💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗
Pintu lift lantai teratas, dari kapal pesiar raksasa yang mampu memuat lebih dari lima ribu penumpang terbuka. Tampak seorang gadis dengan rambut hitam lebatnya, melangkah keluar sambil membawa sebuah baki kecil berisi irisan buah segar, untuk menghiasi gelas minuman.
Meskipun sedang diburu waktu, gadis itu masih sempat menyapa setiap orang dihadapannya dengan senyum ceria, bahkan ia membantu sepasang lansia untuk masuk ke dalam lift.
Tangannya yang penuh membawa barang itu, masih berusaha menahan lift dengan kakinya. Setelah pintu lift tertutup gadis itu membalikan diri dan tanpa sengaja membentur badan seorang pria kekar, tinggi dan tampan.
Dan akibat benturan yang tidak disengaja itu minuman yang dipegang oleh pria itu, tumpah sebagian ke tubuhnya yang bertelanjang dada.
"Ya Tuhan! Maafkan saya, Tuan. Maaf. Tuan tunggu di sini sebentar, saya akan ambilkan kain, " ucapnya dengan panik.
Dengan tubuh yang sedikit gemetaran, tanpa melihat wajah dari sosok yang dia tabrak sebelumnya, gadis bartender itu berjalan dengan tergesa-gesa dan gugup, menuju ke arah bar di area terbuka
Dia sadar akibat melakukan kesalahan itu bisa berakibat fatal. Satu keluhan saja akan mengakibatkan perjanjian kerja yang sudah dia tandatangani terbuang, di pecat dengan tidak hormat. Sedangkan dirinya baru satu bulan bergabung dengan kapal pesiar ini. Uang yang dia kumpulkan dengan susah payah tidak cukup besar untuk mengganti biaya keberangkatan.
Gadis itu membawa dan memberikan sebuah kain lap bersih kepada pria yang baru saja ditabraknya. Tapi, pria itu bukannya menerima, dia dengan sengaja malah tidak menghiraukan dan mengangkat kedua tangannya.
"Kamu lakukan!" perintah itu dengan tegas, membuat gadis di hadapannya tampak salah tingkah juga gugup.
Dia memandang pria tampan dihadapannya sekilas untuk memastika, jika dirinya tidak salah mendengar. Kemudian dengan gugup tangan kecil itu, mulai mengusap dada pria tampan itu dengan kain lap yang dia bawa. Beberapa kali, gadis itu mengusap noda di dada pria itu dengan gugup. Gadis itu tidak menyadari, jika dihadapannya kini adalah Andrew, pimpinan tertinggi kapal pesiar tempatnya bekerja.
Sedangkan Andrew yang biasanya akan marah dengan hal kecil, entah mengapa dia bersikap berbeda dengan gadis yang baru saja mengotori tubuhnya. Andrew bahkan memperhatikan tanda pengenal gadis itu,
"Diana dari negara Indonesia." Andrew bergumam, menyebutkan nama yang tertera di tanda pengenal. .
Mendengar namanya disebutkan dengan tegas, membuat Diana semakin gugup. Dia harus berusaha memperbaiki kesalahan sebaik mungkin, agar pria itu tidak membuat masalah besar, yang bisa membuatnya menerima teguran keras hingga di pecat.
"Iya, Tuan. Saya minta maaf. Kalau berkenan bisakah anda menunggu di sebelah sana, saya akan ambilkan kain bersih lagi dan mengganti minuman anda." Diana menunjuk ke bawah ke arah restaurant diseberang kolam renang. Andrew memandang ke arah yang ditunjukan Diana, dia menggelengkan kepala.
"Kamu pergilah, ambilah yang kamu perlukan. Saya tunggu disini." Andrew menunjuk pada kursi kecil yang berada di sudut ruangan.
Tempat yang dia tunjuk sebetulnya tidak nyaman, lebih strategis arah yang ditunjukan oleh Diana. Tapi, ketika melihat ke arah itu ia melihat seorang wanita yang terus mengikutinya, berjalan masuk ke arah restaurant . Andrew merasa enggan bertemu dengan Gladys.
Gladys, adalah salah seorang wanita yang pernah dekat dengan Andrew. Wanita yang berprofesi sebagai model ternama ini, tidak menyia-nyiakan kesempatan ketika mendapatkan informasi jika, Andrew akan berlibur sendiri di kapal pesiar.
Saat ini, Andrew lebih memilih duduk di sudut sempit dekat lift sambil memandang ke arah Diana yang sibuk menyiapkan minuman pengganti .
Mengherankan sekali gadis itu bahkan tidak bertanya minuman apa yang dia tumpahkan tadi. Seberapa hebatnya penciuman dan pengetahuan dirinya sebagi bartender?
Sesuatu tentang Diana memikat Perhatian Andrew. Entah mengapa dia merasa penasaran memandang wajah dan senyum ramah yang menghiasi wajah gadis itu. Kegugupan dan sikap malu-malunya malah membuat Andrew tertarik. Jiwa Casanovanya muncul.
"She looks so cute, " tanpa sadar Andrew berbicara sendiri.
"Heh! Kenapa aku tidak bisa berhenti menatapnya. Semua pekerja di industri ini memang harus ramah dan sopan. Tetapi kenapa aku merasa dia berbeda?" Andrew berusaha memilah dan mengkatagorikan perasaannya.
Beberapa saat kemudian.
"Tuan, ini minuman anda dan ini handuk basah." Diana sudah berada di hadapan Andrew. Ia menyodorkan minuman dan handuk basah pada Andrew, yang langsung mengambil gelas minuman dan mencicipi .
"Bagaimana kamu tau, kalau ini adalah minuman yang sama?" tanya Andrew penasaran.
"Maaf, saya tadi mencium aroma pisang dan susu di gelas tetapi minuman ini berwarna merah muda saya pikir pasti ada tambahan strawberry youghurt. Dan waktu saya memastikan dengan sesama Bartender, mereka mengatakan hal yang sama."
Sebenarnya Diana mengetahui jenis minuman itu dari aroma cairan yang melekat di tubuh Andrew, tapi tentu saja dia malu berbicara jujur.
"Oke. Sekarang kamu bisa membersihkan tubuhku. " Andrew membusungkan dadanya kembali ke arah Diana.
Kembali dia tertegun dan gugup. Pipinya merona. Baru ia sadari jika Pria dihadapannya ini memiliki wajah yang sangat tampan dan tubuhnya yang bertelanjang dada itu sangat atheletis dan sedap di pandang mata.
Dia melirik ke arah Andrew dengan ragu, tapi tatapan mata Andrew yang memandangnya tajam membuat dia terpaksa melakukannya. Dengan malu-malu Diana mengelap sisa sisa cairan yang lengket di tubuh Andrew hingga cukup bersih.
"Tuan. Saya rasa sudah cukup bersih. Apabila Tuan masih merasa tidak nyaman mungkin sebaiknya tuan mandi atau berendam di jaquzi." Diana menunjuk ke arah jaquzi yang tepat berada di tengah deck di area terbuka.
"Saya permisi dulu Tuan, saya harus kembali bekerja. Sekali lagi maafkan saya." Diana berpamitan dengan sopan.
"Baiklah Diana dari negara Indonesia. I will see you around."
Diana bergegas meninggalkan Andrew. Dia hanya dapat berharap cemas agar pria yang ditabraknya tadi tidak mengajukan keluhan.
Kalau sampai itu terjadi mampuslah aku , desah Diana dalam hati.
Sementara Andrew memperhatikan kepergian Diana sampai hilang dari sudut pandangan. Kemudian Dia melangkah memasuki lift , naik ke deck 11 di area mini golf, hanya untuk berjemur dan menjauhkan diri dari keramaian. Sambil menikmati minuman dingin dan berjemur, Andrew menyusun rencana.
"Malam ini setelah makan malam, aku akan meninggalkan Gladys dengan Wilmer. Kemudian akan aku cari dirimu, Diana. Kita lihat apa yang akan kamu lakukan ketika mengetahui siapa diriku. Apakah kamu akan tetap biasa saja atau akan lebih memohon maaf padaku."
Melangkah memasuki kapal Pesiar bukan lah hal pertama bagi Andrew. Tentu saja karena dia adalah penerus dan pemegang saham tertinggi dari kerajaan bisnis keluarganya.
Beberapa kali dia mengadakan rapat dengan para pemegang saham atau pun sekedar inspeksi di beberapa kapal pesiar yang berada di bawah naungannya
Hal seperti ini bisa dilakukan oleh bawahannya, tetapi Andrew tipe pekerja keras yang ingin hasil perfeksionis. Itu sebabnya beberapa kali dia terjun sendiri memeriksa dan memberikan arahan.
Kali ini adalah giliran Fancy cruise yang akan dia datangi.
Sebenarnya bukan inspeksi rutin, tapi karena hanya sudah jenuh dengan persoalan keluarga dan perusahaan, Andrew memutuskan untuk bersantai di kapal pesiar menikmati waktu sebagai tamu.
Gladys yang mengetahuinya segera mengambil kesempatan untuk mengikuti Andrew. Dia berlagak sebagai pasangan Andrew di depan semua awak kapal. Gladys adalah model terkenal yang berambisi untuk menjadi wanita Andrew.
Gladys yang mengetahuinya segera mengambil kesempatan untuk mengikuti Andrew. Dia berlagak sebagai pasangan Andrew di depan semua awak kapal. Gladys adalah model terkenal yang berambisi untuk menjadi wanita Andrew.
Tiga bulan yang lalu Andrew sudah melakukan kunjungan ke Fancy cruise dengan membawa anggota lengkap. Menyapa tamu langganan dan VVIP.
Dia merasa puas dengan hasil yang diberikan staff .
Wilmer sebagai Hotel Director sudah melakukan tugas dengan baik . Setidaknya dia tidak tampak mabuk dan tolol di depan Andrew.
Setiap kepala Staff menganggukan kepala melihat kedatangan Andrew. Staff lama pasti sudah mengenal Andrew. Sedangkan staff baru masih menduga- duga dan mengira ada pasangan Selebritis Holywood sedang berlibur, ketika melihat Andrew dan Gladys.
Gladys memang wanita yang cantik dan tampak anggun.
Menggenakan dress terusan berwarna merah muda dengan belahan di dada dan di samping kaki hingga ke paha
.
Setiap langkah kakinya menyibakan paha putih dan kaki jenjang bak pragawati.
Sambil menikmati Pinacolada (sejenis minuman alkohol dengan coconut juice cream) sesekali Gladys menebarkan senyum kesetiap orang yang memandang penuh kekaguman kepada Andrew.
Mengenakan kacamata coklat Keluaran Dior terbaru. Gladys tampil makin percaya diri dan selalu menempel pada Andrew.
Beberapa kali Gladys menyandarkan gelas pinacolada yang dingin di dada nya dan memainkan hiasan payung kecil di minuman itu, sambil melirik Andrew, berusaha menggoda .
Tetapi Andrew sama sekali tidak memperhatikan.
Andrew melangkah menuju bar. Meminta bartendar untuk memblender pisang, peach strawbery yougurt dan susu dingin.
Setelah mendapatkan minuman sehatnya. Andrew melangkah ke lift berencana menuju ke deck 11 paling ujung untuk menyepi. Dan dalam perjalananya menjauhi Gladys dia bertemu dengan Diana.
Setelah puas berjemur dan berkeliling, Andrew turun dari lift menuju kamar Penthause Presidential suitenya.
Ketika memasuki ruangannya dia melihat kesibukan di dalam, beberapa staff tampak sibuk menyiapkan ruang tamu untuk jamuan makan malam di Penthouse, sekedar sambutan dari executive kapal pesiar untuk Andrew.
Sejenak langkah kaki Andrew terhenti, ketika melihat sosok gadis yang sedang melamun menikmati pemandangan laut, melalui jendela kaca.
Sinar Matahari yang mulai terbenam menyinari gadis itu dengan lemah, menjadikan pemandangan yang begitu indah di mata Andrew. Sosok yang begitu mungil tampak amat sangat berharga.
Mata gadis itu begitu tajam nan ceria, ada kelembutan disana.
Pemandangan indah itu hilang ketika seorang hostes menghampiri gadis tersebut dan memberitahunya akan keberadaan Andrew.
Sekilas dia menganggukan kepala kepada Andrew dan berbalik ke arah meja barnya.
Andrew kemudian melangkah masuk ke dalam kamar, setelah menutup pintu kamar Andrew meloncat girang.
"Yes, this is faith. Finally you the one who come to me, Diana."
"Yes, ini lah jodoh. Akhirnya kamu sendiri lah yang datang pada ku, Diana."
💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗
Ayooo baper bareng dengan authorrr.
Jam lima sore, ketika kapal mulai bergerak perlahan meninggalkan pelabuhan, pemandangan tampak sangat indah dilihat dari jendela kaca besar di kamar Presidential suite. Beberapa petugas pelabuhan melambaikan tangannya, pastinya tamu-tamu kapal juga sedang asyik melambaikan tangan di deck 3 lobby maupun deck 9 area terbuka dan kolam renang.
Matahari yang tampak jelas berwarna oranye bulat cerah perlahan bergeser ke ufuk barat. Pemandangan yang indah. Langit begitu bersih hanya beberapa awan di pinggiran seakan-akan membingkai langit.
Sedang asyik Diana memandang ke jendela, ketika hostes yang bernama Silvia menyenggol bahunya.
"Hei jangan melamun. Tuan Andrew sudah datang."
"Ohhh iya-iya." Diana segera beralih ke arah mini bar. Sambil berjalan Diana melemparkan pandangan ke arah Tuan Andrew dan menganggukan kepalanya, yang disambut hanya dengan pandangan dingin.
Tuan Andrew melangkah menuju ke kamar . Selang beberapa menit kemudian, ketukan di pintu Presidential Suite terdengar. Seorang pelayan membukakan pintu dan tampak gadis cantik berambut pirang, bermata biru dengan gaun berwarna biru panjang melangkah masuk langsung menghampiri bar.
"One cosmopolitan," pintanya.
"Baik, Nona." Diana menggoyangkan shaker dan menuangkan minuman berwarna merah muda ke gelas martini dihadapan wanita cantik itu.
Tak lama kemudian datanglah juga wanita cantik berambut kecoklatan, bermata biru. Menghampiri Diana,
"Hi Diana seperti biasa ya. "
"Siap, Nona Lisa." Diana kembali menggoyangkan shakernya dan menuangkan appletini kehadapan Lisa. Lisa dan gadis berambut pirang asyik bercakap- cakap dengan bahasa asing. Mereka berasal dari negara yang sama.
Lisa merupakan wakil dari Directur Kapal Pesiar
Satu persatu orang penting yang berjabatan tinggi berdatangan. Captain, Cruise Directore, Hotel Managers, Doctors, F&B managers.
Semua sudah memegang minuman dan asyik mengobrol .
Diana mengamati wajah orang-orang di hadapannya satu persatu. Hingga pandangannya beralih ke Tuan Andrew yang baru saja keluar dari kamar. Semua tampak hormat dan menyapa Tuan Andrew yang tak begitu menghiraukan mereka.
Pria itu langsung melangkah menuju bar. Diana mulai meletakan cangkir martini dingin dihadapan Tuan Andrew, bersiap meracik minuman kesukaan boss besar itu seperti yang telah di pesan oleh Managernya. Belum sempat Diana meracik minuman, Tuan Andrew menghentikannya.
"Saya tidak menginginkan martini saat ini tuangkan chardonay." Priantamoan bermata hazel itu meminta segelas white wine .
Segera saja Diana mengganti gelas martini dengan gelas anggur putih kemudian meletakan dihadapa Mr. Andrew dan menuangkan white wine .
Percakapan di antara penjabat tertinggi kapal pesiar itu berlanjut ke meja makan. Silvia sibuk melayani mereka dan tentu saja Diana sibuk dengan minuman, berkeliling menuangkan wine sesuai selera menu makanan mereka.
Kamar Presidential suite ini benar- benar lengkap. selain bar bahkan ada mesin kopi khusus. Ruang tamu dan meja makan yang elegant.
Setelah menyelesaikan makan malam, mereka melanjutkan percakapan ke sofa yang menyatu dengan ruang makan. Beberapa diantara mereka menikmati secangkir kopi, sedangkan lainnya menikmati segelas cognac.
Tak Lama kemudian Cruise director tampak berpamitan. Sebentar lagi adalah tugasnya memberikan sambutan selamat datang ke seluruh penumpang kapal.
Gadis berambut pirang yang cantik itu kembali menghampiri Diana.
"Vodka redbull," pintanya. Diana segera menuangkan permintaan wanita tersebut. Untung saja dia menyediakan emoat kaleng red bul untuk berjaga-jaga.
Sambil menggenggam gelas berisi vodka red bull , gadis itu mulai menghampiri Andrew berbicara dengan manja dan kerlingan mata yang genit. Sedangkan di sisi lainnya tampak Lisa pun berusaha menarik perhatian Andrew.
Gadis berambut pirang meletakan tangannya di paha Andrew dan Lisa membelai kepala pria itu.
Dari arah meja bar Diana memeperhatikan tingkah laku mereka sambil membereskan beberapa peralatan.
Andrew seorang Ceo muda yang tampan, gagah dan cukup banyak membuat terobosan baru di dunia bisnis pariwisata. Diusianya yang 35 tahun ia sudah berhasil membenahi kegagalan ayahnya dalam membesarkan perusaahan kapal pesiar. Andrew dipercaya untik menjadi Ceo kapal pesiar mewah ini.
Rambutnya berwarna coklat tua tersisir rapi, cambang kasar di wajahnya membuat dia nampak lebih maskulin. Matanya yang berwarna hazelnut tampak ramah menatap gadis-gadis yang asyik bermanja- manja dan mulai merayu mengharap lebih.
Gimana ya rasanya punya pacar ganteng dan kaya seperti Tuan Andrew.
Plak! Diana memukul kening nya perlahan sambil mengeleng- gelengkan kepalanya.
hihhh mikir apa aku. Mana mau orang ganteng dan berkelas seperti dia sama aku. Orang ganteng ya sama orang cantik apalagi boss besar. Waduh mimpi gilaaaa.
Tipe seperti mereka suka gonta ganti pasangan, kena penyakit nanti aku, hiiii.
Diana tersenyum sendiri dengan khayalannya sambil menggelengkan kepala.
"Kenapa kamu tersenyum sendiri!"
Diana tersentak kaget melihat Andrew sudah dihadapannya.
"Ah tidak apa-apa tuan," sahut Diana gugup.
"Kalau tidak ada apa-apa kenapa kamu tersenyum?"
Diana hanya tersenyum tipis dan kikuk menjawab pertanyaan Andrew.
"Wine lagi tuan?" Ia berusaha mengalihkan pembicaraan.
Andrew hanya melengos mendengar jawaban Diana.
"Kamu biasa minum apa? " tanya Andrew.
"Air putih, Tuan." jawab Diana polos.
"Maksudku minuman beralkohol," suara Andrew terdengar gemas.
"Maaf saya tidak minum alkohol, Tuan."
"Heh? Kamu benar bartender, kan? Bagaimana bisa seorang bartender tidak minum alkohol? Awas racikanmu tidak enak."
"Saya meracik sesuai resep tuan, terkadang saya mencicipi untuk mengerti rasa tapi bukan berarti saya minum."
"Oh ya bagaimana kalau ada pesta crew apa yg kamu minum? mimosa?"
"Tidak, Tuan. Saya hanya minum plum tea atau kopi."
"Hmmm gadis aneh. Lihat itu ... wanita disana mereka sangat ahli dengan alkohol." Andrew menunjuk ke arah lisa dan gadis cantik berambut pirang.
dan terlihat bodoh ketika mabuk, gumam Dana dalam hati.
"Apa katamu?"
"Tidak tuan, saya tidak bicara apa-apa." Diana menjawab dengan sigap menutupi kekagetannya.
gila memang dia bisa telephaty apa.
"Kamu mengatai saya?"
"Tidak tuan saya tidak berani." Diana segera menjawab .
memangnya bisa ya dia baca pikiranku, kok jadi serem.
Tal lama kemudia wanita berambut pirang menghampiri Andrew, memeluk dari belakang sambil menyandarkan kepalanya di lengan Andrew.
"Sayang apa yang kamu lakukan disini?"
"Hanya mengganti minuman," jawab Andrew singkat.
"Kamu kan bisa memanggil dia untuk melayanimu." Wanita itu menunjuk pada Diana. Andrew tidak menjawab dan hanya melengos pergi menuju kaca jendela besar memandang lautan lepas.
Diana menoleh ke arah sosok Andrew yang berdiri menghadap lautan, deburan ombak yang perlahan dan sinar cahaya bulan purnama yang terpancar cerah merupakan pemandangan menakjubkan bagaikan sebuah lukisan yang indah.
"Hei kau tidak mendengarku? Vodka redbull lagi!" kata gadis pirang itu dengan kasar ke Diana.
"Mimpi kamu bisa dekat dengannya. Hahahha. Wajah kamu biasa saja dan kamu gak sexy sama sekali. Flat," gadis pirang itu mengejek Diana ketika dia tahu apa yang sedang diperhatikan oleh bartender dihadapannya
"Tapi Diana smart girl loh, Gladys." Lisa sudah berada di dekat mereka.
"Smart apaan. Buruh." umpat gadis berambut pirang yang ternyata bernama Gladys.
"Aku sudah beberpa bulan bisa bersama Andrew. aku lah yang paling smart," jawab Gladys dengan congkaknya.
"Iya kamu memang pandai dan cantik," puji
Lisa kepada Gladys yang tampak mulai mabuk.
"Hei buruh, vodka redbull lagi. Double shoot!" Gladys berteriak ke Diana.
"Nona anda sudah menghabiskan tiga kaleng redbull malam ini sebaiknya minum yang lainnya ya. Terlalu banyak red bul tidak baik untuk kesehatan anda." Diana tampak mengkhawatirkan kesehatan Gladys yang sudah meminum tiga botol minuman sejenis kratindaeng malam ini.
"Aku bilang mau vodka redbull, kenapa kamu berisik sekali huh!" Gladys mulai marah.
"Beri dia coke." Andrew tiba- tiba sudah berada diantara mereka. Tampaknya sedari tadi Andrew sudah memperhatikan perselisihan yang terjadi.
"Ya, Tuan. " Diana menuangkan coca-cola ke gelas dingin.
"Tapi aku mau vodka redbull sayang," sahut Gladys merengek.
"Kamu sebaiknya mendengarkan perkataan seorang bartender," jawab Andrew dingin.
"Huh tidak biasanya kamu langsung setuju dengan perkataan buruh." Gladys menimpali kasar sambil menegak coca-cola dan setelah itu mulai kembali merayu Andrew.
"Sayang suruh mereka pergi. Waktunya berduaan atau mau bertiga dengan Lisa?" rayu Gladys.
Diana seketika mundur dengan wajah merah karena malu mendengar perkataan Gladys dan mulai membenahi serta membersihkan meja bar .
Andrew memperhatikan gerak-gerik Diana. Ada segelintir rasa penasaran terhadap gadis itu. wajah Asia dengan senyum ceria dan make up tipisnya tampak menarik. Banyak wanita Asia yang sering dia jumpai dimanapun, tetapi baru wanita ini yang tampak memikat.
Andrew melepaskan pelukan Gladys, mendorong Gladys ke Lisa.
"Lisa antar Gladys ke kamarnya."
"Hmm...." Lisa hanya menggumam. Dalam hati Lisa bersorak girang. Akhirnya Andrew hanya milikku seorang.
"Kamu tidak perlu kembali lagi. Kalian semua pergilah," perintah Andrew.
"Aku mau bersamamu Andrew sayang," rengek Gladys.
"Kalau kamu tidak mau keluar baik- baik, aku akan memanggil security," ancam Andrew.
"Biarkan saya yang mengantar nona Gladys." Hotel
director yang berusia lima puluh tahunan dan masih tampak gagah itu menawarkan diri. Dia sedari tadi diam duduk di sofa sambil menikmati segelas alkohil dan memperhatikan Gladys.
"Okey, She is yours." Seperti menyodorkan barang, Andrew mendorong Gladys ke arah Hotel Director yang disambut dengan senyum ceria, dipeluknya Gladys dan dibimbing keluar, tanpa perlawanan.
"Okey everybody out. Tinggalkan saya sendiri!" perintah Andrew.
"Tidak dengan kamu. Kamu diam disini temani saya malam ini." Andrew menunjuk pada Diana.
Diana terperangah. Jantungnya berdebar, bulu kuduknya merinding mendengar perintah Andrew. Berdua disini dengan big Boss yang baru saja marah-marah. Aduhhh bagaimana ini.
Apa yang harus aku lakukan. Bagaimana caranya aku menghindar?
Satu persatu mulai berpamitan meninggalkan ruangan. Diana menghampiri Lisa memohon pertolongan.
"Tuan Andrew bisa kah saya tinggal disini menggantikan Diana, kasihan dia belum beristirahat dan makan." Lisa memohon pada Andrew.
"Tidak. Dia tinggal disini. Kamu suruh room service antarkan makanan untuk gadis ini. Steek, welldone kan? Biasa Asia suka matang." Andrew tidak mengijinkan Lisa untuk menggantikan Diana.
Ada rasa penasaran dalam benak Andrew terhadap Bartender dihadapannya ini. Ia masih ingin berbincang santai dengan Diana yang tampak begitu polos dengam senyuman yang meluluhkan hati.
Lisa akhirnya meninggalkan ruangan.
Dalam ruangan hanya ada mereka berdua . Andrew dan Diana.
💗💗💗💗💗💗💗💗💗
Hi guysss.... Bantu vote dan like nya yaaaa... trimakasih
Hari itu tentunya diawali dengan sebuah rencana. Rencana yang akhirnya tidak berjalan sesuai harapan. Suatu peristiwa yang membawa Diana pada rangkaian kehidupan yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Sebuah kisah hidup yang membuatnya semakin dewasa dan tegar.
Gladak.. teng... bum... Suara kapal bersandar, melepaskan jangkar dan menepi ke pelabuhan. Tampak kesibukan persiapan di luar maupun di dalam kapal pesiar mewah yang mampu memuat lebih dari 5000 penumpang.
Hari ini adalah hari home port, embarcation day. Artinya tepat hari dimana Kapal Pesiar akan menurunkan para tamu yang sudah selesai berlibur dan akan mengangkut tamu-tamu baru.
Tampak antrian panjang para tamu dengan identitas diri dan pasport. Ada yang tertawa riang ada yang tertunduk lesu, masih lelah karena kurang tidur semalaman menghabiskan waktu bergadang. Sebagian dari mereka berasal dari kota Miami dan yang lainnya berasal dari berbagai kota lainnya bahkan ada yang dari luar negeri.
Jam 06.00 pintu imigrasi untuk para tamu yang keluar dari kapal atau check out sudah terbuka, melaluì lorong jembatan yang menghubungkan kapal dengan gedung imigrasi disebelahnya. Tampak banyak petugas keamanan mengawal.
Sementara bagasi mereka ada di lantai bawah, kesibukan luar biasa pun terjadi. Area paling sibuk dan berat di home port adalah area loading .
Tugas mereka mengeluarkan koper- koper milik tamu-tamu yang turun dan kemudian kembali mengangkut koper-koper tamu yang baru yang akan berlibur.
Bukan hanya itu, bahan makanan berpeti- peti , Soda , minuman beralkohol, buah , souvenir, Bunga dan masih banyak lagi barang - barang yang diperlukan selama tujuh hari cruise akan bergiliran masuk kedalam tubuh kapal pesiar . Semua persiapan dilakukan dengan teliti. Semua keperluan selama seminggu tidak boleh ada yang berkurang.
Every crew hate embarkation day, because it is so exhousted.
Semua peķerja benci hari loading , karena sangat melelahkan
Tapi bagi mereka yang tidak bertugas atau yang beda tanggung jawab. Hari ini adalah hari yang menyenangkan. Hari liburrr! Meskipun libur artinya cuma tidak bekerja dalam hitungan jam saja.
Kesempatan untuk berjalan-jalan di kota M. Berbelanja, makan ataupun sekedar minum kopi dengan free wifi.
Diana mengalungkan identitas diri sebagai pegawai kapal pesiar dan bersiap untuk turun dari kapal bersama teman sekamarnya yang berasal dari negara lain.
"Ayo Clara kamu sudah siap?" tanya Diana saat dilihatnya Clara masih saja berkutat dengan peralatan make up nya.
"Sebentar." Clara memoleskan lisptik dan menyemprotkan parfum .
"Done. lets go Diana."
Dengan ceria kedua gadis tersebut melangkah keluar dari kamar mereka menuju ke arah pintu keluar kapal. Dan nampak barisan pekerja kapal sedang mengantri untuk keluar juga.
Port day selalu dinantikan oleh setiap pekerja
kapal , kesempatan untuk menjejakan kaki ke negara lain... sekedar berfoto, menelusuri wilayah baru, berbelanja dan makan dan yang terpenting refreshing.
Padahal di dalam kapal pun makanan melimpah dari salad , steek, ayam, udang , sayuran, buah, desert, sereal, kopi, susu, yougurt, ice cream, semua lengkap. hebat bukan ?
Tapi tetap aja memanjakan lidah dan perasaan sebagai seorang tamu ketika mendarat merupakan hasrat yang kuat.
Belum juga antrian sampai ke giliaran Diana dan Clara terdengar suara bar boy Mudika memanggil.
"Mbak Diana! Dicari Tuan Anthony, buruan telphone penting banget kayanya."
"Aduh! Bilang saja gak ketemu aku yaaa, please."
Diana tahu, kalau dia sampai mengontak Bar Manager nya itu, pasti dia tidak dapat menikmati off day yang cuma beberapa jam .
Kesempatan turun dari kapal dan menikmati daratan biasa cuma berlangsung dari jam 8 pagi sampai 4 sore. Dan dalam 7 hari cruise, ada 3 port day yang bisa dinikmati, 3 daerah yang berbeda .
Tidak selalu kesempatan untuk turun ada, terkadang karena benturan jadwal bekerja ataupun karena port manning atau yang berarti secara bergiliran setiap pekerja harus tetap tinggal didalam kapal, untuk alasan menjaga keamanan kapal.
Belum sempat Mudika menjawab kalimat Diana. seseorang menyentuh bahunya dari belakang,
"Akhirnya ketemu juga kamu."
Diana hanya dapat menyeringai mendengar suara berat dari Bar Manager .
"Ya boss. Mau keluar juga?" Diana berbasa-basi.
"Clara kamu pergi dulu saja dengan teman-teman lainnya. Saya perlu Diana untuk ke Executive launge." Anthony berkata sambil menarik tangan Diana menuju lift .
"Boss bukannya tugas Waraporn untuk di Executife Launge?" tanya Diana heran menyebutkan nama temen sekerjanya yang berasal dari negara Thailand.
"Waraporn sakit dan Bartender lainnya sudah ada jadwal penuh. Kamu hari ini tidak perlu bekerja di Pool Bar. Tugas mu seminggu ini menggantikan Waraporn menjadi Butler Tuan Andrew."
"Yaaa apa gak ada yang lain boss menjadi butler mr. Andrew?"
Pernah sekali Diana melihat Tuan Andrew yang merupakan CEO group kapal pesiar tempatnya bekerja, ketika Diana sedang kontrak kerja di anak cabang kapal pesiar bernama Fantastic, ketika itu kontrak ke duanya tahun lalu.
Mr. Andrew terkenal tampan, dingin sekaligus playboy, tetapi tetap baik dengan crew kapal.
"Kesempatan emas buat kamu dikenal sama bos besar," ujar Anthony. Diana akhirnya hanya diam dan mengikuti Anthony tanpa protes. Karena pada akhirnya protes pun sia-sia.
Di exexutife lounge.
"Persiapkan semuanya, di sana ada list minuman yang biasa di siapkan. Semua yang Premium. Pastikan hiasan buah segar dan gelas bersih." perintah Anthony
"Kemudian pergi ke bawah dapatkan seragam butler segera. Rias dirimu secantik dan serapi mungkin. Jangan hadir dengan wajah polos tanpa make up. Okey be ready at 4 karena Cruise director dan hotel director akan makan malam jam 6 bersama Tuan Andrew." lanjut Anthony.
Diana hanya dapat menganggukan kepala nya.
Tidak diragukan Diana merupakan pekerja yang cekatan dengan segera dia memastikan semua tersedia .
Berlari menuju cabin dan mulai mandi. Selesai mandi diana mengenakan seragam butler. Rompi hitam dan daleman kaos lengan panjang putih. Rok hitam mini yang dibalut stocking hitam tebal juga sepatu berhak tebal 3 cm.
Baru saja Diana menyemprotkan parfum kesayangannya, ketika telphone dikamar nya berdering.
"Diana speaking."
"Diana cepat jamuan makan malam dipindahkan ke Presidential suite. "
"Hah? Mendadak sekali. Dimana itu boss ?"
"Dilantai 9. Kamu akan langsung tahu begitu sampai dilantai 9. Cepat bawa troli dan perlengkapanmu. " perintah Anthony.
Segera Diana berlari kecil menuju lift ,berdesakan dengan karyawan lain Diana menuju lantai 7 executive lounge. Ia memindahkan semua minuman premium dalam troli kemudian mendorong nya menuju lift ke lantai atas.
"Bussy day huh?" sapa Hostes yang bertugas melayani mr. Andrew sang big boss.
"Yeah. Tiba -tiba sekali." timpal diana tersenyum tipis .
"Kamu menggantikan Waraporn ?"
"Iya "
"Jangan lupa minuman pembuka mr. Andrew adalah dry martini dengan extra olive juice." Hostes menjelaskan. Diana mengangguk. Masih disimpannya catatan yang diberikan Anthony.
"Mr Andrew itu sebenarnya orangnya santai walaupun tidak banyak bicara, yang merepotkan itu adalah wanita yang dibawanya atau para penari yang menemani. Tingkah mereka seperti Ratu saja," keluh hostes.
Diana hanya mengangguk-anggukan kepala mendengar penjelasan dari Hostes yang berasal dari negara Rumania. Bertubuh tinggi cantik berambut pirang.
Setibanya di Presidential suite, Diana segera menyiapkan semuanya dan dia teringat kalau semenjak siang belum mengisi perutnya dengan apapun kecuali air.
"Made, mau dong soft roll breadnya satu, lapar ini ." pinta Diana pada koki yang bertugas di Presidential suite.
"Ini buruan dimakan boss besar sebentar lagi tiba." Made memberikan roti kepada Diana
"Thanks." Dikunyah dengan cepat roti hangat dan menegak air putih. Lumayan buat mengganjal perut. Entah sampai kapan pekerjaan dengan boss besar akan selesai.
Diana tidak menyadari, hari ini lembaran baru hidup nya akan dimulai. Kehidupan penuh cinta dan air mata. Yang dia tahu saat ini adalah berharap segera menyelesaikan tugas dengan boss besar dan menikmati mie kuah di kantin karyawan
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!