Terkadang kita mengharapkan cinta yang tulus untuk kita, tapi alam semesta berkata lain. Disaat dikecewakan oleh orang terdekat,itu lah yang menyakitkan.
Aku Arini seorang gadis sederhana yang beranggapan kenyataan itu akan indah dan sesuai yang kita harapkan. Berharap mempunyai seseorang yang mencintainya tanpa syarat, tanpa alasan dan tanpa mengecewakan. Walaupun kita tahu kenyataan sering kali berbeda dengan harapan kita, setidaknya kita berharap sama Tuhan yang baik-baik saja. Walaupun kadang alam semesta bercandanya kadang kelewatan yang harus membuat kita tegar.Dalam hayalan ku, akan ada pria yang menerima segala kekurangan aku dengan apa adanya, dan aku paling tidak suka dibohongin. Fisikku menurut aku biasa aja tapi banyak yang bilang aku manis cantik tapi jutek hanya saja kulit ku yang kecoklatan yang terkadang membuat aku minder, karena cewek akan selalu ingin putih dan cantik.
Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah sebagai anak baru di Sekolah menengah kejuruan karena awalnya aku masuk Sekolah menengah atas. Emang sedikit tidak nyambung sih dari SMA ke SMK, ya namanya juga masih remaja labil.Aku masih kelas satu SMA atau kelas X.
Udara yang sejuk di pagi hari, anak-anak mulai berdatangan ke arah gerbang sekolah. Bel pun berbunyi, beramai-ramai murid memasuki kelas. Aku masuk ke gerbang sekolah dan memperhatikan setiap sudut di sekolah. Di keramaian murid tiba-tiba dalam kelas datang lah seorang guru, semua hening dalam sekejap. Lalu aku di suruh masuk dan aku datang kedalam kelas untuk memperkenal kan diri. Jantungku berdetak lebih kencang karena aku gugup ini hari pertama ku.
"Halo assalamu'alaikum namaku Arini, aku pindahan dari sekolah Nusa Indah" ujar ucapku
Dikelas semua murid menerima ku dangan baik.
Semua berasa asing awalnya di sekolah itu dan mataku tertuju ke seseorang ternyata ada yang aku kenal dikelas itu ternyata aku menemukan teman lama ku di sana namanya Dian. Kami langsung akrab karena kita sudah saling mengenal karena kita pernah satu sekolah di waktu Sekolah menengah pertama, dan tidak hanya itu saja aku juga langsung akrab dengan teman baru ku Yati dan Tri.
Kami berempat jadi teman baik selayaknya sahabat, bagi kami persahabatan kami begitu indah pada saat itu.
Dian si imut cantik tapi bertubuh gempal dan selalu berkata lembut tak pernah kasar.
Yati si muka judes,berkulit bersih,berambut panjang,cerewet dan selalu berani
Tri si paling cantik anak desa, anak rumahan, selalu sopan kepada setiap orang yang dia kenal.
Saat lagi asik istirahat sambil makan batagor, murid yang lain ada yang makan minum gosip dan lain-lain.
"Lu udah punya pacar rin????????" Ucap Dian sambil makan cakwe
Dengan rasa kaget dan santai aku jawab "belum, kenapa lu mau cariin buat gw?"
Karena saat itu aku memang benar belum punya pacar.
"Hahahaha...." Semua sahabatku yang mendengar langsung ketawa.
Dian sambil makan cakwe jawab " santai nanti gw cariin mau type yang seperti apa nanti gue cariin"
" haha..haha..haha..." semua pun terbahak-bahak dan melanjutkan mengibahkan tentang yang lain.
Karena di antara kami yang tertutup tentang kekasih hanya aku. Yang lain sering sekali diantar jemput oleh pasangannya, sedangkan aku tidak. Aku ingin sekali mempunyai pacar yang on time ada selalu saat aku keadaan nya bagaimana pun.
Kedekatan kami sebagai sahabat pun semakin erat, saling berbagi dan saling mengerti. Walaupun kita tidak tau hati kita yang sebenarnya, tapi kita merasa happy aja kalau ketemu bisa bercanda bersama dan berbagi cerita kita.
Persahabatan kami sampai akrab dengan keluarga masing-masing, makanya kami yakin persahabatan kami tidak mungkin saling mengkhianati.
Sampai kami selalu berempat, berasa punya geng di sekolah. Semua orang pada tahu kita bersahabat empat orang, dan selalu barengan. Kemana-mana kita selalu berempat, ke kantin dan apapun itu kita lakuin bareng. Sampai kadang bolos sekolah juga kita lalui bareng, tapi jangan di contoh ya hal yang negatif seperti ini. Kita juga tau batasan bercanda , dan bicara kita agar tidak menyakiti satu sama lain.
Saat kebandelan kita datang, kita sempat malas sekolah dan memutuskan untuk bolos berjamaah alisa bareng-bareng. Jadi pada malam hari aku bersama yang lain saling SMS dan telponan, bilang kalau kita malas masuk sekolah. Aku mengikuti mereka kebetulan besok juga aku malas masuk. Besok paginya kita berjanjian di sebuah warnet yang tidak begitu jauh dari sekolah. Warnet nya disana kebetulan buka dari pukul 06.00 pagi, jadi kita bisa berkumpul di sana.
Awal yang datang duluan Tri, karena Tri selalu datang lebih cepat karena takut macet. Dia menunggu di dalam warnet di bilik 01,tak lama aku datang mencari Tri di warnet ternyata dia lagi asik chatting di Facebook dengan seorang pria.
Setelah itu datang Yati dengan tampang judesnya.
"Tri... Arini... " teriaknya yang membuat kita kaget
"sssttt.... jangan berisik" ucapku yang menutup mulutku dengan jari
"Dian belum datang? " tanyanya
"belum kayanya sebentar lagi" jawab Tri
Yati akhirnya sibuk telponan dengan pacarnya di warnet, aku hanya melihat ke arah Tri yang sedang main Facebook.
Tak lama angkot berhenti di depan warnet, yang aku lihat Dian turun dari warnet dan berjalan ke arah kami.
Kami menyewa warnet hanya dua jam saja, setelah itu kita memutuskan untuk pergi ke rumah aku yang jarak rumahnya jauh. Kita melihat arah jalanan di dalam angkot yang lewat sudah tidak ada anak sekolah yang berkeliaran berarti kita aman untuk pergi.
Kita menyetop kan angkot dan naik ke arah rumahku. Di setengah perjalanan ke rumah ku ada tempat makan anak sekolah yang murah meriah. Kita memutuskan untuk ke sana dan tidak jadi kerumahku.
Saat kita memesan beberapa cemilan dan minuman, ternyata ada salah satu guru tata usaha di sekolah melihat kita sedang di sana. Artinya kita ketahuan kalau bolos saat itu.
Kita tak mau ambil pusing, paling absensi nya alpa doang.
"Tri sibuk apaan sih lu dari tadi HP mulu.... " ucapku sambil minum teajus.
"gue lagi pedekate sama cowok, tapi bingung pilih yang mana soalnya banyak" jawabnya
Kita yang mendengar itu langsung menertawakannya, "makanya jangan ngasih harapan palsu ke semua cowok Tri" ucapku.
Dian sibuk juga dengan HP nya, yang sedang galau dengan pacarnya. Yati juga curhat tentang pacarnya ke aku, hanya aku yang tak punya pacar atau teman dekat cowok saat itu. Sampai-sampai aku HP ku tak ada yang SMS dan telpon.
Perkenalan dengan dia
Hari senin aku bersiap untuk berangkat sekolah, dengan rasa malas muka murung karena malas upacara. Sepertinya bukan hanya aku saja yang seperti itu, kayanya semua murid merasakan hal yang saka.
Ketika lagi sarapan sebelum berangkat tiba-tiba HP aku getar"dreettt drettt... drettt.. "
"Iya Halo kenapa ian?" Ucapku mengangkat telepon dr Dian
"Lu nanti gw tunggu di gerbang sekolah ya, cepetan berangkat" dengan suara tergesa-gesa Dian menyuruhku.
"Iya emang ada apa? " Aku bertanya karena penasaran, tapi malah di matikan telepon nya oleh Dian.
Karena penasaran aku langsung berangkat dengan rasa penasaran. Sepanjang di angkot aku mikir ada apa Dian nyuruh buru-buru.
Ketika lagi di angkot sekitar 15meter lagi sampai sekolah, aku melihat Dian bersama pria di motor. Aku hanya bengong aku pikir dia cuma mau mengenalkan pacar barunya saja.
Dalam hati aku " mau ngenalin pacar nyuruh buru-buru orang lagi"
"Bang kiri bang" Aku menghentikan angkot yang aku naikin.
Dengan tatapan santai rambut terurai aku menuju Dian.
Pas 1meter sampai depan mereka " Ini pacar lu ian?" Ucapku dengan menatap Dian.
Dian dengan senyum "ini cowok yang mau gw kenalin ke lu"
Aku bengong diam saat itu dengan tatapan kosong dan dalam hati berkata " ini serius ngenalin orang kaya gini"
Pas pria itu nengok dan senyum menoleh ku "halo gw Hendra temannya Dian"
Aku langsung tersenyum dan terenyuh "halo.. "
Kita pun saling berjabat tangan berkenalan, saat itu aku tidak berhijab.
Dia tidak tampan, badan juga kurus tinggi hitam. Tapi senyumnya yang membuat aku tersenyum balik.
Setelah itu bel sekolah pun berbunyi, kami harus masuk dan upacara. Dia pun langsung tancap gas berangkat ke sekolah nya dengan motor suaranya itu.
Ketika upacara selesai murid semua kembali ke dalam kelas, aku dan sahabat ku langsung ke arah kelas menaiki anak tangga.
Tiba-tiba hp aku bergetar "drett..."
"Hai aku Hendra, di save ya no nya" Saat aku buka SMS dr dia. Dengan reflek senyum pun muncul di wajahku.
Dan Tri sahabatku nanya "siapa rin? "
"Hendra Tri yang SMS" jawabku
" cieee cieee cieee " langsung sahabatku ngeledek aku.
Baru kali ini aku terkesima dengan pria seperti itu, padahal banyak teman sekolah aku yang liat dia malah berkata " lu yakin Rin sama tadi, jelek tau kok bisa sih lu mau dekat "
Aku senyum aja, padahal kalau secara logika benar juga sih. Dia hitam, mata belo, tinggi kurus, kaya banget juga tidak. Mungkin itu lah yang dinamakan cinta pandangan pertama karena senyumnya. Apa jangan-jangan dia pakai semar mesem sampai-sampai aku kaya kesemsem dengannya "haha..haha..haha.... " tertawa dalam hati.
Sebenarnya awalnya aku mau di kenalkan dan mau mencoba membuka hati untuk dia. Karena aku tidak enak dengan sahabat aku Dian, aku berpikir tidak mungkin sahabat ngenalin orang yang ga beres kan pikiran aku.
Sahabat adalah orang yang aku percaya saat itu, jadi pasti sahabat aku sendiri mengerti dan pasti ingin ngasih yang terbaik dalam mengenalkan pria itu ke aku.
Pada saat itu aku terlalu tidak enakan dengan sahabat sendiri, sampai tidak ada pendirian dalam diri aku. Padahal itu juga tidak terlalu bagus untuk diri kita, kita terlalu melakukan apa yang menurut mereka baik untuk kita. Itu sangat tidak baik.
Selama pelajaran dia selalu SMS menanyakan aku lagi apa? sibuk gak? ganggu gak? dan lain-lain selayaknya orang lagi pendekatan.
Aku waktu itu ogah-ogahan sebenarnya dekat dengannya karena dia menurutku jelek. Aku hanya menghargai temanku yang lagi berusaha mendekatkan aku dengan temannya.
Istirahat tiba dia langsung menelpon ku, menanyakan sudah makan apa belum? sampai-sampai sahabatku meledekkan aku.
"cieee... cieee.... yang lagi pedekate beda auranya terpancar" ucap Dian
Aku hanya tersenyum saja, awalnya aku risih karena dia terlalu intens menghubungi aku setiap hari, dari pagi sampai malam.
Tapi ada rasa iba yang mendalam kepada dia, karena dia berusaha sekali mendekati aku. Dan aku mencari tahu ke Dian aslinya dia seperti apa si Hendra ini. Karena aku tak mau salah memilih walaupun hanya sebatas pacar.
Sampai aku bermain kerumah Dian, untuk mendengar tentang si Hendra ini lebih jauh. Dan saat sedang main kesana, aku melihat ibu dan bapaknya.
Dari bangun tidur sampai mau tidur hidup ku di hiasi olehnya, karena dia tak pernah absen menghubungi aku.
Bahkan dia selalu menitip salam ke Dian untuk aku, padahal kita sering komunikasi setiap hari. Begitu gencarnya dia dalam mendekati aku. Aku menanyakan apa dia sebelumnya punya pacar ke dian.
"Dian sebelum nya dia punya pacar gak? lu tahu gak tentang itu?" ucapku yang kepo tentangnya
"punya namanya Feby tapi adik kelas tetangga rumah gue juga dulu satu pengajian sama Hendra" ucapnya
Oh berarti dia punya mantan pacar anak SMP ternyata benar yang Hendra bilang.
"Lu ada Facebook nya gak Dian? gue pengen liat Feby yang mana?" tanya ku
"oh ada nanti ya gue cari dulu"
Setelah di cari akhir nya ketemu Facebook cewek itu, dan aku lihat gak begitu cantik sih cuma putih banget banget.
Aku memutuskan untuk follow akun Facebook cewek itu,untuk saling kenal saja sih. Aku follow tak lama dia menerima permintaan pertemanan dariku, dan dia juga follow aku.
Kita akhirnya berteman di facebook. Setengah jam kemudian dia chat aku.
" Hai salam kenal kak" ucapnya
"Hai juga salam kenal ya" jawabku
"kakak pacarnya Hendra ya" tanyanya
"Gak kok baru dekat saja" ucapku
"Masa sih? Hendra bilangnya pacar kakak" ujarnya
"waduh jangan-jangan Hendra bilang kalau dia lagi dekat sama aku" ucap dalam hatiku
Kami akhirnya dekat dan saling chattingan dengannya, aku tak membenci dia karena dia cuma mantan nya saja apa lagi cinta monyet waktu dulu.
Tapi aku takut kalau aku dia belum bisa move on dari Feby, sebab Feby cantik sekali dan putih banget. Sangat di sayang kan saja dia masih bocah SMP.
Hendra tak pernah berhenti menghubungi ku dan mendekatkan aku berbagai cara. Kalau aku tak balas SMS nya dia pasti langsung menelpon ku untuk tanya kenapa tak balas chat. Padahal aku orang nya tidak begitu suka hubungan yang seperti ini terlalu memprioritaskan padahal banyak yang lebih penting dari itu. Aku membutuhkan pacar ya sebagai teman dekat yang bisa menjadi partner dalam segala hal. Bukan cuma yang sekedar menanyakan kabar dan makan saja.
Pendekatan
Hidup aku pun merasa bahagia karena mempunyai sahabat yang luar biasa baiknya, dan mempunyai seseorang yang sudah mulai hadir di hidupku. Maklum saja disaat itu aku sedang jomblo, jadi ketika ada seseorang mendekati aku hatiku begitu bahagia.
Kami pun saling sms-an dan telepon setiap hari. Jujur ada yang salah pada hatiku, aku merasa secara logika dia tak tampan secara fisik tapi kenapa hati ini begitu bahagia disaat dia menghubungi ku.
Sampai teman dekat ku ragu dengan ku, karena mereka berpikir aku hanya main-main saja dengan nya. Mungkin aku tidak seperfect perempuan lainnya, tapi aku bisa terbilang manis, cantik dan pintar.
Hampir setiap hari dia menghubungi ku, menjemput, dan mengantar sekolah.
Pada malam hari kebiasaan kita adalah teleponan saat itu.
"Km mau ga jadi pacar aku" Aku sontak terdiam mendengar ucapannya.
"Iya" Ucapku dengan rasa senang dan tersipu malu.
Aku menerimanya karena aku melihat perjuangan dia yang selama ini intens mendekati aku.
Malam itu pun kami resmi berpacaran, dengan harapan kedepannya bisa seperti yang bisa diharapakan.
Pagi-pagi dengan terkejut dia sudah ada di depan gang rumahku untuk jemput.
Di motor pun kami saling ngobrol dan saling tersenyum. Merasa pasangan yg bahagia.
Tiba di sekolah, semua sahabatku sudah menunggu di halaman sekolah.
"Cieee.... " Sorak sahabat ku
Ketika aku turun dari motor dia pun langsung tersenyum, dan langsung berangkat ke sekolahnya. Karena kami berbeda sekolah tapi tidak jauh jaraknya antar sekolah kami.
Aku tidak pernah membawa cowok ke rumah, apa lagi kalau cuma cowok sendiri yang datang buat main. Aku belum berani saat itu di bandingkan wanita lain yang seumuran aku.
Beberapa hari pun kita lewati dengan antar jemput di gang rumahku. Dan pada waktu itu dia mau main ke rumah tapi aku selalu menolak kalau datang cuma sendiri. Karena aku berpikir pasti orang tua ku, dan kakak-kakak aku pasti kurang merestui.
Jadi setiap datang ke rumah pasti aku ngajak sahabat-sahabatku juga untuk datang. Agar keluarga ku tidak mengetahui aku sedang dekat dengan cowok itu.
Maklum saja, karena aku anak bontot dari keluarga sederhana. Yang dimana kakak-kakak aku tidak mau adiknya salah jalan seperti pergaulan saat itu.
Seiring berjalan nya waktu dia selalu menuntut aku untuk mengajak dia ke rumah ku tanpa sahabat atau pun seorang teman lain nya. Dia ingin memperjelas kalau datang sendiri, menandakan dia adalah pacarku.
Sedangkan aku masih kelas satu sekolah menengah kejuruan, wajar kalau seumur itu keluarga lagi rawan menjaga aku. Kekhawatiran seorang kakak dan orang tua itu wajar menurut ku.
Apa lagi aku dari keluarga sederhana yang tidak mau mencoreng nama keluarga aku sendiri cuma karena tingkahku.
Aku berpikir dia akan mengerti karena kondisi ku, dan memahami itu semua. Walaupun terkadang aku pun juga ingin seperti yang lain di datangin ke rumah oleh pacarnya, dijemput depan rumah tanpa harus umpet-umpatan.
Hubungan kami lancar saja, dia akhirnya bilang akan mengerti dan menerima itu semua sampai waktunya yang tepat. Betapa ada rasa bahagianya dia mau mengerti kondisi ku.
Setiap hari kami berkomunikasi dengan baik dan sebahagia hubungan anak remaja yang sedang jatuh cinta. Sahabat-sahabat pun turut senang dengan hubungan kami yang selalu happy saja. Mungkin kalau disaat itu ada ada kata Bucin, bisa jadi kita di juluki bucin saat itu.
Hubungan kita lebih intens melalui telpon , karena kita beda sekolah juga. Menjadikan tidak begitu sering ketemu, tapi dia selalu berusaha mengajakku ketemu sehabis sekolah.
HP ku berdering tak lama aku lihat ternyata dia, aku tak mengangkatnya karena masih dalam pelajaran. Istirahat tiba aku langsung menelpon dia.
"halo yang kenapa tadi telpon?" ucapku
"pulang aku jemput ya kita makan di luar" gumamnya
"iya yang" ucapku yang langsung mematikan telpon nya.
Setelah aku matikan SMS pun tak henti dari dia yang selalu ingin di balas terus SMSnya. Awalnya aku bahagia punya pacar sesama anak SMA, tapi di satu sisi hidupku seperti tidak bebas.
Pelajaran berakhir tandanya sudah boleh pulang, aku lihat Hendra sudah ada di depan gerbang sendiri. Dari kejauhan aku melihatnya dan otak ku berpikir kalau secara logika Hendra bukan type aku. Aku ingin punya pacar saat ini karena merasa kosong saja saat ini, dan tidak enak ke Dian. Ditambah lagi kegigihan dia dalam mendekati aku yang membuat aku apa salahnya mencoba.
Saat berjalan di halaman sekolah, tiba-tiba teman sekolah ku laki-laki bertanya ditengah halaman.
"Itu pacar lu Rin? " tanyanya
"iya" jawabku
"Yaelah cowok kaya gitu ngapain harus beda sekolah disini aja banyak yang lebih ganteng, lu gak salah" ucapnya
Kata-kata nya membuat aku seketika berpikir apa gue salah ngambil keputusan ini ya, karena takut aku mengecewakan nya.
Aku menghampiri Hendra yang duduk di atas motor.
"sayang.. " ucapnya
"iya ayo pulang " kataku sambil naik motor di belakangnya
"makan dulu ya"
Aku diajak nya makan bakso tidak begitu jauh dari sekolahku. Saat makan bakso beberapa orang di sana melihat ku seperi aneh. Mungkin aku tak seputih yang bening seperti orang-orang, tapi aku termasuk cantik bagi orang lain.
Aku tahu mereka melihat ku karena Hendra jelek hitam begitu dan aku begini. Kalau secara logika seperti itu, tapi aku belajar menyikirkan pikiran itu dariku. Agar aku bisa menerima hubungan ini menjadi kisah yang kami inginkan.
Dia pulang mengantarkan aku hanya sampai setengah perjalanan rumahku saja karena aku bilang rumahku jauh. Dan dia menuruti, padahal aku berharap dia maksa sampai depan gang rumahku saja. Tapi aku tak ambil pusing saat itu.
Saat yang teman dan sahabat ku bercerita pacaran nonton dan lain-lain. Aku belum merasakan itu semua, aku mengerti Hendra sama seperti ku anak sekolah pasti uang jajannya pun tak sebanyak pacar teman ku lain yang sudah kerja. Makanya aku tak pernah menuntut untuk diajak nonton dengan nya, walaupun aku tahu dia berasal dari keluarga berada juga. Selama ini juga dia tak pernah ajak aku nonton seperti yang lain, padahal kalau dia ngajak juga aku pasti menolak karena aku tak mau menghabiskan uang jajannya. Tapi sebagai wanita wajar ada keinginan seperti yang lain, pacaran kita hanya ketemu pulang sekolah dan melalui telpon saja.
Sampai suatu saat di kelas lagi pada ngobrol dan aku di tanya " Rin lu gak pernah nonton ya sama Hendra??? " tanyanya
"gak say" jawabku dengan santai agar tidak begitu serius
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!