Pagi hari yang cerah seorang laki-laki paruh baya pergi menghampiri temannya.
"Hai Bob, apakah benar apa yang kau katakan lewat telepon kemarin?" Tanya laki-laki paruh baya itu kepada temannya Bobi.
Delon adalah nama laki-laki paruh baya itu, dia berusia sekitar 50 tahun dan tidak memiliki pekerjaan tetap karena kesalahan kelam yg pernah dilakukannya di masa lalu.
Kemaren malam setelah kurang lebih sepuluh tahun mencari dan menunggu akhirnya dia mendapatkan tawaran dari Bobi untuk menjadi sopir tetap bagi teman dari atasannya.
"Tentu saja! Ayo mana lamaranmu, sini biar bisa langsung kuberikan kepada Dr. Andi." Ujar Bobi antusias karena merasa dapat membantu temannya, juga sekaligus dapat rejeki yang telah Dr. Andi janjikan untuknya jika dia berhasil membuat Delon kerja dengan rekan atasannya itu. "Jadi kau juga bisa cepat di interview sama Bu Novi, sekretarisnya rekan atasanku."
Bobi sendiri merupakan salah satu sopir dari dokter di rumah sakit itu. Dia dipinta tolong oleh atasannya Dr. Andi untuk menjadikan Delon sopir bagi Dr. Arletta yang merupakan rekan, sahabat sekaligus direktur di rumah sakit yang dimilikinya.
"Tapi aku sudah tua Bob, mana mungkin aku keterima? Banyak sopir diluar sana yang masih muda dan lincah." Ujar Delon pesimis.
"Sudahlah dicoba dulu saja, Dr. Andi bilang kepadaku rekannya itu tidak mempermasalahkan soal umur. Malah memang sepertinya dia tidak mau sopir yang terlalu muda, makanya Dr. Andi menyarankanmu. " Ucap Bobi menyemangati.
Sebenarnya Bobi tau Delon pasti akan diterima, karena Dr. Andi memang meminta Bobi untuk menjadikan Delon sopir bagi rekannya itu.
"Rekannya Dr. Andi itu orangnya judes, pendiam, dan selalu serius bawaannya! Gak akan cocok kan kalo sama yang muda." Kata Bobi lagi.
"Baiklah." Jawab Delon setuju. Dia menjadi sedikit semangat berharap semua omongan temannya itu benar.
Dr. Andi, sahabat Dr. Arletta yang mengetahui seluruh masa lalu Arletta yang kelam menemukan Dewi Fortunanya pada hari itu, Fortuna yang bisa membuatnya membantu sahabat yang disayanginya.
Hari dimana sopirnya Bobi sakit dan mengajukan temannya untuk menggantikannya bekerja selama beberapa hari.
Sebenarnya pada mulanya dia tidak sadar bahwa pengganti sopirnya ini adalah orang yang selama ini sahabatnya cari-cari. Hingga saat itu, saat dimana dia dan Arletta turun ke parkiran bersama-sama karena masih membahas persiapan Operasi yang akan dilaksanakan besoknya.
Arletta melihat sesosok laki-laki paruh baya yang sangat dia kenal sedang membersihkan mobil Andi sahabatnya.
Ya itu Delon laki-laki yang selama ini dicarinya, dia langsung menarik Andi untuk masuk kembali ke dalam gedung rumah sakit.
"Ndi, itu siapa?" Tanya Arletta dengan wajah yang pucat belum pulih dari kekagetannya.
"Siapa apa Let?" Tanya Andi bingung. Dia tidak menyadari siapa yang Arletta tanyakan.
"Lu liat hantu atau apa sih Let? Pucat banget." Lanjut Andi kebingungan dengan apa yang dilihat temannya.
"Itu laki-laki yang lagi bersihin mobil lu! lu ganti sopir Ndi?" Tanya Arletta dengan antusias sekaligus sedikit kesal kenapa Andi tidak memberitahunya bahwa dia ganti sopir dan sopirnya itu adalah Delon.
Andi yang mulanya bingung dengan reaksi sahabatnya, sedikit demi sedikit mulai curiga. Dia mengingat kembali cerita masa lalu sahabatnya dan memikirkan kemungkinan yang bisa terjadi.
Nama sopir penggantinya ini adalah Delon, jangan-jangan!
"Let jangan bilang kalo pengganti sementara si Bobi itu Delon yang selama ini lu cari." Tanya Andi.
"Pengganti sementara? Berarti dia bukan ngegantiin si Bobi terus kan?" Bukannya menjawab pertanyaan Andi, Arletta malah balik mengajukan pertanyaan kepada Andi.
"Yeah lu mah, gue nanya malah balik nanya. Iya dia temennya si Bobi, cuma sampai lusa dia sama gue. Si Bobi kemarin sakit, jadi minta tolong temennya buat gantiin dia nyupirin gue." Jelas Andi. "Kenapa lu mau jadiin dia sopir lu Let?" Tembak Andi yang sudah mengerti niat temannya itu.
"Ya, suruh si Bobi bikin temennya itu jadi sopir gue!" Pinta Arletta. " Tenang aja nanti si Bobi gue kasih juga. Soal sallary biar nanti suruh si Novi yang bahas langsung sama Delon."
"Jadi benar dia itu Delon yang selama ini lu cari dan ceritain ke gue?" Tanya Andi tak percaya.
Ya Andi memang tau cerita masa lalu antara Arletta dan Delon walau ketika itu Andi belum mengenal Arletta, tapi Arletta sudah terbuka kepada Andi akan masa lalunya itu. Andi juga pernah sekali melihat foto Delon, untuk membantu Arletta mencarinya karena Andi tau Arletta masih mencari-cari kekasih hatinya yang hilang itu.
Tapi ketika pertama kali bertemu dengan Delon di hari pertamanya menggantikan Bobi, Andi sama sekali tidak menyangka bawa dia adalah Delon yang selama ini dicari-cari oleh Arletta, garis mukanya beda dengan laki-laki yang fotonya ditunjukan oleh Arletta sebagai Delon.
Delon yang di foto terlihat gagah walau memang memiliki umur yang jauh lebih tua diatas dirinya dan Arletta, sedangkan Delon teman sopirnya ini terlihat kusam dan penampilannya jauh lebih tua dibandingkan dengan umur yang seharusnya dimilikinya.
"Iya dia Delon mantan gue." Arletta mengerti sekarang mengapa Andi tidak memberitahunya, rupanya sahabatnya itu tidak menyadari bahwa pengganti sementara sopirnya itu adalah orang yang selama ini di cari-cari oleh sahabatnya. "Beda banget ya sama foto yang gue kasih liat ke lu? Gue juga kaget pas liat barusan, tapi gue tau pasti dia Delon. Gue minta tolong ya bantuin gue supaya dia bisa jadi sopir gue, tapi jangan sampai dia tahu dulu siapa yang bakal jadi atasannya sebelum dia bicara soal sallary dan tanda tangan kontrak sama si novi." Pinta Arletta kepada Andi.
Hari ini adalah hari pertama Delon bekerja sebagai sopir dari direktur salah satu rumah sakit ternama di Jakarta RS CMC.
Setelah menyerahkan lamarannya kepada Bobi, dua hari kemudian dia menerima telepon dari Ibu Novi yang merupakan sekretaris dari calon majikannya kelak.
Dia diminta datang untuk melakukan interview di hari berikutnya. Proses interview berjalan sangat singkat, Bu Novi hanya menanyakan pertanyaan-pertanyaan umum dan ketika membicarakan gaji sebenarnya
Delon sedikit terkejut dengan jumlah gaji yang ditawarkan oleh Bu Novi kepadanya. Nominalnya sangat besar untuk jenis pekerjaan sebagai sopir, Bu Novi menawarkan gaji sebesar Rp.10.000.000;. Alih-alih senang, Delon pun sempat ragu dan menolak tawaran Bu Novi.
Delon memberitahu Bu Novi bahwa baginya dengan pekerjaan sebagai sopir upah segitu terlalu besar, tapi Bu Novi meyakinkannya bahwa staff calon majikannya yang lain memiliki gaji yang lebih tinggi nominalnya dibandingkan dengan yang ditawarkan kepadanya.
Setelah sepakat perihal gaji Delon ditanya apakah siap memenuhi kontrak menjadi sopir selama tiga tahun, dengan jatah cuti 12x dalam setahun?
Delon menyanggupinya, dipikirnya apalagi yang dicarinya ketika umurnya sudah kepala lima seperti itu? Mendapatkan kepercayaan untuk menjadi sopir tetap seorang direktur rumah sakit dengan nominal gaji yang sangat besarpun tidak pernah dibayangkannya.
Karena telah sepakat untuk segala hal, Bu novi menanyakan kepada Delon kapan dia bisa mulai bekerja, Delon pun menjawab bahwa dia bisa bekerja langsung mulai besok.
Pukul 06.00 dia sudah siaga di depan alamat majikannya yang diberikan oleh Bu Novi lewat pesan telepon tadi malam. Sampai saat ini dia belum tahu siapa nama majikannya itu, karena ketika dia menanyakan kepada Bobi, temannya itu mengatakan bahwa dia juga tidak tahu. Sedangkan Bu Novi tidak memberitahunya dan diapun enggan menanyakannya kepada Bu Novi duluan.
Biar saja nanti langsung berkenalan sendiri sekalian memperkenalkan diri pikirnya.
Delon pun membunyikan bel dan mengkonfirmasikan kepada satpam rumah itu bahwa dia adalah sopir baru majikan mereka.
"Wah mewah sekali." Serunya kepada diri sendiri, ketika dia dipersilahkan masuk oleh satpam rumah itu.
"Pagi Pak Delon." Sapa Bu Novi yang ternyata telah berada disitu menunggu kedatangannya. "Dr. Arletta masih bersiap, kita akan berangkat ke rumah sakit pukul 07.00, beliau menyuruh saya untuk mendampingi sekaligus memperkenalkan Pak Delon kepadanya hari ini."
Novi melihat perubahan air muka Delon ketika dia menyebutkan nama Arletta, sebenarnya Novi dari kemarin sudah kebingungan dengan perintah dari atasannya itu. Dr. Arletta yang Novi kenal adalah pribadi yang mandiri, dia lebih suka mengerjakan segala sesuatunya sendiri selama dia bisa mengerjakannya.
Sekretaris seperti Novi saja dipekerjakannya hanya sebagai formalitas jabatannya yang merupakan seorang direktur rumah sakit dan selama ini Novi sendiripun tidak pernah benar-benar memiliki perkejaan yang berarti karena semua pekerjaan kebanyakan sudah Dr. Arletta selesaikan sendiri.
Tapi beberapa hari yang lalu Novi terkejut ketika mendapatkan perintah bahwa dia harus pura-pura mewawancarai seorang sopir tanpa boleh memberikan identitas dari atasannya terlebih dahulu sebelum kesepakatan kontrak, dia juga harus membuatkan kontrak untuk sopir itu dengan jangka waktu yang jauh lebih lama daripada umumnya, serta dia harus menetapkan gaji yang tinggi juga bagi sopir itu.
Novi bingung kenapa tiba-tiba atasannya itu butuh seorang sopir? Dan mengapa sopir yang merupakan teman dari sopirnya Dr. Andi itu harus direkrut dengan cara yang aneh dan diberi gaji yang besar? Tapi Novi diam saja walaupun penasaran, dia tau kalaupun dia menanyakannya kepada Dr. Arletta dia tidak akan mendapatkan jawaban dan dia tahu bahwa permintaan Dr. Arletta kali ini merupakan perintah.
Dr. Arletta sendiri memang bukan orang yang angkuh, tapi dia sangat tegas dan tertutup. Hanya sebagian orang yang bisa benar-benar dekat dan berbagi cerita dengannya, salah satunya adalah Dr. Andi.
"Ma..Maaf Bu Novi, tadi ibu bilang Ibu siapa namanya?" Tanya Delon yang tidak bisa menyembunyikan rasa terkejut dan takut dalam nada suaranya.
"Dr. Arletta, Pak Delon. Itu nama atasan kita." Jawab Novi santai, menyembunyikan rasa penasaran yang ada dalam hatinya. "Kalo Pak Delon mau sarapan, bapak bisa ke dapur dan minta ke Bi Inah." Lanjut Novi yang telah disuruh oleh majikannya menyuruh sopir barunya itu sarapan.
"Jika boleh bertanya lagi bu, apakah Dr. Arletta tahu identitas saya sebagai sopir barunya?" Tanya Delon yang mengacuhkan tawaran sarapan dari Novi.
Dipikirnya jika calon majikannya itu memang Arletta yang dikenalnya dan sudah tahu identitasnya, dia tidak akan diterima.
Dia tidak tahu bahwa sebenarnya, memang adalah permainan Arletta untuk mempekerjakannya.
Novi sudah tahu dari Arletta harus menjawab apa jika diajukan pertanyaan seperti itu.
"Dia tahu namamu, beliau tahu bahwa anda direkomendasikan oleh Dr. Andi dan merupakan teman dari sopirnya. Maka beliau mempercayakan semuanya kepadaku, tapi menurutku untuk identitasmu beliau tidak terlalu mempedulikannya" Jawab Novi dengan nada bangga bisa menunjukkan bahwa dia dipercaya oleh atasannya. "Kebetulan memang belakangan ini beliau sangatlah sibuk, makanya dia mencari sopir. Biasanya dia sanggup menyetir kemanapun sendiri. Ayo Pak Delon kita ke dapur untuk sarapan sekalian saya perkenalkan dengan Bi Inah."
Delon yang dalam hatinya sedang cemas sekaligus bahagia memikirkan kemungkinan bahwa majikan barunya itu adalah Arletta yang dikenalnya, mengikuti sekertaris majikannya itu ke dapur untuk sarapan dan berkenalan dengan Bi Inah.
"Pak Delon saya tinggal dulu ya, setelah bapak selesai sarapan kita bertemu di garasi ya. Oh iya untuk tempat tinggal, bapak akan pulang pergi atau menginap? Soalnya jadwal Dr.Arletta sangatlah padat dan tidak tentu, maafkan saya lupa membahas ini kemaren. Jika boleh saya sarankan akan lebih praktis jika bapa bisa tidur di rumah ini sehingga jika Dr. Arletta membutuhkan bapak selalu siap." Saran Novi yang juga merupakan perintah dari Arletta.
"Baiklah, dengan senang hati." Jawab Delon yang berfikir bisa menghemat uang sewa kos.
Sebelumnya Arletta yang telah mengetahui keberadaan Delon langsung menyuruh orang untuk mengecheck keadaan hidup Delon sebelum mengarahkan Novi untuk mengambil Delon menjadi sopirnya.
Dari situlah Arletta mengetahui bahwa Delon sempat pindah dan tinggal di Solo. Dia juga tidak menikah lagi selepas dari Bella (istri keduanya). Setelah kembali ke Jakarta setahun yang lalu, Delon tinggal di sebuah kos-kosan kumuh dengan pekerjaan yang tidak menentu . Maka dari itu dia sengaja menyuruh Novi untuk menyarankan agar Delon tinggal di rumahnya.
Sudah hampir lima tahun sejak Arletta mencari-cari cara agar dapat bertemu kembali dengan pujaan hatinya yang telah lama hilang kabur entah kemana, dan suatu hari tiba-tiba dia melihat sesosok laki-laki yang sangat dikenalnya dan itu merupakan kejutan yang sangat membahagiakan untuknya.
Ya pria itu adalah mantan suaminya, Delon pria yang dinikahinya sepuluh tahun lalu dan telah dua tahun mengarungi bahtera rumah tangga bersamanya. Seorang pria yang memiliki perbedaan umur lima belas tahun dari Arletta, seorang pria yang dikenalkan oleh sekretaris ayahnya di perusahaan yang bisa membuatnya merasa nyaman dan terlindungi dengan semua perlakuannya yang hanya merupakan sandiwara belaka.
Dan pada hari ini dia berhasil membuat laki-laki itu bekerja untuknya, tanpa tahu terlebih dahulu siapa orang yang mempekerjakannya.
"Permisi dengan Pak Delon?" Tanya Arletta mengawali pertemuan pertamanya kembali dengan Delon, dia menghampiri Delon yang sedang mengecheck mesin mobil.
Ketika mendengar suara perempuan yang sangat dia kenalmemanggil namanya, Delon terdiam sejenak, dia dilimuti perasaan bahagia namun terbersit juga perasaan takut mengingat apa yang telah dilakukannya di masa lalu.
"Iya, selamat pagi Bu Arletta." Jawab Delon sambil membalikkan badannya untuk melihat wajah atasannya.
Arletta memasang wajah terkejut, dia melakukan gerakan mundur beberapa langkah untuk menunjukkan kepada Delon bahwa dia benar-benar terkejut.
"Apa kabar Ar? Sudah lama sekali, aku tidak menyangka kamu menjadi seorang dokter spesialis penyakit dalam dan direktur di rumah sakit CMC. Selamat Ar, aku bangga kepadamu." Lanjut Delon panjang lebar, berharap bisa mencairkan suasana dan membuat Arletta yang diam terkejut itu membuka suara.
Dalam hatinya Arletta ingin tertawa melihat Delon bicara panjang lebar dengan salah tingkah kepadanya. Tapi dia sangat menikmati permainan ini, jadi dia tidak mengacuhkan semua ucapan Delon itu.
"Baiklah, barusan Novi menerima panggilan dadakan dari RS dan ada hal mendesak yang harus diurusnya jadi dia berangkat lebih dulu." Jelas Arletta kepada Delon yang merupakan kebohongan, karena memang Arletta sengaja menyuruh Novi untuk berangkat lebih dulu setelah memberikan intruksi sesuai yang Arletta mau kepada Delon. "Sekarang mari kita berangkat, saya ada meeting pukul 09.00 nanti!" Lanjut Arletta pura-pura tak acuh.
"Baik." Saut Delon kecewa dengan tanggapan Arletta itu.
~
Sesampainya di kantor Arletta berpikir tentang sikapnya kepada Delon sepanjang perjalanan.
"Ndi, gue keterlaluan gak sih?" Tanya Arletta kepada Andi yang memang selalu berada di ruangan Arletta setiap hari jika sedang tidak ada kerjaan.
"Apaan?" Tanya Andi yang bingung atas pertanyaan temannya yang seperti itu, karena memang dia tidak tahu apa-apa.
"Itu, tadi gue pura-pura gak acuh sama si Delon. Sepanjang jalan gue gak ajak dia ngomong, gue belaga cuek kaya orang gak kenal aja."
"Ah lu mah, kalo lu ngerasa keterlaluan ya jangan gitu lah!"
Perkataan Andi mengena ke hati Arletta dan membuatnya berpikir untuk mulai perbicangan dengan Delon sepulang kerja nanti.
"Ya, lagian gimanapun juga dia adalah mantan gue." Jawab Arletta lebih kepada dirinya sendiri.
"Ya iyalah, lagian mau lu itu sebenernya gimana sih? Lu kan bikin dia kerja sama lu, tapi udahnya lu antepin kaya gitu!"
"Ah udah lu bawel! Sana bukannya sebentar lagi lu harus visite."
"Iya-iya, dah." Andi pergi meninggalkan Arletta sendirian.
Waktu pulang kerja pun tiba, Arletta sudah bertekad untuk bersikap ramah dan membuka pembicaraan dengan Delon.
"Pak Delon mari kita jalan." Kata Arletta yang pada mulanya tidak menyadari bahwa sopirnya itu sedang tidur. "Pak Delon, bangun." Saut Arletta sambil mengguncangkan tubuh Delon ketika sudah sadar bahwa sopirnya itu tertidur.
"Eh, Ar kok kamu ada disini?" Tanya Delon yang belum sadar sepenuhnya kepada Arletta. "Ini beneran kamu Ar? Kamu kesini buat nemuin aku? Aku minta maaf Ar, kamu mau kan maafin aku?"
Arletta yang mengenal Delon tahu bahwa Delon sepertinya demam, dia menyentuh dahi sopirnya itu. Demamnya tinggi.
"Kamu demam, kamu pindah biar aku yang menyetir." Kata Arletta yang tahu bahwa Delon tidak dalam keadaan sadar.
~
Arletta menyetir dengan kecepatan yang cukup tinggi, dalam hati dia khawatir pada Delon. Sesampainya di rumah dia, meminta satpam untuk membantunya membopong Delon ke kamar tamu. Dia mengacuhkan tatapan-tatapan penuh tanya dari kedua satpamnya dan Bi inah.
"Bi Inah, tolong bikinin bubur ayam dong." Pinta Arletta. "Jangan pakai daun bawang ya bi."
Bi Inah yang masih kebingungan melihat kelakuan atasannya itu, pergi menuruti perintah atasannya itu.
Sementara itu Arletta terus mendampingi Delon di kamar tamu, dia mengukur suhu tubuh Delon dengan termometer dan mengompres dahi Delon. Para satpam yang membantu Arletta telah kembali ke pos mereka, dan disana hanya ada mereka berdua.
"Bu ini buburnya." Bi Inah datang dengan membawa bubur ayam sesuai pesanan Arletta. Setelah Arletta menerima buburnya, Bi Inah pergi meninggalkan atasannya dengan sopir barunya itu.
"Pak Delon, ini makan dulu." Arletta membangunkan Delon dan menyuruhnya makan.
"Ar, boleh gak?" Tanya Delon yang sudah sadar sepenuh dimana dia dan kenapa Arletta ada disana.
"Apa?"
"Aku tau sekarang kamu majikanku, tapi boleh gak sekali ini aja kamu suapin aku?" Tanya Delon dengan nada memohon.
"Kenapa kamu bisa sakit?" Tanya Arletta sambil mengambil sesendok bubur untuk menyuapi Delon. "Tadi pagi baik-baik aja, kamu semalam kurang tidur ya?".
"Ya aku memang tidak bisa tidur, aku penasaran dengan siapa orang yang mempekerjanku sebagai seorang sopir dengan gaji yang begitu tinggi." Jawab Delon jujur.
"Semua karyawan disini memang sengaja kuberikan gaji yang lebih tinggi daripada umumnya karena aku malas jika mereka tidak betah dan aku harus gunta-ganti pekerja." Arletta beralasan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!