NovelToon NovelToon

My Guardian Devil(Bima & Ellena)

1

Jam menunjukkan pukul 8 pagi saat Ellena sudah berdiri tepat di depan toko " Beauty & Me" tempatnya bekerja. Sudah 2 tahun ia bekerja di tempat ini sejak ia lulus sekolah menengah atas. Karena keterbatasan biaya , akhirnya Ellena yang akrab di sapa El, akhirnya harus mengubur impiannya menjadi seorang fashion designer.

Diliriknya kembali jam tangan di pergelangan kirinya sambil menyesap kopi hangat di tangan kanannya. Tampak dari kejauhan, seorang lelaki paruh baya mendekat, tersenyum ke arah El, lalu membukakan pintu toko untuk El.

"Masih sendiri ,El ?". Tanya Pak Astra, orang kepercayaan bos yang bertugas membuka dan menutup toko-toko bos setiap harinya.

"Iya pak ! Seperti biasa." El tersenyum sambil bergegas masuk kedalam toko. Setelahnya, ia kembali menutup setengah pintu toko sebelum meletakkan tasnya di loker yang ada di gudang.

Tampak Pak Astra kembali memacu motornya menuju ke tempat lain untuk membuka gerai Beauty & Me yang memang memiliki cabang di berbagai tempat di daerah ini. El tersenyum saat melihat bayangan Pak Astra mulai menghilang di tikungan jalan, lalu segera mengikat rambutnya dan bergegas mengambil sapu untuk segera membersihkan ruangan toko sebelum jam 9 pagi.

5 menit berselang, Nadia dan Diva baru saja datang. Melihat El yang sudah tiba lebih awal, keduanya hanya tersenyum dan saling pandang lalu segera menaruh tas mereka di loker masing-masing.

"Kenapa nggak nunggu kita sih, El ? Biar enak kalo kerja bareng."Tegur Nadia yang sudah bergabung dengan El menyapu lantai.

"Aku juga baru mulai kok, jadi nggak masalah. Lagipula, kalian sih kok lama banget nongolnya." Balas El sambil mengerucutkan bibirnya.

"Kamu yang kepagian. Kan sekali-sekali telat dikit nggak masalah, El. Pak Astra juga bakal nunggu kita kok." Diva menyahut dengan kain pel di tangannya. Dia mulai mengepel bagian lantai yang sudah di sapu bersih oleh El dan Nadia.

"Iya sih. Tapi kasihan Pak Astra kalo harus nunggu kita. Kan dia juga masih harus buka toko di tempat lain. Kalo telat gimana ? Masa' Pak Astra yang harus kena omel gara-gara kita ?."

"Iya deh, iya. Maaf El. Kita sih gak ada pikiran sampe ke situ." Ujar Nadia dengan menyesal.

"Minta maaf ke pak Astra sana !! Ngapain sama aku ."Jawab El sambil menepuk bahu Nadia lalu bergegas menaruh kembali sapu ke tempatnya setelah semua ruangan telah bersih.

Jam 9 pagi, toko sudah buka dengan keadaan bersih dan rapi. Pak Gunawan, Manager El sudah tiba sekitar 15 menit yang lalu. Berhubung toko mereka kecil tak seperti gerai Beauty & Me di tempat lain yang jauh lebih besar dan luas, toko mereka hanya punya 4 karyawan yaitu El,Nadia,Diva dan Putri yang dibawahi oleh Pak Gunawan selaku manager yang kadang-kadang harus ikut melayani customer jika sedang ramai. Tetapi hari ini Putri sedang absen, dia harus ke kampung menengok ibunya yang sakit. Jadi untuk sementara Pak Gunawan mengambil alih tugas Putri sebagai Kasir.

30 menit berlalu, belum ada pelanggan yang datang. Alhasil, 3 gadis muda itu sibuk bergosip tentang bias mereka yakni BTS. Entah mengapa ketiganya bisa sangat betah membicarakan idol K-POP tanpa kenal lelah. Tak lama, pintu terbuka menampakkan seorang pria tampan, berkulit agak kecoklatan, dan memiliki ukuran tinggi yang menjulang. Di samping nya, seorang gadis cantik, berkulit putih dan dada agak berisi dari ukuran wanita biasanya tengah menggamit tangan pria itu dengan erat.

Diva segera berdiri. Menampilkan senyum ramah namun tak dapat menutupi rasa grogi bercampur senangnya saat tahu bahwa dua orang yang baru saja masuk di toko mereka adalah Bima Dirgantara, sang pengusaha muda yang sukses dan dikenal hingga luar negeri serta sering muncul di majalah bisnis dan portal berita online. Sedangkan wanita di sampingnya adalah Karina Munaf, model profesional yang juga tengah naik daun dan wara-wiri di stasiun televisi karena prestasinya.

"Selamat datang di Beauty and Me. Ada yang bisa saya bantu ?". Diva tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya yang berjejer rapi.

"Tanyakan kepada pacar saya saja dia butuh apa." Ucap Bima dengan dingin.

"Ba,,, Baik pak. Maaf mba karina butuh apa ? Nanti biar saya bantu pilihkan."

"Nggak usah dekat-dekat saya !! Saya bisa cari sendiri. Lagian kamu bau."Ucap Karina dengan jijik sambil menutup hidungnya.

Diva mendadak tertegun. Dia tidak percaya bahwa Karina Munaf yang selalu ramah dan sopan kepada setiap orang di tv aslinya seperti ini. Sementara El mulai menggerutukkan rahangnya, berusaha menahan emosinya. El tidak terima, Diva di rendahkan seperti itu. Dan lihat si Bima Dirgantara, dia bahkan tidak menegur kekasihnya yang sudah berkata kasar kepada orang lain. Apa semua orang kaya sesombong mereka ? itulah yang El pikirkan.

Lama melihat-lihat, mencoba ini dan itu akhirnya Karina menjatuhkan pilihannya pada lipstik merk Cha*nel berwarna nude dan blush on berwarna coral dengan merk yang sama.

"Biar saya bungkus, mba."Diva segera mengambil barang yang ditangan Karina.

"ih,,,, jangan pegang-pegang. Udah saya bilang kamu bau. Nanti kalau kulit saya gatal-gatal kamu mau tanggung jawab ?". Ucap Karina sarkas.

"Maaf mba." Diva segera meminta maaf dengan wajah menunduk. Tangannya yang tadi terulur hendak mengambil belanjaan Karina kembali di sembunyikan di balik punggung.

El sudah tidak tahan. Gadis itu paling tidak suka jika ada orang yang merendahkan orang lain. Apalagi, orang yang direndahkan itu adalah Diva, teman baiknya.

"Menyentuh teman saya nggak akan bikin kulit mulus mba gatal-gatal kok ! Saya bisa jamin." El tersenyum sambil bersedekap dada.

"Apa-apaan kamu ? Nggak sopan !". Karina mendelik galak ke arah El.

"Satu lagi, teman saya juga gak bau ! Mungkin hidung mba Karina aja kali, yang busuk. Bisa jadi upilnya nggak dikorek sebulan ,tuh !." Balas El dengan senyum miringnya.

Percayalah, siapapun tidak akan ada yang menang jika menantang El berdebat. Sejak TK, dia selalu menjadi pemenang dalam perdebatan apapun. Bahkan, dia membawa sekolahnya menjadi juara dalam lomba debat tingkat provinsi karena kelihaiannya.

"El, bicara apa kamu ? Cepat minta maaf." Pak Gunawan yang mendengar ucapan El segera menyuruh El minta maaf.

"Lah, yang salah kan dia Pak ! Orang itu yang mulai duluan !." El menolak perintah pak Gunawan.

"Kamu.... Dasar penjaga toko kurang ajar ! gak pernah sekolah ya ? kamu tahu saya siapa ? berani sekali kamu ..." Karina merasa sangat geram pada El.

"Kalo saya kurang ajar dan gak pernah sekolah, berarti kita sama dong. Situ juga paling nggak pernah sekolah." Jawab El dengan nada acuh.

Bima Dirgantara, yang sedari tadi duduk di kursi yang disediakan untuk tamu toko hanya diam dan menyaksikan perdebatan Karina dan El. Menurutnya, ini pertunjukan seru yang tidak boleh dilewatkan. Lelaki berusia 29 tahun itu, tersenyum kecil saat melihat El yang selalu saja bisa menyudutkan Karina.

"Heh, penjaga toko, saya ini lulusan S2 tau ! Kamu kira saya selevel sama kamu ? Paling mentok juga kamu cuma sampe SMA." Ucap Karina merendahkan El.

Namun bukan El namanya jika gadis itu tidak bisa membalas.

"S2 ? yakin ?". Tanya El menantang.

"Tentu saja. Saya ini berpendidikan dan berkelas. Kamu tahukan, saya ini model terkenal." Jawab Karina sombong.

"Mana ada lulusan S2 omongannya kayak sampah daur ulang ? Yang saya tahu, orang berpendidikan itu, bicaranya baik, sopan, lembut ! Lah, mba gak ada sama sekali sopan-sopan nya. Dan satu lagi mba, saya gak kenal mba siapa. Jarang muncul di tv kali." Ujar El membalas.

"Kamu sendiri, omonganmu kayak sampah. Pake acara hina-hina saya lagi. Siapa bilang saya gak terkenal?."

"Sudah, El ! Hentikan sekarang." Pak Gunawan berusaha melerai dan menarik El untuk masuk ke dalam. Namun El justru menepis tangan pak Gunawan. Nadia dan Diva berdiri dipojokan, saling berpegangan tangan dan hanya menonton ketakutan.

"Saya memang cuma lulusan SMA mba, jadi wajar omongan saya sampah semua. Nggak kayak mba, ngakunya S2 tapi nyatanya ? Kaleng-kaleng doang."

Karina benar-benar sudah tidak tahan. Dan dengan cepat dia melayangkan tangannya hendak menampar El. Namun, belum sempat tamparan nya mendarat, tangannya tercegat di udara. Dia segera menoleh, ingin melihat orang mana yang sudah menghentikan niatnya.

"Bim, lepasin tangan aku, biar ku kasih pelajaran ke penjaga toko kurang ajar ini."Seru Karina saat melihat siapa yang menahan tangannya.

"Sudah, Kar ! Ngapain sih ladenin bocah ingusan kayak gini ? Nggak malu apa ? Kalau ada paparazi yang ambil foto gimana ? Kamu mau bikin aku malu ?." Ucap Bima dengan suara rendah tanpa melepas tangan Karina.

Karina menatap El dengan penuh amarah. Namun seketika, dirinya melunak. Dia menerima saran dari Bima. Bagaimana bisa dia lupa bahwa dia kemari bersama Bima ? Setelah susah payah dia menarik perhatian Milyuner muda itu hingga akhirnya mau berkencan dengannya, justru dia memperlihatkan sisi buruknya kepada Bima. Demi memperbaiki imejnya kembali di mata Bima, dia berakting kembali lembut dan menjadi gadis yang anggun.

"Okay Honey, tapi kamu harus kasih pelajaran ke penjaga toko itu." Ucap Karina sambil melirik benci ke arah El.

"Aku tunggu di mobil ya !." Lanjutnya kembali sebelum bergegas keluar dari toko.

Setelah Karina keluar, Bima menatap dingin ke arah semua karyawan dan Pak Gunawan juga, tentunya.

"Maafkan kelakuan pegawai saya, Pak Bima. Saya harap bapak tidak terlalu mengambil hati yang barusan El lakukan." Pak Gunawan segera memohon maaf dengan sopan kepada Bima.

"Bagaimana bisa toko seperti ini, punya pegawai bar-bar yang tidak tahu cara menghargai pelanggan ? Bukankah tamu adalah raja ?". Ucapan Bima terdengar dingin dan menusuk.

Pak Gunawan yang sudah gugup daritadi hanya bisa menelan ludahnya kasar. Sedangkan Nadia dan Diva masih berdiri tegang dipojokan.

"Maafkan saya Pak Bima ! Saya akan mendidik pegawai saya lebih keras lagi setelah ini. Saya pastikan hal ini tidak akan terulang lagi." Pak Gunawan berkata dengan suara gemetar.

"Daripada di didik lebih keras, bukan kah lebih bagus jika di ganti saja ?."

"Tapi pak.... Ellena anak yang rajin, saya tidak bisa memecat dia sembarangan. Ini baru kesalahan pertama nya selama 2 tahun bekerja." Ucap pak Gunawan terkesiap.

"Kesalahan pertama, berarti akan ada yang kedua bukan ? Saya tidak mau ambil resiko,,," Tegas Bima.

"Jika anda tidak mau mengganti pegawai anda, berarti manager tempat ini yang harus diganti bukan ? Biarkan saya bicara dengan Mr. Liem. Saya rasa dia tidak akan menolak permintaan saya." Lanjutnya dengan nada mengancam.

"Ja.. Jangan Pak Bima ! Saya masih punya keluarga. Kasihan istri dan anak saya kalau saya dipecat, Pak !".

"Anda tidak bisa seenaknya mengancam orang lain ,Pak Bima Dirgantara. Mentang-mentang anda orang kaya dan berkuasa, anda bisa seenaknya, begitu ?". El kembali bersuara tak terima.

"Bocah kecil macam kamu, berani sama saya ?." Ucap Bima dengan tatapan tajam ke arah El.

"Saya tidak salah, jadi buat apa saya takut ?." El balik menatap Bima dengan jauh lebih tajam.

Bima tertawa.

"Kamu akan lihat bagaimana manager kamu yang sok pahlawan ini, jadi pengangguran dalam waktu 5 menit." Ucap Bima sambil menunjuk Pak Gunawan seraya mengutak atik handphone nya mencari nama Mr.Liem pemilik Beauty and Me.

Pak Gunawan mulai menangis. Selalu berucap memohon namun tidak di tanggapi oleh Bima.

"Jangan pecat pak Gunawan. Biar saya yang berhenti." Teriak El dengan tangan terkepal. Airmatanya sudah mulai menganak sungai dipelupuk matanya.

Bima menoleh ke arah El. Mematikan teleponnya dan menaruh kembali benda itu kedalam saku jasnya.

"Good ! Keputusan yang bagus ! Sekarang keluar dari sini." Ucap Bima dengan berkacak pinggang.

"Sekarang ?." Tanya El.

"Ya." Bima mengangguk.

El tersenyum miris sambil menghapus air matanya. Tak di sangka pekerjaan yang sukainya sejak 2 tahun lalu harus berakhir karena ulah orang kaya berkuasa ini. El segera mengambil tasnya di loker dalam gudang, lalu melangkah keluar dengan terburu-buru.

"Pak Gunawan, Nadia, Diva... Aku pamit ya !."El mengeratkan pegangannya pada tasnya saat mengucapkan perpisahan.

Nadia dan Diva segera menghambur memeluk El sambil terisak. Sedangkan Pak Gunawan hanya menatap El sedih.

"El, semuanya salah aku !! Harusnya kamu gak usah belain aku ! ". Ucap Diva terisak.

"Sudah, aku nggak apa-apa kok!! Jangan cengeng , ya !"

"Maaf El, aku gak bantu kamu !!." Seru Nadia yang juga masih memeluk erat El.

"Justru bagus kamu gak ikutan,Nad ! Aku gak mau kamu juga jadi korban penyalahgunaan kekuasaan manusia macam mereka." Ucap El sambil melepas pelukan Nadia dan Diva.

"Apa kamu bilang ?." Tanya Bima kesal. Bagaimana bisa gadis yang sudah dia buat kehilangan pekerjaannya ternyata masih bisa melawan.

"Bukan urusan anda, Pak Bima yang terhormat !!". Tukas El tepat didepan wajah Bima.

"Saya pamit, pak Gun !". Lanjut El sambil menyalami Pak Gunawan lalu memandang Bima sejenak sebelum melangkah keluar dari toko.

2

"El, maafkan aku ! Seandainya bukan karena belain aku, pasti kamu gak akan di pecat !!". Diva berucap lirih penuh penyesalan dihadapan El.

El tersenyum. Menatap sahabat sekaligus rekan kerjanya selama ini. Dia berusaha menenangkan Diva yang saat ini tengah menangis di Cafe tempat biasa mereka nongkrong usai bekerja seharian.

"Bukan salahmu, Va. Dan lagi, sekarang sudah 2 minggu lewat sejak kejadian itu. Toh, aku sudah mulai lupa karena sekarang aku udah dapat kerjaan baru."

"Jadi sekarang kamu udah dapat kerja lagi, El ?". Nadia ikut membuka suara.

"Sudah. Makanya kalian gak usah khawatirin aku lagi. Aku baik-baik aja kok sekarang."Ucap El menenangkan kedua sahabatnya.

"Kami cuma khawatir sama kamu,El. Karena kami juga tau, kalo kerjaan ini penting buat kamu karena harus bayar biaya rumah sakit Ellio." Pungkas Nadia kembali sambil menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.

El kembali tersenyum. Jujur, dia merasa terharu. Semenjak ayah dan ibunya meninggal dalam kecelakaan 4 tahun lalu, Ellio adalah keluarga satu-satunya yang Ellena miliki. Namun, dalam kecelakaan yang menewaskan kedua orang tuanya itu, Ellio yang tak lain adalah saudara kembar Ellena harus koma di rumah sakit. Tabungan yang ditinggalkan orang tuanya sudah hampir habis demi biaya pengobatan Ellio yang entah kapan akan terbangun. Makanya Ellena memutuskan langsung bekerja untuk mendapatkan penghasilan tambahan demi kelancaran biaya rumah sakit Ellio sejak lulus SMA. Dan 2 tahun lalu, dia bertemu Nadia dan Diva yang sudah lebih dulu bekerja di Beauty and Me. Meski keduanya lebih senior, mereka memperlakukan El dengan sangat baik. Dan jangan lupakan Putri, Si bungsu yang paling manja, dia dan El bersamaan diterima kerja di Beauty and Me. Jika dia tahu, El sedang dalam masalah, pasti dia akan menangis semalaman suntuk. Tapi, El memutuskan tidak memberitahu Putri, karena El mengerti bahwa saat ini Putri juga tengah mengurus ibunya yang sakit di kampung. Ellena tidak ingin menambah beban Putri lagi.

"Kamu kerja apa sekarang El ?". Tanya Diva penasaran.

"Aku kerja di toko bunga." Jawab Ellena singkat sambil menyesap Coffe latte didepannya.

"Toko bunga ? Toko bunga mana ,El ?".Lanjut Diva. Dia masih penasaran, ingin tahu dimana Ellena bekerja.

"Toko bunga Adelis. Yang di jalan XX itu." Jawab Ellena.

"Wow, El !!! Itu kan toko bunga yang paling elit di kota ini. Setau aku, yang sanggup beli bunga disitu cuma orang-orang kaya aja loh.Aku nggak nyangka kamu di terima disana." Nadia berseru senang dengan mata berbinar.

"Iya ,El ! Aku juga !! Kok bisa sih ?." Diva pun terlihat turut senang.

"Ya,, aku juga bingung sih ! Kalian tahu kan, sejak kejadian itu, aku gak bisa dapat kerja dimana-mana gara-gara si Bima Dirgantara itu. Tapi pas lihat di Adelis ada lowongan, ya udah aku nekat coba. Dan ternyata tembus !!." Terang Ellena panjang lebar.

"Apa pemilik Adelis gak tahu gimana bahayanya Bima Dirgantara kali ya ?". Ucap Nadia sambil mengelus dagunya dengan jari telunjuk.

"Atau ? Dia memang gak ken siapa itu Bima Dirgantara?." Lanjutnya lagi.

"Sudah, Nad !! Itu gak penting. Yang penting sekarang, asal El dapat kerjaan itu udah syukur ! Iya kan , El ?". Tanya Diva.

El mengangguk.

"Yap ! 100 !!".Jawab Ellena sambil mengacungkan jempolnya pada Diva.

#####

Sudah sekitar sebulan Ellena bekerja di toko bunga Adelis. Ellena sudah nampak mahir merangkai bunga dan sudah hapal jenis-jenis bunga serta perawatannya. Jujur saja, Ellena cukup betah bekerja disini, karena gajinya cukup lumayan dibanding tempatnya dulu. Nyonya Hanin, pemilik Toko bunga Adelis juga sangat ramah dan jarang sekali marah kecuali jika kesalahan pegawai benar-benar fatal. Sejauh ini, Ellena mengagumi sosok Nyonya Hanin. Bagi El, Nyonya Hanin adalah wanita anggun yang penuh dedikasi dan sangat menghargai sesama manusia. Seketika, posisi Jung kook BTS memiliki saingan di hati El saat ini. Dan El hanya tertawa kecil jika dia mengingat itu.

"El, tolong antar pesanan bunga ini ke tempat Nyonya Puspa."

Suara Nyonya Hanin terdengar dari luar saat El sedang menyiram sekelompok Mawar di dalam tempat penyimpanan khusus.

"Iya, Sebentar Bu !." Jawab Ellena., lalu dengan cepat Ellena bergegas keluar dan menghampiri Nyonya Hanin di depan yang sudah memegang buket bunga di tangannya.

"El, Tolong anterin ya ! Kamu bisa bawa motor kan ? Eko soalnya ijin, dia lagi demam."Ucap Nyonya Hanin sambil menyerahkan buket bunga di tangannya kepada Ellena.

"Iya bu, bisa ! Biar El aja yang anter !". Ellena segera menerima buket bunga yang diberikan oleh Nyonya Hanin.

"Mau di anter kemana bu ? Alamatnya mana ?". Tanya El kemudian.

"Oh iya, ibu lupa." Nyonya Hanin menepuk jidatnya sambil tertawa kecil. Dia kemudian melangkah ke arah meja nya lalu mengambil kertas kecil di dalam laci.

"Nih alamatnya ! Maklum El, Ibu kan sudah berumur !." Lanjut Nyonya Hanin tersenyum.

"Ibu masih kelihatan awet muda kok !". Gombal Ellena setelah meraih kertas kecil yang di sodorkan Nyonya Hanin.

"Udah sana antar bunganya ! Jangan godain ibu terus !." Perintah Nyonya Hanin sambil mendorong pelan bahu Ellena.

"Iya, ini juga udah mau jalan kok !! Permisi dulu ya bu !." Ucap Ellena sambil melambaikan tangan dan menaiki motor untuk mengantar bunga ke alamat yang Nyonya Hanin berikan.

###

Ellena melirik alamat yang tertulis dikertas kecil itu, lalu mencocokkan dengan alamat yang tertera di pagar rumah yang bagi El terlihat seperti istana dihadapannya sekarang ini.

"Bener kok ! Kayaknya ini deh alamatnya." El sedikit bergumam sebelum memencet bel yang tertempel di pagar.

Tak berselang lama, seorang security muncul, membuka pagar samping yang lebih kecil lalu memperhatikan Ellena.

"Mohon maaf, ada keperluan apa mba ?". Tanya security itu.

"Ini Pak, saya mau antar pesanan bunga punya Nyonya Puspa."Jawab Ellena sopan, sambil memperlihatkan buket bunga yang di bawanya.

"Oh, dari Adelis ya ?". Tanya security itu lagi.

"Iya pak !." Jawab Ell kembali.

"Silahkan masuk !! Biar saya antar ketemu Nyonya." Ucap Security itu ramah.

Ellena mengangguk lalu mengikuti security yang bernama Pak Ardi itu dari belakang. Jangan tanya apa El sudah kenalan atau belum sehingga bisa tahu namanya. Cukup, melihat nama di seragam bapak itu, Ellena sudah bisa tahu tanpa perlu berkenalan.

"Maaf ya, tadi bapak banyak tanya. Soalnya biasa si Eko yang antar bunga ke sini." Ujar Pak Ardi di tengah perjalanan.

Perkataan Pak Ardi membuat El segera tersadar bahwa dari tadi mereka berjalan masuk ke rumah ini, tetapi belum tahu ujungnya ada dimana. Rumah ini terlalu luas untuk disebut rumah. Bagi El, ini adalah istana. Mungkin saja jika El tinggal disini, dia akan tersesat untuk satu bulan pertama. Bagaimana bisa orang menghafalkan ruangan dan arah didalam rumah sebesar ini dalam waktu singkat ? Pasti yang tinggal disini orang yang bahkan bersin pun akan keluar uang, pikir El.

"Iya pak ! Mas Eko lagi sakit, jadi Nyonya Hanin minta saya yang antar." jawab El sekenanya.

"Kamu pegawai baru ?." Pak Ardi bertanya ramah.

"Iya pak ! Baru sebulan !".Jawab El kembali.

"Namanya siapa ?". Tanya Pak Ardi lagi.

"Ellena ,pak !".

Pak Ardi mengangguk dan mempersilahkan Ellena duduk di salah satu kursi sebelum dia melangkah ke dapur memanggil majikannya. Tampak dari kejauhan, Ellena bisa melihat Pak Ardi berbicara dengan seseorang yang Ellena tebak sebagai Nyonya Puspa. Wajahnya masih cantik dan terlihat tidak jauh berbeda usia dengan Nyonya Hanin. El tersenyum saat tahu, Nyonya Puspa sedang membuat kue yang kelihatannya gagal. Terlihat dari tempat nya duduk sekarang, dia bisa melihat Nyonya Puspa mengeluarkan nampan dari oven yang sudah berasap putih.

Selang beberapa saat, Nyonya Puspa menghampiri Ellena diikuti Pak Ardi yang langsung permisi keluar.

"Maaf ya nunggu lama."Seru Nyonya Puspa sambil membenahi penampilannya yang sedikit berantakan.

Ellena segera berdiri dan menyambut Nyonya Puspa sambil tersenyum.

"Gak apa-apa bu, saya juga baru tiba kok ! Silahkan, bunganya !". Ellena segera memberikan buket bunga itu pada Nyonya Puspa.

"Terima kasih ya !".Ungkap Nyonya Puspa tersenyum sambil menerima buket bunganya lalu meletakkannya di atas meja.

"Saya pamit dulu kalo gitu, bu ! Permisi." Ucap Ellena dengan sopan.

"Gak mau nge teh dulu ? Soalnya saya mau tawarin kue, tapi kuenya gosong."

"Gak usah, bu ! Terima kasih banyak tawarannya, tapi di toko lagi kekurangan orang ! Saya takut yang lain pada kewalahan."

"Ya sudah kalau gitu ! Sekali lagi, terima kasih ya !".

Ellena segera berjalan keluar dengan terburu-buru. Dia lupa, tadi kunci motor masih menancap di tempatnya sebelum dia masuk.Ellena khawatir kalau motor itu hilang. Apalagi, dia parkir didepan gerbang, bukan didalam pekarangan rumah.

"Semoga motornya gak kenapa-napa tuhan ...".Ellena berkata pelan dengan nada gusar.

Saat sudah didepan pintu keluar, Ellena bertabrakan dengan seorang lelaki bertubuh jangkung yang sontak membuat Ellena jatuh. Lelaki itu mendengus kesal dan bersiap memaki orang yang menghalangi jalannya.

"Punya mata nggak sih ? Sudah bosan kerja ya kamu ?". Ucap pria itu sambil melihat wanita yang menabraknya tadi. Wanita itu tidak menampakkan wajahnya karena terhalang rambut panjang nya yang terurai. Namun, saat wanita yang hanya setinggi dadanya itu berdiri dan mendongak menatapnya, matanya seketika membola.

"Kamu ? Ngapain di rumah saya ?." Seru Bima Dirgantara kesal bercampur kaget.

Ya, pria itu Bima Dirgantara, lelaki yang paling tidak ingin ditemui Ellena lagi. Namun sepertinya tuhan masih ingin memanjangkan ikatan kebencian antara dia dan pria itu. Dari sekian banyak orang kaya di Indonesia, kenapa harus rumah Bima yang di masukinya ?.

" Saya cuma ngantar bunga !". Jawab Ellena malas. " Udah minggir, saya mau pulang." Sambung El sambil mendorong tubuh Bima yang menghalangi pintu keluar.

"Heh, bocah !! Bisa sopan sedikit nggak sama yang lebih tua ?." Bima rasanya sangat ingin menggigit tulang-tulang bocah itu saking kesalnya.

"Saya tidak perlu bersikap sopan kepada manusia tunasusila seperti anda."

"Apa kami bilang ?" Bima tidak percaya pada pendengarannya sendiri.

"Saya bilang, saya nggak perlu bicara sama manusia tu-na-su-si-la seperti an-da !" Ucap Ellena penuh penekanan dibeberapa kata.

Bima merasa tidak percaya. Dirinya tertawa hambar sambil menggeleng tak percaya. Bagaimana bisa , harimau kecil yang sudah dia cabut taringnya masih bisa menggigit !? Bahkan jauh lebih sakit dari sebelumnya. Bima sudah menyuruh semua pelaku bisnis di kota ini untuk tidak menerima pelamar kerja bernama Ellena Anastasia. Tapi bagaimana bisa, gadis ini masih mendapat pekerjaan. Siapa orang yang berani menantangnya di kota ini ?

" Heh bocah ! Siapa yang berani kasih kerjaan ke kamu ?". Bima menarik tangan El dengan kasar agar mendekat padanya.

"Bukan urusan anda,pak !". El berusaha melepas cengkraman tangan Bima namun sia-sia.

"Ayo jawab !". Bima masih memaksa dan El masih bertahan tidak ingin memberitahu siapa nama bos nya sekarang.

"Loh, ini kenapa ?".

Tiba-tiba suara Nyonya Puspa terdengar dibelakang Ellena. Bima yang kaget langsung melepas tangannya dari Ellena. Ellena pun segera berbalik menghadap Nyonya Puspa dengan wajah sedikit pias.

"Ma ? Mama kenal sama bocah ini ?". Tanya Bima sambil melirik Ellena yang berdiri di sampingnya.

"Dia Ellena, pegawai baru di toko bunga tantemu. Memangnya kenapa ? Kalian saling kenal ?". Nyonya Puspa balik bertanya.

"Nggak kok , Bu !!! Saya sama Pak Bima gak saling kenal, saya pamit ya bu ! Permisi !". Ellena segera mengambil langkah 1000 menjauhi Bima dan Ibunya. Untungnya, motornya masih disana dan sudah diamankan oleh Pak Ardi. Setelah mengucapkan terima kasih, Ellena segera melajukan motornya kembali ke Adelis.

"Cepat jelaskan ! Ada hubungan apa kamu sama Ellena ?". Selidik nyonya Puspa kepada Bima anaknya.

"Gak ada, Ma !! Mama kan denger sendiri dia bilang apa ? Bima sama bocah itu gak kenal sama sekali."

"Mama gak percaya. Kalau memang gak ada hubungan, ngapain kamu pegang dia segala tadi ?".

"Tadi cuma nggak sengaja ma !!". Bima mulai jengah ditatar mamanya. Jujur saja, orang tuanya terutama sang mama sudah ingin melihat dia berkeluarga di usianya yang sekarang terbilang sudah matang. Namun, Bima masih tidak ingin berkomitmen dengan wanita manapun. Baginya, pernikahan hanya akan membawa laki-laki kedalam penjara dan tidak bisa lagi merasakan nikmat yang bisa dia dapatkan dari wanita-wanita yang di gilirnya hampir tiap malam.

"Pokoknya mama akan tetap cari tahu. Mama gak percaya omongan kamu ! Lagipula, kalau kamu jujur kalo dia pacar kamu, mama gak masalah kok ! Buat mama latar belakangnya gak masalah, atau usianya yang masih muda banget dibawah kamu juga mama gak peduli. Anaknya sopan dan hormat banget sama yang lebih tua. Sama pak Ardi aja dia sopan."

"Tapi sama aku nggak ada sopan-sopan nya." Uppsssss Bima keceplosan. Kini dia sadar, kalau dia sudah menggali kuburnya sendiri sekarang. ****** !!!

"Nah, kan ! Ketahuan ! ayo jujur !". Nyonya Puspa mendekat ke wajah Bima yang reflek membuat Bima menatap ke arah lain.

"She's your girlfriend ?".

"No , Mom !!!."

3

Bima tengah duduk di kursi kebesarannya sambil mengetuk-ngetuk mejanya dengan jari telunjuk. Kepalanya menengadah ke atas langit-langit kantornya dengan posisi bersandar di kursi. Kepalanya terisi pening meski bukan karena pekerjaan. Kata-kata Kedua orang tuanya semalam membuat dia benar-benar kepikiran. "Bim, jika dalam jangka sebulan kau masih belum mengenalkan calon istrimu pada kami, maka dengan senang hati papa akan memberikan posisimu pada Andra." Yang benar saja ? Bagaimana mungkin ayahnya dengan gampangnya mau menyerahkan posisi Bima kepada Andra yang notabene nya hanya keponakan saja ?

Perkataan ayahnya benar-benar membuat Bima kebingungan. Dimana dia akan mendapatkan calon istri secepat itu ? Well, jika Bima ingin, sebenarnya banyak wanita yang bisa dia perkenalkan sebagai calon istrinya. Namun sayangnya, kualifikasi kedua orangtuanya sangatlah berbeda dari kebanyakan orangtua konglomerat yang lain. Jika orang tua teman-temannya hanya melihat dari latar belakang keluarga, pendidikan dan aset kekayaan seorang wanita yang akan dijadikan calon mantu, berbeda hal dengan orang tua Bima.Masa bodoh bibit,bebet dan bobotnya. Bagi orang tua Bima, itu tidak masalah. Selama dia dari keluarga baik-baik itu saja cukup. Persetan dengan kekayaan. Toh, harta mereka juga tidak akan habis 7 turunan.

Pertama, syarat dari sang ibu, dia menginginkan menantu yang jago masak, cekatan di dapur, bisa mengerjakan pekerjaan rumah dengan telaten dan harus punya sopan santun kepada yang lebih tua meski apapun pekerjaan orang itu. Lalu, kenapa ibunya tidak sekalian menikahkan dia dengan salah satu pembantu dirumahnya saja ?

Kedua, syarat dari Ayahnya , calon menantunya harus pintar berkebun, bisa memancing dan wajib hobi bola. Kenapa, ayah Bima tidak menikahkan Bima dengan Pak Ardi saja ? Karena hanya Pak Ardi yang bisa meladeni hobi ayahnya itu.

Semuanya membuat kepala Bima terasa berputar. Dia memijit pangkal hidungnya sambil berpikir, dimana ada gadis yang sesuai dengan permintaan orangtuanya itu ?. Hingga Ketukan pintu kantor nya membuat Bima tersadar. Tak lama, muncullah seorang wanita berusia kisaran 26 tahun dengan wajah sedikit pias. Dia Okta, sekretaris Bima.

"Maaf pak mengganggu ! Tapi didepan ada Nona Karina yang memaksa masuk." Okta berusaha menjelaskan dengan hati-hati karena tahu bahwa Bima sedang ada masalah meski atasannya itu tak bilang. 2 tahun bekerja sebagai sekretaris seorang Bima Dirgantara, membuat Okta sudah hafal betul ekspresi wajah dari bos tampannya yang dingin itu.

Bima mendengus kesal. Lagi-lagi wanita biang onar itu.

"Suruh dia masuk !."

"Baik ,Pak !". Okta buru-buru keluar lalu menutup pintu saat Karina sudah masuk kedalam ruangan Bima.

"Beb, I miss you !!". Karina segera duduk di pangkuan Bima sambil berusaha mengecup bibir pria itu. Dadanya sengaja ia tempelkan ke dada Bima, berusaha membangkitkan hasrat dari pengusaha muda itu.

"Cukup, Karina. Kita sudah selesai sejak sebulan lalu, bukan ? Terus mau apa lagi ?". Bima mendorong Karina dari pangkuannya lalu berdiri dan menatap Karina dengan kesal.

"Aku udah bilang sama kamu, Beb ! Aku sayang kamu, dan aku gak mau putus dari kamu." Karina berusaha memohon dan meluluhkan Bima.

"Kamu gak sadar ya ? Selama ini aku cuma anggap kamu mainan aja, dan kamu juga cuma anggap aku ATM berjalan kamu aja kan ?".

"Itu dulu Beb. Dulu aku memang cuma mau uang kamu, tapi sekarang aku udah beneran jatuh cinta sama kamu. Please, Bima. Kasih aku satu kesempatan lagi !!."

"Out ! Keluar dari sini sekarang !" Bima membentak Karina dengan keras hingga wanita itu merasa tak percaya dan langsung berlari keluar sambil membekap mulutnya.

Bima kembali duduk di kursinya. Menyisir rambutnya dengan jemari sebelum menekan interkom di meja nya.

"Panggil Sam ke ruangan saya, sekarang."

5 menit kemudian, ketukan pintu kembali terdengar, dan tak lama memunculkan seorang pria berkepala plontos dengan setelan jas hitam masuk ke ruangan Bima.

"Anda membutuhkan saya, Tuan Bima ?". Tanya Sam dengan kepala menunduk.

"Cari tahu segala sesuatu yang bisa membungkam Karina, apapun itu. Kirim ke saya secepat mungkin. Saya mau dia menghilang dari hidup saya secepat mungkin."

Sam mengangguk.

"Baik, Tuan !".

####

Karina, model yang saat ini sedang naik daun merupakan salah satu koleksi wanita milik Bima. Mereka bertemu 6 bulan lalu di Paris Fashion Week dan berlanjut hingga sebulan kemudian, Karina setuju menjadi selir kesekian dari Bima. Namun, wanita itu mulai memanfaatkan kekuasaan Bima dan mulai menjatuhkan orang lain. Sebenarnya Bima tak masalah dan tak peduli, sampai pada akhirnya orang yang diusik adalah ibunya. Kejadian itu terjadi sekitar 3 bulan lalu di salah satu Mall di kota ini.

"Awas bu, saya mau duduk !" Ucap Karina angkuh kepada wanita paruh baya yang sedang duduk di sofa toko brand ternama.

"Itu tempat lain masih banyak yang kosong, kamu duduk di sana saja."Balas wanita paruh baya itu.

Mendengar hal itu, Karina langsung tersulut emosi dan menyiram wanita itu dengan air mineral di tangannya. Sontak wanita paruh baya tersebut berdiri dan merasa shock melihat pakaiannya yang basah. Karyawan di toko itu hanya melihat dan tidak ada yang berani untuk melerai keduanya. Karina hanya tersenyum miring penuh kemenangan.

"Apa yang kau lakukan ?". Wanita paruh baya itu bertanya.

"Itu akibat jika tidak menuruti keinginan Karina Munaf, tunangan Bima Dirgantara."

"Apa katamu ? Bima ? Dimana dia ?" Wanita paruh baya itu berusaha mencari keberadaan Bima.

"Sebentar lagi dia akan kesini, tunggu saja." Jawab Karina.

Lalu, tak lama yang di tunggu akhirnya datang juga. Bima muncul sambil berbicara lewat telepon dengan seseorang.

"Halo, Ma ? Kok gak ngomong ? Mama kenapa ?". Bima sedikit bingung karena tidak mendengar jawaban dari ibunya. Bima lantas memutus panggilan lalu berusaha menelepon kembali namun urung saat Karina tiba-tiba memeluknya posesif.

"Beb, kok lama banget sih ?". Tanya Karina sambil bergelayut manja di lengan Bima.

"Kenapa memangnya ?". Bima balik bertanya.

"Ada ibu-ibu yang cari masalah sama aku." Ucapnya dengan nada sok imutnya.

"Oh ya ? Mana ?".

"Tuh , lagi ngeringin baju pake hair dryer." Ucap Karina sambil menunjuk wanita paruh baya yang membelakangi mereka.

Pandangan Bima mengikuti arah tangan Karina. Mati aku !!! itulah ungkapan hati Bima yang terdalam. Ketika melihat wanita paruh baya itu berbalik dia merasa benar-benar sudah di jerumuskan kedalam neraka oleh Karina. Wanita paruh baya itu melangkah pelan mendekati Bima dengan tatapan elang mode on.Sontak Bima, segera menelan ludahnya kasar dan mematung di tempat.

"Halo, Bima Dirgantara." Wanita paruh baya itu menyapa dengan ramah yang terdengar di telinga Bima seperti panggilan malaikat maut.

"Jangan cari muka, didepan tunanganku, ibu tua !".Karina membentak wanita paruh baya tersebut yang membuat Bima naik pitam.

"Jaga bicaramu, Karina." Bima mengingatkan.

"Tunangan ? Sejak kapan ?". Wanita paruh baya itu bertanya lagi.

"Jangan sok ikut campur urusan orang." Karina kembali membentak.

"Nak, sejak kapan kau tunangan dan tidak mengundang ibu tuamu ini ?." Tanya wanita itu lagi.

Dahi Bima mulai berkeringat. Jantungnya berdetak semakin cepat. Jika seperti ini, dia sudah tahu, bahwa dia akan berada dalam masalah besar sekarang.

"Ma,,,, Mama jangan percaya omongan Karina, Ma." Bima segera melepas rangkulan Karina di lengannya lalu segera merangkul wanita paruh baya itu yang tak lain adalah ibunya.

"Bima sama Karina gak ada apa-apa kok !."

"Bim, kamu kok gitu sih ?". Karina kaget Karena Bima tak mengakuinya didepan wanita tua itu.

"Ini ibuku, tau !".Bima mendelik kesal.

"Apa ? Ibu kamu ?". Karina shock setengah mati. Rasanya jantung Karina berhenti berdetak. Astaga, bisa-bisanya dia menghina bahkan menyiram air ibu dari laki-laki yang disukainya.

"Tante, maaf. Karina betul-betul nggak ada maksud kok ! Karina pikir tante orang lain." Karina berusaha membujuk Nyonya Puspa namun sepertinya tidak berhasil.

"Kalau sampai mama dengar kamu masih berhubungan dengan wanita bar-bar ini, kamu jangan pernah temui mama lagi. Jangan anggap mama ini mama kamu." Ancam Nyonya Puspa tanpa menghiraukan keberadaan Karina.

"Tapi ma....."

"Sekarang pilih, mama atau dia ?". Nyonya Puspa kembali bersuara.

"Ya, mama lah !!!".

"Ya sudah, kita pulang sekarang."

Nah, Kan ? Tepat sesuai dugaan Bima. Dia tahu endingnya akan seburuk ini. Dan untuk sekarang, memenuhi perintah sang ibu adalah kewajiban yang harus di laksanakan.

"Pulang naik taksi aja !." Ucap Bima singkat lalu menyerahkan 6 lembar uang seratus ribuan ke tangan Karina. Lalu Bima segera menyusul sang ibu untuk pulang bersama, meninggalkan Karina yang kini sedang merutuki kebodohannya.

Bagaimana bisa wanita itu ibunya Bima ? Dari sekian banyak lautan manusia di Mall ini, kenapa dia harus dipertemukan dengan ibu Bima dalam sikon seperti ini. Musnah sudah harapan Karina menjadi Nyonya Bima Dirgantara. Itulah yang hati Bima ucapkan saat dia dan mamanya sudah dalam perjalanan pulang.Karina, black list !!!!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!