'Aku Sofia. Aku adalah adik dari seorang CEO terkenal di kota Bandung. Awalnya semua baik-baik saja. Dan aku bahagia dengan kakakku dan kakak iparku. Keduanya sangat baik dan amat menyayangiku dengan tulus dan ikhlas.
Hanya saja, setelah aku berpisah cukup lama dengan keduanya, terlihatlah apa yang kakakku lakukan selama ini. Ada perubahan besar dalam dirinya. Tak bisa dikendalikan oleh kakak iparku juga. Hingga terjadilah kejadian yang tak diinginkan siapapun itu.
...Inilah kisahku!'...
...~~~...
Pulang malam hari setelah bermalam minggu di sebuah pasar malam. Sofia keluar dari mobil Reyhan dengan sangat senang. Ia dan Reyhan (kakaknya) sudah lama jadi yatim piatu. Sejak Sofia naik ke kelas 2 SMA. Sekarang ia sudah kelas 3 SMA. Dan akan menempuh ujian nasional terakhirnya.
Masuk ke rumah dengan berbekal barang-barang yang dibelinya dan yang ia dapat setelah bermain wahana di pasar malam tadi bersama kakak ipar tersayangnya, Salma. Sementara Reyhan memasukkan mobilnya ke garasi.
"Gimana, asyik nggak pasar malamnya?" tanya Salma pada adik iparnya.
"Senang dong! Namanya juga malam minggu. Pasti asyik dan serulah," jawab Sofia dengan semangat.
"Ya udah. Kamu tidur gih! Besok 'kan mau main sepeda pagi-pagi."
"Ya udah. Selamat malam, Kak! Assalamu'alaikum!"
"Ya, wa'alaikumsalam!"
Salma melepas kepergian adik iparnya dengan senyuman ikut bahagia. Ia melihat Sofia yang berlari di tangga menuju ke kamarnya di lantai atas. Bersyukur melihat adiknya itu bahagia. Amat sangat bahagia.
Sang suami masuk ke rumahnya. Inilah Reyhan, kakak kandungnya Sofia. Ia juga ikut senang melihat adiknya bahagia saat ia melihat ke atas. Adiknya masuk kamarnya dengan penuh semangat, seperti orang yang tak sabar lagi ingin pergi ke Mekkah untuk umroh sekaligus naik haji dengan gratis.
"Semangat banget dia. Sampai mau tidur pun semangat gitu. Kayak tahu bakalan mimpi indah ketemu artis favoritnya aja," kata Reyhan dengan senyuman juga.
"Yah...namanya juga remaja, Kang Reyhan. Daripada sama Ryan, belum muhrimnya. Masih mending sama kita. Buktinya dia senang banget tuh!" balas Salma.
Reyhan mengangguk. Ia pun mengajak Salma untuk segera masuk ke kamar juga. Keduanya segera mengganti pakaian mereka dengan baju khusus tidur alias piyama. Besok harus bangun pagi, agar bisa bersepeda pagi-pagi sekali. Tidak terlalu pagi, dari rumah pukul 6 dan pulang jam 8.
...***...
Besoknya, Sofia ke garasi rumah untuk mengambil sepeda kesayangannya. Itu sepeda kenangan dari kedua orang tuanya sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke-12 sewaktu masih SD kelas 6 lalu.
Sofia segera berseru, "Kak Reyhan! Ayo cepat! Nggak sabar lagi nih!"
"Iya sebentar, Sof!" balas Reyhan sambil memakai jaketnya.
Sofia yang sudah menunggu di luar rumah, segera mengayuh sepedanya saat dilihat Reyhan dan Salma sudah keluar dengan sepeda masing-masing.
Mereka mengayuh keliling daerah komplek perumahan mereka. Mereka juga melewati lapangan yang biasanya dipakai anak-anak komplek untuk bermain voli, basket atau futsal. Ada jaring pembatas untuk bermain volinya. Juga dua ring basket serta gawang yang berdiri di ujung lapangan berjajar.
Setelah melewati lapangan, mereka melewati sebuah rumah yang bagus, tapi tidak terlalu mewah. Memang bertingkat, namun kecil. Tidak seluas rumahnya Sofia dan kakaknya. Akan tetapi, rumah itu sudah bertahun-tahun kosong. Masih belum ada yang mau menghuninya.
Saking dibiarkannya terbengkalai, rumah itu terlihat kotor dan sangat kumuh. Debu dimana-mana, dan banyak juga rumput liar. Di halaman depannya, ada sebuah pohon yang cukup tinggi dan rindang.
Entah kenapa Sofia, Reyhan dan Salma berhenti di depan rumah itu. Rasanya, seperti ada yang menarik perhatian mereka untuk berhenti, seperti penumpang yang memberhentikan kendaraan umum seperti angkot, taksi atau bus di halte.
Sofia jadi ingin masuk ke dalamnya. Namun, ia dicegah dengan segera oleh Reyhan. Dengan memakai alasan, bahwa di rumah itu bisa saja menjadi sarangnya makhluk halus, alias hantu.
"Udahlah! Nggak usah di lihatin terus, Sof! Kita lanjutin aja sepedanya, sambil cari sarapan," Reyhan menambahkan lagi.
Sofia pun menuruti kakaknya. Ia kembali mengayuh sepeda. Walaupun matanya masih terasa ingin sekali ke rumah itu. Entah kenapa mata dan hatinya tak hanya ingin lihat dari luar. Tapi juga maunya sampai masuk ke dalam rumah itu.
...***...
Reyhan, Salma dan Sofia pun pulang. Mereka sudah sarapan pagi dengan bubur ayam yang mereka beli tadi. Mereka pun mengungkapkan salam masuk ke rumah. Terdengar suara Mbok Zizah menjawab salam mereka bertiga.
Sofia melihat Mbok Zizah sedang mencuci piring. Ia pun menuju ke kamarnya untuk bersiap mandi. Namun sayangnya, badannya masih berkeringat. Jadi ia menunggu sampai keringatnya mengering, sambil bermain ponsel dan bersandar ke tembok di kamarnya.
Setelah menunggu sekitar 3 hingga 5 menit, Sofia segera mengambil baju handuknya dan bergegas ke kamar mandi. Ia mandi dan menyikat giginya. Barulah setelah itu, ia keluar kamar mandi dan kembali ke kamarnya dan mencari-cari baju main yang tertutup di dalam lemari.
Setelah ditemukan, ia mengeluarkannya dengan celana panjangnya juga dan menyiapkan pakaian dalam juga. Kemudian memakaikannya dengan sedikit cepat.
...^^^...
Setelah memakai baju, Sofia mendengar suara ponselnya berdering. Ada panggilan masuk. Saat dilihat, ternyata dari Ryan. Sofia menjawab telepon itu. Dengan senangnya ia dan Ryan mengobrol panjang kali lebar, seperti sedang mencari luas persegi panjang.
Ryan dan Sofia sudah menjadi sepasang kekasih sejak pertama kali bertemu di sekolah SMA itu. Ya, mereka sudah jadian sejak kelas 10. Ryan orang yang baik dan sopan santun pada siapapun, termasuk pada wanita. Ia memang nakal seperti lelaki lainnya di jaman sekarang. Bagusnya, ia hanya suka iseng biasa pada Sofia. Hobi jeleknya pun hanya merokok.
Selain itu, Ryan juga menghargai apa yang Sofia inginkan. Yaitu, cowok itu tak boleh memakai anting, gelang, kalung, atau bertato. Ryan memang tak suka semua itu. Itulah titik yang diinginkan Sofia, setelah ia mendapatkan pengalaman memiliki kekasih yang super nakal sewaktu SMP dulu.
Masa lalu, biarlah berlalu. Dan Sofia sudah biasa jika mengingat semua itu. Karena ia sudah mendapatkan pengganti yang baru.
Akan tetapi, Sofia malah mendapatkan kisah yang menyedihkan. Ryan dikabarkan harus ikut keluarganya ke Jakarta. Ayahnya ada dinas kerja disana, dan semua keluarganya harus ikut, termasuk Ryan.
Artinya, sampai lulus nanti, Sofia dan Ryan tak akan pernah bertemu lagi. Ya, keduanya berpisah. Walau masih satu pulau, hanya beda provinsi saja. Sofia masih di Jawa Barat, sedangkan Ryan sudah di DKI Jakarta.
"Kamu nggak bisa ditinggal sendiri?" tanya Sofia dengan wajah yang semakin sedih.
"Nggak bisa. Aku emang nggak mau ikut. Sebenarnya aku dipaksa," jawab Ryan lirih.
Entah disadari atau tidak, kedua mata Sofia meneteskan air mata tangis. Berlarian dua tetes di pipi kanan dan kirinya.
Sofia akan merasa sendirian 2 hari lagi. Kepergian Ryan ke dunia Jakarta akan dilakukan 2 hari lagi. Sungguh sedih tentunya. Niatnya juga Ryan tak ingin meninggalkan Sofia. Tapi mau bagaimana lagi. Ia dipaksa, dan kalau tidak ikut, bisa-bisa ia ikut nominasi anak durhaka di Indonesia. Atau bahkan dunia.
Ryan bisa merasakan kesedihan Sofia di seberang sana. Ia menyabarkan Sofia, "Tenang aja! Kita 'kan udah kelas 3, nanti juga aku pasti udah pulang abis UN."
Mendengar itu, Sofia jadi sedikit melega. Ia menghapus air matanya dengan cepat dan bertanya untuk memastikan, "Benar, kamu akan pulang abis UN?"
"Insya Allah, aku akan pulang. Tunggu aja kepulangan aku."
"Iya. Aku akan senantiasa menunggu kepulangan kamu ke kota kembang ini."
"Ya. Kamu nggak akan jadi Siti Nurbaya kok. Aku jamin. Aku pulang, kamu akan jadi calon istriku."
Sofia tersenyum kecil mendengar kalimat itu. Ia dan Ryan pun saling berpamitan di telepon. Dan keduanya mengucap kalimat salam penutup.
Setelah mengobrol dengan Ryan, Sofia kembali sedih. Ia akan merasa sangat sedih. Karena dia punya teman yang tak terlalu banyak. Tapi itu membuatnya merasa cukup senang. Hanya saja, baginya jika Ryan tak ada, ia merasa masih ada yang kurang.
...***...
Malam harinya, Sofia makan dengan sangat lambat. Ia mengunyah, menelan, dan membatu lagi. Begitulah seterusnya. Padahal, makan malam kali ini makanan sayuran kesukaannya, kare. Tapi, tak seperti biasanya ia begini. Biasanya kalau makan makanan kesukaannya, Sofia makan dengan sangat lahap dan ekstra cepat.
Melihat adik iparnya tak nafsu makan, Salma bertanya, "Kenapa sayang? Karenya nggak enak, ya?"
Sofia jadi sedikit terkejut mendengarnya. Ia pun menjawab dengan suara yang cukup lemas, "Bukan itu, Kak. Cuman, sedikit nggak nafsu makan aja."
"Belum lapar?" tambah Reyhan bertanya juga.
Mendengar pertanyaan kakaknya itu, Sofia menjawab dengan anggukan dan berkata, "Iya. Aku belum lapar."
"Ya udah, makannya abis sholat isya' kalau gitu."
"Nggak deh. Udah terlanjur aku makan lima sendok ini."
Reyhan dan Salma saling beradu pandang. Reyhan pun menghela nafas dan menggelengkan kepalanya sambil kembali melanjutkan makannya.
Sofia melanjutkan makannya, walaupun dengan sangat lama. Tapi akhirnya habis juga makan malamnya. Ia pun mengantarkan piringnya ke dapur sendiri. Dan ia sendiri yang mencucinya. Karena terlihat Bi Zizah sedang mencuci baju dengan mesin cuci. Setelah itu beliau harus menyetrika baju yang telah dijemurnya tadi siang.
Saat akan kembali ke atas, Sofia melihat ada Salma sedang menonton TV. Ia pun mendekati Salma dengan perasaan sedikit gugup. Padahal, niatnya mau curhat tentang dirinya yang akan ditinggalkan Ryan sampai waktu UN selesai nanti.
Sofia pun mendekati Salma dan bertanya lebih dulu ketika sudah berada di dekat wanita berhijab itu, "Kak Salma! Mmm...Sofia mau...curhat sebentar boleh?"
Salma memandang adik iparnya dengan senyuman dan anggukkan kepala. Sofia pun duduk di sebelah kiri Salma. Setelah diam selama beberapa detik, Sofia menceritakan semuanya. Ia ceritakan secara detail dari A sampai Z.
Setelah bercerita, Salma pun memberikan tanggapan, "Ya kamu relakan aja dia pergi. Lagian, Ryan sendiri bilang kalau dia bakalan balik setelah UN nanti, 'kan?!"
"Iya. Tapi, nanti Sofia ngerasa kekurangan teman. Bukan teman, tapi ini kekasih," tegas Sofia.
"Iya, Kakak ngerti. Tapi kamu harus dewasalah. Kamu nggak sendirian. Kamu 'kan ada teman di rumah, sama teman kamu yang lainnya di sekolah."
Sofia mengerti apa yang Salma maksud. Dan ia pun menerima itu. Pasti sudah yang terbaik untuk hal ini. Sofia pun berterima kasih dan menuju ke lantai atas lagi untuk kembali ke kamarnya.
Sesampainya di kamar, Sofia melihat foto dirinya dengan Ryan yang dipajangnya di pigura yang ia gantung di dinding kamarnya. Melihat foto itu, Sofia mulai tersenyum lebar lagi.
Ia ambil pigura itu dan berkata, "Tak apa kamu pergi jauh. Ada foto ini, bisa dijadikan pengganti kamu di sisiku selama kamu pergi jauh."
...^^^...
Setelah tahu masalahnya Sofia lewat Salma, Reyhan jadi kasihan juga pada adiknya. Ia ingin bisa membuat adiknya itu bahagia. Akan tetapi, justru tidak mudah.
Meskipun kepergian Ryan masih lama, namun ini sudah membuat Sofia seperti orang yang tak punya semangat hidup. Status mereka padahal masih kekasih, belum suami-istri. Tapi sedih kehilangan ini malah seperti sepasang suami-istri yang sudah lama menikah, belum punya anak, tapi harus berpisah sementara waktu karena sang suami pergi untuk dinas kerja bersama para kerabat kerjanya.
Reyhan pun meminta bantuan pada para sahabat kantornya. CEO yang dapat peran jadi anak pertama di keluarganya itu meminta agar teman-temannya yang juga teman-teman kuliahnya dulu itu membantu cara untuk membuat anak seusia Sofia jadi semangat lagi.
...***...
Di kantornya, Reyhan di ajak makan siang oleh Gio. Tak hanya Gio, ada juga sahabatnya Reyhan yang juga pernah satu kampus dengannya. Seperti Derry dan Dewa. Memang mereka bertiga ini sangat baik dan setia kawan satu sama lain.
Akan tetapi, ada hobi yang sangat buruk dari ketiganya. Yang paling parah Gio. Ia yang membuat Derry dan Dewa juga jadi ikut melakukan perbuatan dosa besar. Yaitu pergi ke diskotik, merayu perempuan sambil mabuk-mabukan dan membawa mereka ke hotel untuk bermalaman. Walaupun belum menikah, namun sifat playboy dalam dirinya malah semakin menjadi, mendapati 3 sahabatnya sudah menikah. Bahkan ada yang sudah punya anak 2 seperti Dewa.
Saat makan siang, keempatnya bersulang gelas tinggi yang berisikan minuman kopi istimewa, seperti es kopi putih dan kopi latte biasa. Namun tidak untuk Gio. Terkadang ia meminum khamr itu di kantornya juga.
Hanya saja, ketika Gio sudah mulai mabuk, tingkahnya itu malah dijadikan bahan lelucon teman-temannya. Ini berbeda dengan Derry dan Dewa, yang masih lebih lumayan. Keduanya tak pernah mabuk di kantor, hanya di diskotik saja.
"Maklumin ajalah, Bung! Namanya juga anak jaman now," kata Dewa setelah tahu masalahnya Reyhan.
"Yey, jangan gitulah, Brow! Kalau dimaklumin, aku dosa besarlah ngebiarin adik kayak gitu," balas Reyhan. Kemudian menyedot kopi latte-nya sedikit-sedikit.
Gio malah tertawa kecil sambil menyedot sedikit es kopi putihnya dan berkata, "Halaaah, sok suci kamu, Rey! Jaman now gini ya, anak-anak sekolah kayak adek kamu itu bukan ngejar ilmu yang bermanfaat ke sekolah. Tapi malah buat nyari pacar. Bener, nggak?!"
"Briliant, Brow! Bener apa yang dibilang Gio. Biarin ajalah adek kamu kayak gitu. Apalagi, kamu bilang dia malah curhatnya sama istri kamu," balas Derry.
"Bukan sok suci! Tapi nggak ada salahnya 'kan kalau kita kasih tahu yang baik-baik ke orang lain!?"
Ketiganya terdiam mendengar kata-kata itu. Tapi, tiba-tiba ada ide dari Gio untuk Reyhan. Hanya saja dengan suara berbisik. Katanya, Reyhan lebih baik ikut dirinya ke sebuah tempat besok. Karena besok hari Sabtu.
"Parah kamu! Aku minta solusi, bukan minta tempat," balas Reyhan sedikit geram.
"Ikh, ini bisa jadi tempat yang asyik justru. Biar bisa dapat solusinya dengan tepat," balas Gio.
Reyhan tak terlalu mengerti. Tapi, akhirnya ia mau menuruti apa yang Gio mau. Ia dan yang lainnya pun lanjut meminum kopi masing-masing.
Memang bagi Reyhan ini jadi tempat yang membuatnya penasaran. Ia tak terlalu mengerti tempat apakah yang Gio maksud. Namun bagi Derry dan Dewa, bukanlah tempat asing bagi mereka. Mereka mengerti tempat apa yang Gio maksud.
...***...
Di sekolahnya Sofia...
Sofia curhat dengan teman-teman sekelasnya. Solusinya sama dengan apa yang Salma utarakan kemarin malam. Jadi mau/tak mau, Sofia harus menerimanya.
...^^^...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!