NovelToon NovelToon

CINTA Dan PENGKHIANATAN

PINDAH DIMENSI

Malam ini langit sangat berisik, suara gemuruh terus saja menggelegar disertai dengan cahaya terang yang seolah - olah membelah langit terus saja terlihat.

Membuat siapapun yang melihatnya akan langsung bergidik ngeri, tapi tidak dengan Aurela yang baru saja mandi dan menonton fenomena alam tersebut seakan menatap film layar lebar, cukup tenang dengan wajah datar.

“ Apa itu ?...”, guman Aurela sambil memincingkan matanya saat sepintas dari balik kilat yang memancar hebat dilangit dia melihat sesosok naga dengan mata merah menyala menatap nyalang kepadanya.

Diapun mulai mengusap kedua matanya untuk memastikan apa yang baru saja dilihatnya itu adalah fakta. Cukup lama Aurela memandang kearah langit, namun sosok naga tersebut sudah tidak terlihat lagi.

“ Ahhh...mungkin hanya hanyalanku saja…”, ucap Aurela sambil mengangkat kedua bahunya acuh.

Diapun segera berjalan menuju kedalam kamarnya untuk berganti pakaian, kemudian berjalan menuju dapur mengambil camilan yang ada di almari.

Hujan deras yang membasahi bumi disertai dengan angin kencang membuat para pengguna jalan lebih berhati – hati dalam melajukan kendaraannya.

Cuaca diluar ruangan seakan mewakili hati Aurela saat ini, cukup dingin dan hampa, tanpa siapapun yang mengisinya.

Sebagai wanita yang sukses dalam karir dan memiliki finansial yang mapan diusia muda nyatanya tak mampu menutupi rasa hampa dan kosong yang ada dalam hati Aurela saat ini.

Hidup sebagai  anak yatim piatu yang ditinggal mati oleh kedua orang tuanya dalam kecelakaan saat usianya baru menginjak delapan tahun membuat Aurela menjadi pribadi yang mandiri dan tertutup.

Akibat kematian kedua orang tuanya yang mendadak dan usianya yang masih sangat kecil membuat perusahaan yang diwariskan kepadanya terpaksa dikelola oleh paman dan bibinya yang merupakan saudara kandung Aurela yang masih tersisa.

Paman Aurela yang suka judi dan bermain perempuan membuat perusahaan peninggalan orang tua Aurela tidak mampu dikelola dengan baik dan lambat laun mulai mengalami kemerosotan hingga akhirnya mengalami kebangkrutan.

Belum lagi sang bibi yang mempunyai hobi foya – foya dan selalu membeli barang - barang branded demi memenuhi standart hidupnya yang sangat tinggi membuat hutang sang paman semakin menggunung.

Rumah mewah peninggalan orang tua, perusahaan beserta asset lainnya terpaksa harus disita oleh pihak bank karena paman Aurela tidak mampu membayar semua pinjaman dan hutang yang melilitnya.

Tidak memiliki uang dan tempat tinggal membuat paman dan bibi Aurela terpaksa ikut temannya yang tinggal diluar negeri sebagai pembantu dan sopir.

Sedangkan Aurela yang masih bersekolah terpaksa harus menetap dan bertahan hidup dengan  tabungan dan perhiasan peninggalan orang tuanya yang berhasil diamankannya sebelum rumah beserta isinya disita pihak bank.

Karena uang yang dimilikinya sangat terbatas dan dia juga masih harus bertahan untuk hidup, Aurelapun hanya bisa mengontrak rumah yang sangat kecil sebagai tempatnya berteduh.

Untuk menyambung hidupnya, Aurela kecil membantu ibu pemilik rumah kontarkan yang memiliki warung makan tidak jauh dari tempatnya tinggal sebagai tukang cuci piring, karena usianya yang masih sangat kecil sehingga tak bisa menjadikan dia sebagai pelayan disana.

Sedangkan untuk studinya, Aurela mengandalkan beasiswa dari sekolahan, mengingat dia adalah gadis yang cerdas jadi ada donatur yang membiayai pendidikannya hingga lulus kuliah.

Dan untuk membalas budi pada orang yang telah membiayai pendidikannya, Aurela pun bekerja diperusahaannya.

Aurela yang cerdas dan pekerja keras membuat perusahaan tak ragu untuk mempromosikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

Bahkan karena kinerjanya yang sangat bagus, perusahaan sudah mempromosikannya sebagai kepala cabang diusianya yang baru menginjak dua puluh tiga tahun.

Karena selama ini sibuk belajar dan bekerja, Aurela seperti kehilangan masa mudanya begitu saja. Dia tidak pernah merasakan bagaimana rasanya bersenang – senang seperti anak muda seusianya, bahkan untuk pacaranpun dia tidak memiliki waktu.

Seperti malam ini, Aurela selalu menghabiskan libur akhir pekannya di dalam apartemen sambil membaca novel yang telah dibelinya.

Kadang dia juga membaca novel online jika novel cetak tidak ada yang menarik baginya. Sambil memakan camilan, Aurela pun segera membongkar keranjang belanjaannya dan mulai mengeluarkan beberapa novel yang tadi dibelinya ditoko buku langganannya.

Ada beberapa novel keluaran terbaru yang cukup menarik pandangannya hingga akhirnya dia beli untuk menghabiskan liburan akhir pekan kali ini sebelum dia kembali memulai rutinitasnya kembali pada hari senin.

“ Apa ini ?...aku tidak merasa membelinya ?...”, ucap Aurela penasaran.

Diapun membolak – balikkan novel yang berjudul CINTA DAN PENGKHIANATANyang ditulis dengan aksara cina kuno yang ada ditangannya.

Aurela yang cerdas dan selalu mengupgrade dirinya saat ini sudah menguasai sepuluh bahasa asing baik itu secara aktiv maupun pasif, termasuk bahasa cina dan mandarin karena kegemarannya terhadap drama dan novel dari dua negara tersebut.

Untuk itu dia tidak kesulitan membaca novel yang sebagian besar menggunakan aksara cina kuno, yang bagi sebagian orang mungkin sulit untuk dipahami, namun tidak dengan Aurela.

Cukup lama  Aurela membolak – balikkan novel yang ada ditangannya beberapa kali sambil membaca kata – kata yang tertulis dalam sampul novel itu.

Untuk memuaskan rasa penasaran yang singah dalam hatinya, Aurelapun perlahan mulai membukan novel itu dan menjelajahi isinya.

Aurela  kembali dibuat terkejut  saat melihat kertas yang ada dalam novel sudah berwarna kuning dan berbau apek, seperti buku yang sudah sangat lama tak tersentuh.

“ Jika dilihat dari penampakannya, ini seperti buku lama. Tapi kenapa bisa ada dikantong belanjaanku…”, guman Aurela binggung.

Karena seingat dirinya, saat membayar buku dikasir, tidak ada orang lain didepan ataupun dibelakangnya karena hari sudah malam dan toko sudah hampir tutup sehingga menyisahkan hanya dirinya waktu itu.

“ Tidak ada juga dinota..…”, ucap Aurela sambil mengkerutkan keningnya cukup dalam.

Aurela masih menatap nota yang ada ditangannya untuk menebak dari mana buku itu berasal karena tidak  tertulis disana.

“ Ah, besok aku akan kembali  ke toko buku itu dan coba menanyakannya, siapa tahu ini adalah buku penting yang tidak sengaja masuk kedalam kantong belanjaanku…”, ucap Aurela memutuskan.

Karena cukup penasaran dengan judul dan cover yang ada disampul depan, Aurelapun segera membuka buku tersebut sambil mengernyitkan hidungnya saat bau apek dalam buku menguar.

Sambil terbatuk – batuk diapun mulai membaca novel tersebut karena rasa penasaran yang cukup tinggi akan isinya.

Halaman demi halaman dia baca dengan cepat  sambil tangannya terus saja memasukkan camilan yang ada disampingnya kedalam mulutnya.

Berbagai macam ekspresi ditunjukkan oleh Aurela waktu membaca buku yang ada ditangannya. mulai dari tersenyum, marah, ataupun mencibir para pemeran yang ada dalam novel tersebut.

Kebiasaan yang tidak bisa hilang dalam dirinya waktu membaca sebuah novel dia akan langsung berkomentar jika apa yang dibacanya itu tak sesuai dengan hatinya.

Karena terlalu asyik, tak terasa dia sudah membaca hingga bab sepuluh buku tersebut. Sebelum melanjutkan membaca, Aurela melangkah menuju dapur untuk mengambil air minum karena tenggorokannya sedikit gatal akibat terlalu banyak memakan camilan.

“ Kira – kira endingnya gimana ya…”, ucap Aurela penasaran.

Diapun kembali membaca daftar isi dan melihat dua bab terakhir yang bisa menggambarkan bagaimana ending novel tersebut.

“ Ending yang buruk. Aku pikir dia akan balas dendam dan hidup dengan baik , nyatanya malah mati mengenaskan …”, ucap Aurela kecewa.

Karena sudah mengetahui ending cerita tersebut, Aurelapun segera meletakkan kembali novel tersebut diatas meja dan mulai mengambil ponselnya yang tergeletak diatas sofa.

Sedetik kemudian, jari – jari lentikknya mulai menari diatas layar ponselnya, berselanjar di dunia maya  sambil merebahkan diri diatas sofa.

Karena terlalu asyik bermain ponsel, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul satu pagi. Aurela yang malas untuk pindah kedalam kamar akhirnya memejamkan kedua matanya menuju alam mimpi.

Baru saja dia terlelap dia melihat ada seorang gadis menggunakan gaun pengantin cina kuno berwarna merah menarik tangannya dan membawanya masuk kedalam arus putaran yang membuat kepalanya pusing.

“ Achhh !!!....”, teriak Aurela begitu pusaran itu menyedot tubuhnya.

Saat Aurela terbangun, dia merasa wajahnya tertutup sebuah kain berwarna merah. Setelah diamati, dapat Aurela lihat dengan jelas pada kain merah yang dipakainya itu ada sulaman dengan benang emas bergambar bebek mandarin yang melambangkan  kesetiaan dan hanya memiliki satu pasangan dalam hidupnya.

Mutiara munggil yang menempel dikerudung kepalanya terlihat bergoyang – goyang seiring dengan pergerakan yang dilakukannya.

Aroma bunga mawar basah yang lembut sangat kental terasa diudara, menciptakan suasana yang menenangkan didalam ruangan.

“ Kenapa aku berpakaian seperti ini ?...”, batin Aurela penasaran.

Aurela mengangkat kerudung merahnya sedikit dan mengarahkan tatapan tajam ke seluruh penjuru ruangan yang dominan berwarna merah dengan beberapa aksen emas disana, menambah kesan mewah dalam ruangan tersebut.

" Ini Dimana ?...bukankah tadi aku tertidur diatas sofa ?...", guman Aurela semakin binggung.

Karena seingat dirinya, terakhir kali setelah bermain ponsel Aurela tertidur diatas sofa karena malas untuk pindah kedalam kamar.

Aurelapun mulai menutup matanya dan waktu membuka mata dia berharap semua yang tadi dia lihat hanyalah mimpi.

Tapi, saat kedua matanya kembali terbuka, dia masih mendapati hal yang sama seperti pertama kali dia tersadar, ruangan yang dominan warna merah dan emas.

" Oh iya...dimana gadis itu ?...",Aurela terus saja berguman sambil mencari sosok gadis yang menariknya kedalam pusaran sebelum dirinya terdampar di tempat asing ini.

Berbagai macam sudut ruangan sudah dia jajaki, namun sosok gadis yang dicarinya tidak kunjung juga ditemukan. Aurela menghembuskan nafas dengan kasar sambil kembali duduk ditepi ranjang sambil menatap sekelilingnya.

“ Ini seperti kamar pengantin…”,  Aurela kembali berguman sambil mengingat drama cina  yang sering dilihatnya menggambarkan hal serupa.

Dia menelisik setiap sudut ruangan tersebut tanpa meninggalkan sesuatu pun yang luput dari penglihatannya dengan cermat.

Diatas meja dapat dia lihat ada sepasang lilin pernikahan berwarna merah sebesar lengan anak, menyala disana dengan sekeranjang telur yang juga berwarna merah yang ada disisi sebelah kanannya.

Dia juga dapat melihat layar dekoratif yang terbuat dari gaharu dengan ukiran empat musim berdiri kokoh disamping meja.

Bahkan dalam layar dekoratif tersebut dapat dia lihat ada potongan persegi batu giok lantian masing – masing dengan ukuran yang sama, bertahta dilayarnya.

“ Tunggu !!!  ini…”, Aurela merasa de javu.

Diapun mulai mengingat kembali dimana dia melihat ruangan yang sama persis seperti yang ada dihadapannya ini.

“ Tidak mungkin !!!…”, batin Aurela tercenggang.

Semua yang Aurela lihat saat ini sama persis dengan apa yang digambarkan dalam novel asing yang ditulis dalam bahasa cina kuno yang masuk kedalam tas belanjaannya secara misterius itu.

Aurela kembali tercenggang waktu tanpa sengaja dirinya menatap pantulan wajahnya disebuah cermin kecil yang ada disamping ranjangnya dan mengambilnya untuk memastikan apa yang baru saja dilihatnya adalah benar - benar wajahnya.

“ Kenapa…kenapa wajahku jadi begini ?...”, Aurela mengusap wajahnya tak percaya.

Meski wajah yang ada dihadapannya ini lebih cantik dari wajah aslinya, namun hal itu nyatanya tak membuat Aurela bahagia.

“ Aww…sakit…”, ucap Aurela begitu pipinya dia cubit.

“ Ini nyata…bukan mimpi…”, Aurela kembali berucap sambil terus menatap wajah cantik yang ada dihadapannya.

Dapat dia lihat dengan jelas bahwa gadis yang terpantul dicermin usianya masih belia dengan kulit seputih porselen, hidung mancung dan kedua alis yang melengkung sempurna tanpa adanya tambahan pensil alis seperti yang biasa dia gunakan.

Matanya yang seperti almond dengan manic coklat tua yang hangat dan menenangkan. Bibir munggil merah alami seperti buah ceri yang baru saja matang membuatnya terlihat semakin sempurna.

“ Tubuhnya juga proporsional, tidak terlalu gemuk dan juga tidak terlalu kurus. Sempurna….”, guman Aurela bangga.

Hal itu berbeda dengan kondisi tubuh aslinya yang sangat kurus meski wajahnya juga tak kalah cantik dengan tubuh yang ditempatinya saat ini.

“ Tunggu…jangan bilang aku keseret masuk kedalam novel yang baru saja kubaca…”, guman Aurela sedikit syok menyadari fakta tersebut.

Jika hal itu benar, lalu bagaimana caranya dia bisa kembali. Mengingat hari senin besok dia harus bertemu investor asing yang akan segera mengucurkan dana milliaran dollar untuk proyek terbarunya.

Aurela yang masih syok terlihat memutar bola matanya dengan cepat, berusaha berpikir dengan cepat bagaimana caranya dia bisa kembali kedunia asalnya sebelum hari senin.

“ Aku tidak boleh terjebak disini. Aku harus mencari cara untuk bisa kembali…”, guman Aurela cemas.

Diapun mulai berjalan mondar – mandir sambil menggigit kuku tangannya sambil sesekali mengoceh tak jelas.

" Tidak !!!...aku tak boleh kehilangan uang itu.....", gumannya cemas.

PERNIKAHAN

Aurela yang masih syok dan belum menerima kenyataan yang ada terlihat duduk ditepi ranjang dengan pikiran kosong.

Dia seketika bergidik ngeri waktu mengingat berbagai macam novel yang pernah dibacanya bahwa hampir sebagian orang yang sudah bertransmigrasi kedalam novel ataupun dunia lain kemungkinan besar tidak akan kembali lagi.

Jikapun bisa kembali, kemungkinan besar dunianya sudah tidak sama lagi. Dan mukjizat itu hanya bisa dia dapatkan jika Tuhan masih baik hati terhadapnya.

" Jadi, kemungkinan besar aku akan menetap disini...", guman Aurela lemas.

Jika tidak bisa kembali kedunia asalnya, maka Aurela bertekad akan hidup dengan baik dan tidak akan membiarkan dirinya mati mengenaskan seperti apa yang terjadi pada tokoh Fan Jianying dalam cerita yang ada di novel.

Agar dirinya bisa tetap hidup, Aurelapun berusaha untuk menginggat – inggat kembali alur cerita dari novel yang baru dibacanya sebagian itu.

“ Tunggu…jika aku benar – benar masuk kedalam novel dan menjadi Fang Jianying, maka sekarang adalah hari pernikahanku dengan Bai Cheung…”, ucap Aurela sambil menelusuri pakaian pengantin yang dipakainya saat ini.

“ Oh…kenapa aku masuk pada saat hari pernikahan. Jika sebelum ini, maka aku bisa menolak pernikahan ini dan mulai mencari cinta sejatiku…”, guman Aurela sedikit kecewa dengan nasibnya.

Tapi karena nasib sudah digariskan dan dirinya sudah menjadi Fang Jianying, maka diapun tidak bisa lari ataupun melarikan diri dari sini.

Selain akan mempermalukan nama keluarga besar Fang, penjagaan di kediaman keluarga Bai juga terbilang cukup ketat.

Yang bisa dilakukannya sekarang hanyalah merubah nasib dari si tokoh utama wanita yang akhirnya mati mengenaskan karena masuk kedalam jebakan para tokoh antagonis dan suami yang sangat membencinya.

“ Karena sekarang aku yang menjadi Fan Jianying maka aku akan menjadi kuat dan hidup damai meski  Bai Cheung sangat membenciku…”, guman Aurela sambil tersenyum lebar.

Dia bertekad akan menjadi Fang Jianying yang baru dan menjadi istri yang baik untuk suami dan keluarganya, meski Bai Cheung sama sekali tak menganggapnya.

“ Aku tidak perduli dia cinta atau tidak denganku…yang jelas aku akan menikmati kehidupan mewahku disini. Ya…anggap saja ini sebagai liburan akhir tahunku…”, ucap  Aurela menghibur diri.

Jika mengingat alur novel yang sempat terbaca olehnya, meski sang suami tidak mencintai istrinya namun keluarga besar Bai sangat menyayanginya.

Jika dulu Fan Jianying hanya terfokus untuk mendapatkan cinta suaminya hingga dia sangat menderita dan mengabaikan perhatian dan kasih sayang keluarga yang lain.

Maka sekarang Aurela akan mengubah semuanya. Dia akan menerima semua perhatian keluarga besar Bai ini dengan tangan terbuka lebar dan tak akan menyakiti diri sendiri demi mengejar cinta yang tak terbalas.

Aurela ingin merasakan kembali kehangatan sebuah keluarga yang sempat hilang setelah kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan pada saat usianya masih sangat kecil.

Namun, sayangnya Aurela hanya membaca sebagian isi dari buku tersebut dimana dia hanya membaca sepuluh bab awal dan dua bab terakhir saja.

Melewatkan bab yang ada ditengah – tengah novel karena dia ingin tahu ending apa yang akan terjadi pada pemeran utama dalam novel tersebut.

Kebiasaan yang buruk dan akhirnya menyeretnya kedalam dunia asing yang hanya dia tahu sebagian dari ceritanya saja.

Saat Aurela sibuk dengan pemikirannya sendiri, dari luar terdengar suara langkah kaki berjalan mendekat kearah ruangan tempat dia berada.

Aurelapun buru – buru menurunkan kerudung merah yang dikenakannya dan memperbaiki postur tubuhnya  kemudian kembali duduk disamping ranjang dengan tubuh tegak.

Tak lama kemudian dua orang pelayan perempuan masuk kedalam ruangan dan membungkuk hormat serta memberi salam kepadanya.

“ Nona kedua, petugas pengantin dan tuan muda ketiga ada disini..”, ucap Dayu menginformasikan.

Dayu adalah  pelayan yang telah menemani Fan Jianying sejak kecil dan sudah dianggap gadis itu sebagai kakaknya dan ikut masuk kedalam keluarga besar Bai agar bisa tetap melayani nona mudanya itu.

Sedangkan pelayan yang satunya adalah Gaeng,  pelayan senior keluarga Bai yang ditugaskan untuk melayani semua kebutuhan Fan Jianying setelah resmi menyandang status sebagai istri dari tuan muda ketiga Bai.

Dayu dan Gaeng dengan cepat merapikan gaun pengantin yang dikenakan oleh Aurela sebelum dia berdiri untuk menyambut petugas pengantin dan suaminya.

“ Terimakasih…”, ucap Aurela begitu sang pelayan selesai merapikan pakaian pengantin yang dikenakannya.

“ Ini sudah menjadi tugas saya nona…”, ucap pelayan senior Gaeng membungkuk hormat.

Pelayan senior Gaeng yang mendengar ucapan terimakasih dari mulut Fan Jianying tersenyum bahagia. Selama ini dia tidak pernah mendapatkan ucapan seperti itu karena menggurus majikannya sudah menjadi tugasnya.

Hati Aurela berdebar dengan sangat kencang hingga dia memegangi dadanya agar suara detak jantungnya tidak sampai terdengar dua pelayan yang berdiri dibelakangnya.

Meski tubuh ini bukanlah miliknya, namun Aurela yang belum pernah sekalipun pacaran tiba - tiba harus menikah tentu saja tidak bisa menutupi rasa gugupnya.

Karena sangat gugup, Aurela bahkan merasa jika hatinya akan melompat keluar karena tidak kuat menahan rasa gugup yang semakin kuat melanda.

“ Kenapa aku snagat gugup begini....padahal, saat presentasi dihadapan investor dan para pemegang saham tidak segugup ini…”, batin Aurela sambil meremas jemarinya yang terasa sangat dingin.

Pernikahan, adalah hal yang sakral dan selama ini tidak pernah sekalipun terbesit dalam kepalanya untuk segera melangsungkannya.

Meski bukan dirinya yang menikah, namun karena jiwanya berada dalam raga Fan JIanying, maka secara tidak langsung dirinya lah yang melaksanakan acara sakral  yang akan mengikatnya dengan seseorang sampai akhir hidupnya.

Saat pintu terbuka, terdengar beberapa orang laki – laki memberikan ucapan selamat kepadanya. Kata – kata yang mereka ucapkan terlihat sangat jelas jika ditujukan untuk menggoda sang suami dan terdengar sangat riuh.

Dalam sekejap, kedamaian dalam ruangan itu dipecahkan oleh suara bising dari tamu yang masuk kedalam kamar pengantin secara berbarengan.

“ Adik ketiga, cepat lepas kerudung pengantin itu dan mari kita lihat keindahan macam apa adik ipar kita…”, ucap tuan muda pertama Bai menggoda sang adik.

“ Itu benar adik, kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi…”, ucap tuan muda kedua Bai menimpali godaan sang kakak.

Namun, Bai Cheung yang digoda sama sekali tak bersuara dan tidak menunjukkan ekspresi apapun diwajahnya, hingga membuat kedua kakaknya merasa sedikit kesal akan hal itu.

Tak lama kemudian, salah satu petugas pengantin mengambil tongkat emas dari nampan yang dipegang pelayan yang berada disampingnya dan mulai maju menuju pengantin laki – laki.

“Tuan muda ketiga, tolong buka penutup kepala istri anda. Semoga kebahagian selalu menyertai anda berdua…”, ucapnya sambil menyerahkan tongkat emas yang ada ditangannya.

Saat petugas pengantin berkata demikian, tatapan semua orang langsung mengarah kepada pengantin wanita yang sedang duduk manis di tepi ranjang pengantin.

Semua orang sudah tak sabar ingin mengetahui wajah cantik nona kedua keluarga Fang yang sangat tersohor itu.

Meski sangat penasaran, namun dari balik penutup kepalanya Aurela tak bisa melihat dengan jelas siapa saja yang ada diruangan tersebut, hanya siluet bentuk tubuh dan suara yang dapat didengarnya.

Tak lama kemudian, dia melihat langkah kaki berjalan mendekat, seorang laki – laki yang diyakininya sebagai suaminya berjalan menuju kearahnya.

Aurela hanya bisa melihat sepasang sepatu pengantin pria berwarna hitam diseluruh bagian dan warna merah diujungnya mulai mendekatinya dan berhenti tepat didepannya.

Sepatu tersebut disulam dengan pola rumit berbentuk awan yang terlihat sangat cantik dan mewah dari benang emas yang digunakan di sepanjang sisi sulamannya.

Lamunan Aurela seketika buyar saat tongkat emas tersebut muncul dibawah kerudungnya. Detik berikutnya cahaya terang mulai menyilaukan kedua matanya.

Sambil menyipitkan kedua matanya akibat cahaya terang yang tiba – tiba masuk menerobos penglihatannya, Aurelapun mulai mengamati satu – persatu orang yang ada dihadapannya dengan cermat.

Wajah cantik pengantin wanita pun mulai terungkap begitu kerudung merah yang menutupi wajahnya sempurna terangkat.

Wajah munggil sehalus porselen dengan alis yang melengkung sempurna. Mata berbentuk almond dengan pipi kemerahan, seperti bunga teratai yang baru saja mekar, terlihat segar dan cantik dipandang mata.

Aurela mulai mengangkat tegak kepalanya sambil sesekali melirik kearah suami Fang Jinying yang tubuhnya telah dia tempati sekarang.

Melihat betapa tampan dan sempurnanya laki –laki yang menjadi suaminya tersebut, Aurelapun langsung menunduk malu, tak berani mengangkat wajahnya lagi.

“ Oh my god !!!...apakah ini yang dinamakan cinta dalam pandangan pertama ?...”, batin Aurela terpesona.

Meski dia sudah mendapatkan gambaran yang jelas mengenai sosok tampan dan sempurna Bai Cheung, namun setelah melihat langsung visualisasi secara asli,  dirinya masih sangat terkejut.

“ Ternyata dia lebih tampan dari apa yang sudah digambarkan di novel…”, batin Aurela masih belum bisa lepas dari pesona Bai Cheung.

Sifat malu – malu kucing yang ditunjukkan oleh pengantin perempuan sontak membuat salah satu sahabat Bai Cheung mulai menggodanya.

“ Cheung…sahabatku yang sangat beruntung !!!...”, goda Disung sahabat Bai Cheung.

Bahkan kedua kakaknya menepuk pundang Bai Cheung, menyetujui ucapan Disung mengenai keberuntungan yang didapatkan oleh adiknya saat ini.

“ Ternyata semua rumor tersebut benar adanya. Bahkan wujud aslinya lebih cantik dari apa yang digambarkan semua orang…”, ucap Bai wang, tuan muda kedua Bai memuji.

Tak lama kemudian, Bai Cheung diseret keluar oleh kedua kakak dan sahabatnya untuk minum, merayakan hari bahagianya itu.

Seiring kepergian Bai Cheung, para petugas pengantinpun ikut undur diri dan membiarkan kamar pengantin kembali tenang seperti sedia kala.

Tanpa semua orang sadari, Bai Cheung keluar dengan rahang mengeras dan kedua tangan terkepal disamping tubuhnya saat melihat sosok cantik yang sudah mnejadi istrinya itu.

Jika dalam kehidupannya terdahulu, meski belum ada rasa cinta namun dirinya cukup bahagia mempunyai istri cantik dan lembut seperti itu.

Namun sekarang, setelah dia terlahir kembali, dia tidak akan tertipu wajah lembut dan bolos Fan Jianying dan bertekad untuk membalas semua rasa sakit yang dialaminya dalam kehidupan terdahulunya.

" Kali ini aku hidup kembali untuk membalas semuanya.... dan kupastikan kamu tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan disini... ", batin Bai Cheung penuh amarah.

MELENCENG DARI ALUR

Jantung Aurela masih berdegub dengan kencang meski semua orang sudah pergi dan meninggalkannya sendiri bersama dua orang pelayan yang masih setia bersamanya.

Dia masih tidak percaya jika laki – laki tampan yang tadi ada dihadapannya adalah benar – benar  suami yang telah dinikahinya.

Meski dia tidak berada dalam raganya sendiri, namun mendapati fakta jika laki – laki tampan yang begitu sempurna itu adalah suaminya tak ayal membuat Aurela sangat bahagia.

Aurela yang terlalu larut dalam kebahagiaannya sendiri sama sekali tak menyadari tatapan aneh yang dilayangkan oleh Bai Cheung saat menatap wajahnya tadi.

Sementara itu, kepala pelayan senior Gaeng mengkerutkan keningnya cukup dalam waktu merapikan beberapa barang yang ada disamping ranjang pengantin bersama Dayu.

Dia sudah berusia lebih dari empat puluh tahun dan sudah menemui banyak orang. Baru saja, ketika semua orang hanya fokus pada wajah mempelai wanita, dia tampak aneh melihat ekspresi tuan muda ketiganya itu.

Sebagai seorang yang sudah dua puluh tahun mengabdi dikeluarga Bai, Gaeng tentunya dapat dengan mudah mengetahui jika tuan muda ketiga keluarga Bai tersebut tidak puas dengan mempelai wanita dari ekspresi wajah yang ditunjukkannya tadi.

Berbagai tanda tanya mulai melintas dibenak Gaeng, bagaimana mungkin tuan muda ketiganya tidak tertarik dengan paras cantik yang dimiliki oleh istrinya, Fang Jianying.

Bukan hanya tidak tertarik, bahkan tuan mudanya itu sama sekali tidak memperlihatkan tanda – tanda keterkejutan ataupun setitik jejak kebahagiaan disana.

Sebaliknya, sorot matanya terlihat sangat dingin dan tenang. Seperti danau yang sangat dalam dan hening tanpa ada tanda – tanda riak disana, begitu datar tanpa ekspresi apapun.

Gaeng yang masih penasaran dengan sikap tuan mudanya kembali melirik Fang Jianying yang masih terlihat duduk manis ditepi ranjang dengan bibir merekah seperti buah ceri yang baru saja masak.

“ Lelaki mana yang tidak akan tergoda dengan paras cantik mempesona ini. Hanya lelaki berhati baja yang tidak bisa menghargai bunga yang begitu indah ini…”, guman Gaeng sambil menghembuskan nafas secara kasar.

Sementara itu, Aurela sudah terlihat mulai gelisah dan merasa tidak nyaman. Dia ingin segera melepas penutup kepala serta berbagai macam atribut yang melekat ditubuhnya.

Berganti baju yang lebih santai dan ringan serta secepatnya beristirahat karena tubuhnya merasa sangat lelah hari ini.

Baru saja tangan Aurela hendak melepaskan penutup kepalanya, tiba – tiba gerakannya terhenti saat ada suara menginstrupsi aktivitasnya.

“ Nona kedua, petugas pengantin meninggalkan instruksi untuk anda tadi. Anda harus menunggu tuan muda ketiga untuk secara pribadi melepas penutup kepala yang anda kenakan sekaligus meminum anggur pengantin sebagai puncak ritual pernikahan hari ini…”, ucap Gaeng menjelaskan.

Mendengar penjelasan Gaeng yang panjang kali lebar, dengan lesu Aurelapun  melepaskan tangannya dari atas kepalanya, kemudian merenggangkan lehernya yang sedikit sakit akibat hiasan kepala yang menurutnya sangat berat itu.

“ Kurasa aku hanya bisa membiarkannya seperti ini untuk sementara…”, batin Aurela lesu.

Melihat pengantin wanita tersebut mengerucutkan bibirnya, diam – diam Gaeng tersenyum geli dengan wajah lucu nona keduanya itu.

“ Jangan khawatir nona kedua, tuan muda ketiga sebentar lagi akan kembali. Saya yakin tuan muda kesatu dan kedua tidak akan menahan tuan muda ketiga terlalu lama diluar…”, ucap Gaeng dengan senyum menggoda.

Ucapan Gaeng yang menggoda membuat Aurela tanpa sadar tersipu malu. Namun sedetik kemudian diapun mulai mengembalikan wajahnya menjadi datar sambil menatap tajam pelayan senior tersebut.

“ Mengapa hari ini anda banyak bicara…sudah, diam saja !!!...”, bentak Aurela tajam.

Sambil melotot dengan pandangan menegur, Aurela memerintahkan Gaeng dan Dayu untuk menyimpan semua barang yang ada didalam kamarnya sekarang juga.

Tak lama kemudian, para penjaga diluar mengumumkan jika tuan muda ketiga sudah kembali. Saat Bai Cheung memasuki ruangan, dua orang pelayan yang berada dibelakangnya segera menyusun camilan yang mereka bawa keatas meja.

Beberapa makanan kering, termasuk kacang – kacangan dan manisan buah sudah tertata apik disana.Tak lupa anggur pengantin yang ditaruh didalam teko beserta dua gelas kosong turut hadir dalam hidangan ringan malam ini.

Salah satu petugas pengantin yang baru saja datang segera masuk begitu semua camilan dan anggur pengantin sudah tertata apik diatas meja.

“ Tuan muda ketiga dan madam muda ketiga. Setelah meminum anggur pengantin ini maka anda berdua sudah menyempurnakan pernikahan ini... ”, ucap petugas pengantin menjelaskan.

Aurela yang berada didalam tubuh Fan Jianying, karena  sudah menikah dengan Bai Cheung yang merupakan tuan muda ketiga keluarga Bai, maka dirinya sekarang dipanggil madam ketiga Bai, mengikuti marga sang suami.

Petugas pengantin tersebut segera memberikan gelas anggur kepada kedua pengantin dan segera mengambil teko yang berisi anggur diatas meja.

Bai Cheung mengambil cangkir yang diberikan oleh petugas pengantin  sambil terus berdiri didepan ranjang tanpa bergerak.

Dia berdiri tegak lurus seperti pohon kelapa yang kokoh, dengan wajah datar dan dingin sambil menatap tajam Fan Jianying yang juga menampilkan wajah datar untuk menutupi kegugupannya.

Petugas pengantin tiba – tiba merasa atmosfer dalam ruangan yang turun secara drastis, membuat tubuhnya sedikit bergetar pada saat menuangkan anggur kepada Bai Cheung.

Diam – diam, petugas pegantin tersebut menghapus keringat dingin yang mulai mengalir di keningnya dan berusaha untuk tersenyum ceria saat menuangkan anggur untuk Fan Jainying.

“ Silahkan diminum anggurnya. Setelah tuan muda ketiga dan madam ketiga meminum anggur perkawinan, tuan muda ketiga harus melepaskan penutup kepala madam ketiga, dan mulai dengan malam penyatuan…”, ucapnya dengan senyum yang sedikit dipaksakan.

“ Baiklah…anda bisa pergi sekarang…”, ucap Bai Cheung dengan nada dingin.

“ Ta…tapi tuan muda…anda belum meminumnya…”, ucap petugas pengantin tersebut gugup.

“ Apakah anda tidak mendengar apa yang saya katakana !!!...”, hardik Bai Cheung dengan tatapan tajam.

Udara dingin yang sedari tadi menyelimuti ruangan tiba – tiba berubah menjadi hawa kematian yang sangat kental terasa.

Membuat bulu kudu semua orang yang ada disana berdiri. Petugas pengantin adalah seorang yang statusnya berada dibawah keluarga Bai.

Jadi dia tidak berani untuk berdebat dengan tuan muda ketiga keluarga Bai tersebut dan dengan rasa hormat serta rasa takut yang luar biasa, diapun menjawab dengan sepatutnya dan keluar ruangan dengan tergesa – gesa.

Selama perjalanan  keluar petugas pengantin memeras otaknya untuk mencari tahu dimana letak kesalahannya hingga dirinya diusir dari kamar pengantin sebelum tugasnya terselesaikan.

Dia hanya bisa meratapi nasib buruknya malam ini. Untuk pertama kalinya dalam masa tugasnya sebagai petugas pengantin, ini adalah pertama kalinya dia diusir sebelum tugas yang diembannya diselesaikan dengan baik.

Fan Jianying meletakkan anggur perkawinan yang ada ditangannnya sambil menunduk dan mulai berpikir tentang rentetan kejadian yang melenceng dari alur novel.

“ Mengapa urutan kejadian ini tidak sesuai dengan yang ada di novel…”, batin Fan Jianying cemas.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!