NovelToon NovelToon

Sebenarnya Cinta

Bab 1_Menyusun Ide

Menikah dengan seseorang yang belum pernah kamu kenal? Tidak pernah melihat wajahnya dan hanya mengetahui namanya saja. Yuna mau tidak mau harus menjalani itu. Keputusan Ayahnya adalah keputusan final, tidak ada yang bisa menggugatnya, bahkan Nenek sekalipun.

Yuna Ibriza gadis muda yang baru setengah tahun merayakan wisudanya. Dia pikir setelah lulus kuliah dia bisa menjalani kehidupan yang normal seperti teman-temannya, tanpa kekangan dari Sang Ayah. Namun, ternyata dia malah langsung menikah dengan laki-laki pilihan Ayahnya.

Mendengar perjodohan yang dilakukan oleh Ayahnya membuat dia bahagia sekaligus takut. Dia bahagia karena akhirnya dia akan meninggalkan rumah yang selama ini memenjarakannya tetapi dia takut jika keluar dari kandang macan lalu masuk ke dalam kandang singa.

"Apa kau takut Na?" Adel sepupu Yuna mengenggam tangannya.

"Sedikit," jawab Yuna memandang Adel.

"Tenanglah Na, paman pasti melilih suami yang mapan."

"Bukan itu yang aku khawatirkan."

"Lalu?" tanya Adel. Yuna berdiri.

"Aku tahu, Ayah pasti memilih laki-laki yang mapan, tapi ...." mata Yuna melihat keluar jendela.

Adel berdiri dan menjejeri Yuna, "Tapi apa?" tanyanya.

"Tapi ... bagaimana dengan wajahnya? Bagaimana kalau ternyata dia adalah kakek-kakek konglomerat atau duda kaya raya yang punya anak banyak? Tidaaaakkk ...." Yuna merasa sangat hawatir.

"Bukankah Paman memberimu biodatanya?" Adel mengingatkan Yuna. Mata Yuna membulat dan kemudian dengan segera membuka laci mejanya. Yess, ketemu.

"Nama : Leo J Nugraha." Yuna dan Adel saling berpandangan setelah membaca nama Leo. Mereka memasang wajah kecewa.

"Dari namanya saja sepertinya dia kurang tampan Del," Yuna meremas biodata di tangannya. Adel mengangguk setuju dengan pendapat Yuna. Cukup, Yuna tidak tertarik lagi untuk membaca semua biodata itu. Dia lebih tertarik ingin melihat langsung wajah calon suaminya.

Yuna adalah salah satu gadis yang menyukai wajah tampan. Yang dia impikan adalah seorang pangeran yang ketampanannya diatas rata-rata dan mempunyai postur tubuh yang bagus.

Yuna mengulurkan tangannya untuk meraih jendala kamar lalu menutupnya. Adel mulai curiga dengan ulah sepupunya itu. Dia tahu pasti akan ada rencana yang disusun oleh Yuna.

"Apa yang ingin kamu rencanakan?" tanya Adel langsung pada inti. Yuna tersenyum dan menarik tangan Adel.

"Stt, aku ada ide," bisik Yuna.

"Aku tidak mau terlibat lagi dengan ide gilamu. Apa kau masih ingat terakhir kali kita menjalankan ide gilamu pada malam festifal kembang api dipergantian tahun? Apa yang terjadi? Kau mau dikurung lagi?"

"Aishh, jangan bahas itu lagi. Ide ini tidak berbahaya sama sekali."

"Yakin?" tanya Adel yang langsung dijawab anggukan oleh Yuna. Kemudian dengan pelan Yuna membisikkan idenya pada Adel.

"APPAA?!! itu gila namanya Na. Sama saja nyari mati. Bagaimana jika kita ketahuan paman?"

"Ayolah Del, ku mohon. Cuma kamu penolongku sekarang. Anggap saja ini adalah permintaan terakhir sepupumu ini sebelum masuk tahanan." Wajah Yuna memelas, dia menatap Adel dengan sedih. Tangannya menggenggam tangan Adel erat.

"Huff ... baiklah," jawab Adel berat menyetujui ide Yuna.

"Yeyy ...." Yuna langasung memeluk Adel.

"Kau gadis bodoh. Sebenarnya idemu ini tidak membantu sama sekali, kau tetap akan menikah dengannya."

"Yaa, aku tahu tapi paling tidak aku sudah mempersiapkan hatiku setelah melihat wajahnya langsung."

Mereka saling menatap dan diam ketika mendengar pintu diketuk.

"Masuklah," Yuna mempersilahkan.

"Na ... sebentar lagi kamu akan menikah, Ibu membawakanmu jamu kecantikan, agar ...."

"Tidak perlu repot-repot Tante, dan sudah cukup basa-basinya," jawab Yuna memotong.

"Kau sudah hampir menikah, Na tapi kamu masih saja tidak bisa bersikap dewasa."

"Aku sedang tidak ada waktu untuk berdebat denganmu, jadi silahkan keluar jika tidak ada perlu," suara Yuna sinis.

"Ah ... baiklah. Jamu ini sangat bagus untuk kulitmu, Ibu ...."

"Jangan pernah sebut dirimu Ibu. Kau bukan Ibu ku. Selamanya Ibuku hanya ada satu jadi kau jangan pernah berharap," suara Yuna makin meninggi.

"Ibu ... sedang apa di kamar Kakak," sebuah suara menyahut dari luar kamar. Adel diam seribu kata. Dia tidak ingin terlibat peperangan mulut antara Ibu tiri dan anak tiri ini.

"Nah tepat, bawa ibumu kembali." Mata Yuna tajam menatap seseorang yang berdiri di depan pintu. Viona saudara tiri Yuna.

"Kau masih saja galak pada kami Kak ...." Viona perlahan masuk dan menghampiri Ibunya.

"Kakak? Siapa yang kau panggil Kakak?"

"Tentu saja kamu Kakak Yu ... Na."

"Mimpi saja. Ku ulangi sekali lagi, aku sedang tidak ada waktu untuk bertengkar dengan kalian, jadi segeralah keluar dari sini."

"Baiklah-baiklah, ayo Bu kita pergi dari sini, toh sebentar lagi dia akan meninggalkan tempat ini. Nanti jika kamar ini sudah menjadi milikku, Ibu bebas keluar masuk dari sini." Viona tersenyum sinis dan menggandeng Ibunya keluar.

"Mimpi saja untuk tinggal di kamar ini. Tidak akan ku biarkan siapapun menempati kamar ini, apalagi ular seperti kalian," Yuna berteriak.

"Sudah Na, kau hanya membuang-buang tenagamu," Adel bersuara. Ia menenangkan Yuna yang terbawa emosi.

"Huff, menyebalkan," Yuna menarik nafas.

***@***

Terimakasih udah mampir kesini para pembaca kesayangan...

Saran dan kritiknya ditunggu... okey. 😉

Jangan lupa like koment vote ya kesayangan 🥰🙏

Yang mampir karena mo Plagiat. Tak sumpahin insyaf sebelum kiamat.

Plagiator, enyahlah kau...

Bab 2_Siapa kamu?

Yuna tegang, dadanya berdebar, jantungnya memompa dengan cepat. Dia duduk dipinggir ranjang menunggu seseorang yang telah sah menjadi suaminya.

'Sungguh menyedihkan, aku menikah dengan cara seperti ini, jauh dari kata pernikahan impian. Tapi ... ini sudah biasa buatku. Segala sesuatu yang menjadi impianku, perlahan akan menjauh dan memudar dari kehidupanku, hingga akhirnya aku tidak berani lagi untuk bermimpi. Ya ... yang harus kulakukan adalah menjalani hidupku tanpa keinginan dan harapan, membiarkannya mengalir mengikuti takdir.'

"Aku siap, aku belum siap, aku siap, belum siap." Yuna menghitung jari-jarinya, "tidaaak ... oh, pangeran impian, selamat tinggal. Kini yang akan datang adalah sosok yang minggu lalu kulihat di rumah besar itu." Yuna menepuk-nepuk keningnya.

"Boleh aku masuk," sebuah suara asing terdengar oleh Yuna. Dia segera menegakkan punggungnya, menarik nafasnya panjang.

"Bagaimana ini, dia sudah datang, apa yang harus aku lakukan, kabur lewat jendela? Sembunyi di kamar mandi? Pura-pura tidur? Ayolah, Yuna berfikir yang benar," Yuna menepuk-nepuk keningnya lagi.

"Boleh aku masuk," suara itu mengulang.

Yuna diam, tak memberi jawaban.

"Kakak ipar, apakah Kak Yuna tidak membukakan pintu kamarnya? Keterlaluan sekali, ya," suara Viona yang sangat manja terdengar dari dalam kamar Yuna.

"Hai, gadis kecil yang cantik, kau adiknya Yuna?"

"Masuk saja, tidak dikunci," Yuna segera menpersilahkan pria itu masuk sebelum Viona semakin centil.

"Maaf, gadis kecil, aku masuk dulu ya ... sampai jumpa besok."

"Bye, Kakak ...." suara langkah kaki Viona menjauh, lalu perlahan pintu kamar Yuna terbuka.

Yuna segera memalingkan wajahnya. ''cowok perut buncit,'' gumamnya pelan, mengingat sosok yang dia lihat minggu lalu.

"Kenapa kau langsung memalingkan wajahmu setelah aku masuk?" Laki-laki itu menutup pintu dan menghampiri Yuna, "Apa kau begitu tidak ingin melihatku?" ucapnya lagi.

Yuna semakin menunduk.

"Angkat wajahmu," perintahnya.

"Kenapa aku harus mengangkat wajahku?" tanya Yuna.

"Kau!!" laki-laki itu tidak ingin berdebat lagi dan langsung memegang wajah Yuna, membuat Yuna menatap wajahnya.

"S-siapa kamu?" Tanya Yuna setelah menatap wajah laki-laki di depannya.

"Siapa? Kamu ini sedang melawak atau apa?"

Yuna menatapnya bingung. Wajah laki-laki ini bersih dengan hidung mancung, bibir yang seksi, mata yang indah berkilauan dan bulu mata yang lentik dengan alis yang tebal dengan jarak yang sempurna.

"Oppa," gumam Yuna tak sadar.

"Ck, kau pikir aku orang Korea?" Laki-laki itu melepaskan wajah Yuna yang masih terbengong. Mata Yuna sedari tadi tak berkedip melihat laki-laki di hadapannya.

"Huff ...." laki-laki itu meniup wajah Yuna. "Sudah puas memperhatikanku?"

Yuna tersadar dan segera mundur.

"Kamu siapa?" tanyanya lagi yang membuat laki-laki itu tertawa.

"Apa aku harus melakukannya sekarang agar kau tahu siapa aku?" laki-laki itu mendekatkan wajahnya.

"Tidak-tidak, tunggu. Apa kamu Leo?" tanya Yuna lagi sedikit ragu.

"Siapa lagi."

"Tidak ... kau bukan Leo."

"Haahh, ya ampuun, kenapa aku bertemu gadis bodoh kali ini." Leo lalu mengeluarkan dompet dan mengambil kartu pengenalnya, juga mengeluarkan kartu nikah yang baru saja dia terima. "Nih."

Yuna menerimanya, membacanya dengan teliti, kemudian ia beranjak dan mengambil buku nikahnya yang tadi dia tanda tangani. Yuna memejamkan matanya.

'Ya ampun kenapa aku bisa sebodoh ini, aku menandatangani sebuah surat yang sangat penting dengan menutup sebelah mataku, hingga aku tidak sadar bahwa ternyata suamiku sekeren ini. Dan itu berarti yang ku lihat waktu itu bukanlah dia. Huff syukurlah.'

Pernikahan mereka dilangsungkan dengan ruangan yang terpisah. Mereka baru boleh bertemu setelah sah menjadi suami istri.

"Apa yang kau pikirkan, gadis bodoh," Leo berbisik di telinga Yuna.

"Bukan apa-apa," jawab Yuna segera.

"Bagaimana, apakah aku sudah membuktikan bahwa aku adalah suamimu?" Leo semakin mendekat. "Apa bisa kita mulai sekarang?" Kata Leo sambil mencoba meraih pinggang Yuna, tapi dengan sigap gadis itu menghindar.

"Kita baru saja bertemu, bukan? Apakah kamu bisa melakukan itu dengan orang asing?" Yuna memberi alasan yang disambut tawa oleh Leo.

"Orang asing? Bukankah kita sudah menjadi suami istri sekarang?" Leo mendekati Yuna lagi.

"Tap-tapi ... kita belum mengenal satu sama lain." Yuna semakin mundur.

"Kita bisa mengenal lebih dekat setelah ini." Leo semakin mendekatkan tubuhnya, yang membuat Yuna terus mundur dan ... bruukk. Kaki belakang Yuna terbentur ujung ranjang, membuat Yuna terjatuh kebelakang. Tangannya refleks menarik kerah baju Leo, tarikan yang membuat Leo ikut terjatuh tepat di atas tubuh Yuna.

"Tidak kusangka, ternyata kamu agresif juga," Leo menatap dan menyunggingkan bibirnya. Ia tersenyum menggoda. Yuna hampir tidak bisa bernafas karena tertindih tubuh Leo. "Jangan salahkan aku, kamu yang menarikku dalam pelukanmu, sayang," bisik Leo di telinga Yuna, membuat Yuna bergidik. Dia mendorong dengan kuat tubuh Leo. Leo akhirnya melepaskannya, kemudia ia berbaring disamping Yuna.

"Maaf, maafkan aku, aku tidak sengaja menarikmu," Yuna segera berdiri. "Tapi itu juga salahmu, kamu terus menerus mendekatiku, hingga akhirnya aku terjatuh," ia membela diri.

Leo beranjak, dia pindah ke sofa dan langsung memejamkan matanya. "Aku sangat lelah hari ini, silahkan tidur di ranjang Yuna. Aku tidur di sofa saja. Kecuali jika kamu ingin terjadi sesuatu silahkan tidur di sampingku."

__________

Catatan Penulis 🥰

Novel ini terikat kontrak dengan pihak MT (MangaToon)/NT (NovelToon) jadi jika ada yang berniat untuk menjiplak nya, siap aja kena pasal. Semua karya kontrak dilindungi undang-undang. 😡😤🤬

Makin ngeri aja ama tukang nyuri karya orang lain 😤

Klo nggak bisa nulis nggak usah nulis dari pada ngambil punya orang lain. 🙄

Bab 3_Tertangkap

"Tidak, tidak. Silahkan kamu tidur disitu," jawab Yuna. Ia kemudian merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Memeluk gulingnya dengan erat.

Yuna masih tidak menyangka bahwa suaminya sangat keren. 'Ini sangat bagus, suamiku adalah pangeran impian, jika dari awal aku tahu kalau dia sekeren ini, aku tidak akan segalau kemaren sampai terbang ke Ibu Kota untuk melihat wajahnya dan malah ternyata salah, hahaa lucu' Yuna tertawa kecil menertawakan dirinya sendiri.

Ditengah malam, Leo terbangun. Ac kamar terasa sangat dingin. Dilihatnya Yuna yang meringkuk. Perlahan dia mendekatinya, mencolek pipinya, tak ada reaksi. Leo mencoleknya lagi dan kemudian menyungingkan bibirnya. Dia naik ke atas ranjang dan menaikkan selimut.

***@***

Empat hari yang lalu.

Yuna dan Adel telah sampai di depan rumah dengan alamat yang sama dengan alamat yang dibawa Yuna. Setelah membayar taksi mereka segera berjalan menuju rumah berpagar tinggi itu.

"Huwaa ... ternyata paman tidak salah pilih Na. Kau akan menjadi Nyonya disini," mata Adel melihat takjub bangunan di depannya. Yuna segera menyenggol Adel.

"Ingat tujuan kita kesini untuk apa," Yuna menarik tangan Adel. Mereka berjalan mendekati pagar rumah.

"Stt, ada satpamnya," Adel menghentikan langkah Yuna. Yuna memutar otaknya sebentar lalu menjentikkan jarinya.

"Ikut aku," Yuna menarik Adel ke sebelah rumah, lalu Yuna mencari-cari kayu yang kuat.

"Gila kamu Na, kamu mau manjat dengan ini?" Adel merasa ragu dengan ide Yuna.

"Stt ... kamu hanya tinggal memegangi kayu ini saja."

Yuna mulai beraksi, panjat memanjat adalah keahliannya. Adel memegangi kayu itu dengan kuat. Yuna mulai mencapai ujung pagar, tangannya memegang kuat agar tidak terjatuh. Kini matanya sudah bisa melihat ke halaman rumah besar itu, ada dua mobil yang siap berangkat. Satu ... sesorang gadis yang anggun dengan baju yang indah keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil.

"Itu pasti Nona muda keluarga ini," batin Yuna sambil menganggukkan kepalanya. Lalu kemudian keluarlah sosok pemuda yang ditunggu-tunggu Yuna, melihatnya membuat Yuna langsung shock. Pemuda itu jauh dari apa yang dia bayangkan. Kulitnya sedikit putih, berkaca mata dan sedikit buncit dibagian perutnya, yang lebih darinya adalah postur tubuh yang tinggi.

"Perutnyaaa ... OMG ... tidaaakkk," Yuna menggeleng.

"Ada apa? Pelankan suara mu Na. Kita bisa ketahuan," Adel menegur pelan. Lalu tiba-tiba ada yang menepuk pundak Adel. "Haaaa ...." teriak Adel kaget dan malah menarik kayu yang menopang Yuna. Bugg. Yuna terjatuh ke tanah dengan keras.

"Aduh ... kenapa kamu menariknya?" Tanya Yuna sambil berusaha berdiri dan menggosok-gosok pantatnya yang terasa sakit. Adel membantunya berdiri dan memberinya isyarat agar segera berdiri dengan benar.

"Siapa kalian? Apa yang kalian lakukan disini?" Tanya seseorang yang menepuk pundak Adel dengan penuh curiga. Yuna menutup mulutnya sendiri. 'Dia adalah* Nona muda tadi, matilah aku*,' Yuna segera memahami situasi dan segera memamerkan senyumnya.

"Maaf Nona, kita hanya kebetulan lewat," jelas Yuna manis, si Nona masih melihatnya dengan pandangan tajam.

"Kebetulan lewat? Apa harus panjat pagar segala?"

"Em ... itu ... itu tadi ...." Yuna tidak bisa menjawab, otaknya seakan berhenti untuk mencari alasan yang tepat.

"Apa kalian komplotan pencuri?"

"Tidak Nona, bukan," Yuna segera menjawab. Dia menyenggol lengan Adel.

"Eh, iya Nona, kita orang baik-baik," imbuh Adel.

"Iya, kita orang baik-baik. Tidak ada maksud apa-apa kok," ucap Yuna berharap sang Nona segera melepaskannya.

"Aku tidak bisa percaya pada kalian begitu saja," ucap sang Nona lalu menarik dengan keras tas yang Yuna kenakan. Yuna diam membiarkan si Nona membuka isi tasnya. Biarbagaimanapun dia telah tertangkap basah memanjat pagar rumah orang.

"Yuna Ibriza" ucap si Nona setelah menemukan KTP Yuna. Dia mengerutkan alisnya. Nama ini ... "Apa kau adalah Yuna calon istri Kakak ku?" tanyanya yang membuat Yuna langsung menunduk menyembunyikan wajahnya.

'Mampuslah aku, aku sedang tertangkap basah oleh calon adik ipar ku. Kesan macam apa ini? Bagaimana jika dia melaporkan ini pada kakaknya? Lalu Ayah pasti akan mengetahui kejadian ini'

"Kak Yuna, apa yang kamu lakukan disini? Menguntit kami?" tanya gadis itu.

"Tolong jangan salah paham Nona ... saya ...." suara Yuna terdengar berat, dia tidak tahu harus berkata apa.

"Panggil saya Neva, senang bisa bertemu Kak Yuna" ucapnya ramah. Neva memperhatikan Yuna dengan seksama. Jadi, ini adalah gadis pilihan kakaknya? Sangat cantik, batinnya.

Yuna lega mendengar suara yang ramah dan lembut itu.

"Sekali lagi tolong maafkan atas perbuatan saya tadi Neva. Saya benar-benar minta maaf, saya tidak ada maksud jahat," Yuna mencoba menjelaskan. Neva tersenyum dan mengembalikan tas milik Yuna.

"Baiklah Kak Yuna jelaskan besok saja ya. Saya sedang buru-buru," ucap Neva dan pamit pada Yuna.

"Tolong simpan kejadian ini dari kakak mu ya," pinta Yuna memohon.

Neva tertawa kecil, "Hahaa baiklah. Lain kali Kak Yuna harus menjelaskan padaku."

"Baik."

***@***

Catatan Penulis.

MOHON JADILAH READERS YANG SANTUN. ALHAMDULILLAH DAN AKU BERTERIMA KASIH JIKA TEMEN-TEMEN SUKA. JIKA TIDAK SUKA, MOHON JANGAN TINGGALKAN JEJAK YANG BIKIN SAKIT HATI. MOHON BERKOMENTARLAH DENGAN SANTUN. Terima kasih. Salam hangat 🙏 selamat membaca 🥰🙏 Padamu 😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!