NovelToon NovelToon

Aku Bukan Rahim Cadangan

Permohonan

Bukan Rahim Cadangan

Part 1

"Selanjutnya... Pricilia Debby permata dari Fakulitas kesehatan , dengan indeks prestasi akademi (IPK) 3.96" Kata pembawa acara, tepuk tangan bergemuruh memenuhi gedung megah itu kala aku naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan sebagai mahasiswa terbaik.

Ya, Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan bagiku, namaku dipanggil sebagai mahasiswi dengan predikat terbaik.

Lulus kuliah tak lantas membuatku tenang, justru setelah ini lah kehidupan ku yang sesungguhnya akan dimulai. Ku nikmati soreku di teras panti selepas pulang dari acara wisuda kelulusanku, sembari memikirkan bagaimana agar cepat mendapat pekerjaan setelah ini.

"Debby!" Tiba- tiba seseorang memanggilku, aku menoleh kearahnya, dan tenyata dia adalah Mbak Linda, Ia adalah salah satu donatur terbesar di panti, menantu dari keluarga Atmajaya.

"Ehhh....Mbak..." Teriakku pada mbak Linda yang berlari kecil menghampiriku.

Angin bertiup sepoi", hingga membuat suasana sore yang sangat begitu nyaman. aku dan Mbak Linda memilih menghabiskan waktu sore kami di bawah pohon Jambu yang ada di halaman Depan panti. Mbak Linda sengaja datang untuk memberi selamat atas kelulusanku, Keluarga Hermawan juga lah yang membiayai sekolahku sampai akhirnya aku lulus D3 di bidang kesehatan. Sebenarnya cita-citaku sih ingin menjadi Dokter anak. kalau pun tidak, minimal bidan lah, tapi aku cukup tau diri, sudah bisa sekolah saja Alhamdulillah.

"Debby, selamat ya atas kelulusan kamu. Mbak dengar juga kamu mendapat predikat terbaik ya? Mbak bangga lo mendengernya." Kata Mbak Linda sambil memeluk ku, dia memang sangat baik padaku, dan dia juga sudah menganggap ku seperti adiknya sendiri.

"Makasih ya Mbak, ini juga berkat kebaikan mbak dan keluarga mbak." lanjut ku.

"Karena kamu sudah lulus Kulia, mbak mau minta sesuatu sama kamu boleh?" Kata mbak Linda padaku.

"Mbak mau minta apa? Mbak kan udah punya segalanya. Insyaallah Debby pasti akan berusaha semampu Debby. Asal jangan minta yang mahal-mahal, aku kan belum kerja dan belum menghasilkan uang mbak!" Candaku pada mbak Linda. Mbak Linda pun tersenyum. Mbak Linda adalah salah satu wanita yang sangat aku kagumi, selain parasnya yang cantik, dia juga begitu baik dan begitu menyayangi semua adik- adik yang ada di panti ini, dengan adanya mbak Linda yang selalu ada untuk kami, dapat sedikit mengurangi beban ku sebagai anak tertua di panti Ini. Entah apa salahku, hingga sampai sebesar ini tak ada yang mau mengadopsiku. Padahal dilihat dari wajah ku juga nggak terlalu jelek- jelek amat.

"Dasar anak nakal!" Celetuk mbak Linda sambil mencubit lembut pipiKu.

"Deb... menikahlah dengan Mas Doni!" Ucap mbak Linda, aku pun tertawa mendengar perkataan Mbak Linda. Karena aku pikir dia hanya bercanda.

"Deb, jangan ketawa, mbak serius, nggak becanda Deb!" Katanya dengan wajah yang lebih serius.

Aku pun sontak terkejut mendengar perkataan mbak Linda bahkan aku tak menyangka mbak Linda akan meminta hal seberat itu padaku.

"Jadilah Maduku Deb!" Pinta Mbak Linda dengan begitu mantap dan ringan. Aku terdiam tak percaya.

Mbak Linda adalah istri dari Mas Doni. Sudah hampir 9 tahun pernikahan, mereka belum juga dikaruniai momongan, hingga akhirnya Mbak Linda di vonis mengidap kanker Rahim, dan kemungkinan besar tidak bisa memberikan keturunan pada keluarga besar Hermawan, mengingat Mas Doni adalah anak Tunggal dari keluarga Hermawan. Sebenarnya, keluarga Hermawan tidak mempermasalahkan hal tersebut, namun mbak Linda bersih keras untuk menikahkan Mas Doni dengan wanita lain sebelum dirinya menghembuskan nafas terakhir.

Dia memang pernah mengutarakan tentang keinginannya untuk memberi madu pada Mas Doni, tapi aku sungguh tak percaya kalau dia memintaku untuk menjadi madunya, dan entah kenapa harus aku? Ini sungguh berat bagiku.

"Mbak, maaf aku nggak bisa mbak, bagaimana mungkin aku menikah dengan mas Doni? Dia adalah suamimu mbak, mas Doni juga sangat mencintaimu mbak, nggak mungkin juga mas Doni mau menikahi Ku." Tolak ku lembut.

"Mas Doni pasti mau jika aku memintanya dengan sungguh- sungguh, aku mohon!" Tiba-tiba mbak Linda berlutut di hadapanku dengan wajah penuh kesedihan, aku merasa sangat bersalah melihat mbak Linda yang sudah sangat baik harus berlutut pada ku yang bukan siapa-siapa.

"Mbak jangan gini dong mbak." Niatku membantu mbak Linda untuk berdiri namun, mbak Linda menolaknya.

"Nggak Deb, kalau kamu belum menjawab pertanyaan mbak, mbak nggak akan beranjak dari sini!" Tolak mbak Linda menepis tanganku yang memegangnya.

Hatiku semakin bimbang dibuatnya, Ya Mas Doni memang sosok pria yang sangat baik, tampan dan juga mapan. Namun di sisi lain, aku merasa tidak siap menjadi istri kedua. Tapi, Mbak Linda juga sangat baik dan berjasa padaku. Aku terus berpikir tak berpindah dari sosok mbak Linda yang masih dengan keras kepala berlutut di hadapanku dengan wajah yang penuh harapan.

Lama kami saling berdiam dan tak ada suara, Sampai akhirnya aku putuskan untuk menerima permintaan mbak Linda dengan syarat. "Baik lah Mbak, aku akan menerima pernikahan itu, jika Mas Doni juga menerimanya!" Kataku, dengan sangat berat hati aku memutuskan semua itu, tapi aku yakin bahwa mas Doni pasti akan menolak mengingat besarnya cinta mas Doni pada mbak Linda.

"Terimakasih Deb, kamu memang sangat baik. Tak salah aku memilihmu untuk menjadi maduku. Aku akan pulang dan menanyakan itu pada mas Doni." Kata mbak Linda tersenyum, dan ku bantu ia untuk berdiri.

Begitu bahagianya mbak Linda saat mendengar jawaban dari mulutku', dia pun segera pergi untuk menemui mas Doni.

Sesampainya Linda dirumah,

Linda tak sabar menunggu Doni hingga pulang dari kantor, dia segera menyusul Doni ke kantornya. Terlihat suasana di kantor masih sangat sibuk, Doni mempunyai sebuah perusahaan Rental Mobil yang cukup besar selain itu, ia juga mempunyai beberapa tempat karauke dan restoran siap saji yang tersebar di seluruh wilayah jakarta.

"Mas Doni ada?" Tanya linda pada Devi, sekretaris Doni

"Ada Bu langsung masuk aja!" Seru Devi, Linda pun segera masuk ke ruangan suaminya.

Cekrek...

Saking seriusnya menatap laptop yang masih menyala, Doni sampai tak sadar dengan kedatangan istrinya. Tak banyak bicara, Linda langsung saja merangkul Doni dari belakang.

"Linda? Kamu kesini?" Tanya Doni memutar kursi kebesarannya ke arah Linda. Doni sudah hafal betul dengan sentuhan Linda, dan parfum Linda, karena dia sangat mencintai dan mengagumi istrinya itu. Hingga tanpa melihat pun dia tau.

"Iya Mas, kamu serius banget, sampai nggak sadar dengan kedatanganku? ada yang mau aku sampaikan."Kata Linda dengan matanya yang berbinar-binar.

"Ada apa? Kamu baik-baik saja kan?" Tanya Doni khawatir. Doni memang selalu mengkhawatirkan kesehatan Linda apalagi setelah Linda di vonis kanker.

"Aku baik-baik saja mas, tapi akan lebih baik lagi jika mas Doni mau mengabulkan permintaanku kali ini!" Kata Linda bergelayut manja di leher Doni.

"Permintaan?" Tanya Doni melipat dahinya, tak paham dengan apa yang dimaksud Linda.

"Mas... Aku sudah menemukan wanita yang nanti akan menjadi ibu dari anak-anak kamu Mas." Ujar Linda bersemangat.

"Linda! Cukup! Sudah berapa kali aku katakan, istriku hanyalah kamu, nggak akan ada yang lain." Jelas Doni beranjak dari tempat duduknya. Ia terlihat begitu marah, Doni sudah sering menolak permintaan Linda untuk menikah lagi.

"Mas, sadar, sebentar lagi aku akan mati, sebelum aku mati, aku ingin melihat anakmu mas!"

"Cukup Linda, apa yang kamu katakan?" Kata Doni lembut, seraya membelai wajah cantik Linda.

"Mas, itulah kenyataannya, aku mohon menikahlah dengan Gadis pilihanku ini mas, dia baik, dan sangat cantik!" Ucap Linda, lagi- lagi ia berlutut di kaki Doni.

"Linda, bagaimana mungkin aku membagi hatiku pada wanita lain, aku hanya mencintaimu Linda!"

"Mas, aku mohon mas!" Dengan deraian airmata, Linda terus saja berlutut di hadapan Doni Hingga akhirnya Linda jatuh pingsan di lantai. Sontak membuat Doni Semakin panik.

"Linda bangun Linda!" Teriak Doni, ia pun segera membawa Linda ke rumah sakit.

Ku langkahkan kakiku dengan langkah yang begitu berat, aku masuk ke panti menemui bunda ku, bunda mira, orang yang merawat ku sejak aku Berada dipanti ini. Bunda masih sibuk di dapur menyiapkan makan malam Untuk adik-adik panti bersama mbok inem, orang yang membantu umi mengurus anak-anak di panti.

"Debby? Kamu dari mana saja nak, jam segini baru pulang?" Tanya bunda mira yang menyadari kedatanganku. Bunda mira memang orang asli bandung yang ditugaskan untuk mengurus panti di Jakarta.

"Bun..." Lirihku, kuhempaskan tubuhku di kursi dekat dapur dimana Mbok inem dan bunda sibuk dengan aktifitasnya.

"Kenapa Deb?" Tanya bunda mira menghentikan aktifitasnya, lalu menghampiriku dan duduk Disampingku.

"Bunda, hari ini, mbak Linda memintaku untuk menjadi istri kedua suaminya?"

"Apa?" Sentak bunda terkejut mendengar kata-kataku.

"Bun,bagaimana ini Bun?" Keluhku, ku peluk bunda mira, ku lepaskan semua beban ku yang ku pikirkan, karena bunda mira lah yang selalu membuat ku tenang setiap aku ada dalam masalah.

"Debby.. Kalau kamu merasa berat, sebaiknya kamu Ngak usah terima." Kata bunda padaku sambil mEngusap punggungku dengan lembut.

"Bunda, mbak Linda sudah sangat baik padaku dan pada panti ini, bahkan sudah menyekolahkan ku Sampai aku lulus, bagaimana bisa aku menolaknya." Jelas ku pada bunda mira.

"Nak... Masalah pernikahan itu bukan masalah sepele, itu keputusan untuk seumur hidupmu. Jadi, jangan kamu jadikan balas Budi sebagai taruhanya untuk masa depanmu nak" Ujar bunda mira,ku lepaskan pelunakan ku pada bunda perlahan.

"Tapi bun, mbak Linda memohon hingga berlutut padaku, aku sungguh tidak tega, apa lagi kalau mbak Linda membahas penyakitnya bun." Jelasku pada bunda.

"Debby, berbagi suami itu Ngak gampang nak, kamu itu masih muda, cantik, kenapa harus menjadi istri kedua?" Ucap bunda Mira sambil merapikan rambut ku yang terlihat acak- acakan seolah mencerminkan keadaan hatiku saat itu.

🥀🥀🥀

Terima kasih kakak-kakak semua,uda mau mampir ke cerita ku🥰

Ijab Kabul

"Tapi aku sudah berjanji bun, jadi apa yang harus aku katakan pada Mbak Linda nantinya?" Rengek ku pada bunda mira.

"Apa yang sudah kamu janjikan nak?" Tanya bunda.

"Aku berjanji, jika mas Doni menyetujuinya, aku juga akan menerima menjadi madunya mbak Linda bun! Dan sepertinya Mbak Linda langsung menemui Mas Doni setelah itu bun!" Ucapku cemas.

"Kita berdo'a saja Deb, semoga saja Nak doni menolak pernikahan itu." ucap bunda mira,aku tak menjawab hanya ku anggukkan kepalaku.

Tak lama setelah aku berkeluh kesah pada bunda Mira, Terdengar bunyi telepon Panti berdering. bunda mira segera mengangkatnya.

"Siapa bunda yang telepon?" Tanyaku setelah bunda mira menutup teleponnya.

"Nak Doni yang telepon? Linda sakit, dan sekarang dirawat di rumah sakit tempatmu pernah praktek dulu. Dan kamu diminta untuk datang ke sana sekarang."

"Mbak Linda sakit? Debby diminta kesana? Ada apa ya bunda? Kenapa perasaan debby jadi nggak enak begini ya bun?"

"Debby, jangan berprasangka buruk, semua kejadian itu biasanya terjadi dari pikiran kita sendiri!" ucap bunda menenangkan ku.

"Baiklah bunda, bunda ikut kan bun?" Tanyaku.

"Iya nanti bunda temani." Jawab bunda singkat.

Segera ku ambil ponselku, lalu ku pesan taksi online agar aku dan bunda bisa lebih cepat sampai ke rumah sakit.

tak lama Hanya butuh waktu kurang dari satu jam aku dan bunda sampai di Rumah sakit tempat Mbak Linda dirawat. Segera kami menuju ke bagian informasi untuk bertanya dimana ruangan mbak Linda dirawat.

"Maaf mbak, pasien atas nama Marlinda putri dirawat di kamar nomer berapa ya?" Tanyaku pada bagian informasi yang sudah tak asing lagi denganku karena aku sempat praktek di sana saat masih menimba ilmu.

"Debby? Kamu mau jenguk pasien atas nama ibu Marlinda?" Tanya mbak lidia, yang sedang bertugas.

"Iya mbak." Jawabku singkat

"ibu Marlinda Putri di rawat di kamar VIP no 32." Jawab Mbak Lidia.

"Makasih Mbak." Segera aku dan bunda menuju ruangan yang diberitahukan oleh mbak lidia.

assalammualaikum...

Cekrek, begitu aku membuka pintu, terlihat mbak Linda masih terbaring pucat di ranjang rumah sakit tak berdaya. Disana terlihat ada mas Doni yang duduk di samping mbak Linda dan ada juga beberapa orang lainya lagi disana seperti sedang menunggu kedatangan seseorang. Perasaanku mulai tak tenang, hingga suara lemah mbak Linda membuyarkan lamunanku.

"Deb, kemarilah?" Perintah Mbak Linda. Aku segera menghampirinya dengan perasaan cemas dan jantung berdegub kencang, ku genggam tangannya dan dia berkata. "Menikahlah dengan Mas Doni, dia sudah menyetujuinya." Lirih Mbak Linda.

Deg... Seketika tubuhku terasa lemah bagai tak bertulang, jantungku berdebar kencang, bibirku Kaku, aku tak bisa berkata. Ku lirik bunda yang juga masih mematung didepan pintu kamar, bunda pasti juga sama terkejutnya seperti aku mendengar perkataan Mbak Linda yang tak kuduga begitu cepat menagih janjinya.

"eh...Mb..ak... Aku...uu.."

"Kamu sudah berjanji Deb, mas Doni juga sudah menyetujuinya. Apa lagi yang kau pikirkan?" Potong Mbak Linda. Aku tetap mematung.

"Pak penghulu, tolong nikahkan Mas Doni dengan Debby" Seru mbak Linda kemudian.

Ternyata benar, orang yang sekarang di hadapanku adalah penghulu. Aku melihat Mas Doni yang juga masih mematung tak berkata - kata, dari sorot mata mas Doni, Aku tau Mas Doni juga terpaksa menerima pernikahan ini kerena permintaan mbak Linda yang memohon, seperti mbak Linda lakukan padaku. dan tentu Mas Doni tak berani menolak, mas Doni hanya melakukan permintaan dari mbak Linda. Hingga ijab Kabul pun terjadi diantara kami berdua. aku tak menyangka,semua ini Bagaikan mimpi di siang bolong, hari ini aku menjadi seorang istri, yang tepatnya istri kedua suamiku. Satu hari dengan kebahagiaan Karen lulus dengan predikat terbaik sekaligus kesedihan karena harus menikahi orang yang tidak ku cintai dan menjadi istri kedua.

🥀🥀🥀

Setelah ijab kabul itu berlangsung, aku dan bunda memutuskan untuk kembali ke panti dan bergegas berpamitan.

"Mbak saya dan bunda pulang dulu." Pamitku pada Mbak Linda yang masih terbaring lemah, namun wajahnya terlihat sangat berbinar.

"Biar mas Doni ya yang antar." Tawar mbak Linda

"Nggak perlu repot - repot mbak, kami udah pesen taksi online tadi." Tolak ku halus,

setelah Melihat wajah Mas Doni yang sangat tidak bersahabat itu, aku cukup tau diri.

"Batalkan saja Deb!" Seru mbak Linda.

"Mas, kamu anter bunda sama Debby ya!" Perintah Mbak Linda yang terkesan memaksa mas Doni.

"Tapi yang!, nanti kamu disini sama siapa sayang?" Kata Mas Doni, Aku tau dia hanya mencari alasan.

"kan Ada suster mas! yang bisa menjagaku" Jawab Mbak Linda lembut sembari tersenyum.

"Ya sudah kalau kamu maksa, mari bunda, saya anterkan pulang!" Ajak Mas Doni pada bunda mira, tanpa menoleh atau menyebut namaku sekalipun. Mas Doni segera berpamitan pada mbak Linda dan mengecup kening mbak Linda penuh kasih sayang. Bunda mira dan aku hanya bisa saling memandang melihat mas Doni yang begitu sayang pada Mbak Linda. Pikiranku pun melayang, bagaimana bisa aku berada ditengah- tengah orang yang begitu saling menyayang? apakah Bisa dan kuatkah aku nantinya? Bagaimana aku bisa menjalani hari- hariku sebagai istri kedua? Semua pikiran itu menguasai otakku saat ini. Hingga suara Mas Doni membuyarkan lamunanku.

"Ayo kita pergi!" Ajak Mas Doni, aku dan umi mengekori Mas Doni yang berjalan lebih dulu di depanku.

Dalam perjalanan pulang, Mas Doni terlihat asik ngobrol dengan Bunda Mira membahas perkembangan panti, aku hanya bisa diam, duduk di bangku belakang sambil memikirkan apa yang harus aku lakukan,apa yang akan terjadi dengan kehidupanku setelah ini.

Dan akhirnya kita pun tiba di halaman Panti, Aku dan Bunda segera turun dari mobil, dan Mas Doni bersiap untuk langsung pamit, namun dicegah oleh bunda.

"Nak Doni, bunda mau bicara sebentar, boleh?" Ijin bunda.

"Oh... Iya Bunda." Jawab Mas Doni, kami pun masuk kedalam bersama, Aku memilih untuk tidak berbaur dan masuk ke dalam kamarku.

🥀🥀🥀🥀

Terima kasih kakak-kakak uda mau mampir dihalaman novel ku.🥰🙏🏻

Jangan Berharap Lebih

🥀🥀🥀

pada akhirnya, kami duduk di ruang tamu, wajah yang biasa terlihat damai itu, kali ini terlihat begitu serius, membuat diriku semakin tegang.

"bunda mau mengatakan apa bun?" Tanyaku kemudian, selain ia membesarkan dan merawatku dengan penuh kasih sayang, Aku juga sangat menghormati bunda Mira. Sifatnya yang lembut, keibuan dan penyayang membuatku nyaman saat aku berada didekat beliau.

"Nak Doni, sekarang Debby sudah resmi menjadi istri nak Doni, Debby sudah bunda anggap seperti anak bunda sendiri. ngak gampang menjadi seorang istri, apalagi harus menjadi istri kedua. bunda minta, nak Doni bersikaplah adil terhadap istri pertama dan istri kedua nak Doni. Setidaknya Jangan pernah menyakiti hati Debby kalau memang nak Doni belum mencintainya." Nasehat bunda untuk mas Doni membuatnya tertunduk diam.

"Debby masih sangat muda dan masih panjang perjalanan hidupnya, pastinya masih perlu banyak belajar, bunda harap Nak Doni bisa memakluminya kalau Debby banyak melakukan kesalahan dalam menjalani rumah tangga. Bunda titip Debby." Sambung Bunda, membuat mas Doni semakin tertunduk malu. Mungkin bunda sudah merasa bahwa mas doni tidak menyukai aku dari tindakannya di rumah sakit tadi.

"bunda, saya akan berusaha bersikap baik pada Debby, saya akan memberikan hak yang sama seperti Linda pada Debby." Setelah lama terdiam akhirnya aku berani bersuara, Umi pun tersenyum ramah.

🥀🥀🥀🥀

seminggu setelah di rawat, akhirnya Mbak Linda diperbolehkan untuk pulang. Mbak Linda langsung menemui ku untuk menjemputku di Panti.

"Deb, hari ini mbak mau ajak kamu pulang ke rumah Mas Doni, rumah kamu." kata Mbak Linda, saat ini kami berada di ruang tamu panti, dan ada juga mas Doni dengan muka masamnya, dan ada bunda Mira juga yang mendampingi ku.

"Apa nggak sebaiknya, aku disini aja Mbak!" Jawabku, sungguh hati ini masih belum percaya akan menjadi orang ketiga dalam rumah tangga orang lain.

"Tempat istri adalah di rumah suaminya Debby, bersama suaminya!" Mbak Linda tersenyum lembut sambil merangkul pundakku.

Deg...deg...deg.. Aku kejut, ada wanita sebaik dan seikhlas Mbak Linda? dimataku ku sekarang melihat sosok wanita kuat dan tegar dihadapanku ini bagaikan malaikat yang tak bersayap,bukan hanya wajahnya yang cantik tapi hatinya pun lembut dan baik seperti malaikat.

"Tapi mbak, aku sama sekali belum siap Mbak." Jawabku kemudian.

"Kalau nggak dibiasakan gimana mau siap Deb?" katanya lagi, membuatku semakin binggung.

"Debby, Apa kata Nak Linda benar nak, kamu sudah menjadi istri sekarang, tempat istri adalah bersama suaminya nak." Sambung bunda, membuatku semakin tak bisa mencari alasan lagi.

Aku terdiam, memikirkan semua perkataan bunda dan Mbak Linda, memang benar, saat ini, mau atau tidak mau aku adalah istri dari Mas Doni, dan kenyataan pahit itulah yang terjadi dan harus aku jalani saat ini. Ku hela nafas panjang dengan berat hati, Akhirnya mau tak mau aku menganggukkan kepalaku perlahan, aku menuruti keinginan mbak Linda untuk pulang bersamanya.

Waktu semakin larut, kami segera bergegas untuk berangkat meninggalkan panti menuju rumah Mas Doni. selama di perjalanan pulang, kami tak banyak berbicara, aku duduk di bangku belakang sambil memandang ke arah luar jendela, sesekali - kali ku lirik Mbak Linda dan Mas Doni yang berada di bangku depan, terlihat Mas Doni menggenggam erat tangan Mbak Linda, sedangkan tangan satunya sibuk memegang kemudi, entah kenapa perasaan ku mengatakan saat ini mas Doni memang sengaja ingin menunjukkan padaku, bahwa ia sangatlah mencintai Mbak Linda. tapi aku tidak peduli dengan semua itu, Aku hanya melihatnya sekilas saja, setelah itu aku menghabiskan waktu perjalanan ku dengan melihat pemandangan sepanjan perjalanan.

"Mas, lepasin dong, bahaya!" Bisik Mbak Linda pada mas Doni masih terdengar samar - samar di telingaku.

"Aku merindukanmu dirimu sayang." Jawab mas Doin tanpa merasakan malu sedikitpun.

"Mas!" Mbak Linda mendengus kesal, mungkin mbak linda merasa tak enak karena ada aku dan akhirnya mas Doni melepaskan genggaman tanganya.

"Deb, kita mampir cari makan dulu ya, kamu belum makan kan?" Tanya mbak Linda padaku.

"Terserah mbak aja, Debby ikut aja mbak." Jawabku .

Hingga akhirnya mas Doni memarkirkan mobilnya di depan sebuah restoran, cukup besar dan mewah. Mas Doni turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Mbak Linda. Dan aku, tentunya aku membuka pintuku sendirilah, hmmm..akukan masih muda dan masih sehat, pikirku menghibur diri sendiri.

"Kalau buka pintu buat aku, kamu buka juga dong buat Debby mas!" Seru mbak Linda pada Mas Doni saat aku baru keluar dari mobil. Mas Doni terlihat kesal

"Nggak papa kok mbak, aku bisa sendiri, akukan masih kuat kalau cuma untuk membuka pintu mobil saja aku bisa kok mbak." Sindirku pada mas Doni.

Kami pun segera masuk ke restoran mewah itu, aku memesan nasi beserta ayam goreng dan jus jeruk. Sedangkan mereka, berdua pasangan yang menurutku sosweet itu masih sibuk memilih makanan kesukaan satu sama lain, aku hanya bisa merasa geli melihat mereka berdua.

setelahnya kami menyantap makanan pesanan kami bersama, terlihat mas Doni sangat perhatian dengan mbak Linda, makanya pun mas Doni ingin menyuapi tapi ditolak oleh mbak Linda, mungkin tak enak dilihat aku.

"Aku ke toilet dulu ya Mas," pamit Mbak Linda tiba - tiba disela makan malam kami.

"eh..Mau aku anter sayang." Kata Mas Doni hendak berdiri.

"Nggak usah mas, kamu disini aja temani Debby." Tolak Mbak Linda.

Mas Doni pun kembali duduk, dan Mbak Linda bergegas pergi ke toilet.

Sekarang kami hanya tinggal berdua, hanya ada mas Doni dan aku yang duduk berhadapan, entah kenapa aku merasakan canggung dan jantung ku berdegup kencang, keringat dingin mulai bercucuran membasahi tubuhku saat ini, hingga Mas Doni mebuka pembicaraan yang memecahkan lamunan ku sesaat.

"Deb" Panggilnya.

"H..aaahh? Iya." Jawabku terkejut lalu menyesap jus jeruk untuk mengurangi ketegangan ku.

"Sekarang kamu memang sudah menjadi istri sah ku. Aku akan memberikan nafkah lahir dengan adil kepadamu, sama seperti Linda. itu semua Karena aku ingin menepati janjiku pada bunda Mira. Namun, jangan sekali - kali berharap lebih dariku. Karena hatiku dan perasaanku hanya untuk Linda seorang." Ucap Mas Doni dengan sangat begitu mantap, tanpa memikirkan perasaan ku sedikit pun.

"Aku menikah denganmu juga hanya karena Mbak Linda. Jadi, kamu jangan khawatir kalau aku akan meminta lebih atau berharap untuk dicintai." Jawabku tanpa menoleh dan sambil menyesap jus jeruk ku.

selang berapa menit dari percakapan kami mbak Linda pun kembali dan duduk disamping mas Doni, melanjutkan makanya. selesai makan kami pun melanjutkan perjalanan pulang.

Sekarang, Mobil Mas Doni memasuki sebuah komplek perumahan elit, terlihat banyak rumah mewah di sekeliling jalanan. Sampai akhirnya Mobil Mas Doni masuk ke dalam sebuah halaman yang luas dan memiliki pagar besi yang sangat tinggi, Mbak Linda segera mengajakku masuk kedalam, dan menyuruh Pak diman mengambil barang" bawaanku dan membawanya ke kamar, Pak Diman adalah satpam di rumah ini, terlihat dari pakaian yang dikenakanya.

🥀🥀🥀🥀

terima kasih kakak-kakak suda mau mampir dan baca ceritaku🥰 🙏🏻

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!