk pulang.

"Baiklah, dek..kakak pulang dulu.

Maafkan atas sikap kakak tadi ya? ga ada maksud untuk membuat adek marah.

Adek langsung istirahat ya, sudah malam.

Assalamualaikum.."

"Waalaikumsalam.." Titi hanya menjawab salam Toni, lalu beranjak mengantar Toni kesamping rumahnya, menuju gang.

Dibelakang rumah, masih ada teman-teman Titi yang sedang bermain catur, Toni pun pamit pada mereka.

"Bang Pandu, pulang dulu ya? yuk bro, aku pulang duluan ya?" pamit Toni pada Pandu dan teman-teman Titi.

"Baik, bang" jawab Pandu

"Oke, bang..hati-hati dijalan" jawab Shiddiq dan Pur.

"Dek, kakak pulang ya?" pamit Toni lagi pada Titi.

Titi hanya menjawab dengan anggukan.

"Assalamualaikum" salam Toni

"Waalaikumsalam" jawab mereka serentak.

Setelah Toni pulang, Titi pamit untuk beristirahat pada teman-temannya.

Malam ini, selepas isya, anak-anak remaja masjid berkumpul untuk membicarakan acara Maulid Nabi SAW, yang akan diadakan tiga minggu kedepan.

Khalik, sebagai ketua memulai membuka acara.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.." jawab hadirin serentak.

"Alhamdulillah...malam ini, kita dapat berkumpul disini, untuk membahas acara Maulid Nabi Muhammad SAW yang akan kita selenggarakan tiga minggu kedepan.

Apa nih, saran dari teman-teman untuk mengisi acara ini, sekalian siapa saja yang menjadi petugasnya.

"Sebaiknya, kita pilih petugas untuk acaranya dulu" Kata Nilam.

"Baiklah, untuk MC, siapa yang bertugas menjadi MC kali ini, kita giliran ya, agar semua bisa belajar untuk tampil.

Untuk mbak Yuyun, sebagai sekretaris, tolong dicatat semua yang menjadi petugas untuk acara nanti" kata Khalik.

"Oke, siap" jawab Yuyun.

"Kalau menurut saya, untuk MC kita minta Yuni, karena Yuni belum pernah tampil" kata Ersa.

"Gimana, Yun? bersedia jadi MC?" Tanya Khalik.

"Yuni mau kak, tapi Yuni takut grogi, nanti

jadi salah" jawab Yuni.

"Disini, kita semua belajar.

jar..tidak usah takut salah, nanti kita belajar sama-sama agar tidak grogi. Yang hadir di acara ini, hanya masyarakat yang ada disekitar masjid, dengan belajar tampil, akan mendidik mental kita untuk berani" kata Khalik memberi semangat dan nasehat pada semua rekan-rekannya.

"Baiklah, jika begitu akan Yuni coba" jawab Yuni lagi.

"Untuk Qori kita pilih Pandu, Saritilawah nya Hilda. Yang memberi kata sambutan dari pengurus, kita minta Anton untuk mewakili, dari tetua masyarakat diwakili oleh bapak Nurdin" Khalik menyampaikan siapa-siapa saja yang akan menjadi pengisi acara.

"Untuk konsumsi, gimana kak? apa seperti biasa, kita minta ibu-ibu yang bawa?" tanya Titi.

"Untuk konsumsi, nanti kita buat catatan di undangan yang kita sebar, agar ibu-ibu bersedia membawa konsumsi seikhlasnya, untuk kita bagikan dan makan bersama- sama, kita hanya membeli air mineral saja.

Biasanya, ibu-ibu antusias bawa makanan untuk acara-acara keagamaan."

mbak Yuyun selaku sekretaris menjawab pertanyaan Titi.

"Untuk acara hiburan, gimana kak?" tanya Desi.

"Kita akan melatih anak-anak yang masih belajar juzz amma untuk ikut berzanji, nanti kita pilih anak-anak sebanyak tujuh orang untuk latihan, saya sendiri yang akan mengajarnya" jawab Khalik.

"Untuk rebana, ada ibu-ibu dari RT yang akan tampil, tadi ibu RT menyampaikan langsung pada saya" Kata Irma.

"Baiklah, sepertinya untuk acara Maulid nanti, kita sudah siapkan semua.

Nanti undangan untuk masyarakat akan saya ketik, lalu kita photo copy.

Semua yang jadi pengisi acara sudah siap ya untuk tampil, kalau ada yang masih ragu-ragu untuk menjadi pengisi acara bisa sampaikan langsung, jangan pada saat hari H malah ga hadir.

Untuk anak-anak yang ikut berzanji, besok akan kita pilih dan bisa mulai latihan.

Bila ada yang ingin disampaikan, silahkan! jika tidak, kita akan tutup musyawarah ini."

Khalik menyampaikan semua hasil rapat untuk acara Maulid pada semua rekannya.

Sepertinya, semua yang hadir telah sepakat dengan hasil musyawarah, tidak ada yang menyampaikan keberatan.

"Baiklah teman-teman, jika tidak ada yang akan dibahas lagi dan semua telah menerima hasil musyawarah ini, maka kita tutup dengan mengucap Hamdallah.."

Semua yang hadir pun mengucap "Alhamdulillah..".

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.." Khalik menutup musyawarah dengan salam.

Segenap yang hadir pun menjawab salam dari Khalik, "Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh...".

Akhirnya, semua keluar dari masjid untuk menuju rumah masing-masing.

"Malam minggu nih, kita mau kemana?" Pur bertanya pada teman-temannya.

"Seperti biasa, kita nongkrong dirumah Titi aja, kebetulan saya ada rejeki, nanti kita borong durian" jawab Shiddiq.

"Wah..asik tuh kak, kita borong durian, kami boleh ikut ya kak kerumah mbak Titi?" tanya Tanti.

"Boleh, tapi kalian izin dulu sama orang tua kalian. Siapa yang mau ikut beli durian sama saya, Tanti atau Desi? Saya mau pulang ambil motor dulu, sekalian kalian pamit sama orang tua, rumah kalian kan dekatan?" Shiddiq bertanya pada Tanti dan Desi.

"Tanti aja deh kak yang ikut kakak, Des mau langsung ikut kerumah mbak Titi aja". jawab Desi.

"Baiklah, kalau begitu saya dan Tanti pulang dulu, sekalian beli duren, nanti kami langsung kerumah Titi" kata Shiddiq.

Akhirnya mereka pun pergi ketempat tujuan masing-masing.

Tanti dan Shiddik berbelok ke arah kiri, sementara rombongan Titi berjalan kearah kanan, menuju rumah Titi.

Disepanjang jalan mereka asyik ngobrol dan bercanda, apalagi jika ada Pur disana, pasti selalu ramai dengan candaannya.

Pur memang asik untuk diajak bercanda, ada aja banyolan-banyolan yang bikin teman-temannya tertawa.

Entah mengapa, teman-teman Titi selalu betah bila bermain kerumah Titi.

Kedua orang tua Titi justru senang bila ada teman anak-anaknya yang datang untuk bermain.

Menurut mereka, lebih baik anak-anak bermain dirumah, mudah untuk diawasi, dari pada mereka keluyuran diluar sana.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!