Sepasang gadis cantik dan pria tampan baru saja resmi menjadi suami Istri. Mereka baru selesai melaksanakan akad pernikahan dan sekaligus resepsinya di kediaman sang pria.
Para tamu di persilahkan menyantap hidangan yang disediakan, ada tamu yang bersalaman dengan pengantin, ada juga yang meminta foto bersama.
Setelah selesai, pengantin kembali duduk dan sesekali mengobrol ringan guna menghilangkan rasa gugup di antara keduanya.
Nia, gadis cantik yang murah senyum, dengan tinggi 160 cm, langsing dengan kulit kuning langsat. Deny, suami dari Nia. Tampan, tinggi 170 cm, kulit yang cerah, ia juga ramah dan hangat pada orang sekitarnya.
Deny melihat ke arah pojok ruangan, ia menatap salah satu tamu perempuan yang harusnya tidak ia undang. Gadis itu juga menatap Deny lalu menundukkan kepala. Ia berdiri lalu melangkah menuju meja makanan untuk mengambil kue lalu kembali duduk di pojok dan memakan kuenya dengan tidak selera. Setiap gigitannya terasa mengigit pisau. Deny menatap sedih gadis itu
"Ada apa?" Tanya Nia.
"Ah, tidak. Oh iya, kau ingin makan sesuatu?" tawar Deny.
Nia menggeleng dan tersenyum.
Gadis itu menggigit bibir bawahnya saat Deny menggenggam tangan Nia, Istrinya. Air matanya menetes lalu dengan cepat ia menyekanya, ia meletakkan kue yang ia makan dan belum habis lalu berjalan menuju pengantin. Deny dan Nia langsung berdiri saat melihat gadis itu berjalan mendekat ke arah mereka. Gadis itu terus melangkah walaupun gemetaran dan menahan sesak di dadanya.
"Selamat atas pernikahan kalian," ucap gadis itu lalu menyodorkan kado.
Ia juga bersalaman dengan Deny dan Ni.a
"Terima kasih, banyak." ucap Nia.
Gadis itu tersenyum lalu pamit pulang. Setelah keluar dari kediaman Deny, gadis itu langsung berlari ke arah mobil lalu pergi dari sana. Singkat cerita Deny dan Nia sudah berada di kamar. Acara pun sudah selesai tepat jam 12 malam. Pengantin baru ini hanya duduk berjauhan di tepi ranjang.
"Aku ke dapur dulu."
Deny mengangguk.
"Nia, sedang apa?" tanya wanita yang merupakan Mamanya Nia.
"Anu, Ma. Aku lapar hehe."
Mama Nia hanya geleng-geleng kepala, akhirnya Mamanya menemani Putrinya ke dapur.
"Suamimu tidak titip-titip?"
Nia menggeleng.
"Nak, Mama harap keputusan Mama ini bisa membawakan kebahagiaan untukmu. Kamu sungguh tidak merasa tertekan, kan?"
Nia tersenyum dan menggenggam tangan Mamanya.
"Ma, Aku percaya akan keputusan Mama. Lambat laun kami pasti akan menyatu."
"Jika nanti kamu ada masalah yang tidak bisa kamu selesaikan sendiri, ingatlah Nak masih ada Mama. Pintu rumah Mama akan selalu terbuka untukmu."
Nia mengangguk.
Jauh di dasar hatinya ia merasa sedih karena harus mengalami perjodohan ini, namun ia tetap yakin apapun pilihan Mamanya pasti baik untuknya.
"Oh iya, Mama pulang besok pagi. Jadi malam ini malam terakhir Mama menemani kamu. Dan ya, nanti jangan sungkan-sungkan main ke rumah Mama."
"Siaaaapp!"
***
Saat Nia kembali ke kamar, ia mendapati Deny sudah tertidur pulas. Nia pun dengan perlahan berbaring di sebelah Deny dan menarik selimut untuknya. Nia memiringkan tubuhnya dan membelakangi Deny, jantungnya berdegup kencang. Ia menutup matanya dan berharap ia juga lekas tidur.
Baru saja Nia hampir terlelap, tiba-tiba ia di kejutkan oleh Hp Deny yang berdering, dengan reflek ia bangun dan berjalan ke arah meja samping ranjang yang berada di samping Deny. Nia meraih Hp yang diletakkan tengkurap tersebut dan terkejut melihat siapa yang menghubunginya malam-malam begini.
"Aduh, Bosnya Mas Deny Nelfon lagi"
"Ku bangunkan atau tidak ya?" Nia meletakkan kembali Hp Deny. Nia menepuk pelan lengan Deny, suaminya.
Deny membuka mata perlahan.
"Ada apa?" tanyanya
"Maafkan aku, Mas. Ini Hp nya bunyi terus dari tadi."
Deny meraih Hp dan terkejut melihat siapa yang menelfonnya.
"Terima kasih." ucap Deny yang langsung bangun dan menuju balkon kamar.
Nia pun berharap Bos nya tidak marah karena Deny terlalu lama mengangkat telfonnya. Nia kembali berbaring di ranjang, ia tidak jadi memejamkan mata karena Deny membuka lemari dengan buru-buru.
"Ada apa, Mas?" tanya Nia yang was-was dan merasa bersalah.
"Maaf mengganggu tidurmu, Nia. Ini Bos ku kedatangan klien dan memintaku untuk kesana sekarang juga."
"Oohh, begitu. Baiklah, anu... hati-hati di jalan," ucap Nia gugup
Dengan jantung yang terus berdegup kencang, Nia meraih tangan suaminya dan mencium punggung tangannya. Deny yang mendapat perlakuan seperti itu agak kikuk.
"Aku berangkat!" sambil membawa tas kerjanya
Nia mengangguk dan tersenyum. Ia berniat mengantar suaminya sampai di pintu rumah namun Deny menolaknya.
***
Nia dan Deny adalah 2 orang yang tidak saling kenal namun mereka menikah atas perjodohan Mama mereka yang merupakan teman di arisan yang mereka ikuti. Nia dan Deny sama-sama tidak memiliki Ayah, mereka hidup berdua dengan Mamanya.
Mama Nia memiliki toko Butik dan sudah ada cabang, Nia yang merupakan lulusan S1 memutuskan untuk membantu Mamanya mengurus usahanya tersebut. Tahun ini Nia sudah menginjak usia 24 tahun, dan bulan depan adalah ulang tahunnya yang ke-25.
Mama Deny merupakan pengusaha juga, ia memiliki Cafe dan sudah ada 2 cabang yang berada di 2 kota lainnya, Deny yang juga sudah menempuh S1 bekerja di sebuah perusahaan dan saat ini usianya sudah 27 tahun.
Kedua Mama ini memutuskan menjodohkan anak mereka karena mereka yakin anak mereka satu sama lain berasal dari bibit yang berkualitas dan memiliki orang tua yang mandiri, jadi pasti anak-anak mereka pasti akan jauh lebih hebat dari mereka sendiri. Nia sama sekali belum pernah memiliki hubungan dengan laki-laki karena menuruti apa yang di katakan alm. Ayahnya. Mereka sama-sama tinggal di kota Banyuwangi namun mereka beda universitas dulunya.
***
Hari-hari terus berlalu, usia pernikahan mereka sudah berjalan 3 minggu, jarak Nia dan Deny juga mulai dekat. Mereka pun sudah melakukan ritual malam pertama dan hal itu semakin mendekatkan jarak mereka berdua. Terlihat tidak ada masalah apapun, dan Nia menjadi Istri yang baik serta ia melakukan pekerjaannya dengan cepat dan tepat.
Sesuai pernjanjian pranikah, Nia tetap mengurus dan bekerja di Butik Mamanya. Hari ini mereka sarapan bersama, usai sarapan mereka pun sama-sama menuju tempat kerjanya.
🍀🍀🍀
23:00
Nia keluar dari kamar mandi dengan mengenakan Lingeria BDS (Baju Dinas Malam). Deny sebagai laki-laki normal tentu tak bisa menolaknya, mereka berpegangan tangan dan hampir melaksakan ritual malam.
‘drrrr drttt’
Hp Deny berdering, Deny dengan cepat mengangkat telfonnya dan berjalan ke balkon kamar.
"Maaf, Sayang. Aku harus pergi."
"Kemana, Mas? Sudah malam loh." dengan nada manja.
"Temanku membutuhkanku, aku harus pergi."
"Tidaaaak! Mas selalu saja pergi meninggalkanku di jam malam seperti ini. Aku juga butuh kamu," Nia ngambek
"Sayang, temanku sedang ada masalah."
Nia tidak menjawab, Deny kemudian berubah fikiran dan tidak jadi pergi.
"Maaf, aku tidak bisa kesana. Istriku ngambek," Deny langsung mengakhiri panggilan.
Nia dengan senyum lebarnya memeluk Deny. Di seberang telepon sana orang yang menelfonnya menghapus air matanya.
Keesokan paginya Nia pergi ke Butiknya, Sesampainya disana Nia langsung di sambut hangat oleh 3 karyawannya.
"Selamat pagi, Bu Nia," ucap mereka serempak.
"Selamat Pagi juga. Bagaimana kabar kalian hari?"
"Alhamdulillah sehat, Bu. Bu Nia sendiri bagaimana?"
"Saya juga alhamdulillah sehat wal afiat."
"Bu Nia seperti mengalami sesuatu hari ini? Aura-aura kebahagiaan menyelimuti."
"Sintaaaaaa.. Jangan begitu," sambil menyenggol lengan temannya yang asal ceplos itu.
"Hihi, tidak apa-apa kok. Oh iya, 3 hari lagi saya ulang tahun... Kita makan bersama ya."
Para karyawannya mengangguk tanda setuju, Nia lalu masuk ke ruang pribadinya dan memulai pekerjaannya. Ia melihat kalender yang ada di mejanya, kado terindah di hari kelahirannya adalah pernikahan ini. Walau pada awalnya Nia tidak mempunyai rasa sedikitpun pada suaminya, namun seiring berjalannya waktu hati Nia sudah terisi oleh suaminya.
09 Juni, hari kelahiran Nia, di ulang tahunnya yang ke-25 ini ia sudah tidak menjomblo, ia sudah ada pasangan hidup pilihan Mamanya. Pernikahan mereka sudah hampir 1 bulan dan selalu di penuhi kebahagiaan.
"Pernikahan ternyata tidak seseram yang ku bayangkan." ucap Nia sambil senyum-senyum.
Pagi berganti sore, Nia pun pamit pulang pada karyawannya karena sebentar lagi suaminya akan pulang juga. Senyum yang selalu terpancar darinya membuat orang yang baru di kenalnya akan merasa nyaman di dekatnya.
"Saya pulang dulu ya."
"Siap, Bu!"
"Siap, Bu!"
"Siaapp, Bu!"
Nia melambaikan tangan lalu masuk ke mobilnya.
***
"Mas, 3 hari lagi ulang tahunku. Aku mau ada acara makan bersama dengan karyawanku. Mas Deny mau bergabung?" Sambil merapikan rambutnya.
Deny sedikit terkejut, ia bahkan tidak tau masalah ini.
"Mau makan dimana?" Deny balik bertanya.
"Makan di tempat kerjaku, Mas." Nia duduk di ranjang di ikuti Deny yang langsung berbaring.
"Oe, aku akan kesana. Jam berapa?"
"Sekitar jam 1 siang."
"Baiklah, aku akan kesana. Kita rayakan ulang tahunmu disana. Aku akan mengajak Mama juga."
"Eh?"
"Tenang. Mama pasti akan menyempatkan waktu untuk hadir. Kau mau kue tart seperti apa?"
"Eeemmm," Nia berfikir
"Mau yang coklat mix Pink saja, Mas. Mas Deny beli dimana? Nanti biar aku yang membawanya."
"Tidak perlu, aku yang akan mengaturnya. Untuk hadiah aku rahasiakan ya."
Mendengar kata hadiah membuat hati Niaberbunga-bunga. Sungguh banyak kebahagiaan yang ia dapat dalam pernikahanya ini.
"Apa tidak merepotkan?" tanya Nia
"Tentu tidak. Sudah, mari istirahat. Besok aku ada meeting."
Nia mengangguk, mereka tidur dengan posisi berpelukan.
***
2 hari terasa sangat lama bagi Nia, hingga akhirnya tibalah hari yang ia nanti. Nia datang ke tempat kerja seperti biasanya dan pastinya dengan sambutan hangat.
‘Tok tok tok’
"Masuk," salah satu karyawannya membuka pintu ruang kerja Nia dan membuat Nia terkejut dan terharu.
"Selamat ulang tahun, Bu Nia!" ucap mereka bersamaan.
Nia menutup mulut karena terharu saat para karyawannya mengucapkan selamat sambil membawa kue tart yang di lapisi coklat.
"Kaliaaan..."
"Semoga panjang umur dan selalu sukses untuk Bu Nia,"
"Aamiin!" jawab serentak
"Semoga Bu Nia semakin cantik dan cantik,"
"Aamiin!"
"Semoga pernikahan Sakinah Mawaddah Warahmah,"
"Aamiiiiinnnnnnn!"
Nia memejamkan mata dan bersiap meniup lilin, ia juga berharap semua doanya terkabul.. Setelah lilinnya di tiup, karyawannya tepuk tangan meriah. Mereka juga membawa masuk makanan yang Nia pesan.
"Eh, makanannya sudah datang ya?"
"Iya, Bu. Itu tadi kurirnya kesini dan Ibu kan tadi sedang sibuk."
"Haduh, saya jadi ngerepotin kalian."
***
Nia dan karyawannya berkumpul di ruang kerja Nia sambil menunggu 3 tamu lainnya.
Pukul 12 siang~
Nia tersenyum lebar saat Mamanya datang lalu memeluknya.
"Maaf ya, Ma. Mama sampai jauh-jauh kesini."
"Tidak masalah anakku yang cantik. Oh iya, mertua dan suamimu sudah datang?"
Nia menggeleng.
"Nia bilangnya jam 1, Ma."
Mama Nia ber oh ria. Sembari menunggu 2 tamu lagi, mereka semua mengobrol banyak. Nia melirik jam tangannya, pukul 12:43. Ia mulai tidak tenang karena suami dan Mama mertuanya belum datang.
"Coba di telfon dulu." bisik Mamanya.
Nia mengangguk, ia lalu keluar dari ruangan dan menelfon suaminya namun tidak kunjung di angkat. Nia menghela nafas lega saat baru saja akan menelfon mertuanya, mertuanya telah sampai di depan Butiqnya dan langsung masuk.
"Maaf, ya... Mama telat, ya?"
"Tidak kok, Ma. Terimakasih Mama sudah menyempatkan waktunya,"
"Apa sih yang tidak untuk menantu kesayanganku ini.. Oh iya, Deny mana?"
"Mas Deny belum datang, Ma. Ini baru saja Nia telfon."
"Begitu, ya. Baiklah, selamat ulang tahun sayang..." Mama mertuanya mencium pipi Nia gemas.
"Hehe, terima kasih, Ma. Oh iya, didalam sana ada Mama."
"Oh ya, haduh Mama keduluan Mama kamu deh. Ya sudah, Mama kesana ya"
Nia mengangguk... Setelah mertuanya masuk ke ruang kerjanya, ia mencoba menelfon Deny lagi namun kali ini Hp nya tidak aktif.
"Mas, kamu dimana?" Nia mulai cemas.
Ia mondar mandir sambil terus melihat jam tangannya. Akhirnya sudah jam 1 lebih, dan Deny belum datang. Nia khawatir pada suaminya.
"Nak, suami kamu?" Mamanya keluar dari ruang kerja Nia dan menghampirinya.
Nia menggeleng.
"Kita tunggu lagi, ya. Suami kamu pasti sedang di perjalanan," hibur Mamanya
Nia mengangguk dan tersenyum.
Tek tek tek... waktu terus berjalan, kaki Nia terasa pegal. Dengan kecewa ia pun masuk ke ruang kerjanya. Mertuanya lalu menghampiri Nia yang murung.
"Sayang, kita semua sudah lapar nih. Sepertinya Deny sibuk sampai lupa mengabari kamu, biarkan saja dia. Ayo kita makan saja," ucap Mertuanya sambil merangkul bahu Nia.
Nia mengangguk dan ia harusnya tidak egois dengan membiarkan mereka semua menunggu lama. Nia melihat jam tangannya sekali lagi dan sudah pukul 16:00.
***
19:00
Mobil Nia dan Mama Mertuanya baru masuk di garasi, tidak lama kemudian mobil Deny juga sudah datang. Nia yang kecewa tetap berusaha baik-baik saja, ia menunggu Deny sampai Deny keluar dari garasi.
"Aku pulang!" ucap Deny.
Nia tersenyum berat lalu mencium punggung tangan Suaminya. Melihat raut wajah Nia yang kesal Deny terkejut karena ia melupakan hari yang penting.
"Selamat ulang tahun, Sa-Sayang. Maaf aku lupa,"
"Iya, Mas." Nia langsung masuk ke dalam rumah sambil menahan tangisnya.
Ia tidak ingin menangis, namun saat berhadapan langsung dengan suaminya malah membuatnya sedih. Deny menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia juga lupa membelikan hadiah untuk Istrinya. Deny masuk ke dalam rumah dan langsung di sambut oleh Mamanya
"Bagus, hampir saja perayaan ulang tahun Istrimu kacau gara-gara kamu."
"Maaf, Ma. Deny benar-benar lupa,"
"Bujuk dia, dia menunggumu berjam-jam dan kamu tidak datang sampai acaranya selesai."
"Maaf, Ma."
"Minta maaf sana sama Istrimu. Kamu ini ada-ada saja."
Deny mengangguk lalu menyusul Istrinya di kamar. Deny membuka pintu perlahan dan melihat Nia mengusap air matanya.
"Aku sungguh minta maaf," ucap Deny lalu meletakkan tas kerjanya
"Iya, tidak apa-apa. Manusia memang wajar lupa dan salah." Nia tersenyum.
"Kita keluar yuk, kita rayakan kembali ulang tahunmu."
Nia menggeleng.
"Aku lelah, Mas. Mas Deny juga pasti lelah kan."
Baru kali ini Nia kecewa pada suaminya namun ia juga tidak mau menyalahkannya karena ia berfikir suaminya tidak mungkin juga dengan sengaja melupakan apa yang ia ucapkan semalam. Deny tersenyum lalu mengelus rambut Nia. Deny menuntun Nia untuk duduk di meja rias lalu Deny mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.
"Pejamkan matamu," pinta Deny.
Nia menurut lalu memejamkan mata, ia merasakan ada sesuatu di lehernya.
"Sekarang buka mata."
Nia perlahan membuka mata tersenyum lebar melihat kalung indah melingkar di lehernya.
"Mas..."
"Bagaimana? Suka?"
Nia berbalik dan langsung memeluk Deny dengan erat.
"Sangat suka. Terima kasih banyaaaaakk."
"Syukurlah kalau kau menyukainya, ini hadiah ulang tahunmu dariku."
"Aaaaaa terima kasih!" Nia sangat senang
Deny memeluk Nia dan mengelus rambutnya.
Keesokan paginya~
"Terima kasih, ya!" Nia mencium punggung tangan Deny dan keluar dari mobil. Setelah mobil Deny tidak terlihat dari pandangannya, Nia masuk ke butik dan di sambut hangat karyawannya.
"Selamat pagi, Bu Nia!"
"Selamat pagi, Bu Nia!"
"Selamat pagi, Bu Nia!"
"Selamat pagi juga, sudah sarapan semua kan?"
"Sudah, Bu!" jawab mereka bersamaan.
"Bu, ada yang datang mencari Ibu Nia."
Ucap salah satu karyawannya dan di ikuti angggukan kepala dari 2 karyawan lainnya.
"Eh, baiklah. Antar ke ruangan saya, ya."
"Baik, Bu."
"Oke, semangat kerjanya hari ini ya." Nia tersenyum lalu menuju ruang pribadinya.
Ia penasaran siapa pagi-pagi seperti yang datang mencarinya, ia berpositif thingking bahwa mungkin itu adalah pelanggan tetapnya Yang akhir-akhir ini sering menemuinya dan menjadi dekat.
‘tok tok tok’
"Bu, Nia."
"Masuk," sahut Nia yang kemudian menyalakan laptopnya.
‘Ceklek’ pintu terbuka, Nia mengangkat kepala hendak melihat siapa yang datang menemuinya.
‘PLAK!’
‘Bugh’
Tamparan keras di pipinya membuatnya tidak seimbang dan terjatuh bersama kursinya. Nia merasakan pipinya panas dan perih, ia memegangi pipinya dan mengangkat kepala melihat siapa yang ada di hadapannya ini. Nia menahan sakit di pipi kirinya.
"Dia?" Batin Nia.
Nia berusaha berdiri namun belum sempat ia berdiri orang di hadapannya ini terlebih dahulu mendorongnya hingga mengenai lemari di belakangnya.
"Wanita ja*lang!"
Nia meringis kesakitan dan rasanya ia dihujani beribu pisau.
"Maaf, kamu ini siapa? Apa salahku?" tanya Nia
Orang di hadapannya saat ini mencengkram bahu Nia.
"Kau tidak tau aku siapa? Hah?!"
Nia menggeleng, ia benar-benar tidak mengenali perempuan yang ada di hadapannya ini. Perempuan di depannya ini sudah di kuasai amarah, matanya memerah dan nafasnya memburu.
"Tenangkan dirimu, apa salahku? Dan siapa kamu?" Nia berusaha melepaskan diri dari perempuan yang tiba-tiba muncul ini.
"Lepas saja baju sopanmu ini, ja*lang!" perempuan itu langsung menarik bagian lengan baju Nia yang panjang, baru tersobek sedikit dan Nia langsung bangkit. Nia menghempaskan tangan perempuan itu dari tubuhnya, namun Nia tetap berusaha mengontrol emosinya.
"Oh, berani ya. Memang sih, pelakor jaman sekarang itu galak-galak!"
Nia semakin kebingungan saat dirinya di sebut pelakor.
"Maaf ya, aku sama sekali tidak mengenalmu, ah iya bukankah kau temannya Mas Deny? Dan apa maksudnya ini? Datang kesini membuat keributan dan bahkan menyakitiku. Kau menghukumku atas apa yang tidak ku lakukan." Nia merapikan pakaiannya.
"Heh!" Perempuan itu hendak melayangkan tamparan lagi, namun dengan cepat Nia menepisnya dan membuat perempuan itu meringis.
"Awwwh kurang ajar!!" Bentak perempuan itu.
Nia mengatur nafas dan tetap mengontrol emosinya.
"Ku tanya sekali lagi, apa maksud kedatanganmu ini? Dan apa salahku?" tanya Nia dengan tenang.
"Jangan pura-pura tidak tau, baji*ngan," perempuan itu berjalan dengan berani dan mendekati Nia.
"Kau menghancurkan hidupku, kau mmenghancurkan impianku, kau merebut kekasihku!" Perempuan itu tiba-tiba berbelok arah dan melempar laptop Nia ke lantai dengan keras, seketika laptopnya mati dan ada serpihan yang tersebar di lantai.
Nia membulatkan mata, ia mulai marah dan sangat sedih. Ia marah karena laptop itu adalah pemberian mendiang Ayahnya 3 tahun lalu. Dengan tubuh yang bergetar, Nia berjongkok dan memunguti serpihan bagian laptop yang pecah. Saat Nia akan akan meraih laptopya, tiba-tiba ia di dorong oleh perempuan itu hingga ia tersungkur ke lantai.
Nia memicingkan mata, perempuan itu bersiap memberikan tamparan lagi namun Nia langsung mencekal kedua tangan perempuan itu dan menariknya hingga ia juga terjatuh ke lantai, kepala perempuan itu terbentur ke lantai dan Nia menekuk kedua tangannya.
"Aaaarghhh! Lepaskan aku sia*lan! Dasar pelakor tidak tau malu! Kau tidak punya harga diri!"
"SIAPA KAU!" Nia berteriak di telinga perempuan itu dan membuatnya berteriak karena merasakan telinganya sakit.
"Arrrrrrgggh!!!!!"
"Apa salahku padamu, hah? Siapa kau?"
"Baj*ingan kau, tidak tau malu. Kau sudah merebut Deny dariku dan kau masih pura-pura tidak tau!"
Mendengar nama Deny dari mulutnya membuat Nia lemas seketika, ia melepas tangannya dan terduduk di lantai.
"Apa yang kau katakan? Deny siapa?" tanya Nia dengan suara lemas
Perempuan itu pun bangun dan berdiri, ia mengibas kedua tangannya yang sakit, ia tersenyum remeh pada Nia. Ia berjongkok di hadapan Nia yang sudah lemas itu.
"Jangan pura-pura tidak tau, ya. Kau sudah merebut mas Deny dariku. Deny itu pacarku, dan kau main datang ke kehidupannya dan menikah dengannya. Kau fikir aku akan kalah dan membiarkannya begitu saja? Tidak sayang, tidak."
Perempuan itu memegang dagu Nia dan mengangkatnya.
"Duh, kasihan matamu sampai merah begini. Kau takut padaku ya? Ingat ya, yang namanya pelakor itu pasti akan kalah."
"Lagipula, kau tidak selevel denganku. Aku akan merebut kembali Mas Deny darimu apapun yang terjadi, dia milikku dan tetap akan menjadi milikku sampai kapanpun. Dan ya, wanita ja*lang sepertimu lebih cocok di semak-semak sana."
Nia diam pasrah. Matanya membulat saat melihat kalung yang sama juga ada di leher perempuan itu.
"Ya, benar! Suamimu itu adalah pacarku. Kau telah merebut kebahagiaanku. Cih, darimana dia mendapatkan perempuan murah sepertimu ini, heh."
Nia menggeleng, ia tidak percaya akan apa yang di ucapkan perempuan di hadapannya ini.
"Kau ini sudah jadi pelakor, masih saja pura-pura tersakiti. Jangan playing victim ya, jijik aku." perempuan itu melepas dagu Nia dan mengeluarkan tisu dari tas lalu mengelap tangannya itu.
"Ingat, ya. Pelakor itu tidak akan bahagia, dan aku akan merebut apa yang harusnya menjadi milikku," perempuan itu berdiri dan melangkah ke arah pintu lalu membukanya.
"Oh ya, laptop itu akan ku ganti uang, aku bisa membeli 100 laptop murah seperti itu, harga dirimu bahkan lebih murah daripada 1 laptop milikmu. Bye."
'Ceklek' perempuan itu menutup kembali pintu ruang pribadi Nia.
Nia tidak dapat menahan tangisnya, sambil bercucuran air mata ia mengambil laptopnya di lantai dan mengumpulkan serpihannya. Hatinya begitu sakit.
"Papa..." lirih.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!