NovelToon NovelToon

Hujan Ajarkan Aku Kuat

Gang Mawar

Tolong ... Tolong ...." Teriakkan seorang wanita dari dalam kamar.

Brak

Pintu di buka paksa oleh Zevania, gadis cantik berusia tujuh belas tahun. Tatapannya tajam saat melihat seorang lelaki paruh baya tengah berusaha mengoyak pakaian seorang gadis remaja.

Zevania melangkah tergesa dengan mengepalkan tangannya dan bersiap melepaskan tinjunya kepada lelaki itu. Tatapan bengis dan juga jijik, Zevania layangkan kepada lelaki yang akan menodai kesucian gadis remaja itu.

Bugh

Pukulan yang Zevania layangkan tepat di rahang lelaki itu.

"Dasar lelaki bajingan...!" Maki Zevania, lalu Zevania menendang aset lelaki itu.

Bugh

"Argh...." Lelaki itu mengaduh kesakitan sembari memegangi asetnya yang di tendang oleh Zevania.

"Sialan lu...! Awas kamu!" Hardik lelaki itu dengan tatapan bengis menatap Zevania.

Zevania menarik tangan gadis remaja itu, lalu membawa gadis remaja itu keluar dari kamar tersebut.

"Hei...! Mau dibawa kemana gadis itu!!" Teriak lelaki itu.

Zevania melangkah cepat ke sebuah rumah yang tidak jauh dari kamar tersebut, sembari menggandeng tangan gadis remaja itu. Tiba di depan rumah yang di tujunya, Zevania langsung membuka pintu rumah tersebut dan mendorong keras pintu tersebut ke tembok.

Brakk

Perempuan-perempuan cantik dengan pakaian minim itu terkejut mendengar debaman keras dari pintu. Para perempuan cantik dan seksi itu tidak heran melihat Zevania yang sering datang dan membuat keributan dengan pemilik rumah indehoy.

Zevania, seorang anak pemilik rumah indehoy yang bernama mami Janet. Dia adalah seorang mucikari di tempat tersebut. Orang-orang menyebutnya gang mawar, tempatnya para wanita yang menjajakan tubuhnya kepada lelaki hidung belang.

Zee adalah sapaannya. Zee menatap jijik kepada perempuan-perempuan seksi yang tengah duduk manis menanti kedatangan para tamu yang menginginkan tubuhnya.

Zee melanjutkan langkahnya ke dalam rumah dan naik ke lantai dua dimana ruangan ibunya berada.

"Minggir...!" Teriak Zee kepada dua bodyguard ibunya itu.

"Maaf, Nona Zee. Mami Janet sedang ada tamu." Cegat salah satu bodyguard yang kepalanya plontos.

Zee mendengus dan mencibirnya. Zee tidak peduli dan tetap memaksa masuk ke dalam ruangan itu.

"Maaf, Nona Zee. Anda dilarang masuk dan ini adalah perintah dari mami Janet," ucap bodyguard yang satu lagi seraya memegangi lengan Zee agar tidak masuk ke dalam.

"Apa peduliku!" Sergah Zee. " Aku mau bicara sama perempuan sialan itu," geram Zee dengan tatapan nyalang. Ya... Zee tidak pernah suka dengan pekerjaan ibunya itu, bahkan Zee tidak pernah tinggal satu atap bersama ibunya. Semenjak lulus SMP Zee sudah tidak tinggal bersama ibunya. Berulang kali, Zee sudah memperingati ibunya agar berhenti dari pekerjaan haram ini, akan tetapi ibunya tidak memperdulikan perkataan Zee dan tetap melanjutkan pekerjaan haramnya itu.

Kedua bodyguard itu menahan tubuh Zee yang memberontak. Makian dengan kata-kata kasar juga kata-kata binatang keluar begitu saja dari mulut Zee.

"Lepaskan aku brengsek...!" Hardik Zee dan berusaha melepaskan diri dari cengkeraman kedua bodyguard ibunya. Zee berusaha menendang betis bodyguard ibunya. Walau sakit, kedua bodyguard itu tetap mencengkram kuat kedua tangan Zee dan tidak memperdulikan kakinya di tendang oleh Zee.

Ceklek

Pintu terbuka dan menampakkan wanita cantik yang tak lain adalah Mami Janet, ibu dari Zevania.

"Lepaskan dia," pintanya kepada kedua bodyguardnya. Kedua bodyguard itu mengangguk dan melepaskan Zee.

"Ada apa lagi kamu datang ke sini?" Tanya Mami Janet menatap dingin putrinya itu.

"Aku datang kesini mau mengucapkan selamat! Berkat anda, aku di keluarkan lagi dari sekolah, karena satu sekolah tahu siapa ibuku dan apa pekerjaannya. Apa anda puas, sudah membuat anaknya malu dan di hina oleh semua siswa di sekolah!" Geram Zee menatap tajam wajah ibunya itu.

Ini sudah ke dua kalinya Zee di keluarkan dari sekolah dengan kasus yang sama, yaitu mengetahui pekerjaan ibunya itu. Bahkan semua orang tahu, kalau gang mawar adalah tempatnya para wanita malam. Sekolah tempatnya menuntut ilmu, tidak mau tercoreng karena ibunya Zee adalah seorang mucikari.

Mami Janet menghela nafas, lalu menatap Zee yang terlihat sangat emosi.

"Ya sudah... Mau bagaimana lagi? Lebih baik kamu pindah sekolah lagi," jawabnya enteng.

Ucapan ibunya itu membuat hati Zee semakin emosi. Zee menggelengkan kepalanya, sebegitu tak pedulinya ibunya itu terhadap dirinya.

Zee menatap geram kepada ibunya. "Oke, aku akan pindah sekolah lagi. Jika kali ini aku di keluarkan lagi dari sekolah baruku dengan alasan yang sama. Aku bersumpah... akan pergi jauh dari hidup anda dan tak akan lagi mengakui anda sebagai ibuku lagi." Kemudian Zee melangkah meninggalkan ibunya. Sebelum Zee turun, Zee menghentikan langkahnya dan memutarkan badannya.

"Lepas cewek itu. Jangan anda jual cewek itu dan kembalikan cewek itu kepada keluarganya, jika tidak... aku akan bakar rumah ini."

Setelah itu Zee berlalu dari sana. " Antarkan gadis ini ke rumahnya," suruh Mami Janet kepada bodyguardnya.

*

Baru saja melangkah keluar dari rumah ibunya, Zee di hadang oleh lelaki yang tadi Zee hajar di kamar.

"Rupanya disini kamu," geram lelaki itu menatap sinis wajah Zee.

"Minggir! aku nggak ada urusan sama anda, lelaki bangkotan dan juga bau tanah," hina Zee.

"Sialan kamu! Ngatain aku bangkotan dan bau tanah," pekik lelaki itu tak terima.

"Emang anda bangkotan dan bau tanah! Harusnya anda sadar diri dong, umur sudah tua bahkan sisanya umur anda tinggal sedikit. Harusnya anda berbanyak amal ibadah sebelum malaikat maut menjemput anda!"

"Kurang ajar kamu! Sini kamu! Kamu harus menggantikan gadis yang kamu bawa tadi dan layani aku!"

"Cih...! Nggak sudi aku melayani anda," tolak Zee mentah-mentah.

Lelaki itu semakin geram dengan perkataan Zee, lalu lelaki itu berusaha menarik tangan Zee. Zee mundur sebelum tangannya di gapai oleh lelaki brengsek itu.

Zee siap menghajar lelaki itu, sebelum lelaki itu kembali menarik tangannya. Zee menendang perut lelaki itu, dan Zee maju melayangkan pukulan di hidungnya sampai hidung lelaki itu mengeluarkan darah. Zee yang jago bela diri, tidak mudah di kalahkan oleh lelaki brengsek yang hanya bisa mengandalkan emosinya tanpa jago berkelahi.

Lelaki itu semakin marah dan emosi. Lelaki itu maju dan siap menampar pipi Zee, sebelum tangan itu mendarat mulus di pipinya. Dengan cepat Zee menangkap tangan lelaki itu dan menendang asetnya untuk kedua kalinya.

"Argh...." Lelaki itu mengerang kesakitan.

"Masih sanggup melawan," tantang Zee.

Lelaki itu masih kesakitan dan menatap nyalang kepada Zee.

"Awas kamu! Akan aku balas nanti," geram lelaki itu berucap seraya meringis, lalu lelaki itu tertatih-tatih melangkah pergi dari hadapan Zee.

Zee menghela nafasnya, kemudian Zee juga meninggalkan rumah indehoy itu.

Sebuah senyuman terukir dari seorang pria yang tak jauh dari tempat Zee menghajar lelaki tadi. Pria itu nampak kagum dengan Zee yang pemberani.

"Menarik. Siapa gadis itu sebenarnya?" Ucap pria itu yang terus menatap kepergian Zee.

Hujan, ajarkan aku kuat

Zee berjalan cepat keluar dari gang mawar. Tatapan orang yang melihatnya keluar dari gang mawar, menatap rendah kepada Zee. Zee mendengus mendapat tatapan rendah dari orang yang melewati gang mawar, seolah kalau dirinya wanita rendahan dan hina.

Zee berusaha mengabaikan tatapan orang terhadapnya dan melanjutkan langkahnya menuju halte bus. Zee duduk menunggu angkot lewat sembari mengeluarkan handphonenya. Zee memasang handset ke telinganya dan mendengarkan musik agar dirinya tidak mendengar celaan dan cibiran orang-orang yang melihatnya keluar dari gang mawar.

Sebuah mobil sport mewah berhenti di depan halte bus. Seorang lelaki keluar dari mobil tersebut dan kini berdiri di depan Zee. Zee menautkan kedua alisnya menatap lelaki yang berdiri di depannya.

"Maaf, Nona. Nona di suruh masuk oleh Tuan muda," ucapnya sopan.

"Maaf, aku nggak mau." Tolak Zee, karena Zee tidak mengenal siapa orang yang berada di dalam mobil tersebut.

"Tapi Tuan muda meminta Nona masuk dan Tuan akan mengantarkan Nona pulang." Lanjutnya lagi.

"Aku sudah bilang... Aku nggak mau! Jangan maksa deh!!" Kesal Zee karena lelaki itu memaksanya.

Zee segera berdiri begitu melihat angkot yang di tunggunya lewat. Zee meninggalkan lelaki itu dan tidak memperdulikannya. Zee masuk ke dalam angkot dan angkot tersebut melaju pergi meninggalkan halte.

Lelaki itu kembali masuk ke dalam mobil. " Maaf , Tuan. Saya tidak berhasil membujuk gadis itu, untuk ikut bersama Tuan," sesal sang asisten pribadinya.

"Tidak apa. Masih ada lain waktu untuk mendekati gadis itu. Sekarang jalan, aku sudah sangat lelah hari ini," ucap pria itu. Pria yang di panggil Tuan adalah Pria yang tadi berada di rumah indehoy.

"Baik, Tuan," jawab sang supir dan melajukan mobilnya membelah jalanan.

***

Angkot yang di tumpangi Zee berhenti di depan gang X, dan Zee turun dari angkot tersebut. Zee melangkah lesu menuju kosannya. Hatinya sedih memiliki seorang ibu yang mempunyai pekerjaan haram, di tambah lagi dirinya di keluarkan dari sekolahnya. Semakin bertambah sedih hatinya Zee.

Zee membuka pintu kamar kosannya, lalu menutupnya. Zee melemparkan tasnya begitu saja dan Zee langsung merubuhkan tubuhnya ke atas kasur tipis. Zee terisak menangisi hidupnya yang begitu menyedihkan.

Zee memeluk guling dan menangis meratapi nasibnya sendiri. Tanpa seorang pun yang tahu kalau hatinya sangatlah rapuh, bahkan ibunya sendiri tidak memperdulikannya. Zee ingin sekali menyalahkan takdir, atas hidupnya ini. Zee tidak mau terlahir dari seorang wanita yang memiliki pekerjaan haram dan hina, bahkan Zee sendiri tidak tahu siapa ayah kandungnya sendiri. Rasanya Zee ingin pergi jauh dari dunia ini.

Lelah menangis, Zee terlelap tidur tanpa mengganti seragam sekolahnya. Hatinya lelah dengan semua masalah yang dihadapinya seorang diri.

Pagipun menyapa, cahaya matahari masuk menerobos melewati jendela kaca kamar kosnya. Zee menggeliat meregangkan tubuhnya, dengan malas Zee melangkah ke arah pintu dan mengambil handuknya yang tergantung di sana.

Zee keluar dari kamar kosannya sembari membawa perlengkapan mandinya. Zee harus menunggu dan mengantri karena kamar mandinya harus bergantian dengan penghuni kosan yang lain. Lama menunggu, akhirnya Zee bisa masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.

Selesai mandi dan sudah berada di dalam kamar kosannya, Zee bersiap-siap untuk berangkat ke cafe tempatnya bekerja. Karena hari ini Zee tidak bisa masuk sekolah, Zee memutuskan bekerja saja sembari mencari sekolah yang baru.

Zee keluar dari kamar kosannya dan berangkat kerja demi menyambung hidupnya, karena selama ini Zee selalu menolak uang pemberian dari ibunya.

"Pagi...." Sapa Zee kepada teman kerjanya.

"Pagi juga. Tumben banget kamu masuk jam segini? Apa kamu tidak sekolah?" Tanya temannya yang bernama Luna.

"Nggak, katanya gurunya ada rapat, jadi sekolah di liburkan," bohong Zee. Semua yang bekerja di cafe tersebut tidak ada yang mengetahui siapa Zee sebenarnya. Selama bekerja di cafe tersebut, sebisa mungkin Zee menutup diri dan tidak mau terlalu dekat dengan teman kerjanya. Bagi Zee nggak ada teman yang benar-benar tulus berteman dengannya, apalagi setelah tahu siapa ibunya.

Hari itu, Zee benar-benar di sibukkan dengan pekerjaannya melayani para customer yang silih berganti. Hingga sore pun tiba, dimana jam kerjanya sudah berganti dengan yang lain. Zee duduk di sebuah krat botol, merilekskan tubuh yang lelah karena seharian bekerja.

"Belum pulang, Zee," tanya Candra yang menggantikannya kerja.

"Sebentar lagi," jawab Zee.

Candra pun mengangguk. " Kalau gitu, aku masuk kerja dulu," kata Candra.

"Iya...." Jawab Zee lesu, setelah itu Zee mengambil jaketnya di loker dan menggunakannya.

Zee keluar dari cafe tempatnya bekerja, ternyata diluar tengah hujan. Zee mengadahkan pandangannya menatap langit yang menampakkan air hujan yang turun membasahi bumi.

Hujan, ajarkan aku kuat menghadapi hidup ini....

Zee mengulurkan satu tangannya, air hujan langsung membasahi telapak tangannya. Zee menatap telapak tangannya yang basah.

Setelah hujan reda, Zee mulai melangkahkan kakinya ke jalan. Zee harus menunggu angkot di ujung belokan jalan, Zee berjalan santai dan mengeratkan jaketnya karena cuaca semakin dingin setelah hujan.

Byurr

Zee terkena cipratan air bekas hujan dan membasahi sebagian jaket dan celananya.

"Woy!! Bisa nggak sih bawa motor," teriak Zee kesal karena jaket dan celananya menjadi basah dan kotor.

Pengendara motor tersebut berhenti dan menengok ke belakang, dimana Zee berdiri.

"Sorry...." Jawab si pengendara motor tersebut.

Zee yang terlanjur kesal, langsung menghampiri pengendara motor tersebut.

"Sorry-sorry!! Lihat nih, jaket dan celanaku kotor dan basah!" Kesal Zee seraya menunjukkannya kepada si pengendara itu.

Pengendara tersebut membuka kaca helmnya yang hanya dapat di lihat Zee sepasang matanya saja, karena pengendara itu menggunakan helm full face.

"Aku ganti deh," seloroh pengendara itu, lalu pengendara itu mengeluarkan dompetnya dan menarik dua lembar uang seratus ribuan.

"Nih... Sebagai ganti rugi atas pakaian kamu yang basah," sambung pengendara motor itu sembari menyerahkan uang dua ratus ribu kepada zee.

"Cih... Aku nggak butuh duit kamu!" Sergah Zee menolaknya.

"Terus... mau kamu gimana?"

Zee menatap jaket yang di kenakan pengendara itu.

"Kalau gitu, berikan jaket kamu kepadaku," ketus Zee.

"Jadi kamu maunya jaket ini?" Tanya si pengendara motor tersebut.

"Iya...!!" Jawab Zee ketus.

Si pengendara tersebut membuka jaketnya dan menyerahkannya kepada Zee.

"Nih ambil."

Zee menyambar jaket tersebut dengan cepat. Zee menatap sinis ke pengendara tersebut.

"Lain kali hati-hati bawa motor. Sudah tahu habis hujan dan banyak genangan air di jalan," ujar Zee, lalu Zee berlalu begitu saja dari hadapan si pengendara motor tersebut.

"Dasar cewek aneh," cibir si pengendara tersebut, kemudian si pengendara tersebut melanjutkan perjalanannya kembali.

Kembali bersekolah

Dua hari yang lalu, Mami Janet meminta bertemu dengannya di taman kota dan mengatakan kalau Zee sudah di daftarkan ke sekolah yang baru, atas bantuan pelanggan indehoy.

"Ibu sudah daftarkan kamu di SMA Nusa Bangsa dan ibu harap ini terakhir kamu di keluarkan dari sekolah," ucap Mami Janet seraya menatap bunga Soka Jawa.

"Semoga saja... Lagian siapa juga yang mau di keluarkan dari sekolah," balas Zee.

Dan hari ini, Zee akhirnya bisa kembali bersekolah di sekolah baru, Zee bisa masuk di sekolah barunya tanpa ada pertanyaan kenapa dirinya di keluarkan dari sekolah lamanya, karena pelanggan ibunya itu benar-benar menbantu Zee dengan baik.

Zee sudah berdiri menatap sekolah barunya. Memandangi setiap sudut sekolah yang akan menjadi tempatnya menuntut ilmu. Cukup lama Zee berdiri mengamati sekolah barunya dari luar, akhirnya Zee melangkahkan kakinya masuk ke halaman sekolah.

Zee yang saat ini duduk di bangku kelas XII, melangkahkan kakinya menuju ruang guru. Saat sedang berjalan mencari letak ruang guru, dari arah berlawanan Marshall berlari lalu menyenggol tubuh Zee, hingga tubuh Zee terjatuh ke lantai.

"Aw...." Jerit Zee mengaduh kesakitan.

"Maaf-maaf," seru Marshall.

Zee menatap kesal terhadap Marshall. "Bisa nggak sih kalau jalan tuh pake mata!" Sentak Zee kesal menatap tajam wajah Marshall.

"Iya-iya, sekali lagi aku minta maaf," ucap Marshall seraya membantu zee bangun dari jatuhnya.

Marshall memicingkan matanya, mengingat perempuan di hadapannya itu.

Sepertinya aku pernah bertemu dengannya, tapi dimana ya?. Batin Marshall berusaha mengingat dimana dirinya bertemu dengan Zee.

Zee mendengus kesal menatap wajah Marshall, lalu Zee berlalu pergi begitu saja. Marshall tersenyum menatap punggung Zee yang pergi begitu saja.

"Aku ingat. Ternyata itu kamu. Cewek yang tempo hari yang meminta jaketku. Dasar cewek aneh," gumam Marshall sembari menatap punggung Zee.

Setelah melihat Zee menghilangkan dari pandangannya, Marshall kembali melangkah cepat menuju kelas Aisyah.

***

"Selamat pagi semuanya...." Sapa Bu guru Nisa, seraya meletakkan buku pelajaran di atas meja.

Bu guru Nisa datang ke kelas tidak sendirian, beliau datang bersama Zee.

"Pagi, Bu...." Jawab semua murid.

Marshall terkejut saat melihat Zee datang bersama Bu guru Nisa. Marshall terus menatap lekat wajah Zee, lalu Marshall tersenyum tipis.

Rupanya kita sekelas, cewek aneh. Batin Marshall.

"Hari ini, kita kedatangan murid baru dan Ibu harap kalian semua bisa berteman baik dengannya," ucap Bu guru Nisa. Kemudian Bu guru Nisa meminta Zee untuk maju satu langkah ke depan.

"Zevania, silahkan perkenalkan diri kamu," perintah Bu guru Nisa.

Zee pun mengangguk. "Perkenalkan, namaku adalah Zevania Ayunda. Kalian bisa memanggilku dengan sebutan Zee. Terima kasih...."

"Oh... Namanya Zee," gumam Marshall.

Kemudian Bu guru Nisa menyuruh Zee untuk duduk. Zee berjalan ke salah satu bangku kosong. Tatapan Zee teralihkan kepada Marshall, seketika Zee dan Marshall bertemu pandang. Zee sedikit terkejut melihat Marshall, lelaki yang tadi menabraknya dan ternyata satu kelas dengannya, tapi air muka Zee tetap terlihat biasa saja.

Zee duduk di belakang meja Marshall, lalu Marshall menengok ke belakang dimana Zee duduk. Akan tetapi Zee tetap cuek, saat Marshall menengok ke arahnya.

"Hai, Zee. Aku Tieta," seloroh Tieta, teman sebangkunya seraya mengulurkan tangannya.

"Zee...." Jawab Zee sembari menerima jabatan tangan Tieta.

"Semoga kita bisa jadi teman yang baik ya," lanjut Tieta berucap.

"Iya...." Lalu keduanya tersenyum.

"Sekarang buka buku biologi kalian," perintah Bu guru Nisa dan memulai pelajaran pertama.

***

Jam pulang pun tiba. Bu guru Nisa sudah pergi meninggalkan kelas. Marshall menengok ke belakang dimana Zee duduk bersama Tieta, lalu Marshall berdiri di samping Zee.

"Hai... Aku Marshall," seloroh Marshall memperkenalkan diri seraya mengulurkan tangannya.

Zee diam dan menatap tangan Marshall yang terulur di hadapannya, tatapan Zee dingin dan tidak membalas uluran tangan Marshall.

Marshall merengut kecewa, karena Zee tak membalas uluran tangannya lalu Marshall menurunkan tangannya.

"Shall, ayo pulang," ajak temannya.

"Iya, tunggu," jawab Marshall.

Sebelum melangkah meninggalkan Zee seorang diri. Marshall sekali lagi menatap Zee yang tetap cuek dengan keberadaannya.

"Sorry, soal tadi pagi...." Ucap Marshall, setelah itu Marshall pergi meninggalkan Zee seorang diri di dalam kelas.

Zee menatap kepergian Marshall setelah itu Zee mencangklongkan tasnya dan meninggalkan kelasnya.

Zee sudah berdiri di luar gerbang sekolah, pandangan Zee teralihkan kepada Marshall yang tengah memboncengi seorang gadis cantik.

Gadis itu begitu manja terhadap Marshall. Zee terus menatap Marshall hingga kedua pasang mata itu bertemu, Zee langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sedangkan Marshall tersenyum tipis melihat Zee.

"Abang! Cepatan. Ais sudah kepanasan nih." Keluh Aisyah seraya mencebikan bibirnya.

"Iya-iya, Abang jalan," jawab Marshall sembari menyalakan mesin motornya dan meninggalkan sekolah.

Zee melirik Marshall yang sudah menjalankan motornya dengan seorang gadis cantik, lalu Zee menyetop angkot dan naik ke dalam angkot.

Zee turun dari angkot dan Zee berjalan masuk ke tempatnya bekerja, tapi sebelum Zee memulai kerjanya. Zee terlebih dahulu mengganti seragam sekolahnya dengan seragam kerja. Selesai berganti pakaian, Zee memulai kerjanya.

Hingga malam pun tiba, dan berakhirnya jam kerjanya.

"Zee, aku pulang duluan ya," pamit Neni dan Luna.

"Iya, hati-hati di jalan," jawab Zee.

Zee berpisah dengan kedua teman kerjanya, dan Zee berjalan ke arah belokan jalan dimana dirinya selalu menunggu angkot lewat. Saat sedang menunggu angkot, sepeda motor berhenti di depannya dan membuka kaca helmnya.

Zee memicingkan matanya melihat pengendara motor itu dan Zee teringat kepada pengendara motor yang ia mintai jaketnya.

"Mau kemana?" Tanyanya.

"Pulang," jawab Zee datar.

"Aku antar kamu pulang. Ayo cepat naik."

"Ngapain kamu nganterin aku pulang, kenal juga nggak aku sama kamu!" Ketus Zee, lalu si pengendara itu membuka helmnya dan tersenyum menatap Zee. Zee terkejut melihat Marshall.

Jadi yang aku mintai jaket itu dia, tapi kenapa dia diam saja di sekolah.

"Kenapa diam saja. Cepat naik. Aku antar kamu pulang, lagian ini sudah malam," pungkas Marshall.

"Nggak! Aku bisa pulang sendiri," tolak Zee.

"Ya sudah terserah kamu," jawab Marshall dan memakai helmnya kembali, tapi sebelum Marshall menyalakan motornya. Zee melihat lelaki bangkotan sedang berjalan ke arahnya. Lelaki yang waktu itu Zee hajar di rumah indehoy.

Lelaki bangkotan itu tidak sendirian, dia berjalan dengan dua lelaki yang lain. Tatapan lelaki itu begitu lekat memandanginya. Marshall sudah menyalakan motornya dan bersiap menjalankan motornya.

"Tunggu! Aku ikut."

"Yakin! Bukannya tadi kamu nggak mau," tukas Marshall.

"Aku berubah pikiran," jawab Zee sembari melirik lelaki bangkotan itu dan semakin dekat berjalan ke arahnya. Bukannya Zee takut, pasalnya Zee mana mungkin menghajar sekaligus tiga orang. Apalagi kedua teman si lelaki bangkotan itu memiliki tubuh besar dan tinggi.

Zee naik ke motor Marshall. " Cepat jalan," perintah Zee.

"Iya...."

Marshall pun melajukan motornya, sedangkan lelaki bangkotan itu terlihat sangat kesal karena tidak berhasil membawa Zee.

Zee bernafas lega, karena berhasil lolos dari lelaki bangkotan itu dan beruntungnya Zee bertemu dengan Marshall, kalau tidak Zee tidak tahu akan nasibnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!