Melati gadis yang enerjik, kehadirannya mampu membuat teman-teman serta sahabat-sahabatnya tertawa terbahak-bahak.Tanpa kehadiran Melati sama dengan hampa.Itu slogan teman-teman Melati.
Tapi hanya sahabat dekatnya saja Veli, yang mengetahui dibalik senyum dan keceriaan Melati tersimpan luka batin yang sangat dalam. Dan tidak ingin orang lain ketahui.
Melati punya banyak cara untuk menyembunyikan perasaannya. Karena ia seorang dancer, Melati terbiasa melarikan diri dan bersembunyi di balik hobi menarinya. Untuk menutupi kesedihannya.
Bagi Melati dengan menari, ia bisa lari dari kekecewaan dan kesedihannya. Ia bisa menghibur dirinya dan mengatakan aku tidak apa-apa melalui tariannya.
Tetapi sejak ia mengenal Leo, kehidupannya berubah. Leo lelaki lembut, rupawan, baik hati familly man dan jujur. Mampu mengobati sedikit lukanya, walaupun ia belum berani benar-benar percaya lagi pada makhluk yang bernama Lelaki.
Bagaikan harapan tipis, setipis kertas. Melati masih menyimpan harapan bahagia bersama seseorang yang mencintainya.
........................................
"Mel kapan menikah?" Tanya Tante Irene.
Melati hanya tersenyum getir.
"Rani sepupu kamu, bulan depan menikah lho, kamu kapan?" Kembali Tante Irene bertanya nyinyir.
Rani adalah sepupu yang paling dekat dengannya. Sejak kecil mereka sering menghabiskan waktu bersama. Bermain bersama bahkan memakai baju kembar pun sering mereka lakukan. Rani lebih memiliki keberuntungan dalam hal asmara daripada Melati.
Tidak perlu waktu lama bagi Rani untuk segera dipersunting pujaan hatinya.
"Kamu Leo kan? Pacar Melati. Kapan nih kalian meresmikan hubungan kalian? Keburu Dinausaurus bangkit lagi lho." Celetuk Tante Irene lagi sambil terkekeh.
"Segera Tante kalau sudah waktunya. Di doakan saja." sahut Melati sambil menarik tangan Leo menjauh dari Tante Irene.
"Permisi tante,mau ambil minuman" ucap Melati mencari alibi untuk menghindar.
Melati merasa tidak nyaman dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan sensitif yang dilontarkan oleh tantenya.
Hubungannya dengan Leo pun masih seumur jagung walau terlihat sebagai laki-laki baik dan bertanggung jawab. Tetapi entahlah tidak ada getaran-getaran di hatinya, seperti yang dulu yang pernah ia rasakan saat bersama kekasih sebelumnya.
Tetapi tidak dipungkiri bahwa kehadiran Leo adalah obat dan jawaban akan doa yang ia panjatkan saat itu. Saat dirinya terluka hebat akibat pengkhianatan-pengkhianatan kekasihnya terdahulu.
..................................................
Hari ini Leo mengajak Melati untuk berkeliling ke Puncak,
Berkendara berdua saling berpelukan di antara pohon-pohon Cemara disepanjang jalan yang berliku. Dan dilingkupi udara yang sejuk serta hawa dingin yang sempat merasuk hingga ke tulang.Membawa suasana romantis tersendiri bagi Melati dan Leo.
Sejuknya udara Puncak dan hamparan hijau pemandangan indah di sepanjang perjalanan membuat mereka lupa waktu.
"Mel ... Kita berhenti dulu sebentar ya, sudah lapar nih" ajak Leo.
"Okay... Itu didepan ada warung, sepertinya enak Ayam bakar Kalasan." tunjuk Melati.
Akhirnya mereka berdua berhenti di depan sebuah warung lesehan yang di depannya tertulis Ayam bakar Kalasan.
Sambil menunggu ayam bakar pesanan mereka datang.Mereka juga memesan jagung bakar untuk mengganjal perut mereka terlebih dahulu.Serta dua gelas teh hangat.Untuk menghangatkan badan melawan udara dingin Puncak.
"Mel ..., mungkin bulan depan keluarga aku ingin bertemu dengan keluarga kamu.
Melati terdiam berusaha memahami perkataan Leo.
"Mel ..." Leo menatap intens ke arah Melati.
"Maksud kamu dengan bertemu dengan keluarga aku?" tanya Melati berusaha memperjelas ucapan Leo
"Aku telah berpikir semalam tentang hubungan kita. Aku pikir sudah saatnya kita untuk mengukuhkan hubungan kita ke jenjang selanjutnya. Usia kita juga sudah tidak lagi muda jadi untuk apa kita buang-buang waktu untuk yang tidak pasti " jelas Leo.
"Jadi aku putuskan untuk meresmikan hubungan kita dalam ikatan pernikahan.Bagaimana menurut kamu?" tanya serius Leo.
Mendengar ajakan serius yang keluar dari mulut Leo, membuat Melati merasa dibawa terbang tinggi ke awang-awang. Tetapi ia masih takut untuk merasa bahagia saat mendengarnya dan itu semua karena pengalaman pahit yang pernah ia rasakan.
"Kamu serius Leo?Yakin?" Selidik Melati lebih lanjut.
"Ya! tunggu apalagi.? Kapan lagi?!" Ucap Leo yakin
"Kamu mau kan?" tanya Leo pada Melati.
Melati pun mengangguk. Lalu Leo meraih tangan Melati dan mengecup tangan Melati.
"Permisi mas ... Ini ayam bakarnya" ucap pelayan warung mengantarkan ayam bakar pesanan mereka.
"Nasi dan minumnya bisa refill sepuasnya" jelas pelayan.
"Wow terima kasih ya" ucap Leo
"Yuk Mel kita makan dulu, kemudian kita lanjutkan perjalanan kita ke air terjun." ajak Leo yang tidak sabar untuk menghabiskan makanan yang ada di hadapannya
Nasi ayam bakar dan sambel lalapan .Menu yang pastinya nikmat bila disantap di tengah udara dingin seperti ini.
Kemudian mereka pun dengan lahapnya menikmati menu makan siang mereka, di temani udara sejuk dan angin semilir serta hati yang berbunga-bunga karena momen special yang telah lama ditunggu akan segera terwujud.
.............................................................
"Serius??" tanya Velli. Saat diberitahu Melati bahwa Leo telah melamarnya. "Bulan depan keluarga Leo akan mengundang keluarga aku untuk berkenalan." Jelas Melati menceritakan apa yang diutarakan Leo padanya.
"Wow selamat ya Mel ...setelah melepas sebuah batu kali, akhirnya kamu sekarang telah menemukan emas murni." Peluk Veli pada sahabatnya itu
Melati hanya tersenyum samar."Terima kasih Vell ini semua berkat doa mu juga."
Melihat orang-orang di sekitarnya bahagia dengan berita yang dibawanya, Melati pun tersenyum.
Leo lelaki yang baru setahun yang lalu dikenalnya dan tak pernah terbesit sedikitpun di benaknya, bahwa justru laki-laki inilah yang akan menikahi dirinya dan akan membawa kebahagiaan dalam hidupnya.
Melati mencoba untuk mengingat kembali perjalanan cintanya yang penuh lika liku dan air mata.
Pengalaman pahit yang telah ia lewati bersama orang-orang yang pernah hadir dalam hidupnya cukup membuat dirinya belajar untuk tidak lagi berharap berlebihan pada yang namanya CINTA.
Leo adalah tetes embun yang menyegarkan disaat diriku kehausan akan kasih sayang
"Aku bahagia sangat bahagia.Terima kasih Leo untuk Cinta dan sayangmu" ucap lirih Melati.
.............................................................
Sebulan telah berlalu saatnya keluarga Melati bertemu dan berkenalan dengan keluarga Leo.
Hati Melati berdebar tak menentu saat mobil yang berisi dirinya, Ibu, Ayah, Paman dan adik-adiknya sudah mulai mendekati rumah Leo.
Tanpa disadarinya, Melati mengigit bibirnya dan menggenggam tangannya sendiri untuk mengurangi ketegangan yang ia rasakan.
Mengetahui kekasih dan rombongannya datang, Leo langsung menyambut kedatangan mereka dengan penuh kegembiraan.
Tidak ketinggalan pula kedua orang tua Leo pun menyambut hangat kedatangan keluarga Melati.
Perasaan khawatir dan tegang yang tadi dirasakan oleh Melati berangsur-angsur mulai hilang.Senyum manis tersungging indah di bibir Melati.
Sepasang lengan yang kekar tiba-tiba telah melingkar di pinggang Melati " I Love You." Bisik Leo.
Melati menoleh ke arah Leo yang langsung mendapatkan sebuah kecupan hangat di pipinya.
Belum sempat Melati mengeluarkan kata-kata, Leo menarik tangan Melati menjauh dari keramaian.
"Leo .... Kita kemana?" tanya Melati.
Leo terus membawa Melati ke halaman belakang rumahnya yang masih berupa pematang sawah.
"Kamu tahu, hari ini aku bahagia sekali."
"Bahagia kenapa?" tanya Melati pura-pura polos
"Karena keluarga kita sudah saling kenal." jawab singkat Leo, sambil mengacak-acak rambut Melati.
"Aku mau setelah kita menikah nanti, kamu berhenti menari ya" pinta Leo.
Melati pun membelalakan mata "Apa?" tanya Melati memastikan pendengarannya.
"Iya aku mau istriku nanti tidak perlu bersusah payah mecari uang. Biar aku saja, kamu urus anak-anak kita saja di rumah." Leo merangkul Melati sambil mengungkapan keinginan dan mimpinya bila mereka menikah nantinya.
Melati bersandar di bahu Leo sambil mendengarkan impian pernikahan mereka
.............................................................
Persiapan pernikahan Melati sudah berjalan hampir sembilan puluh sembilan persen.
Seharusnya dirinya merasa bahagia.Tetapi entahlah kenapa perasaannya hanya terasa biasa saja.
Justru ada keraguan dan peperangan di dalam batin Melati yang muncul disaat detik detik persiapan pernikahan mereka sudah hampir selesai.
Melati sendiri tidak paham dengan perasaannya."Kenapa aku jadi ragu disaat-saat terakhir persiapan pernikahan ini?"
Apalagi larangan Leo, untuk tidak mengundang teman-teman kantornya ke pesta pernikahan mereka nanti.Membuat Melati bertanya-tanya "Kenapa? Apa ada yang salah?' tanya batin Melati.
"Hei Mel ....,ngelamun apaan? Hari besar kamu sudah hampir di depan mata lho.Kok masih galau sih!" tanya Velly.
Belum sempat Melati menjawabnya.
"Sayang ! Nih aku belikan kue kesukaan kamu.Kebetulan tadi pas lewat kok ada yang jual kue ini.Lalu aku berhenti dan beli ini buat kamu. Ingat kamu sih." ucap Leo menggoda Melati.
Melati pun tersenyum"Terima kasih sayang"
"Hmm bikin ngiri deh.Ada satu lagi gak Mel cowok model begini aku mauu" celetuk Velly.
Lalu mereka pun tertawa bersama.
"Aku doakan kalian bahagia selamanya deh" ucap Velly. Sambil menyentuh pundak Melati dan Leo.
"Semoga jangan ada airmata lagi dalam hidupmu" bisik Velly.
"Amin." sahut Melati
.............................................................
Udara pagi ini terasa begitu segar.Kesibukan sudah mulai terlihat di rumah Melati..Hari ini adalah hari bahagia Melati dan Leo.
Jam di dinding telah menunjukkan pukul sepuluh pagi.Para undangan, sahabat dan kerabat telah berkumpul.
Kini tibalah saat yang paling penting dalam hidup Melati dan Leo.
"Saya terima nikah dan kawinnya Melati Kusuma Wardhani binti Mohammad Fadil dengan mas kawin seperangkat perhiasan emas yang dibayar ..... TUNAI." yang dengan satu tarikan nafas Leo berhasil mengucapkannya.
"Bagaimana .....? SAH... SAH ... Para saksi? tanya bapak penghulu dengan kedua orang saksi.
"SAH ..... " jawab para saksi yang hadir.
Terlihat Leo bernapas lega setelah dinyatakan SAH.
Kemudian Leo menunggu kedatangan pengantin wanitanya dengan hati gelisah.
Melati Kusuma Wardhani kini telah sah menjadi istrinya.
Melati mengenakan kebaya putih bermotifkan bunga mawar. Yang membuatnya semakin terlihat anggun dan menawan. Ia menyalami dan mencium tangan Leo sebagai tanda bakti seorang istri pada suaminya.
Kemudian dilakukan penandatanganan surat nikah dan penyerahan mas kawin.
Terdengar riuh bahagia ucapan selamat dan tepuk tangan dari para hadirin yang datang dan menyaksikan ikrar janji suci mereka.
.............................................................
"Yeahh selamat ya Mel! Akhirnya pangeran impian kamu datang dan menjemputmu. Bahagia selalu ya." Ucap Tiara sahabat sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.
" Amin!Terima kasih. Kamu juga Tiara, bahagia selalu dengan keluarga kecil kamu." doa Melati.
Ucapan selamat dan doa terus mengalir dari para saudara, kerabat dan sahabat.
Malam ini adalah malam terindah bagi Melati dan Leo.Semua bersukacita dalam kebahagiaan
..,.........................................................
Sudah hampir dua bulan. Hiruk pikuk kebahagiaan resepsi pernikahan sederhananya kini telah berlalu. Semua rutinitas kembali seperti semula. Tetapi yang berbeda kali ini, Melati tidak lagi menjadi guru tari. Terkadang ada perasaan rindu di hatinya untuk bisa kembali menari. Berkumpul bersama murid-murid nya dan menari bersama yang sudah menjadi kebiasaan dan hobi yang sejak dulu ia lakukan.
Tapi karena permintaan suaminya, Melati pun menurut saja. Melati ingin menjadi istri yang berbakti untuk suaminya sebagai wujud rasa sayang dan hormat pada suami.
"Heii kok melamun?" Tiba-tiba Leo sudah ada disampingnya.
Belum sempat Melati menjawab. Dan sadar dari lamunannya.
"Mel, ada duit dua juta?"
"Untuk apa?" Kedua alis Melati bertemu di tengah. Heran tiba-tiba Leo meminta uang. Sedangkan bulan kemarin ia tidak memberinya nafkah dengan alasan temannya kecelakaan dan pinjam uang padanya
"Untuk ayah." jawab singkat Leo
"Ayah??" tanya Melati belum paham.
"Iya. Kasihan ayah. Uang kemarin ada kan?" Leo berusaha menegaskan.
Melati hanya menghela napas tertahan.
Dan ini adalah awal dari penderitaan dan ujian hidup sesungguhnya.
...........................................................
Hari demi hari hidup bersama Leo dalam satu atap dan balutan janji suci untuk setia menemani dalam suka dan duka. Meneteskan air mata pilu.
Kehidupan pernikahan bahagia yang dulu ia bayangkan hanyalah mimpi.
Leo mulai memperlihatkan sifat aslinya.Mudah sekali menyalahkan orang lain, mengumpat, berkata kasar dan selalu menyepelekan perempuan.
Bagi Leo perempuan itu pembawa sial. Wanita lemah yang menyusahkan.
Pandangan merendahkan kaum perempuan ini lah yang membuat Melati menahan sakit di dadanya.
.............................................................
Jam sudah menunjukkan pukul dua belas tengah malam tetapi Leo belum juga pulang ke rumah.
Melati hanya bisa memandangi jam di dinding. Sudah berkali-kali ia mencoba untuk menghubungi suaminya Leo, melalui telepon maupun mengirim pesan singkat. Tetapi semua usahanya nihil. Tidak ada respon apapun dari suaminya.
Tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka disusul dengan suara pecahan kaca dan derit kursi.
Dengan tergesa-gesa Melati berjalan menuju ke sumber suara tersebut.
Betapa terkejutnya dirinya saat melihat ruang tamunya berantakan. Vas bunga pecah berkeping-keping dan suaminya tergeletak begitu saja di lantai dalam keadaan mabuk.
Melati hanya mampu menatap sedih melihat suaminya tergeletak tak sadarkan diri dalam keadaan mabuk .Ia hanya bisa mengusap perut buncitnya. Mencoba mencari kekuatan pada anak yang dikandungnya.
.............................................................
Rumah tangga bahagia yang ia impikan ternyata hanyalah sebuah kenyataan semu.
Pernikahannya dengan Leo yang dulu ia bayangkan akan menjadi pernikahan yang bahagia yang akan menghapus semua luka yang dulu pernah ia alami Kini hanyalah tinggal impian.
Leo yang dulu begitu sopan dan bertanggung jawab kini berubah menjadi sosok yang begitu egois. Kasar dan bermulut pedas.
Disaat kandungannya sudah menginjak usia tujuh bulan. Leo masih saja bersikap seenaknya sendiri.
Pulang pagi tanpa pernah memberitahu Melati kemana dan darimana ia semalam.
Melihat suaminya pulang dalam keadaan mabuk membuat Melati merasa hancur.Kemana Leo yang dulu Leo yang ia kenal lembut dan hangat.Leo yang sekarang berubah menjadi pribadi yang berbeda.
.......................................................................
Hari ini waktu Melati untuk kontrol kandungannya. Tetapi saat ini ia tidak mempunyai uang sepeser pun di dompet.Ia hanya diam melihat jumlah saldo di buku tabungannya yang semakin menipis
Merasa anak yang dikandungnya adalah anak Leo juga. Melati mencoba meminta uang pada suaminya untuk kontrol ke dokter kandungan.
Melihat suaminya sedang bersantai minum kopi sambil bermain game online. Melati pun memberanikan diri untuk meminta uang pada suaminya.
Dengan perasaan yang ia sendiri tidak pahami.Melatipun mendekati suaminya.
"Leo ..., hari ini kamu sibuk kah?" Melati mencoba membuka percakapan dengan suaminya.
Leo hanya melirik dengan sorot mata yang seolah berkata" Apa lagi sih! Dasar pengganggu."
Melati berusaha untuk tenang dan sabar bahkan bibirnya pun tersungging sebuah senyuman manis. Walau sebenarnya hatinya teriris perih bahkan airnata nya pun mulai tergenang di sudut matanya.
Tetapi demi sang buah hati yang dikandungnya ia mencoba untuk memberanikan diri meminta uang untuk kontrol kandungan yang seharusnya sudah menjadi hak anak yang dikandungnya.
Sebenarnya ia tidak perlu mengemis pada suami dan ayah anak yang dikandungnya. Tetapi biarlah demi anak yang dikandungnya Melati menjatuhkan harga diri nya untuk mengemis sesuatu yang seharusnya sudah menjadi haknya.
"Memangnya kenapa? Kamu mau mengajakku makan di luar? Ayoo aku juga bosan makan masakan di rumah yang hanya tempe, tahu , dan telur " ungkap Leo dan langsung beranjak pergi
Melati terkejut dengan sikap Leo. Reaksi yang sama sekali tidak pernah ia duga sebelumnya.
"Ayoo! Lapar nih!" Teriak Leo menuju mobil.
Melati sedikit syok dengan reaksi suaminya. Niat untuk meminta uang untuk kontrol kandungan jadinya malah makan di luar "Alamat dia lagi yang membayar makanan yang nanti dipesan." batin Melati gelisah.
"Bagaimana ini? kalau aku bilang tidak ada duit dia pasti tidak akan percaya dan malah menuduh menghambur-hambur kan uang." Jerit batin Melati.
Klakson mobil tiga kali telah berbunyi. Tanda Leo sudah tidak sabar menunggu.
Tanpa bisa berpikir lebih lama lagi. Melati pun langsung menyambar dompet kecilnya yang hanya berisi satu lembar uang lima puluh ribu saja .
Ingin berteriak dan menangis tapi keadaan tidak memungkinkan.
Yang bisa dilakukan Melati hanya menuruti kemauan suaminya.
Ia pun akhirnya masuk ke mobil.
"Lambat sekali sih kayak keong! Sudah tahu suami kelaparan masih saja lelet. Sengaja biar maag aku kambuh gitu? Dasar istri tidak paham suaminya sendiri!" Ucapan-ucapan pedas keluar dengan lancarnya dari mulut Leo.
Mendengar semua itu Melati hanya bisa mengelus dada. Dan berdoa meminta panjang sabar dan memaafkan untuk dirinya sendiri.
...................................................................
Mobil berhenti di depan depot Chinese Food.
Melati menelan Saliva nya sendiri tanda ia tidak tahu apa lagi yang bisa ia perbuat.Walau terlihat duduk manis tetapi hati Melati bergejolak hebat
"Bagaimana kalau uang selembar ini tidak cukup untuk membayar makanan yang nantinya akan dipesan?"pikir Melati bingung.
Leo memesan kwetiau goreng seafood dan nasi goreng serta es teh.
Setelah memesan makanan yang diinginkannya, Leo kemudian menyodorkan daftar menu kepada Melati untuk memesan makanan juga.
Melati hanya menggelengkan kepala. "Kamu saja yang makan, aku masih kenyang." sahut Melati bergetar.
"Okay jangan bilang aku tidak mengajakmu makan.Diajak makan enak kok ditolak." gerutu Leo.
Melati hanya bisa bersabar, sebisa mungkin ia berusaha untuk menyembunyikan apa yang sesungguhnya ia rasakan. Sebenarnya dirinya juga lapar tapi mengingat hanya selembar uang berwarna biru yang ia punya. Maka Melati lebih memilih makan di rumah saja
Dan apa yang ia pikirkan ternyata benar. Selesai Leo makan dengan lahapnya tanpa menawarkan sedikitpun pada istrinya walaupun hanya sekedar basa basi. Leo pergi begitu saja dengan cueknya.
"Leo ... " panggil Melati memberanikan diri.
"Apalagi?" jawab Leo cuek.
"Belum dibayar."Melati mencoba untuk mengingatkan.
"Bayarlah jangan pelit-pelit sama suami sendiri." Lalu Leo pun melangkah menjauh menuju mobil.Meninggalkan Melati yang terdiam menangis dalam kehancuran.
.......................................................................
Di rumah Velly, Melati menumpahkan segala kekesalannya dan segala uneg-uneg yang disimpannya sendiri diam-diam selama ini.
Dan untuk pertama kalinya sejak sahabatnya ini menikah. Velly baru menyadari bahwa rumah tangga Melati tidak sebahagia yang terlihat dari luar.
Pribadi Leo yang ia kenal ternyata berbeda terbalik dengan Leo yang sesungguhnya.
Melihat Melati menangis dalam kesedihannya membuat hatinya pun tercabik-cabik.
"Kenapa Mel. Kamu selalu bertemu dengan orang yang salah. Kukira dengan pernikahan ini akan membuat dirimu merasakan bahagia sesungguhnya sebagai wanita dan istri. Bahkan sebentar lagi sebagai seorang ibu. Tapi kenyataannya tak seindah yang kita impikan." Batin Velly dalam bisu memandang sedih Melati dalam diam.
Melati menyadari kesalahannya kenapa dahulu ia tidak mempercayai perasaannya yang mencoba berkali-kali mengatakan dalam keraguan untuk berpikir ulang menerima Leo sebagai pendamping dalam hidupnya.
Demi kebahagiaan orang-orang disekitarnya Melati menepis segala keraguan hatinya Jujur sebenarnya Leo jauh dari kriteria lelaki yang ia idamkan
Tetapi karena semua orang disekelilingnya sudah ramai menekannya untuk menikah. Karena usia dirinya yang sudah hampir berkepala tiga dan semua saudara yang seumuran satu persatu sudah menampaki kehidupan berumah tangga yang bahagia . Dan pada saat itu Leo lah yang ada di hidupnya setelah kegagalan demi kegagalan cinta yang dialaminya. Akhirnya Melati pun memutuskan untuk menerima lamaran Leo.
Leo lelaki yang ia kenal dalam waktu yang bisa dibilang masih seumur jagung . Tetapi saat itu Leo yang ia kenal adalah laki-laki yang kalem, sopan dan bertanggung jawab.Ternyata semua itu hanya kulitnya saja .
Penyesalan yang terlambat.Kini Melati merasa tidak bisa berbuat apa-apa.Terus berarti penghancuran diri tetapi mundur pun ia tak mampu karena kini di dalam rahimnya sudah tercipta mahluk mungil yang tak berdosa.
Kini Melati hanya bisa meratapi kehidupan rumah tangga nya yang begitu komplek.Berusaha menerima kepribadian ajaib suaminya yang baru terlihat setelah mereka terikat dalam tali pernikahan suci.
Hanya harapan dalam doa yang kini ia pegang. Luka yang dulu ia kira akan sembuh dengan kehadiran Leo dalam hidupnya ternyata ia salah. Luka itu bukannya kering tetapi semakin dalam dan berdarah. Leo yang ia harapkan sebagai obat ternyata justru menambah lukanya semakin dalam dan lebar
"Mel ... sabar ya. Tetaplah berharap dalam doa. Kelak Leo pasti menyadari kesalahannya pada dirimu dan ia akan kembali menjadi Leo yang berkepribadian hangat seperti dulu lagi."Velly memeluk sahabatnya itu mencoba mentransfer kekuatannya untuk Melati.
Sambil mencoba menghapus butiran hangat yang mengalir di kedua pipinya. Melati menatap nanar jendela kamar Velly.
"Leo tidak pernah lagi memberiku nafkah.Bahkan untuk anaknya sendiri, ia tidak pernah peduli. Sebenarnya kemarin jadwal aku untuk kontrol kandungan. Tetapi aku tidak punya uang. Aku telah mencoba untuk meminta hak anakku hanya anakku saja bukan untuk diriku. Tetapi Leo tidak peka." Ucap lirih Melati dalam tangis.
"Gila! Ini benar-benar gila! Kamu harus tegas Mel jangan mau diperalat dan disepelekan seperti itu Leo harus paham akan kewajibannya sebagai seorang suami dan calon ayah. Aku akan briefing dia bila ia tidak tahu tugas dan kewajibannya sebagai suami?" geram Velly mendengar curhatan sahabatnya.
"Ini.Kamu pakai dulu uang aku.Kesehatan bayimu jauh lebih penting. Kapan kamu mau kontrol, hubungi aku. Nanti aku yang akan menemanimu jangan sungkan"
Melati adalah sahabatnya yang paling pintar menyembunyikan masalah dan kesedihan dalam hidupnya. Tetapi bila ia sampai mengeluarkan segala kesedihan nya itu pertanda ia sudah benar-benar berada di batas ketidakmampuannya menyembunyikan apa yang ia rasakan.
"Jangan Vel! Aku takut, Leo akan semakin marah padaku bila dia tahu aku bercerita padamu.dan akan membuat suasana di rumah semakin panas." cegah Melati.
"Mungkin dia sudah punya wanita lain yang lebih sesuai dengan dirinya" ucap lirih Melati tertunduk lesu dengan berlinang airnata.
"Maksud kamu?"
"Leo tidak pernah lagi menyentuhku. Mungkin aku bukan wanita yang sesuai dengannya"
Velly mencoba bersikap setenang mungkin. Demi sahabatnya itu. Ia tidak mau membuat sahabatnya itu semakin sedih. Walau sebenarnya hatinya terbakar amarah. Ingin sekali ia memaki-maki laki-laki tak berguna dan kurang ajar itu. Yang dengan sadar dan seenaknya saja menyiksa batin Melati.
Tetapi saat ini yang mampu ia lakukan hanya memeluk sahabatnya itu dan membiarkan ia menangis dan tenang dalam pelukannya.
"Menangis lah Mel. Menangis bukan berati kamu lemah. Aku tahu kamu wanita kuat. Bahkan apa yang terjadi padamu saat ini, menunjukan bahwa kamu adalah Wanita pilihan. Yang mampu melewati badai hidup ini" Velly berusaha menghibur sahabatnya itu. Walau hatinya pun merasa hancur.
"Tapi sampai kapan Vel! Tak cukupkah penderitaan demi penderitaan yang dulu aku lalui .Kenapa aku tak boleh merasa bahagia seperti yang lain. Walau hanya sekali dalam hidup aku?? Aku hanya ingin bahagia vel!" Jerit Melati dalam tangis.
Velly hanya terdiam dalam kesedihan. Tidak ia temukan satu katapun yang bisa ia katakan pada Melati saat ini. Luka itu terlalu dalam . Dia hanya bisa memberi support dan berdoa yang terbaik untuk sahabatnya itu.
......................................
Sinar mentari pagi mencoba untuk menerobos masuk di antara kisi-kisi jendela.
Melati menggeliat melemaskan otot-otot tubuhnya yang entah mengapa seluruh tubuhnya terasa pegal dan kaku.
Ia mencoba untuk membuka matanya yang masih terasa berat dan lengket Walaupun dirinya saat ini,masih berada di dalam kamar,.tetapi panasnya sinar mentari mulai terasa menyentuh kulit tubuhnya .Membuatnya mulai terjaga dari tidurnya meskipun matanya belum mau diajak kompromi untuk terbuka melihat sekeliling..
Perlahan Melati menggosok- gosok matanya. Lalu mencoba untuk membuka mata. Ia melihat suaminya masih tergeletak tertidur disampingnya. Setelah entah jam berapa suaminya pulang.Melati hanya bisa memandanginya saja "Kenapa Leo, kenapa kamu berubah? Kemana Leo yang penuh kehangatan yang dulu pernah aku kenal.' tatap sedih Melati.
Tiba-tiba Leo memeluk dalam tidurnya .... tubuh berat Leo menimpa dirinya. Bau menyengat alkohol tercium dari mulut dan napas Leo. Membuatnya merasa mual. Melati pun berusaha lepas dari tindihan berat tubuh suaminya. Ia menahan napas sebisa mungkin dari aroma alkohol yang membuatnya mual dan pusing itu.Ternyata suaminya semalam minum-minum lagi .
Melihat kebiasaan buruk suaminya itu, yang masih kerap kali dilakukan hampir setiap malam.Membuat hati kecil Melati menangis dengan kenyataan yang ada di depan matanya ini.
Melati pun dengan sekuat tenaga berusaha lepas dan menjauh dari bau alkohol yang sangat menyengat dan membuatnya mual itu. Lalu ia pun berlari ke kamar mandi, tetapi seketika rasa mual yang ia rasakan berganti dengan keterkejutan yang luar biasa.
Cairan bening hangat terus mengalir diantara kedua pangkal pa-ha-nya. Detik pertama Melati mengira ia buang air kecil yang tidak terasa. Tetapi menyadari cairan itu terus mengalir Melati pun berteriak panik.
Mendengar teriakan sang istri. Leo yang masih tertidur akibat pengaruh alkohol semalam. Menggosok-gosok matanya dan mencoba untuk sadar akan apa yang terjadi disekelilingnya.
Teriakan Melati terdengar semakin histeris.Melati tiba-tiba merasa ketakutan bercampur panik.Melihat cairan bening yang mengalir tidak kunjung berhenti.
Setelah sedikit sadar dari pengaruh alkohol. Leo mencoba mencari asal teriakan itu berasal. "Ada apa sih berisik amat!' serunya.
Setelah Leo sampai di kamar mandi. Mendadak mata Leo terbelalak terkejut mendapati istrinya terduduk histeris dan menangis.Dengan cairan bening yang terus mengalir dari kedua pangkal pa-ha-nya.
"Mel ... kenapa kamu?" Teriak Leo tak kalah panik.
Lalu Leo menggendong Melati dan memasukannya ke dalam mobil dan langsung menuju ke Rumah Sakit.
"Sabar ya Mel ... sebentar lagi kita sampai kok." ucap Leo khawatir, sambil salah satu tangannya membelai lembut perut Melati.
Diantara kepanikan yang ia rasakan, Melati mendapati suaminya bersikap lembut dan layaknya seorang suami sejati.Membuat Melati terharu dan membuat kedua bola matanya berembun bahagia.
"Leo... seandainya kesakitan ku membuatmu sadar dan bersikap selayaknya suami sejati.Aku rela ... asal kamu kembali seperti Leo yang penuh kehangatan seperti dulu lagi " harap Melati.
Sesampainya di Rumah Sakit Melati langsung disambut dengan ranjang dorong untuk dibawa ke ruang bersalin .
Leo menunggu di luar dengan perasaan campur aduk.
"Hai Leo ... bagaimana keadaan Melati? Kok sampai air ketubannya pecah? apa ia terjatuh? atau jangan-jangan kamu yang mendorongnya.." tanya Velly ketus.
"Kamu ini ngomong apa sih? Bagaimana mungkin aku menyakiti istriku sendiri!" Tak kalah ketus Leo menjawab pertanyaan sindiran Velly.
Tidak begitu lama setelah hampir dua jam menunggu. Suster keluar dari kamar bersalin dan mengabarkan bahwa telah lahir bayi mungil, sehat dan lucu berjenis kelamin perempuan dengan berat tiga kilo setengah dan panjang lima puluh satu centimeter.
Velly sangat bahagia mendengarnya begitu pula Leo. Mereka langsung menuju ke ruang anak untuk melihat sang bayi dari balik kaca.
Melati masih dalam keadaan lemas, setelah berjuang diantara hidup dan mati untuk dapat melahirkan secara normal. Segala kesakitan yang ia rasakan berganti rasa bahagia yang luar biasa sangat mendengar tangisan sang buah hati untuk pertama kalinya.
.............................................................
Gea Vanya Putri Jelita nama yang Melati berikan untuk putri cantiknya.
Sore ini Leo membawakannya nasi uduk kesukaannya. "Hai Mel... nih aku bawakan nasi uduk kesenangan kamu ."
Antara bahagia dan takjub melihat perubahan sikap suaminya yang begitu perhatian dan lembut sejak Gea lahir.
"Ya Tuhan semoga dengan kehadiran Gea menyadarkan suamiku dan merubahnya menjadi suami dan ayah yang bertanggung jawab pada keluarga." Harap dan doa Melati tiada putusnya.
"Sore Mel ... bagaimana keadaan mu? Vitaminnya jangan lupa diminum untuk stamina tubuh setelah melahirkan." Velly mengingatkan sahabatnya untuk tidak lalai minum vitamin dari dokter.
Melati mengangguk sambil tersenyum.
"Mana nih si cantik?' Pandangan Velly menyapu ke seluruh kamar.
"Sebentar lagi juga diantar" kata Melati.
"Coba aku tanyakan ke suster. Agar segera dibawa kesini Gea nya. Aku juga kangen nihi." sahut Leo.Lalu meninggalkan Melati dan Velly di kamar.
Dengan pandangan tajam dan sinis.Velly menatap curiga ke arah Leo.
"Sejak Gea lahir, Leo telah berubah Vel" ucap Melati.
"Hmm .. aku kok tidak yakin ya? Kamu harus hati-hati Mel. Entahlah aku kok menangkap ada sorot licik dimatanya." ungkap Belly.
"Semoga aku salah" gumam Velly ragu.
Tak lama suster mendorong kereta yang berisi si kecil untuk menemui mama tercinta.
"Ini ibu.. bayinya. Sudah waktunya menyusui"ucap suster. Lalu menyerahkan Gea mungil ke dekapan hangat sang ibu lalu suster pun meninggalkan ruangan.
"Wow cantiknya ... haii Gea ini Tante Velly sahabat mama kamu. Sehat terus ya cantik. " ucap Velly pada si kecil Gea.
Hampir semua yang melihat Gea, selalu memberikan pujian dan doa terbaiknya buat si mungil.
Melati merasa bahagia sekali karena dengan kehadiran Gea dapat mengumpulkan kembali keluarga besar mereka.
.............................................................
Jam sudah menunjukan pukul dua siang seharusnya Leo sudah menjemputnya pulang.
Hari ini jadwal kepulangan dirinya dan Gea.Tetapi hingga hampir sore Leo tidak dapat dihubungi.
"Leo .. dimana kamu? Kenapa nomer hape kamu tidak aktif? Kamu tahu kalau hari ini jadwal kepulangan kami. Tetapi kenapa justru kamu hilang begitu saja bagai ditelan bumi" ratap Melati.
Setelah menunggu hingga sore tapi Leo sama sekali tidak menampakan tanda-tanda akan menjemputnya.Dengan terpaksa Melati akhirnya menelepon Velly, meminta tolong untuk melunasi administrasi Rumah Sakit terlebih dahulu. Lalu menumpang untuk pulang ke rumah.
.............................................................
Setelah semua urusan administrasi selesai. Lalu Velly pun mengantar Melati dan si kecil pulang.
Di dalam mobil Velly, Melati mengucapkan rasa terima kasihnya pada Velly atas bantuan yang diberikan padanya.
"Terima kasih Vel! Sesampainya di rumah nanti , aku akan ganti uang kamu." ucap Melati malu harus meminjam uang pada Velly untuk melunasi administrasi selama ia berada di Rumah Sakit. Baik biaya bersalin dan rawat inap selama tiga hari.
"Memangnya kemana sih Mel si Leo ? Sudah tahu hari ini jadwal istri dan anaknya pulang, eh dianya ngilang" greget Velly.
"Tidak bertanggung jawab sekali.!" gerutu Velly.
Melati hanya terdiam dan mengira-ngira kemana suaminya hingga lupa kalau hari ini anak dan istrinya pulang.
"Entahlah Vel padahal kemarin sudah aku beritahu kalau hari Ini kami sudah boleh pulang. Dan dia juga minta maaf padaku karena ia tidak punya uang untuk membayar biaya bersalin." cerita Melati.
"Gila tuh Leo! Santai sekali dia, sudah tahu istri hamil tapi samasekali tidak ada usaha atau persiapan untuk menabung atau cari solusi lain agar dapat memenuhi kewajibannya sebagai seorang suami! Lah uang gaji dia selama ini kemana? Kamu juga tidak di nafkahi kan?" Semakin keki Velly terhadap sikap Leo
"Mungkin karena itu Mel dia tidak muncul karena tidak punya uang untuk membayar administrasi Rumah Sakit " tebak Velly.
"Tidak mungkin.Karena aku sudah bilang ke dia bahwa dia tidak perlu kuatir. Karena aku masih punya simpanan yang bisa digunakan untuk melunasi administrasi Rumah Sakit" jelas Melati.
"Hmm ... Kamu memberitahu Leo tentang dimana kamu menyimpan uang simpanan kamu?" tanya Velly khawatir.
Melati mengangguk pelan.Sambil mencium kening bayi mungilnya
"Ahhh.... tidak!" Seru Velly mencoba menepis pikiran negatip nya.
"Ada apa Vell?" tanya Melati.
Velly mencoba untuk tersenyum dan menenangkan sahabatnya. Walau perasaannya sendiri tidak tenang.Velly mencium sesuatu yang buruk.Velly mencoba menepis segala pikiran negatip yang terlintas di kepalanya itu.
"Tuh Mel kita sudah sampai. Hai Gea itu rumah kamu.Yuk kita turun!" Ajak Velly.
Sesampainya di rumah, Setelah meletakan Gea di tempat tidurnya. Melati langsung menuju ke kamarnya untuk mengambil uang dan hendak membayar hutangnya pada Velly
Tidak lana kemudian terdengar jeritan pilu Melati.
Semua simpanannya ludes tak tersisa. Tabungan hasil kerja kerasnya selama ia dulu bekerja sebagai asisten pelatih dan guru tari di sebuah sanggar habis tak tersisa
Kini Melati hanya bisa menangis dan meratapi nasibnya. Dirinya benar-benar menyesal telah memberi tahu tempat ia menyimpan semua simpanannya selama ini.Lemas sudah tubuhnya tak mampu menerima kenyataan ini.Bahkan tak mampu lagi dirinya mengucapkan sepatah kata, hanya air mata lah bahasa yang ia gunakan untuk mengungkapkan perasaannya saat ini.
.............................................................
Ternyata Leo tidak pernah berubah kebaikan nya selalu berbungkus maksud terselubung.
Hari berganti hari.Bulan berganti bulan bahkan tahun pun telah berganti.Seiring dengan tumbuh kembang anaknya.Melati bertekad untuk tidak memperkenalkan gadget terlebih dahulu pada anak balitanya.
Ia ingin anaknya tumbuh bahagia, bermain bersama dengan dirinya.
............................................................
Di sore hari yang cerah. Leo melihat anaknya sedang minum segelas susu lalu ia menghampiri Gea
"Haii Gea mana mama?"
Gea menunjuk ke arah kamar tidur.
"Wahh anak pintar. Tunggu disini ya. Papa mau menemui mama dulu" pesan Leo.
Gea pun mengangguk setuju.
Tidak begitu lama terdengar suara saling beradu argument.
"Aku lihat anak kamu minum susu.Hmm banyak uang nih. Bagi dong! Jangan pelit-pelit sama suami !" Seru Leo menyandarkan tubuh Melati ke dinding.Sambil menyengkeram lehernya.
"Itu uang Gea! Untuk keperluan Gea! Kamu sebagai bapaknya tidak pernah sedikitpun perhatian dan peduli dengan kebutuhan Gea!" bentak Melati emosi.
Tamparan keras mendarat sukses di pipi kanan Melati. Lalu dengan brutalnya Leo membongkar paksa laci dan semua lemari yang ada.Setelah menemukan apa yang dicarinya Leo memamerkan dan mengipas- ngipas kan uang tersebut dihadapan istrinya sambil menyeringai puas.
"Dasar istri kurang ajar! Berani pada suami!" Lalu Leo mendorong tubuh Melati hingga terjatuh dan akhirnya Leo keluar sambil membawa uang segepok dan tertawa puas.
"Leo! Jangan! Itu uang pemberian ibu untuk keperluan Gea untuk susu Gea!" Teriak histeris Melati.Bagaimana tidak uang pemberian dari ibu yang tadinya ia hemat untuk keperluan Gea.Kini dirampas oleh Leo.
Melati menangis histeris. Berusaha merampas balik hak nya tetapi ia kalah kuat dengan tubuh Leo
Gea menatap ke arah Ayahnya. Lalu melihat ke arah ibunya yang sedang menangis berusaha mengambil uang yang dirampas ayahnya dari ibunya
Menyadari dirinya dipandangi dengan tatapan tajam oleh anaknya. "Kenapa? Ehm... Nih uang buat beli susu ! Leo melempar satu lembar uang kertas lima puluh ribu ke arah anaknya.Lalu pergi.
Gea lalu mengambil selembar uang itu dan berjalan menghampiri ibunya yang sedang menangis lalu memberikan uang tersebut pada ibunya. Melati memeluk anaknya lalu menangis "Maafkan mama .. maafkan mama" hanya itu yang mampu terlontar dari mulut Melati
.............................................................
Di sore hari. Tiba-tiba Gea menghampiri Melati "Mama ...mama....tuh...tuh" tunjuk Gea sambil menarik tangan Mamanya untuk mengikuti nya
"Ada apa Gea?Mama mau masak dulu buat makan malam."
"Tuh!" Tunjuk Gea kecil
Melati pun mengikuti Gea dan setelah mengetahui siapa yang datang. Melati hanya bisa terdiam. Ia sangat tahu kedatangan mertuanya ke rumahnya untuk kepentingan apa. Dengan tidak sopannya mereka selalu datang setiap akhir bulan untuk mengambil uang gaji bulanan Leo.Tanpa pernah bertanya apakah anaknya sudah memenuhi kewajibannya sebagai suami dan ayah yang baik, yang bertanggung jawab pada keluarganya atau belum. Semua gaji bulanan Leo selalu berpindah tangan ke orang tuanya tanpa tersisa sedikitpun, untuk anak istrinya.
Melati hanya bisa meringis sedih bila melihat Gea. Melati tidak peduli lagi dengan dirinya. Baginya anaknya lah yang jadi prioritas utama dalam hidupnya saat ini .Dan anaknya juga lah yang menjadi kekuatan dalam menjalani hidup ini.
Hidup yang terasa tidak adil dan tidak berpihak padanya.
.............................................................
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!