Di daerah Tangerang , Seorang gadis berusia 10 tahun yang bernama Naila Aprilia. Naila tumbuh menjadi anak yang ceria. Dengan mempunyai 3 orang teman main, yang bernama debby, Denis , Sarah. Mereka selalu bermain bersama sama di masa itu.
"Debby, Denis. Kita main yuk.." Panggil Naila dengan rambut di kuncir dua, dengan bergandengan dengan teman sebaya nya.
"Iya tunggu". Teriak dua anak kecil dari dalam rumah.
Datang lah Denis dan debby dari dalam rumah. Debby dan Denis mereka memang kakak adik, mereka adalah saudara kembar.
"Naila, sarah kita main di sini yuk. Aku tadi beli ini di sekolah."
"Kamu beli apa.?"
Beli bekel, Bagaimana kita main bekel.? " Tanya Debby dengan semangat nya.
" Boleh yuk kita main". Jawab sarah.
"Jangan main bekel apa, kalian bisa mainnya. Lah aku mana bisa main itu". Protes Denis , yang tidak bisa memainkan bola bekel.
"Ya kamu main aja sama teman-teman kamu yang lain. Aku ingin main ini.?"
"Nai, kita main kelereng yuk. Jangan main itu, aku kasih modal kelereng nya deh. Mau ya.?" Anak gadis itu nampak berpikir.
"Boleh lah, sepertinya menarik". Naila pun setuju dengan ajakan Aris.
Dan akhirnya mereka pun main kelereng, dan semakin lama teman teman mereka pun berkumpul ikut bergabung main dengan mereka.
Karena Naila itu gadis kecil yang tumbuh menjadi anak yang sedikit tomboi. Jadi Naila mudah akrab dengan banyak teman. Mau laki atau perempuan Naila mudah bergabung. Mau teman sebayanya atau usianya di atasnya, Naila bisa bermain bareng.
Keesokan harinya sehabis pulang sekolah, Naila datang kerumah Debby untuk mengerjakan tugas sekolahnya.
Di depan rumah Debby ternyata ada kakak nya Debby bernama Brian Alamsyah. Brian yang sedang mencuci sepedanya, setiap pulang sekolah Brian selalu membersihkan sepedanya.
"Hallo kaka Brian, lagi apa.?"
"Kamu liat nya lagi apa.?" Dengan mata nya masih fokus mengeringkan sepedanya.
" Lagi lap sepedanya, memang nya habis di cuci ka.?"
"Hemmm..."
"Ka Brian, Debby nya ada gak.?"
"Ada.."
"Di mana ka.?" Naila masih senyum senyum. Padahal yang di tanya sudah menunjukkan ekspresi kesal.
" Hhuuuffffh...." Sambil meletakkan lap kering di atas Jok sepedanya.
"Kamu liat di sini ada Debby tidak.?" Brian meletakkan tangannya di pinggang, dengan rasa takut Naila menggelengkan kepala nya. "Berarti Debby nya di dalam, coba kamu liat di dalam. Kamu mau tanya apa lagi.?"
"Gak ada ka."Sambil memanyunkan bibirnya." Ganteng ganteng galak banget sih, heran deh Debby betah punya kakak garang kaya gitu. "
" Apa kamu bilang ". Brian mendengar gerutuan nya Naila.
" Gak ka, heheheh... Aku gak bilang apa apa ko. kalau begitu aku masuk. Heheh.. " Dengan cengengesan Naila pun masuk kedalam.
Di dalam Naila, Debby, dan Denis, mereka mengerjakan tugas dari sekolah. Brian yang baru masuk melihat adik adik nya sedang belajar, lantas tersenyum melihatnya.
Sedangkan Brian sendiri, dia juga masih bersekolah di bangku SMP kelas 3. Yang sebentar lagi akan melakukan ujian sekolah nya.
Suatu ketika di saat Brian sedang bermain dengan teman sebaya nya. Datanglah Debby, Denis, Naila dan sarah.
"Brian, tuh liat Si Naila, dia kan anak nya agak tomboi. Kira kira bocah begitu kita kerjain nangis gak.?" Kata Raka teman Brian
"Kerjain bagaimana maksudnya.?" Brian masih kurang paham, dan Brian sedikit tertarik dengan ide jahil Raka.
"Kita pasangin peta.. san di kantong celananya. Bagaimana menurut kalian.?"
"Seriusan, kalau tuh anak nangis bagaimana. Bahaya gak, takut bahaya.?""
"Paling nangis nya gitu aja, bahaya mah gak terlalu." Jawan asal Raka.
"Kenapa takut kamu ya.?" Tanya boim meledek Brian.
"Takut, buat apa takut. Paling kena omel ayah dan Bunda dirumah, tinggal minta maaf gampang kan". Sebenarnya ada rasa gak tega, cuma Brian pura-pura cuek.
Sebenar nya Brian juga ingin ngerjain Naila, kadang Naila itu suka bikin kesal Brian. Mangkanya Brian punya rencana untuk menjahili Naila.
"Debby." panggil Brian sang kaka.
"Iya ka, Debby, Denis dan teman-temannya menghampiri Brian yang memanggil Debby.
" Kamu mau main ke mana.? Jangan jauh jauh mainnya.! "
" Gak ka, kita mau balik pulang..? "Brian pun mengangguk.
Sebenarnya Brian memanggil adiknya untuk memancing agar teman-teman nya menjalani ide jahil nya. Dengan hati hati, Raka dan Boim memasang peta... san dan di masukkan ke dalam kantong celana Naila.
Di saat Debby dan teman-temannya melanjutkan jalan nya.
Dduuuaaarrr... Duaaarrrr... DUAAARRRR...
Tiba-tiba terdengar bunyi petasan dari belakang Naila. Raka Boim dan teman-temannya pun tertawa melihat ekspresi kania yang ketakutan. Sedangkan Brian hanya tersenyum dia tidak tega jika ikut tertawa seperti teman-teman nya.
Hahahahah.... Itulah suara yang menertawakan Naila.
Hiks... Hiks... Hiks... Kania menangis tersedu sedu... Naila menangis karena merasa sakit di bagian bo... Kong nya, bukan hanya itu, celana bagian belakangnya pun sobek. Akibat ledakan petasan itu.
Aris yang melihat reaksi teman teman kakaknya yang membuat Naila menangis. Lantas menghampiri mereka.
"Apa apaan si kalian, gak lucu tau gak bercanda kalian. Bikin bahaya orang tau gak.?" Denis melihat kakaknya dengan tatapan marah. "kakak juga, kenapa kakak ikutan niat jahat mereka sih. Liat Naila nangis kaya gitu. Aku akan bilangin ayah dan Bunda, kalau kakak ikut adil dalam peran jahilin Naila". Ancam Denis
Lalu Denis membuka jaket nya untuk menutupi bagian belakang Naila. Lalu mereka mengantarkan Naila pulang, yang menangis karena kejahilan Brian dan teman-temannya.
Sebenarnya ada rasa tak tega di hati Brian, melihat Naila menangis seperti itu
Harus nya juga dia tak ikutan dengan ide jahil nya Boim dan Raka.
Kini Naila berada di rumah, dia antar oleh teman-teman nya.
Pak Fahmi dan ibu Dina dimana beliau adalah orang tua Naila. Mereka merasa geram karena putrinya di perlakukan oleh temannya. Apalagi sang putri mempunyai rasa trauma terhadap peta... San.
Di lain tempat Brian sedang di interogasi dengan kedua orang tuanya. Karena pak Haris, dan bu Rossa, mendapatkan laporan dari dua adiknya Brian. Mereka melaporkan kelakuan kakaknya terhadap Naila.
"Benar-benar kamu Brian, apa yang kamu lakuin sama Naila. Anak itu teman adik kamu, kamu tega ngelakuin kaya gitu. Ngapain juga kamu main Peta... san segala. Kamu sudah SMP sedangkan gadis itu masih di bawah kamu." Pak Haris yang kini sedang interogasi anaknya. Menunjukkan wajah kecewa nya terhadap Brian." Ayah mau kamu minta maaf sama Naila, hari ini juga kita kesana.!"
"Iya Yah..." Jawab brian seraya menundukkan kepala nya. "Kalau begitu Brian masuk ke kamar dulu." Tak ada jawaban dari sang ayah. Hanya sang Bunda lah yang menjawab dengan mengangguk.
Malam hari tepat jam 7 malam. Keluarga pak Haris datang ke rumah pak Fahmi, untuk meminta maaf atas apa yang di lakukan dengan anaknya.
Di sana pak Fahmi, bu Dina, dan tentunya ada Naila juga duduk. Berhadapan dengan keluarga Brian.
" Pak, Fahmi kami datang ke sini malam malam. Untuk mengantarkan Brian anak kami, untuk meminta maaf kepada Naila. Kami sadar anak kami sudah keterlaluan, maka dari itu katanya Brian ingin meminta maaf dengan Naila". Ucap. Pak Haris, merasa tak enak hati.
"Pak, bu. Brian ingin minta maaf kepada Bapak dan ibu. Terutama kamu Nai, kakak minta maaf sama kamu,tentang kejadian tadi sore." Brian dengan memberanikan dirinya untuk meminta maaf.
Naila masih enggan menjawab permintaan maaf dari Brian. Padahal Brian sudah tulus untuk meminta maaf.
...****************...
Assalamu'alaikum teman teman Semua nya. Apa kabar kalian semuanya.? Semoga kalian baik dan sehat Semuanya. kali ini aku membuat cerita ku yang ke 3, semoga kalian suka dengan cerita ini.
Agar author semangat terus menerus membuat cerita lebih banyak. Jangan lupa ya tinggalkan jejak Like dan komentar kalian semuanya. Vote dan hadiah pun apalagi, author akan sangat bahagia dan akan lebih semangat untuk membuat ceritanya. hihihi....
...Terimakasih Semuanya Selamat membaca...
...💪💪🤗👍....
Naila masih enggan menjawab permintaan maaf dari Brian. Padahal Brian sudah tulus untuk meminta maaf.
"Yasudah Brian mungin Naila masih marah sama kamu. Tapi ibu dan bapak harap kamu jangan ulangi lagi ya. Naila itu masih seusia adik kamu, sedangkan kamu sudah besar dari naila. Jangan kamu ulangi ya nak. Dan jangan main peta... san seperti itu, karena itu sangat berbahaya. "Nasihat ibu Dina yang tak lain ibu nya Naila
Dua tahun kemudian di mana hari itu, adalah hari terpuruk bagi Naila. Di mana di saat Naila sedang perpisahan dari sekolah bersama Debby dan Denis. Orang tua Nila mengalami kecelakaan di saat mereka akan datang ke acara perpisahan.
Naila yang menanti kedatangan kedua orang tuanya, namun tak kunjung datang. Sampai acaranya selesai pun pak Fahmi dan bu Dina tak kunjung datang. Untung saja orang tua Debby dan Denis mewakili kedua orang tuanya Naila.
Di saat Acara tersebut sedang di isi dengan kegiatan murid murid. Keluarga Debby menghampiri Naila, lalu Naila di pel..uk oleh bu Rossa. Bu Rossa menangis sambil memeluk Naila.
Naila yang tidak mengerti nampak bingung dengan keadaan saat ini.
"Yang sabar ya sayang, semoga kamu kuat menerimanya."
"Ada apa ini, kenapa Bunda menangis. Ko ibu Nai, belum datang bun.?"Tanya Nai, masih melihat sekeliling tempat acaranya.
Tiba-tiba beberapa guru datang menghampiri Naila. Dengan ekspresi wajah yang Naila sendiri tidak mengerti mengapa semuanya bersedih.
" Naila, ibu turut berduka ya. Kamu yang sabar dan ikhlas ya nak."
Air mata Naila pun tanpa Nai sadari mengalir begitu saja.
" Berduka, memang apa yang terjadi bu Lilis.? "Tanya Naila ke guru yang suka mengajar di kelasnya.
" Ayah dan ibu mu... Mereka mengalami kecelakaan, dan nyawa nya tidak berhasil di selamat kan nak."
Bagaikan tersambar petir, Naila sampai tak kuat menahan tubuhnya untuk berdiri.
" Ayah, ibu. "Tangis Naila pun pecah, saat mengetahui kabar duka itu.
Di Depan mayat kedua orang tuanya, Naila menatap nya dengan tatapan kosong. Air mata sudah kering karena Naila menangis terus menerus sejak tadi. Mata Naila sudah sembab, bahkan sudah terlihat sipit.
"Ibu, ayah. Kenapa kalian pergi ninggalin Nai sendiri di sini. Nai sama siapa bu, Nai ingin ikut dengan kalian" Naila bergumam di depan dua lubang kubur, di mana kedua orang tuanya akan di masukkan ke dalam liang Lahat.
Di saat Lubang kubur nya akan di tutupi dengan gundukan tanah. Barulah Naila menangis dengan histeris. Naila di pegangin oleh bu Rossa yang tak lain Orang tua Brian.
"Ibu.... Ayah... Naila ingin ikut kalian. Jangan tutup ayah dan ibu Nai, Jangan tutup..." Naila berteriak dan terus menangis.
Naila di peluk oleh Bunda Rossa dan guru guru nya. Agar Naila tidak menangis lagi.
Brian, Debby, Denis, dan sarah melihat Naila menangis histeris tidak bisa berbuat apa-apa.
Dari kejadian itu, Naila yang selalu ceria menjadi Naila yang Murung dan selalu menyendiri. Naila bingung tidak ada yang buat di ajak cerita, dan mencurahkan isi hatinya. Walaupun pun Ada paman Tommy yang menyayangi Naila, namun tetap Naila merindukan kedua orang tuanya.
Begitulah lamunan Naila, yang kini sedang menatap langit-langit. Naila mengingat kejadian 10 tahun lalu, di mana kedua orang tuanya meninggalkan dirinya untuk selama.
"Huuufffhhh.... Bagaimana kabar mereka semua. Debby, Denis, sarah, ka Brian, bunda Rossa dan ayah Aris ya. Aku rindu dengan mereka semuanya. Sejak mereka juga meninggalkan aku, jadi aku harus ikut dengan paman Tommy kesini."
Ceklak... Suara pintu terbuka, ternyata seorang pria paruh baya sedang tersenyum ke arah Naila.
" Hallo Naila kesayangan paman..."
"Hallo paman, paman baru pulang ya.?" Paman Tommy mengangguk kan kepalanya.
Pak Tommy pun masuk ke dalam kamar Naila, duduk di kursi di samping Naila, yang kini juga duduk di pinggir tempat tidurnya.
Pak Tommy pun tersenyum melihat wajah keponakan nya, yang sudah dia anggap seperti anak nya sendiri.
"Naila, paman punya sesuatu buat kamu.?"
Naila tersenyum saat mendengar paman nya bicara.
"Apa paman..?"
"Tutup mata kamu dulu dong Nai, baru nanti kamu tau.!" Dengan tidak sabar Naila menganggukkan kepala nya, lalu memejamkan matanya.
Pak Tommy pun tersenyum melihat Naila menurut untuk memejamkan matanya.
'Fahmi, putri mu kini sudah menjadi seorang gadis dewasa. Dia nampak cantik seperti ibunya.' Gumam pak Tommy dalam hatinya.
Pak Tommy mengeluarkan satu kotak, berwarna merah di hadapan Naila. Dengan tersenyum karena dia akan memberikan sesuatu yang mungkin Naila akan suka.
"Kamu sudah boleh buka mata kamu, tapi tunggu paman hitung sampai tiga kamu baru membuka mata kamu." Naila pun tersenyum dan mengangguk. " Paman hitung ya, Satu, dua, tiii ga."
Naila pun membuka matanya dan tersenyum saat di depan matanya ada kotak kecil berwarna merah. Naila pun melihat ke arah paman nya yanh sedang tersenyum ke arah nya.
" Paman, ini apa.?"
"Buka saja.. Semoga kamu suka ya nak.?" Sambil membelai rambut Naila.
Naila mengangguk lalu mengambil kotak itu dari pamannya. Saat kotak itu di buka, senyum indah terukir di bibir Naila.
Sebuah kalung dengan berbentuk boneka kesayangan nya Mickey mouse kecil di kalung itu. Air mata Naila pun mengalir, membasahi wajah cantiknya. Lalu Naila, mem...eluk paman nya.
"Terimakasih kasih paman, Naila tidak tau harus berterima kasih bagaimana sama paman. Paman begitu baik ke Nai, 10 tahun Semenjak orang tua Nai pergi. Hanya paman lah yang Nai punya saat ini, kalau tidak ada Paman Nai tidak tau kehidupan Nai seperti apa. Paman sudah membesarkan Nai, membiayai Nai sekolah, dan menyayangi Nai. Maafkan Naila jika Nai belum menjadi anak yang baik untuk paman. "Naila menangis sampai pundak nya bergetar.
Membuat pak Tommy ikut menitikkan air mata, mendengar ucapan keponakan nya itu.
" Naila, kamu bukan hanya keponakan bagi paman. Kamu sudah paman anggap seperti putri paman sendiri nak. Paman sudah menyuruh kamu untuk memanggil paman mu ini ayah, tapi kamu tetap memanggil paman. Kamu tau kebahagian paman itu apa nak.? Kebahagian paman itu saat melihat kamu tersenyum nak. Dari kamu bayi, paman menggendong kamu. Doa paman semoga kebahagian selalu menyertai kamu nak. Sudah jangan menangis lagi, kamu jadi jelek tau. Kamu pintar banget sih bikin paman kamu ini ikut menangis."
Pak Tommy mengusap air mata Naila dan tersenyum." Sudah jangan menangis lagi. Bagaimana kamu suka tidak dengan kalung itu.? "
" Suka paman, Nai suka sekali dengan kalung ini. Apalagi ada Mickey mouse nya, lucu paman. "
" Iya lucu kaya kamu, yang sering membuat paman tersenyum. Stiap kalian melihat mu bertingkah lucu di rumah mu dulu .? "Seketika wajah Naila kembali murung. Paman pun paham apa yabg di rasakan Nai." Sudah jangan sedih lagi, sini paman pakai kan kalung ini. Paman ingin lihat bagus tidak kamu pakai itu.? "
Naila pun tersenyum lalu memberikan kalung itu kepada paman nya, untuk di pakai kan. Setelah itu paman Tommy tersenyum melihat Naila sudah memakai kalung pemberian nya.
" Bagus kamu pakai nak, Kamu tambah cantik. Yasudah paman balik ke kamar ya, kamu istirahat jangan tidur malam malam."
"Ya paman, paman juga harus istirahat ya."
"Iya nak, paman akan istirahat. Yasudah paman keluar ya.?" Naila pun mengangguk.
Paman Tommy pun keluar kamar Naila, lalu menutup nya kembali. Setelah paman nya keluar, Naila memandangi fotonya bersama kedua orang tua nya.
Paman Tommy pun keluar kamar Naila, lalu menutup nya kembali. Setelah paman nya keluar, Naila memandangi fotonya bersama kedua orang tua nya.
"Ayah, ibu. Kalian tau, paman Tommy itu baik banget sama Nai. Nih liat, Nai di berikan hadiah lagi. Sebenarnya Nai tidak enak hati, jika paman memberikan hadiah untuk Nai. Aku takut jika bibi akan marah, karena paman selalu memberikan hadiah untuk Nai. Walaupun dua bulan sekali, tapi paman selalu memberikan hadiah untuk Nai.. Ayah ibu, Nai kangen dengan kalian. Tak terasa ya 10 tahun Nai hidup tanpa adanya kalian. "
Naila memeluk foto kedua orang tuanya, hingga Mata Nai terpejam. Ya begitulah Naila, setiap malamnya selalu bercerita lewat foto orang tua nya yang selalu berada di dalam dompet nya.
Naila berharap jika di dalam mimpinya, dia akan berjumpa dengan dua orang yang dia sayang.
Keesokan paginya, Naila sudah berkutat di dapur untuk membuat sarapan. Ya sepagi itu Nai sudah rapih dengan pekerjaan rumahnya. Dari mencuci baju, menjemur membersihkan rumah dan di lanjutin memasak untuk masak. Dan jika sehabis pulang kerja Naila pun tetap melakukan pekerjaan nya untuk menyetrika baju.
Begitulah tugas Naila setiap harinya, dia melakukan itu sebagai balas budi untuk keluarga pamannya. Karena mereka mau menerima dan mengurus dirinya. Walaupun bibi nya begitu cerewet dan jahat, namun semua itu di lakukan Naila karena dia tidak ingin jauh dari saudara yang hanya satu satunya yang Naila miliki.
Dan sebagai baktinya kepada paman nya, yang sudah menyayangi nya seperti seorang ayah. Padahal pak Tommy sudah melarang keras kepada istrinya untuk tidak memperlakukan Naila seperti itu. Namun apalah daya pasti ujung-ujungnya mereka bertengkar, dan bu Farida yang tak lain istri pak Tommy, selalu menyebut Naila sebagai benalu di rumah itu.
Naila tidak mau membuat paman khawatir dengannya. Apalagi sampai mereka bertengkar karena membela dirinya. Mangkanya Naila melakukan nya sebelum paman nya melihat Naila bekerja dirumahnya.
Kini Naila sedang bersiap-siap untuk berangkat kerja. Tiba-tiba Pak Tommy datang menghampiri Naila.
"Nai, sarapan yuk.!"
"Tidak paman, Nai sarapan di tempat kerja saja".
"Kamu sudah bawa sarapan kamu nak, kalau kamu makan nasi kamu pagi, siang kamu makan apa Nai.?"
"Siang mah gampang paman, banyak ko di tempat kerja Nai tukang makanan."
"Tapi siang kamu makan loh, jangan sampai tidak. Paman tidak mau kamu sampai sakit Nai."
"Siap bos, laksanakan". Naila memberikan hormat kepada pak Tommy, membuat sang paman terkekeh.
"Yasudah nih uang jajan kamu, barang kali ada yang kamu mau beli di sana". Sambil menggenggam kan uang berwarna biru di tangan Naila.
"Jangan paman, Mending buat bibi aja. Buat nambahin uang belanja, kalau Nai kan sudah kerja. Masa masih di kasih uang bekal sih.?"
"Ssssttt... Jangan sampai bibi kamu tau, ini uang paman pribadi. Kalau bibi kamu, memang uang paman kan semua nya sudah setoran ke bibi kamu nak". Pak Tommy terkekeh.
"Yasudah untuk pegangan paman aja, aku ada ko". Naila menolak secara halus.
"Paman ada ko uang untuk pegangan paman. Ini kamu pegang ya, kamu gak ambil paman akan marah loh sama kamu".
Dengan merasa tak enak hati, Naila pun mengambil uang pemberian pamannya tersebut.
"Terimakasih ya paman, paman adalah paman yang terbaik buat Nai. Harus bagaimana lagi Nai bisa membalas kebaikan paman ini.?"
"Tidak perlu membalas apapun nak. Paman hanya ingin kamu harus menjadi Nai yang pernah paman kenal. Jadi Naila yang ceria, jangan menjadi Naila yang selalu Murung."
'Nai yang ceria sudah hilang paman saat ayah ibu pergi. Apalagi saat orang di sekitar Nai juga ikut pergi. Hanya paman dan Ka Fandi yang ada untuk Nai.' Gumam Naila dalam hatinya.
Pak Tommy masih menatap wajah keponakan nya itu." Yasudah jangan kamu pikirkan, sekarang kamu berangkat kerja sana." Naila pun mengangguk kan kepalanya.
"Yasudah Nai berangkat dulu ya, Terimakasih ya paman."
"Iya nak, kamu hati hati.."
Naila pun pamitan dengan paman nya. Lalu Nai berjalan menuju ruang makan di mana ada bibi dan dua sepupu perempuannya. Yang bernama Melly dan Jenny, mereka bertiga sedang menikmati sarapan nya.
"Bi, Aku berangkat kerja dulu." Nai sudah mengarahkan tangannya untuk pamitan.
Namun tangan bibi Farida menjauhi tangannya agar tidak di sentuh oleh Naila.
"Jauhi tangan kamu itu. Kalau tangan saya kamu sentuh, bisa bisa saya kena si.. al dari kamu." Dengan perasaan sedih Naila menarik tangannya kembali.
Melly melihatnya tak tega kakak sepupunya di perlakukan kasar sama ibunya. Sedangkan Jenny hanya tersenyum melihat Nai di perlakukan seperti itu.
" Bu jangan kaya gitu sama ka Nai. "
" Diam kamu anak kecil, jangan membela dia terus. Kamu mau terkena apes nya dari nih anak." Naila memberikan isyarat kepada Melly untuk diam, jangan menjawab ucapan ibunya.
Melly hanya menunduk untuk menuruti apa yang Naila ucapkan.
" Sudah kamu pergi sana, saya muak melihat kamu lama lama di sini. Bisa bisa selera makan saya berkurang melihat mu di sini." Naila mengangguk kan kepalanya, saat Naila baru berjalan dua langkah bu Farida sudah memanggilnya.
" Tunggu, kamu jangan pulang malam. Ingat tugas kamu, setrikaan sudah numpuk. Jangan lupa sama tugas kamu, dan ingat sadar diri."
" Ii iya bi, Nia akan kerjakan setelah pulang."
Paman Tommy yang dari dalam mendengar keributan segera menghampiri keluarga nya.
" Ada Apa ini rame-rame. Ada apa bu, kenapa si kamu selalu marahin Nai.?"
"Ini lagi datang datang langsung membela keponakan kesayangan nya. Pintar sekali kamu Nai, menarik simpatik keluarga saya. Kamu pakai apa hah, buat menarik perhatian mereka. Sudah suami saya, putra saya, ini lagi si bungsu juga ikutan. Hebat kamu, pakai pemanis apa kamu.?" Dengan tersenyum menyeringai menyindir Naila.
" Ibu.. Kamu benar-benar ya, pemanis apa yang ibu maksud. Keponakan ku tidak pakai seperti itu. Dan apa salahnya Nai, sampai kamu membenci dia. Padahal dia sudah mengerjakan tugasnya dan berbakti di sini sama kamu bu. Tapi masih saja selalu kamu hina dengan kata kata kamu itu. "Pak Tommy sudah sangat marah dengan kelakuan istrinya itu.
" Kamu dengar kan Anak sia... L. Suami ku ini membela kamu, tidak ibunya tidak anaknya selalu cari muka dengan suamiku ini. "Hardik bu Farida.
Ucapan bu Farida membuat Naila langsung menitikkan air matanya.
" Ibu kamu itu, benar-benar. "Pak Tommy ingin mengangkat tangannya, Namun di tahan oleh Naila.
" Jangan paman, aku mohon jangan lakukan itu sama bibi. Aku sadar diri ko di sini paman, jadi paman jangan mengangkat tangan paman untuk berbuat kasar sama bibi." Naila menyentuh tangan paman nya untuk memohon.
"Air mata buaya, padahal kamu senang melihat keluarga ku bertengkar. Lama lama saya muak melihatmu di sini, selalu berakting merasa seperti upik abu. Lebih baik aku pergi, selera makan ku hilang melihat kamu di sini." Bu Farida pun meninggal kan makanannya yang berada di meja makan.
" Gara gara orang tak tau diri, rasa selera makan jadi hilang ".Sindir Jenny yang lalu meninggalkan meja makan dan pergi ke kamar nya.
" Jenny... "Bentak pak Tommy.
" Jangan paman, jangan marah lagi Nai mohon." Naila menelungkup kan tangannya tanda memohon.
Pak Tommy pun diam melihat keponakan nya itu memohon, dengan menitikkan air matanya. Membuat pak Tommy tak tega melihatnya.
Dan Melly pun melihat kakak sepupunya di perlakukan kasar oleh ibunya juga merasa tak tega. Karena bagi nya Naila itu kakak yang baik, yang bisa di ajak cerita.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!