Harry Booker melirik kearah adik laki-lakinya yang duduk di seberang meja, tak mempercayai yang baru saja adiknya katakan. "Apa kau bercanda? Kita sama sekali tidak membutuhkan wanita di tempat ini!"
David terlalu mudah naik darah, melompat dari kursi. "Ini bukan candaan Harry dan kau terlalu naif!"
Harry segera berdiri. "Jaga ucapanmu, David. Aku masih bisa memuntir telingamu jika mau."
Dagu David terangkat. "Coba saja."
Menatap kembali adik laki-lakinya, Harry berusaha meredam emosinya yang sempat tersulut. Menganggap itu menjadi alasan agar kota asal mereka Happiness, Carolina yang porak-poranda akibat badai sepuluh tahun lalu menjadi layak huni kembali.
Tidak ada korban jiwa. Tetapi karena kerusakan prasarana di kota terpencil yang memang sedang sekarat itu, semua penduduk meninggalkan properti mereka dan pindah ke tempat yang lebih aman dan makmur.
Saat badai terjadi hanya ada David yang berada disana. Setelah melihat dan memastikan keadaan kotanya yang benar-benar tidak layak untuk dijadikan tempat tinggal, ia kembali ke Angkatan Darat seperti kakaknya. Mereka terpencar ke belahan dunia yang berbeda, lalu bersamaan masa dinas mereka berakhir dalam jeda waktu yang sama dan mereka memutuskan untuk membangun kembali kota Happiness.
Saat berdinas di Angkatan Darat, David menangani proyek pananggulangan bencana. Ia tahu pemerintah setempat tertarik pada rencana "kota hijau". Jadi David berencana agar mereka mengajukan kepada pemerintah untuk membangun kembali kota Happiness dan masuk dalam proyek Industri daur ulang yang sedang tumbuh pesat.
Pemerintah memberikan dana dan kurun waktu selama tiga tahun untuk memenuhi persyaratan minimum. Jika tidak, tanah kota Happiness akan dikembalikan kepada pemerintah.
"David," kata Harry, "tentu kau tidak bersungguh-sungguh untuk membawa wanita ke sini, bukan?"
David melirik kakaknya yang tengah berdiri di hadapannya, lalu mengangkat bahu. "Semua para pekerja masih muda dan..."
"Bergairah," tambah David.
"Ya." Harry mendesah.
"Biarkan mereka mendapatkan pemandangan segar, Harry." Ujar David.
"Ada Molly di kantin," kilah Harry.
"Molly memang wanita baik," tukas David. "Dan cukup pantas menjadi nenek bagi sebagian besar dari mereka."
"Dan dia dulu adalah kolonel, jadi bukan tipe nenek yang hangat dan lembut. Bahkan kemarin ia memukulku karena aku tidak menghabiskan makanan yang dia sebut bubur itu."
"Kita beruntung memilikinya disini," kata Harry "Kalau tidak, bagaimana kita bisa mengatur makanan untuk para pekerja."
"Oh Harry, dia manjadikan kantin seperti barak militer dan makanannya sangat tidak enak."
"Tapi kau memakannya David," tukas Harry membela Molly. "Dan berkatnya para pekerja menjadi disiplin."
"Ya, Molly memang luar biasa," David mengakui. "Tapi kau harus mengerti mereka lebih tertarik dengan wanita muda yang masih lajang."
"Jarak kita hanya beberapa jam dari Atlanta dan sepertinya mereka tidak keberatan bermobil kesana pada akhir pekan" tukas Harry
"Sepuluh jam," David mengingatkan
*Harry mengusap-usap dagu. Dua belas tim, masing-masing beranggotakan 15, adalah jumlah yang sangat minim. Harus diakui, *memang sulit merekrut pekerja baru untuk menggantikan pekerja yang kabur di setiap minggu.
"Ayolah Harry, mendatangkan wanita akan mempercepat pertumbuhan kota ini," desak David. "Kita membutuhkan pedagang, guru, perawat, pengacara dan juga dokter."
Harry merapatkan bibir. "Baiklah, ini hanya karena kau ingin aku mendatangkan wanita untuk menghiburmu."
Lalu David mengangkat bahu malu-malu. "Tetapi dimana para wanita akan tinggal?"
"Kita bisa membangun asrama disebrang kantin." Usul Harry
...****************...
Hi, kakak semua..
Welcome di karya pertama aku, maaf kalo masih banyak kekurangan. Mohon dukungan Like, komen, Favorit, gift dan vote iyaa.. thanks before after
Sending love for you all 🤎
"Bagaimana dengan kondisi menara kita yang sangat buruk?" tanya Harry
"Kita harus cepat memperbaiki menara dan membuat tempat ini layak huni" ucap David
"Lalu apa rencanamu untuk menarik wanita datang ke tempat yang air minumnya saja langka, bahkan mal terdekat hanya bisa di capai dengan helikopter?" timpal Harry
"Aku dengan senang hati untuk pergi ke Atlanta dan mulai merekrut pekerja baru." ucap David
Harry mengerutkan dahi. "Di kelab penari tel*nj*ng dan bar? Oh David."
"Apa kau punya ide lainnya, Harry?" tanya David
"Sejak awal aku sudah merasa jika ini tidak benar, tapi... aku mendukung," Harry mengumumkan. Ia berputar dan berjalan menuju kantornya, terlihat otot wajahnya yang menegang. Firasatnya mengatakan akan ada bencana menguasainya.
"Mau kemana kau?" panggil David
"Mencari perlindungan," seru Harry dari balik bahunya yang kekar. "Karena aku yakin tidak lama lagi kau akan menimbulkan bencana lain bagi kota ini."
......................
David Booker turun dari tangga menara yang baru saja ia perbaiki. Menara yang menjulang di kota Happiness. Menatap tanah gundul yang terbentang luas dengan hamparan tanah merah yang tandus di sepanjang mata memandang, di batasi oleh barisan puing-puing pohon kayu keras yang menandakan bahwa badai yang datang sangatlah ekstrim pada sepuluh tahun silam.
David dan Harry dengan tekad yang kuat berniat untuk membangun kembali kota Happiness. Di temani dengan sepasukan pria-pria bertubuh kuat, mereka berhasil dengan cepat membersihkan reruntuhan bangunan yang tersisa. Terlihat sebatang pinus yang sangat tinggi dan kontras di kejauhan, sebenarnya adalah menara ponsel tersembunyi. Menara yang sejak awal di pasang oleh perusahaan komunikasi yang sangat ingin menjadi mitra pembangunan kota Happiness.
Tampak jalan baru beraspal daur ulang bagaikan pita hitam cantik yang mengarah hingga ke tempat yang di tetapkan sebagai pusat kota. Benar, pusat kota Happiness masih dalam visi yang belum menjadi kenyataan, karena hingga saat ini hanya ada aula makan yang biasa mereka sebut 'kantin' dan mes yang dibangun sebagai persiapan untuk para tamu yang akan tiba.
David melepas baju kerja dan meletakkan di tepian pagar untuk menikmati semilir angin yang sejuk dan langka. Sengatan musim panas sangat brutal di temani kelembaban yang menggila, sebelum akhirnya menjadi lebih nyaman. Mengeluarkan bandana dari saku celana jins untuk mengelap keringat yang bercucuran di leher sambil menatap cakrawala, berharap ada sesuatu yang datang. Apapun yang menunjukkan bahwa iklan yang sudah ia pasang di koran mendapat tanggapan. Iklan itu tersebar di kota bagian selatan yang paling minim ekonominya dan sudah mencantumkan kebutuhan mereka akan "seratus wanita yang ingin memulai hidup baru".
Iklan itu dipasang di koran seminggu yang lalu, dan David sudah memanjat menara beberapa kali dalam sehari dengan harapan melihat mobil atau apapun yang bergerak menuju kota Happiness.
Harry terkekeh setiap kali David kembali ke kantor dan mengacungkan jempol ke bawah. David enggan kembali hanya untuk melihat Harry mengolok-oloknya lagi. Harry yakin tak ada wanita lajang berpikiran waras yang akan datang ke kota terpencil mereka meskipun diiming-imingi banyak pria lajang utara yang bertubuh kekar.
Ia mengumpat pelan sambil melepas jepit teropong dari sabuknya. David menyetel lensa teropong agar terfokus ke pemandangan jarak jauh, terpusat ke jalan baru yang tampak mentereng.
David menelusuri pemandangan untuk mencari tanda-tanda kedatangan manusia. Dulu menara itu adalah tempat untuk meninjau kebakaran akibat petir dan bencana alam lainnya. Terpasang kotak logam di sisi tangga yang berisi sirine badai.
David melihat gerakan di kejauhan dan menyetel teropong untuk melihat lebih dekat. Ketika terlihat kepulan asap yg memenuhi aspal hitam, jantungnya berdegup kencang-ada kendaraan yang mendekat, dan ia hampir saja menjatuhkan teropongnya.
...****************...
Berlusin-lusin.
Iring-iringan itu sedang menuju Happiness! Dan dari bentuk tangan, kepala, dan untaian rambut panjang yang tertiup keluar kaca jendela yang diturunkan, mobil-mobil itu penuh sesak oleh wanita. Yah, wanita cantik, seksi, bersemangat dan siap untuk dikencani!
David bersorak kegirangan. Ia melompat-lompat, melambaikan tangan, meskipun sadar bahwa kecil kemungkinan ia dapat terlihat dari jarak yang sejauh itu. Tapi iklan itu nyatanya berhasil--ia tak sabar ingin memberitahu Harry! David berlari ke tangga sambil mengembalikan teropong ke sabuk, sekaligus mencari ponsel. Dengan satu tangan, ia mulai menuruni tangga menara yang tinggi dan sempit, sementara tangan satunya lagi mencari nomor kakaknya.
Tiba-tiba David sadar baju kerjanya tertinggal dan dalam langkah kebimbangan, kakinya tiba-tiba tergelincir dari anak tangga. Satu tangannya terlepas karna tidak mampu menahan bobot badannya. Ia meringis menyadari seberapa tinggi jarak anak tangga dan tanah saat terjatuh. Melambai-lambaikan tangan ke udara selama beberapa detik sebelum akhirnya Ia menyerah dan menekuk tubuhnya untuk mengurangi rasa sakit.
David mengumpat kesal. Menyadari nasibnya yang malang. Mobil-mobil wanita yang di harapkan sudah tiba disini tetapi nyatanya, ia sekarang malah terkapar di kaki menara dengan kaki yang patah.
----------------
Mendarat dengan punggung itu bukan hal yang baik. Mengguncang setiap tulang di tubuh David dan membuat napasnya tersembur dari paru-paru.
Ia terbaring disana selama beberapa detik menunggu rasa nyerinya berkurang, baru setelah itu berani bernafas. Tak memiliki pilihan kecuali menghirup udara ke dalam tubuh, ia tersadar dan bersyukur kerena paru-parunya tidak bocor dan berharap organ lainnya juga utuh. Harum rumput liat dan bau tanah memenuhi indra penciumannya. Pendengarannya di penuhi bunyi dengung serangga dalam ilalang di sekeliling.
Membuka mata dengan hati-hati dan melihat menara tepat di atasnya dalam ketinggian yang sangat menakutkan. Sebuah keajaiban ia masih hidup saat ini.
"David? David?"
Sayup terdengar, ia mengerjap dan sadar jika suara itu berasal dari ponsel yang terletak di dekat kepala.
Harry.
David berusaha meraih benda itu, tetapi ketika rasa nyeri menyergap bagian bawah tungkai kirinya, sontak ia berteriak kesakitan.
"David?"
David kembali mencoba, mengertakkan gigi untuk menahan rasa sakit dan akhirnya berhasil menggenggam ponsel. Mendekatkan benda itu ke telinga. "Yeah, ini aku."
"Apa yang terjadi?" tanya Harry
David meringis, menyesal. "Tadi aku di menara."
"Lalu?"
"Lalu... aku punya berita baik dan berita buruk."
"Ceritakan kabar baiknya." Desah Harry
"Ada iring-iringan mobil berisi wanita sedang menuju ke sini." jawab David
"Kalau itu berita baiknya," tukas Harry masam, "Kurasa aku tidak mau mendengar kabar buruknya."
"Kabar buruknya, aku terjatuh dari menara dan kurasa kakiku patah."
David menjauhkan ponsel dari telinga agar tidak mendengar umpatan yang di lontarkan kakaknya. Lalu mengambil kembali ponsel, "Kau akan menjemputku atau aku harus merangkak kembali ke kota?"
"Kau berdarah?" tanya Harry
David mencoba melihat dan memeriksa ke sekujur tubuhnya yang tertutup debu. "Kurasa tidak."
"Baiklah, rasanya lebih baik kubiarkan saja kau terbaring disana," geram Harry, kemudian kembali mengumpat. "Aku akan mencari bantuan dan segera kesana." Lalu memutus sambungan.
David merebahkan kembali kepalanya ke rerumputan. Harry benar, mereka sedang kekurangan tenaga. Jika tungkainya patah, setidaknya ia harus beristirahat selama beberapa minggu dan menyusahkan kakaknya.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!