NovelToon NovelToon

Terpaksa Menjadi Wanita Pemuas

Bab.1 Obat Perangsang

Elma Abigail adalah seorang gadis dari pasangan Abraham Abigail dan Aline Abigail. Seharusnya dia menjadi anak kedua dari pasangan itu, sekaligus anak bungsu.

Namun, nasib naas menimpa kakaknya. dia nekad melakukan bunuh diri setelah mendapatkan penghianatan dari seorang laki-laki bernama John. Dialah laki-laki yang telah membuatnya menjadi hamil, namun tak mau bertanggung jawab, hingga Lea Abigail memilih bunuh diri.

Tahun demi tahun Elma lalui dengan berat, karena tak lama setelah kakaknya meninggal, saham perusahaan menjadi turun seiring beredarnya kabar tentang putri sulung Abraham.

Abraham yang tak kuat mendengar berita itu terkena serangan jantung dan akhirnya mengembuskan nafas terakhirnya meninggalkan sang istri dan putri bungsunya.

Setelah kejadian itu, ibu Elma sering sakit-sakitan hingga dia didiagnosis mengidap penyakit jantung. Dan semenjak itulah, Elma yang seharusnya menikmati masa remajanya, dia korbankan demi menghidupi serta membiayai pengobatan ibunya.

Elma sudah putus asa ketika mendapati penyakit jantung ibunya anfal dan harus segera melakukan operasi, sedangkan biaya yang diperlukan sangatlah mahal.

Disaat itu pula, dokter jantung yang menangani ibunya memberikan penawaran pada Elma. Jika Elma mau menjadi pemuas hasratnya, seluruh pengobatan yang dilakukan sang ibu gratis. Bukan hanya itu, semua keperluan serta kebutuhan Elma akan dipenuhi dengan berlipat-lipat ganda apabila dia melakukan tugasnya dengan baik.

Tanpa pikir panjang, Elma mengiyakan begitu saja karena sudah tidak memiliki banyak waktu.

Seiring berjalannya waktu, Elma mulai melancarkan aksi balas dendamnya dengan bantuan Edo, seorang dokter sekaligus sugar daddy Elma.

Setelah mengorek semua informasi tentang John, ternyata laki-laki itu sudah menikah dengan seorang wanita cantik serta baik perangainya. Dia adalah seorang desainer terkenal keturunan dari keluarga kaya raya pula.

Sayangnya, tanpa disadari perempuan itu, nasib buruk menimpanya karena mendapatkan laki-laki tak bermoral seperti John. Dia tidak mengetahui bahwa selama ini John sering tidur bergonta-ganti wanita dibelakangnya.

Hingga suatu hari, Elma datang ke kehidupan John. Dia menyamar menjadi sekertaris John.

John benar-benar terpesona melihat wajah cantik serta tubuh indah Elma. Hingga hasrat lnya selalu mencuat saat didekat nya.

Secara sengaja, Elma menjadi seorang pelakor karena berhubungan dengan laki-laki beristri. Namun dibalik itu semua, dia juga mengorek semua kebusukan John hingga mendapatkan seluruh bukti kejahatannya selama ini.

Dia meringkuk ke dalam penjara dengan berbagai kasus, termasuk skandal dengan kakaknya hingga membuat sang kakak bunuh diri. Ataupun tentang korupsi yang dilakukannya di kantin keluarga sang istri.

.

.

.

Seorang gadis remaja berparas cantik nan anggun tersenyum berlari menuju seorang pemuda tampan berseragam putih abu-abu dilapisi jaket denim yang sedang bersandar di samping motor besarnya. Tak lupa kaca mata hitam bertengger di hidung mancungnya, kedua tangannya dilipat didepan dadanya seraya memandangi gadis cantik yang sedang berlari kearahnya.

Sudut bibirnya sedikit terangkat menampilkan senyum smirk penuh keangkuhan.

Gadis itu semakin mendekat, sedang laki-laki itu terlihat melambaikan tangan seraya menampilkan senyum yang sangat berbeda dengan senyuman tadi pada gadis yang sedang berlari kearahnya.

Gadis itu sama-sama masih menggunakan seragam berwarna putih abu-abu lengkap dengan sepatu serta yang berada di pundaknya.

Calea Abigail namanya, sering disapa Lea. Gadis cantik dan periang juga pintar. Terlahir dari keluarga terpandang, ayahnya memiliki perusahaan bidang marketing online yang cukup maju. Membuatnya banyak disukai laki-laki remaja sebayanya.

Namun, hatinya sudah terpaut pada sosok berparas tampan yang notabenenya adalah kakak kelasnya bernama John Mayer sejak awal masuk ke sekolah. Dia terpesona dengan sosok tampan nan angkuh yang sering bergonta-ganti memacari satu-persatu anak gadis di sekolahnya.

Keturunan dari keluarga Mayer yang kekayaannya tak akan habis tujuh turunan membuatnya sering bergonta-ganti wanita sesuka keinginannya.

Tak ada yang mampu menolak pesonanya, termasuk Lea sendiri. Dia sudah sangat mengidolakan John sejak memasuki bangku ke sepuluh, tetapi laki-laki itu baru menatapnya saat awal kelas sebelas lebih tepatnya setelah satu tahun lamanya Lea mencuri perhatiannya.

"Udah nunggu lama, ya?" Tanya gadis itu sedikit tak enak hati karena kekasihnya lebih dulu menunggu. Nafasnya sedikit naik turun karena berlari cukup kencang, takut kekasihnya marah bila menunggu terlalu lama.

Karena mendapatkan pelajaran tambahan membuatnya pulang lebih akhir dari pada murid lainnya.

"Nggak terlalu lama kok. Oh iya, kita mau kemana dulu? Nggak langsung pulang kan?" Tanya John menatap wajah kekasihnya yang sudah dibanjiri peluh keringat di pelipisnya serta wajahnya kemerah-merahan karena panas.

John meneguk ludahnya kasar saat menyadari tampilan kekasih nya yang terlihat begitu seksi dan menggoda. Kancing bajunya sudah terbuka dua dari atas, dia sedikit bisa mengintip dada kekasihnya melalui celah itu.

Roknya yang minim dan ketat membuat lekuk tubuhnya semakin terlihat, John sampai menahan nafas saat melihat tubuh menggoda kekasihnya. Dia melihat tubuh Lea dari atas hingga bawah dengan tatapan lapar, sedangkan Lea tak menyadari sama sekali dengan tatapan kekasihnya saat ini. Dia terlihat sibuk mengibaskan tangannya karena merasa begitu gerah dan haus. Tanpa sadar tangan kirinya mengangkat kerah bajunya hingga dadanya semakin terbuka lebar.

"Panas ya?" Tanya John. Suaranya sudah berubah serak. Seperti ada dorongan dibawah sana.

Bukan lagi rahasia umum kalau John memang laki-laki penggila ****, dia dan teman-temannya sering berpesta di sebuah tempat hiburan dan melakukan **** dengan para wanitanya.

Tetapi tidak tahu mengapa, Lea yang notabenenya gadis baik-baik bisa mencintai sebejat John.

"Sedikit." Kata Lea sedikit meringis. Sebelumnya dia tidak pernah mengatakan keluhannya pada kekasihnya. Tapi karena saat ini dia memang benar-benar merasa sangat gerah, terpaksa mengatakan yang sejujurnya.

"Kalau begitu lebih baik kita pulang ke apartemen ku dulu yang lebih dari sini." John mengambil keputusan. Tanpa menunggu persetujuan Lea, John langsung menyalakan motornya. Mau tak mau Lea naik ke atas motor itu, sedikit kesusahan sebenarnya saat membonceng motor kekasihnya.

Tapi lagi-lagi Lea mengeluh, dia terlanjur cinta mati pada kekasihnya dan tak ingin menjauhinya.

Seragam ketat serta rok pendek yang dipakai Lea membuat tubuhnya semakin menggoda. Siapapun yang melihatnya tak akan mengelak bahwa Calea Abigail memanglah sangat menggoda, termasuk John yang notabenenya kekasih dari Lea.

John sengaja menaikkan tempo kecepatan motor yang dikendarainya hingga Lea semakin merapatkan tubuhnya.

John dapat merasakan sesuatu yang kenyal dan hangat itu menempel sempurna di punggungnya.

Tubuh bagian bawahnya semakin bereaksi dengan baik, dia tidak sabar ingin segera membawa mangsanya ke dalam kandang.

Sekitar sepuluh menit kemudian motor itu berhenti di basement apartment.

John turun dari motor dengan terburu-buru, begitupun dengan Lea yang ikut turun dari motor dengan sedikit kesusahan karena postur tubuhnya tidak setinggi John.

Dengan sigap John ikut membantu Lea turun dari motor dengan merengkuh pinggangnya lalu mengangkat tubuh kekasihnya.

Pandangan keduanya bertemu, arah mata John tertuju pada bibir mungil berwarna ceri yang terlihat sangat sensual membuat nalurinya ingin segera menikmatinya.

Tanpa meminta persetujuan, John langsung menempelkan bibirnya pada bibir Lea. Gadis itu tersentak kaget saat tiba-tiba kekasihnya menyerang dengan brutal.

John menciumnya dengan sangat rakus dan penuh nafsu. Lea sampai tidak bisa mengimbangi, dia hanya bisa pasrah membiarkan kekasihnya menikmati bibirnya.

Ini adalah ciuaman pertama Lea, sebelumnya dia tidak pernah melakukannya karena memang tidak pernah pacaran. Tapi dia merelakan first kiss nya untuk orang yang begitu dia puja selama satu tahun ini.

Lea pasrah saja saat John menikmati bibirnya karena menurutnya masih dalam kadar kewajaran, tetapi bila John memintanya lebih maka dia akan menolak.

"Eummh..." Lea mulai kehilangan nafas, dia memberi kode pada John untuk menghentikan ciumannya dengan menepuk dadanya.

Tak lama John pun melepaskan tautan bibir itu dengan tatapan penuh gairah.

Mereka akhirnya berjalan menuju lift dengan bergandengan tangan. Sesampainya di lift, John sangat ingin kembali menyerangnya, tetapi dia urungkan karena tidak ingin Lea takut padanya.

Tak lama kemudian pintu lift terbuka, John menuntun Lea menuju apartemen nya dengan sedikit menyeret.

Lea memang selalu pasrah dengan perlakuan John. Dia tidak pernah membantah laki-laki itu.

Cinta memang membuatnya bodoh, Lea terperangkap dalam kebahagiaan semua yang tak pernah tahu akan kehidupan untuk kedepannya.

"Masuk." Kata John dengan nada memerintah.

Setelah Lea masuk, John langsung menutup rapat pintu apartemen.

Lea terlihat celingukan melihat-lihat sisi ruangan apartemen kekasihnya.

Ini adalah kali pertama Lea diajak ke tempat tinggal John. Bukan tempat tinggal sebenarnya, lebih tepatnya tempat singgah karena John masih tinggal di mansion bersama orang tuanya.

"Duduklah, Akan ku ambilkan minuman dingin." Tutur John.

Meski ragu, Lea tetap menuruti perintah John.

Duduk di sofa sendirian sembari menunggu John membuatnya sedikit bosan. Untuk menghilangi kebosanannya, dia berinsiatif mengambil remot tv di depannya.

Saat ingin mengambil remot, tanpa sengaja tangannya menyenggol benda kecil bentuk kubus.

Mata menyipit melihatnya, dia bukan gadis yang tidak tahu apa-apa. Dia tahu apa fungsi benda itu.

Seketika dia melebarkan matanya seraya tangannya menutupi mulut yang menganga.

Dia menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali, mencoba menepis pemikiran buruk tentang John yang selama ini beredar di sekolah.

John terkenal sering bermain wanita, apakah itu benar? Batin Lea masih mencoba menyangkal.

Lea memutuskan untuk menanyakan terlebih dahulu daripada berargumen sendiri.

Tak lama kemudian John kembali seraya membawa nampan berisi satu gelas orange juice Dan satu gelas berisi minuman bening namun bukan air mineral.

"Minumlah." John menyodorkan satu gelas orange juice.

Lea langsung menerimanya dan meminumnya hingga tandas tak tersisa satu tetes pun.

Setelah ini dia akan menanyakan perihal Kon*dom yang baru saja dia dapat.

Namun belum sempat dia membuka suara, dia lebih dulu merasakan panas di sekujur tubuhnya.

Ya, John sengaja menjebak Lea dengan memberikan obat perangsang ke minumannya dalam dosis tinggi. Tubuhnya menggeliat tak karuan, beberapa kancing bajunya kembali dia buka. Tak memikirkan saat ini didepannya sedang ada seorang laki-laki hingga menampilkan perut mulusnya serta dada yang masih tertutup sedikit mencuat.

Bab.2 Mulai Berubah

Seorang gadis menggeliat dari tidurnya, dia meraba-raba sisi sampingnya karena merasa seperti ada yang membelit tubuhnya. Kepalanya terasa sangat pening, dia mencoba menyesuaikan matanya dari cahaya yang sedikit mengganggu penglihatannya.

Sekujur tubuhnya terasa sakit, apa yang terjadi dengannya? Lea masih belum mengingat dengan kejadian yang baru saja terjadi. Lea sedikit mengernyit mencoba mengingat-ingat apa yang baru saja terjadi, kepingan-kepingan ingatan mulai muncul.

Deg.

Seketika Lea membelalakkan matanya setelah berusaha mengingat-ingat tindakan yang baru saja ia lakukan.

Pandangannya mulai menyapu pada ruangan di sekitarnya.

Deg.

Hatinya bergejolak tak karuan saat menyadari bahwa dirinya berada di dalam sebuah kamar namun bukan miliknya.

Lalu pandangannya tertuju lagi pada laki-laki yang sedang membelit tubuhnya.

Deg.

Dunianya seakan-akan runtuh setelah berhasil mengingat aktifitas yang baru saja ia lakukan. Lea telah melakukan perbuatan terlarang yang seharusnya tidak pernah ia lakukan sebelum waktunya.

Air matanya mulai menetes jatuh mengaliri pipi tanpa suara. Apa yang baru ia lakukan?

Dia sudah melakukan kesalahan besar. Mungkin bagi sebagian orang tak terlalu mementingkan keperawanan, tetapi Lea tetap menjaga baik hal itu.

Tapi akibat kecerobohan nya, dia kehilangan hal paling berharga dalam hidupnya.

Dia sungguh tak pernah mengira dengan apa yang baru saja terjadi.

Ini bukan salah John, dia masih ingat dengan jelas saat mereka melakukannya adalah karena kemaunnya sendiri.

Entah mengapa tubuhnya tiba-tiba terasa panas dan bereaksi tidak wajar. Dia sangat membutuhkan sentuhan dari seorang pria, maka dari itu dia meminta John menyentuhnya, bahkan Lea sendiri sampai menggoda John.

"Astagaaaa ... Ya Tuhan, apa yang telah ku lakukan? Bagaimana cara ku mengatakan hal ini pada orang tua ku? Mereka pasti sangat kecewa bila mengetahui hal ini. Apa aku lebih baik menyembunyikan hal ini dari mereka?" Lea terus bergumam sendiri sembari menimang-nimang langkah tebaik yang harus diambilnya.

"Ya, lebih baik aku harus menyembunyikan hal ini dari mereka. Aku tidak ingin membuat mereka kecewa." Putus Lea mantap.

Dia tidak ingin terlalu berlarut-larut dalam kesedihan, dia terus menguatkan hati agar mencoba ikhlas dengan apa yang baru saja dilakukannya.

Tidak apa kehilangan mahkota ku, toh yang ambil juga orang yang paling aku cintai. Gumam Lea dalam hati untuk menyemangati diri sendiri.

Seiring dengan pergerakan Lea, orang yang tadi membelit tubuhnya menggunakan tangan kekarnya itu menggeliat, Lea berhasil mengusik tidur laki-laki itu.

"Hai, sayang. Sudah bangun?" Sapa John dengan suara serak khas bangun tidur.

John menampilkan senyum manis pada Lea lalu mengecup bibir semerah ceri itu lalu berkata. "Thanks ... udah kasih sesuatu yang paling berharga buatku." Kata-kata yang di lontarkan John bagaikan seorang pemuda baik-baik yang baru saja mengambil mahkota seorang wanita dan siap bertanggung jawab. Cih, benar-benar pembohong yang ulung!

Lea menampilkan senyum palsu, meski bibirnya tersenyum tetapi tak dapat dipungkiri dia merasa menyesal dengan apa yang baru saja perbuat. Karena perbuatannya kali ini sangat berdampak bagi masa depannya.

"Ada apa? Apa kamu menyesal?" Tanya John lembut. Rupanya laki-laki itu tahu kegundahan yang dialami kekasihnya saat ini.

Lea memilih diam, tak menjawab sepatah kata pun, dia terlalu ragu untuk mengatakan kalau dirinya menyesal telah melakukannya. Disisi lain dia tak ingin membuat kekasihnya marah apalagi sampai menjauhinya.

"Sayang, jangan bersedih seperti itu. Aku akan bertanggung jawab dengan perbuatan ku, aku janji." Kata John terlihat bersungguh-sungguh. Tangannya meraih satu tangan Lea untuk digenggamnya lalu memberikan beberapa kecupan di sana.

Lea tak bisa menyembunyikan senyum, dia bahagia mendengar penuturan sang kekasih. Akhirnya dia bisa hidup bersama John selamanya.

"Janji akan tanggung jawab?" Tanya Lea memastikan. Jari kelingkingnya ia acungkan di depan John.

"Hm ... I'm promise." Kata John sembari menautkan kelingkingnya pada Lea. John menatap lembut Lea, membuat wanita itu sangat bahagia mendengarnya.

.

.

.

Hari-hari berlalu, hubungan Lea dan John semakin mesra. Mereka sering melakukan hubungan intim dan Lea pun tak menolaknya.

Seperti layaknya pasangan suami-istri, namun sayangnya mereka belum memiliki ikatan apapun selain sebatas sepasang kekasih.

Janji manis yang sering dilontarkan John, membuat Lea semakin percaya bahwa John adalah laki-laki bertanggung jawab dan setia padanya.

Namun terkadang pula Lea dibuat takut dengan sifat keras John. Selama ini John sering memaksa Lea untuk berhubungan intim bila dia sedang menginginkannya tak peduli di mana pun tempatnya.

Mau tak mau Lea menuruti keinginan sang kekasih karena takut membuat kekasihnya marah apalagi sampai meninggalkannya.

Sebulan berlalu, hubungan antara John dan Lea masih sama. Namun tidak tahu kenapa, lea merasa akhir-akhir sifat John berubah menjadi lebih dingin.

Biasanya John meminta Lea untuk untuk memenuhi hasratnya setiap hari lebih dari satu kali. Tapi entah mengapa sudah tiga hari ini John tak memintanya.

Lea berusaha menepis perasaan takut dalam hatinya. Dia tidak ingin terlalu mencurigai John, karena Lea tahu John sangat tidak menyukai wanita yang posesif padanya.

Lea membiarkan John bersenang-senang dengan teman-temannya asal masih dalam batas wajar. Dan yang selama ini Lea tahu, John biasa-biasa saja bila bertemu teman-teman nya.

Dia tidak akan melakukan hubungan intim pada wanita lain, itu yang Lea tahu.

Tetapi kali ini Lea merasa ada yang berbeda, sejak tadi pagi dia belum melihat John. Bahkan selama tiga hari ini dia jarang sekali berinteraksi dengan pacarnya.

Lea khawatir terjadi sesuatu dengan kekasihnya.

Kebetulan sekali, jam menunjukkan waktu istirahat pertama. Guru yang sejak tadi berbicara di depan white board sudah keluar. Lea buru-buru memasukkan alat tulisnya lalu keluar kelas.

Tujuan pertamanya yaitu menuju kelas John yang terletak di seberang gedung. Jalanan tampak ramai karena saat ini sudah menunjukkan waktu istirahat.

Lea terus menyusuri lorong itu dengan langkah sedikit lebar supaya cepat sampai ke ruangan John.

Kelas demi kelas ia lewati hingga dia berhenti tepat di depan pintu bertuliskan Twelfth grade(seniors).

Lea tampak ragu untuk masuk, kepalanya sedikit menyembul untuk melihat anak-anak di dalam.

Kelas itu tampak sepi, sepertinya para siswa juga sedang pergi ke kantin.

Saat ingin berbalik, tiba-tiba saja Indra pendengarannya menangkap suara desaahan di dalam kelas.

Lea tak ingin melihat, tetapi saat pandangan matanya kembali masuk ke dalam kelas dia seperti mengenal sosok laki-laki yang sedang membelakanginya. Terlebih jaket denim yang di pakai laki-laki itu benar-benar mirip milik kekasihnya.

Jantung Lea bergemuruh hebat saat menyadari laki-laki yang sedang bermain dengan anak perempuan di atas bangku adalah kekasihnya.

Ingin sekali dia berlari maju untuk menghentikan kegiatan mereka, tetapi Lea terlalu lemah. Dia takut John akan marah dan meninggalkannya. Sedangkan masa depannya hanya bergantung padanya, laki-laki yang sudah mengambil mahkota berharganya.

Kekhawatiran Orang Tua Lea

Jantung Lea bergemuruh hebat saat menyadari laki-laki yang sedang bermain dengan anak perempuan di atas bangku adalah kekasihnya.

Ingin sekali dia berlari maju untuk menghentikan kegiatan mereka, tetapi Lea terlalu lemah. Dia takut John akan marah dan meninggalkannya. Sedangkan masa depannya hanya bergantung padanya, laki-laki yang sudah mengambil mahkota berharganya.

Dia memutuskan berbalik badan untuk meninggalkan apartemen itu dengan membiarkan kekasih nya sedang menikmati tubuh wanita lain di sana.

Sepanjang perjalanan yang di lakukan Lea hanyalah menangis, merutuki kebodohan nya sendiri yang terlalu mempercayai laki-laki brengsek seperti John.

Kini dia tak tahu harus memilih untuk mempertahankan ikatan ini atau terlepas dari laki-laki brengsek itu. Dan setiap langkah yang di ambil Lea memiliki dampak tersendiri.

Bila Lea memilih pergi dari nya, maka jelas dia tidak punya harapan masa depan yang baik karena satu-satunya kehormatan yang dimiliki nya sudah di serahkan pada laki-laki bia-dab itu.

Di sisi lain, bila dia memilih bertahan, Lea tidak tahu akan bertahan dengan sikap nya yang seperti ini atau tidak. Laki-laki yang tak bisa menjaga komitmen dan tidak memiliki hati seperti nya hanya mengedepankan naf-su dan tak memiliki belas kasih.

"Ya Tuhan...! Apa yang harus ku lakukan?!" Teriak Lea frustasi sembari mengacak-acak rambut nya dan terkadang menjambak nya. Wajah nya ia tengadah kan ke atas sembari mengernyit menajamkan mata.

Hati nya terus merutuki dirinya sendiri karena terlalu bodoh, dia sudah terperdaya dengan kesenangan sesaat.

Seketika pusing mendera nya, mata nya mulai menggelap, dunia ini semua tampak gelap. Kesadaran nya sedikit demi sedikit mulai menghilang, tiba-tiba tubuh nya limbung karena tak bisa menjaga keseimbangan. Dan tubuh Lea tumbang ke lantai dengan kesadaran yang sudah hilang sepenuhnya.

.

.

.

Di tempat yang berbeda, seorang wanita hampir berumur paruh baya namun masih terlihat muda sedang mondar-mandir di tengah ruangan.

Tepat nya di sebuah mansion bernuansa Eropa, terlihat sangat megah dengan begitu banyak ornamen-ornamen yang menghiasi tiap sudut ruangan.

Memiliki pilar besar menjulang tinggi, baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan sebagai ciri khas bangunan itu. Seluruh bagian Mansion di dominasi warna putih gading yang di padukan dengan warna coklat pucat.

"Pi, bagaimana ini? Elma belum pulang sejak tadi." Sergah wanita itu cemas, saat melihat suami nya baru pulang kerja.

"What?? Bagaimana bisa? Bukan kah seharusnya dia sudah pulang sejak tadi siang? Di mana driver yang bertugas menjemput putri kita?" Laki-laki itu menjawab pertanyaan istrinya dengan pertanyaan pula. Dia terlihat begitu panik saat mendapati anak nya belum pulang, padahal waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam.

Tidak biasa nya Elma pulang terlambat, pikiran khawatir dan panik terus menghantui kedua orang tua Elma.

"Dia bilang sudah mencari Elma ke seluruh sudut sekolah dan sudah menyusuri tiap jalanan kota, tetapi tidak menemukan nya. Bagaimana ini, Sayang?" Jelas sang istri. Dia mulai tak bisa mengendalikan perasaan cemas nya, lelehan bening kristal itu mulai menghiasi tiap sudut pipi nya.

"Kenapa tidak berusaha menghubungi nya? Bukan kah dia membawa gawai?" Tanya Laki-laki yang bernama Abraham Abigail.

"Sudah ku hubungi berulang kali, tapi ponsel nya tidak aktif." Jelas sang istri bernama Aline. "Bagaimana ini? Apa terjadi sesuatu pada putri kita? Apakah putri kita di jambret, lalu di sekap para penjahat? Oh god! Aku tak pernah membayangkan itu terjadi pada putri kita." Kata nya lagi dengan nada histeris.

"Tapi sekarang kau yang membayangkan hal itu terjadi. Come on, baby. Jangan banyak berargumen dulu, lebih baik kita cari keberadaan Lea." Kata Abraham menasehati, sebenarnya ikut merasa cemas apa yang di khawatirkan istri nya benar.

"Papi ke atas dulu untuk ganti baju, setelah ini kita cek cctv di sekitar sekolah dan seluruh kota ini. Kalo perlu kita minta bantuan polisi untuk mencari nya." Kata Abraham lagi. Dan setelah itu dia berlalu dari sana menuju kamar.

Aline hanya bisa memandangi tubuh suaminya yang semakin lama semakin menghilang dari pandangan nya. Hati nya teramat kacau karena putri nya belum pulang sejak tadi.

"Mommy...!" Teriak gadis kecil dari atas tangga lalu berlari ke arah mommy nya.

"Don't run, baby..!" Teriak Aline saat putri kecil nya berlari menuruni anak tangga.

Dengan segera, dia berlari untuk menangkap putri bandel nya yang tak menghiraukan larangan nya.

"Mommy, are okay?" Tanya putri gadis kecil bernama Elma Abigail. Merupakan putri bungsu dari Aline Lincoln dan Abraham Abigail.

"What's up, mom?" Tanya nya lagi saat menyadari mata sang mommy sembab karena menangis.

"Your sister, baby." Kata sang mommy sembari mengelus pipi chubby anak putri kecil nya.

"Why? What happen? Oh, come on. Jangan buat Elma penasaran, mom." Kata Elma mendesak mommy nya untuk mengatakan yang sebenarnya. "di mana Lea? kenapa sejak tadi aku belum melihat nya?" Tanya nya lagi.

Elma memang selalu memanggil kakak nya tanpa embel-embel kakak, dia memang sudah terbiasa menyebut nya langsung dengan nama nya.

Namun, bukan berarti Elma tak menghormati kakak nya. Meski umur nya terbilang masih kecil, tetapi Elma sangat menyayangi setiap anggota keluarga nya.

Dia memiliki sifat penyayang serta periang, sering menjahili kakak nya tetapi sejatinya dia sangat menyayangi nya.

"Dia belum pulang sejak tadi." Jawab mommy nya.

Seketika gadis kecil berumur 8 tahun itu ikut merasakan panik yang teramat.

"Bagaimana bisa? Bukankah Lea selalu pulang tepat waktu? Anak nakal itu tidak pernah pulang terlambat, mom!" Sahut nya cepat sembari melipat kedua tangan nya, berusaha menyembunyikan kekhawatiran nya dan terlihat galak seperti ingin memarahi kakak nya.

"That's right, baby. Lea selalu disiplin, jika ingin kemana-mana pasti menghubungi Mommy dan meminta izin. Tapi, ponsel nya tidak aktif sejak tadi." Jelas sang mommy.

Elma semakin cemas mendengar nya. "Mom, ayo kita segera cari Lea. Elma tidak ingin Lea kenapa-kenapa." Ujar nya panik.

Kini Elma pun sudah tak bisa menyembunyikan kepanikan nya. Bahkan bola mata nya ikut berkaca-kaca. "Ya, Tuhan. Selamat kan Lea, kakak ku yang paling laknat. Di mana pun dia berada, tolong lindungi dia, Tuhan." Batin Elma memohon dalam hati.

Elma memang sejak kecil sudah terbiasa berdoa, tiap Minggu dia sering mengikuti mommy nya mengunjungi gereja, jadi dia sudah terbiasa berdoa pada Tuhan nya.

"Iya, kita cari Lea sama-sama. Tunggu Papi dulu, dia sedang ganti baju." Kata Aline sembari mengusap anak rambut di sekitar ubun-ubun yang tak ikut di cepet rambut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!