NovelToon NovelToon

Skandal Nona Model

Pertemuan

"Selamat datang Pak Angga," sambut seorang wanita berpakaian rapi dengan senyum ramahnya.

"Mari ikuti saya, Pak," ajaknya sopan.

Pria yang dipanggil Angga mengangguk, mengikuti langkah kaki pramugari wanita di depannya.

Berhenti tepat di depan pintu kecil yang bisa di dorong, pramugari itu mempersilahkan Angga menempati kursi business class-nya.

"Silahkan, Pak." ucapnya dengan dua tangan terbuka menyamping.

"Terima kasih," balas Angga hangat.

Pramugari sedikit mundur memberikan kesempatan pada Angga masuk dan duduk di kursi ergonomis khas business class pesawat.

"Penerbangan kali ini dipimpin oleh Captain Pilot Andreas dan CO. Pilot Bambang, Pak. Semoga Pak Angga menikmati dan nyaman selama penerbangan ini. Jika ada yang Pak Angga butuhkan, Bapak bisa menekan tombol di samping kanan Bapak. Saya akan langsung datang menemui Bapak di sini," terang pramugari wanita panjang lebar.

Angga mengangguk dan berucap terima kasih lagi sebelum wanita dengan rambut yang disanggul rapi itu membungkuk memberi hormat padanya pergi dari sana.

Angga mengeluarkan buku kecil dari saku jasnya, mencatat sesuatu di dalam sana sambil tersenyum puas.

Hal pertama yang dia temui sudah sangat memuaskan hatinya. Angga yakin hasil rapat dua hari yang lalu bersama kepala pemegang saham yang lain bisa terlaksana dengan baik.

Kedepannya perusahaan penerbangan ini pasti akan lebih baik lagi dari kepemimpinan ayahnya, gumam Angga dalam hati.

"Hei, kamu duduk di tempat yang salah!" sentak seorang wanita bermantel bulu dikursi samping kanan Angga.

Pria yang sejak tadi tidak terlalu memperhatikan keadaan disekitarnya menengadah, menatap wanita berbibir merah menyala di dekatnya.

"Anda bicara apa, Nona?" tanya Angga memastikan.

"Ck, aku bilang kamu duduk ditempat yang salah! Apa pramugari bego itu yang memintamu duduk di sini, hah?!" jawabnya tidak suka.

Angga mengernyit. "Siapa yang kamu bilang bego, Nona? Kamu tahu, kan aturan di dalam pesawat tidak boleh berteriak pada penumpang yang lain? Kamu ingin aku meminta pramugari tadi menurunkanmu dari sini!?" sinisnya.

Wanita yang terlihat tidak asing itu membuka kacamata hitamnya menatap nyalang pria berjas yang entah datang dari mana dan seenaknya duduk di dekatnya.

"Oh, kamu ingin mengancamku rupanya. Aku tahu pria-pria sepertimu, berpura-pura duduk di dekatku lalu setelahnya meminta berfoto dan bahkan mengajakku check in ke hotel setelah landing nanti. Aku tidak akan tertipu dengan permainanmu Tuan sok ganteng!" ucap wanita itu tidak kalah sinis.

Sudut bibir tebal merah muda Angga sedikit tertarik mendengar ucapan wanita disampingnya, bulu-bulu halus yang menghiasi pipi hingga ke rahang bawah Angga tampak sempurna bagi pandangan mata kaum hawa yang melihatnya.

Belum lagi dengan mata bulatnya yang tampak dingin dan misterius, makin menambah pesona pria yang justru malah membuat wanita disampingnya kesal.

Angga tidak mempedulikan wanita itu, baginya wanita berambut panjang dengan cat menyilaukan mata hanya wanita tidak waras yang kebetulan duduk dengannya.

"Kamu tuli Tuan sok ganteng!? Aku bicara padamu!" sentak wanita itu lagi.

"Aku tidak bicara dengan orang asing! Lagipula digigimu ada sayurannya, kamu membuatku geli dan jijik!" sahut Angga sengaja bergidik.

Wanita itu diam dan bergegas mengambil cermin dari dalam tas. Wajahnya sudah berubah merah padam karena malu. Dia tidak menyadari kalau Angga sedang mengerjainya.

Hingga saat wanita itu tidak menemukan apa-apa di sana, tawa terbahak keluar dari bibir Angga.

"Kamu ... kamu mengerjaiku!?" marahnya.

Bukannya meminta maaf Angga malah semakin kuat menertawakan wanita itu dan membuatnya kesal.

Tangan wanita itu dengan cepat menyambar tasnya dan memukulkannya ke wajah Angga dengan kuat.

Bukkk ...

*****************************

"Selamat datang di Jakarta Pak Angga," sambut pria bersetelan rapi tersenyum sumringah.

"Makasih, Dit," sahut Angga tidak bersemangat.

Dito sekretarisnya terkejut mendapati sebuah kapas menutupi salah satu lubang hidung atasannya.

"Hidung Pak Angga kenapa?" tanya Dito khawatir.

"Nggak pa-pa. Aku cuman ketemu nenek sihir tadi," jawab Angga asal.

"Nenek sihir?"

"Udah nggak usah banyak nanya, kita langsung ke hotel aja...." Angga menggerutu masuk ke dalam mobil.

Dito menggeleng dan berjalan cepat memutari mobil, masuk dan duduk dikursi kemudi.

"Tapi Pak Angga bener nggak pa-pa, kan? Aku takut nyonya—"

"Cerewet banget, sih kamu, Dit! Udah cepet jalan! Berisik aja kamu daritadi!" kesal Angga menyandarkan kepalanya ke jok mobil.

"Kita nggak pulang ke rumah, Pak?" tanya Dito memastikan.

"Nggak usah. Besok pagi aja sekalian, aku males pulang. Lagian mami pasti bakal heboh liat muka aku kayak gini," jawab Angga beralasan.

"Tapi Pak, kalo nyonya nanya gimana?"

"Kamu cuma perlu ngomong aku singgah di Singapore dan pulang ke Indo besok pagi. Mami nggak bakal nanya macem-macem kalo kamu udah ngomong begitu!"

Dito, supir sekaligus sekretaris Angga mengangguk patuh. Lebih baik dia tidak banyak bicara dan bertanya lagi, atasannya terlihat sedang apes hari ini.

Angga pasti tidak akan suka jika dia terlalu banyak bersuara apalagi membantah perintahnya. Bisa-bisa gajinya bulan ini akan dipotong oleh Angga, pikir Dito.

Mobil BMW X1 berwarna hitam pun meluncur meninggalkan bandara internasional Soekarno Hatta menuju hotel bintang lima terdekat, dengan kecepatan sedang.

Mengingat kejadian tadi di pesawat Angga sudah sangat kesal apalagi mengingat dia harus pulang ke rumah.

Sejak awal Angga memang sudah berniat tidak akan langsung pulang malam ini. Mengetahui kakaknya kembali setelah empat tahun tidak pernah pulang menemui keluarga mereka, membuat Angga malas.

Dia yakin suasana rumah pasti sedang ramai-ramainya sekarang, ibunya pasti juga sedang mengatur makan malam keluarga untuk menyambut kepulangan kakak laki-lakinya.

"Jemput aku besok jam delapan pagi, Dit," pinta Angga begitu tiba di kamar hotel.

"Ok, Pak. Pakaian Pak Angga nanti bakal dianterin bellboy ke kamar. Kalo ada yang Pak Angga perlu, Pak Angga tinggal telpon aku aja."

Angga mengangguk dan menjatuhkan dirinya di ranjang begitu Dito pamit dari kamar presidential suite yang dia sewa malam ini.

Tidak butuh waktu lama bagi Angga tertidur di sana. Suasana yang tenang dan tubuh yang memang sudah sangat lelah, ditambah hidungnya yang masih berdenyut karena tepukan tas maut wanita tadi membuat mata Angga cepat tertutup rapat.

Baru kali ini dia berurusan dengan wanita tidak waras sepertinya. Angga berharap dia tidak akan pernah lagi bertemu dengan wanita itu.

Sebelum benar-benar terlelap, samar-samar Angga mendengar pintu kamarnya dibuka dari luar. Mungkin itu bellboy yang dikatakan Dito tadi sebelum pulang, pikirnya.

Dengan suara sedikit serak Angga berucap, "Pakaianku gantung saja dilemari dan jangan sampai kusut! Aku tidak suka pakaianku tidak rapi besok pagi!"

Angga segera tertidur pulas begitu selesai bicara pada orang yang diyakininya sebagai bellboy. Dia sama sekali tidak tahu siapa sebenarnya yang masuk ke kamarnya malam ini.

Seseorang yang baru saja menutup pintu itu tersenyum penuh arti dan melemparkan beberapa helai pakaian yang sengaja dia bawa ke dalam sana.

.

.

.

.

.

.

Hai hai hai ....

Akhirnya setelah Hiatus selama hampir 2 bulan, author bisa kembali menyapa pembaca setia author di aplikasi ini ☺️

Semoga karya keenam author ini bisa menghibur pembaca semua, yah 🤗

Author sayang kalian semua 🥰

Sudah Dimulai

Bunyi bel dipintu membangunkan Angga dari tidur pulasnya, sepertinya Dito sudah datang menjemput dia pagi ini.

Dengan wajah setengah sadar Angga bangkit dari ranjang dan berjalan linglung menuju pintu kamar hotel.

"Jam berapa sekarang, Dit?" tanya Angga begitu membuka pintu lebar.

"Aaa ... siapa kamu!?" Suara teriakan kaget membuat Angga tersadar dari rasa ngantuk.

Matanya membola melihat seorang wanita berpakaian rapi dengan rambut yang diikat seadanya, berdiri di depan pintu dan bukan Dito sekretarisnya.

"Siapa kamu, ngapain kamu dikamar Tania?!" pekik wanita itu lagi.

Angga yang sadar mengernyit bingung. "Tania, Tania siapa?"

Tidak menjawab wanita asing itu mendorong Angga, menerebos cepat masuk ke dalam kamar.

"Hei, mau apa kamu!?" pekik Angga tidak senang.

"Diem kamu! Mana Tania!?" balas wanita itu tidak kalah memekik dari Angga.

"Tania, Tania siapa maksud kamu?! Nggak ada siapa-siapa di sini selain aku! Jangan seenaknya masuk ke kamar orang, Nona!" Suara Angga terdengar meninggi.

Baru saja membuka mata dan dia sudah disambut oleh wanita asing yang tidak tahu datang dari mana mencari seseorang dikamarnya? Angga benar-benar tidak suka ini.

"Jangan boong kamu, di mana kamu sembunyiin Tania!? Aku bisa nuntut kamu karena ini, Tuan!" Sembari mengancam wanita itu terus berjalan menuju ruangan yang lain di mana tempat tidur berada.

Matanya terbelalak melihat satu sosok tengah tertidur nyenyak di atas ranjang dengan selimut menutupi sampai ke batas kepalanya.

Rambut dengan cat terang menyilaukan membuat wanita itu yakin dia Tania, seseorang yang sedang dia cari saat ini.

"Tania...!" pekik wanita itu terkejut.

Buru-buru dia menarik selimut yang menutupi Tania hingga tubuh mulus dengan dalaman berwarna merah terpampang nyata di depannya dan Angga.

"What the...." Angga memekik, refleks menutup mata dengan tangan.

"Astaga Tania ... apa yang terjadi sama kamu?!" Wanita itu mendekati sisi ranjang, kembali menutup tubuh Tania dengan selimut.

Bau alkohol menyeruak dari tubuh Tania, dia tidak yakin apa yang baru saja terjadi malam tadi di sini. Keadaan kamar yang berantakan membuatnya berspekulasi banyak hal. Wajah khawatir dan takut terlihat jelas darinya.

"Tania, bangun Tania...!" Wanita itu menggoyangkan lengan Tania, memaksanya segera bangun.

Lenguhan kecil terdengar dari bibir merah Tania. Wanita itu perlahan sadar begitu mendengar suara asisten pribadinya membangunkan dia seperti guntur di malam hari.

"Tania, cepat bangun Tania...!" pekik Dora asisten pribadi Tania.

"Kenapa sih, Ra? Aku masih ngantuk. Hari ini nggak ada pemotretan, kan? Aku mau tidur sejam lagi," lirih Tania masih dengan mata tertutup.

"Jangan gila kamu, Tania. Baru semalem aku ninggalin kamu dan kamu udah tidur sama pria asing?! Bangun sekarang juga Tania...!" pekik Dora marah menarik paksa Tania bangun dari ranjang.

Angga tersentak melihat sosok wanita yang kemarin membuat perjalanan udaranya mengesalkan.

Dia ...

Angga syok tidak berani beranjak dari tempatnya berdiri. Kenapa wanita gila itu bisa ada dikamar aku?

Angga mencoba mengingat-ingat apa yang sudah dia lewati semalam. Terlalu lelah dan mengantuk membuat Angga tidak ingat sama sekali. Dia hanya tahu ada seseorang yang masuk ke kamarnya sebelum dia tertidur pulas.

Dan ini ... Angga menatap kesekililingnya. Apa ini, kenapa kamarku berantakan banget? Dan bajuku....

Angga tersentak, kaget menyadari dia ternyata tidak pakai baju dan hanya memakai boxer saja.

Bergegas Angga memungut bajunya dari lantai, memakainya dengan tergesa-gesa. Sial, apa yang sebenernya terjadi?! Gumam Angga kesal dalam hati.

"Pak Angga...!" Suara seorang pria terdengar dari arah pintu depan kamar.

Dito masuk dengan langkah kaki panjang dan wajah khawatir. Dia lebih terkejut mendapati atasannya baru saja menaikkan celana panjangnya, dan ada dua wanita tengah duduk di atas ranjang pria yang memberinya gaji selama ini.

"Pa-pak Angga," kaget Dito terbata.

"Dit, kenapa ada nenek sihir di kamar aku, Dit?! tunjuk Angga pada Tania. "Semalem kamu udah pastiin nggak ada siapa-siapa dikamar aku, kan?!" tanyanya was-was.

"Nenek sihir, Pak?"

"Itu, wanita itu ... kenapa dia bisa ada dikamar aku, Dit? Mana dia juga nggak pake baju. Dia masuk dari mana Dito?!"

Dua wanita yang duduk di ranjang sontak mengalihkan pandangan mereka pada Angga dan Dito.

Tania mengucek matanya menatap bergantian dua pria tampan itu. "Mereka siapa, Ra? Ngapain pagi-pagi di sini?"

"Harusnya aku yang nanya sama kamu kenapa kamu tidur di kamar aku!" sela Angga dari tempatnya berdiri.

Angga masih sempat mendengar pertanyaan Tania pada asisten pribadinya dan langsung naik pitam begitu mendengarnya.

"Eh, kenapa jadi kamu yang marah-marah sama model aku!? Kamu sengaja ngejebak Tania, kan biar bisa kamu tidurin!?" balas Dora tidak mau kalah.

"Tidur sama dia?! Cih, jangan asal ngomong kamu! Siapa juga yang mau tidur sama nenek sihir kayak dia, kenal aja enggak!" sahut Angga membela diri.

"Halah, nggak usah pura-pura kamu! Kamu tahu, kan Tania model papan atas terkenal di negara ini. Siapa yang kamu bayar biar bisa tidur sama Tania!? Aku bakal laporin kamu sama, tuh orang ke polisi karena udah ngejebak dan perkosa Model aku!"

"A-apa...!?"

"Udah, Pak. Nggak usah dilanjutin lagi," potong Dito menengahi perdebatan atasannya dan asisten pribadi Tania.

Dito kenal siapa wanita yang tengah menatap mereka bertiga bertanya-tanya di depan sana. Dia adalah Diva Nathania, model papan atas terkenal di Negara mereka hingga ke luar Negeri.

Bahkan Dito begitu mengagumi wanita itu. Selain karena wajahnya yang cantik dengan tubuh proporsional dan terbilang seksi, Tania dikenal sangat ramah pada para penggemarnya.

Dito tidak menyangka setelah kepulangannya semalam dan terbangun tadi pagi dengan berita menggemparkan yang membuatnya hampir jantungan, hari ini Dito bisa melihat dari dekat sesosok yang sangat dia kagumi sedang berada di kamar atasannya.

"Lebih baik sekarang kita pikirin dulu gimana caranya biar kita bisa pergi dari hotel ini, Pak," sambung Dito menatap khawatir Angga.

Angga mengernyitkan dahi, bingung melihat kekhawatiran sekretarisnya. "Kenapa emangnya?"

Dito menghela nafas panjang dan menunjukkan layar ponsel miliknya ke hadapan Angga.

Manik mata coklat muda Angga melebar seiring sebuah berita baru yang dia baca di depannya.

"I-ini...."

"Berita Pak Angga tidur dengan model Diva Nathania di sini udah menyebar kemana-mana, Pak. Kita nggak mungkin keluar dari sini dengan aman. Udah banyak wartawan yang berkumpul dibawah pas aku naik ke sini," terang Dito panjang lebar.

Dora asisten pribadi Tania sontak meradang mendengar ucapan Dito. Dia bangkit dari sisi ranjang dan mulai melemparkan bantal dan barang apa saja yang ada di dekatnya ke arah Angga.

"Dasar brengsek! Om-om gila!" makinya marah mengeluarkan kekesalan dihati.

Dito ikut terkena lemparan marah Dora pada atasannya. Pria berambut hitam itu dengan kesal berteriak, "Berhenti Nona, apa yang kamu lakuin!?"

Teriakan berhenti dan lemparan barang memenuhi kamar presidential suite. Tania tahu awal mula kehidupan barunya sudah dimulai. Kali ini dia harus terus maju demi kebebasannya.

Dan pria yang sedang dilempari di depan sana, akan menjadi batu loncatannya memenuhi impiannya selama ini.

.

.

.

.

.

.

.

Up Sehari sekali yah, guys 🤗

Nikahin Aku!

"Sinting, gimana ceritanya dia bisa masuk ke kamar trus aku nggak tahu?!" Angga mengusap wajahnya kasar.

Setelah berhasil keluar dari hotel melalui basment, mobil mereka meluncur cepat meninggalkan tempat itu.

Angga menatap kesal wanita yang sengaja dia bawa ikut bersamanya. Tania duduk disampingnya dengan wajah santai. Tidak terlihat sedikitpun kekhawatiran di sana, Angga curiga Tania sengaja menjebaknya semalam.

"Turun!" perintah Angga kesal.

Tania dibawa Angga ke pinggir kota, sengaja mencari tempat yang sepi untuk mereka bisa bicara. Tanpa ditemani asisten pribadi Tania, wanita itu keluar mengikuti Angga.

"Kamu tunggu di sini, Dit. Pastiin nggak ada yang gangguin ato lihat kita di sini!" perintah Angga lagi sebelum menjauh dari mobil.

Dito mengangguk dan menatap keduanya berjalan beriringan menjauh darinya. Sepertinya dia harus segera bertindak mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Angga tadi malam, sebelum masalah ini semakin melebar.

"Cepet ngomong siapa yang nyuruh kamu masuk ke kamar aku semalem!" Angga menarik Tania mendekat, menatapnya tajam.

"Udah daritadi aku bilang, semalem itu aku mabuk! Aku nggak tahu siapa yang bawa aku ke kamar kamu. Seinget aku, aku cuman minum di club dan ngabisin waktu di sana." bohong Tania menepis tangan Angga kasar.

Wajah tanpa cela Tania terlihat penuh keyakinan, tidak ada keragu-raguan di sana. Angga tahu wanita di depannya bisa saja berkata benar dan tidak. Dia tidak mau asal percaya saja padanya.

"Kamu jangan berani-berani boongin aku, yah!? Sekretaris aku bisa nyari tahu kebenarannya dengan mudah. Kalo kamu bener terbukti boongin aku, jangan harap kamu bisa selamat abis ini!" ancam Angga tidak main-main.

Mungkin sedikit memberi ancaman dan bersikap tegas bisa membuat wanita di depannya ini mengaku, pikir Angga.

Tania mendengus dan melipat tangannya di dada. "Kamu pikir aku takut sama ancaman kamu?! Asal kamu tahu, yah ... masalah ini bukan cuman ngancurin kamu aja, tapi juga ikut ngancurin aku! Skandal ini udah pasti bakal bikin aku kehilangan kerjaan. Kamu pikir aku mau rugiin diri aku sendiri?!"

Angga diam dengan pandangan mata penuh selidik. Memang benar yang dikatakan Tania, mana mungkin dia mengorbankan karirnya hanya demi bisa tidur dengannya semalam?

Mengingat reputasi wanita yang sempat bertemu dengannya kemarin di pesawat dan memukul hidungnya sampai berdarah, Angga tahu Tania tidak mungkin melakukan hal serendah itu.

Tapi, bagaimana kalau wanita ini memang sengaja melakukannya hanya demi untuk kepentingannya sendiri? Kekalutan mendera pikiran Angga, dia tidak mau begitu saja percaya dengan ucapan Tania tanpa ada bukti konkret yang pasti sedang dikumpulkan oleh sekretarisnya sekarang.

"Hak kamu mau percaya ato enggak sama omongan aku, yang pasti sekarang aku mau pulang. Asisten aku pasti lagi kelimpungan nyariin aku!" sambung Tania tidak peduli.

Dora memang sengaja ditinggalkan Angga setelah mereka berhasil keluar dari hotel. Asisten pribadi Tania naik mobilnya sendiri dan tidak berhasil mengejar mobil mereka yang dengan cepat menghilang di depannya.

"Maaf Pak Angga." Dito menyela, tiba-tiba sudah berdiri di dekat mereka.

Angga beralih menatap sekretarisnya dengan wajah kesal. "Kenapa!?"

"Maaf Pak, nyonya barusan telpon. Pak Angga diminta pulang ke rumah sekarang," ucap Dito takut-takut.

Tidak ingin mengganggu pembicaraan penting atasannya dan Tania, Dito tidak punya pilihan lain. Nyonya besarnya terdengar menakutkan saat menghubungi dirinya barusan.

Angga berdecak, mengusap wajahnya lagi kasar. Pria berhidung mancung itu beralih kembali menatap Tania.

"Kamu tunggu di mobil. Jangan kemana-mana dan jangan berani nelpon siapa-siapa ke sini!" ucapnya terdengar memerintah.

Tania memutar mata malas dan berbalik kembali ke mobil. Dia yakin pria bernama lengkap Angga Darmawan itu pasti akan membahas sesuatu dengan sekretarisnya. Tania tidak sabar melihat wajah kaget dan tidak percaya Angga sebentar lagi.

"Jadi gimana, Dit. Udah ada yang kamu dapet?"

Dito mengangguk dan mengeluarkan tab yang dia bawa dari mobil, menunjukkan rekaman cctv hotel semalam.

"Rekamannya nunjukin nona Tania dibawa seorang pria ke kamar Pak Angga nggak lama setelah aku pergi, Pak," terang Dito. "Dan sama seperti pengakuannya sama Pak Angga, nona Tania emang bener ada di club More semalem. Aku udah cek waiters (pelayan) dan cctv club juga di sana. Nona Tania emang sempet mabuk dan dianterin orang pulang sekitar jam sebelas malam."

Angga tampak serius melihat rekaman cctv hotel dan juga club di layar tab. Semua yang dijelaskan Dito sama seperti apa yang sedang dia lihat saat ini. Angga menggeram marah dalam hati.

"Trus siapa pria yang bawa dia masuk ke kamar aku semalem?" tanya Angga penasaran.

"Itu yang belum aku dapet, Pak. Aku masih cari tahu dia siapa dan apa motifnya. Aku curiga ada yang sengaja pengen hancurin reputasi Pak Angga setelah resmi jadi direktur utama di perusahaan."

Angga mendengus, membenarkan perkataan Dito. Bisa saja ada salah satu pemegang saham yang tidak suka dia menjadi direktur utama.

Angga ingat ada beberapa orang yang menolak memberikan suara untuk dia maju sebagai direktur utama menggantikan ayahnya tempo hari.

"Dan, Pak ... ada satu hal lagi," sambung Dito.

"Apa itu?"

"Berita skandal ini udah terlanjur menyebar, Pak. Tadi asisten pribadi nona Tania telpon dan ngasih tahu nona Tania baru aja diputus kontrak sama beberapa rekan kerja mereka. Dan saham kita juga ikut kena imbas karena masalah ini Pak, barusan Eliona ngasih tahu aku."

Wajah Angga semakin berubah tidak enak dilihat. Ada kemarahan dan kekesalan di sana, Dito tahu masalah ini sudah sangat serius.

Sebentar lagi dia yakin para pemegang saham akan mengadakan rapat darurat terkait skandal atasannya bersama model ternama Diva Nathania semalam.

"Aku ingin pertanggungjawabanmu, Pak Angga yang terhormat!" sarkas Tania dengan wajah merah padam.

Wanita itu sempat mendengar pembicaraan Angga dan Dito sesaat setelah dia memutuskan keluar dari mobil memanggil mereka. Kesempatan ini bisa dia gunakan untuk memulaikan rencananya, pikir Tania.

"Karena masalah ini karirku hancur!" sambung Tania berapi-api.

"Lalu kamu mau apa? Kamu pikir cuman kamu aja yang hancur!? Skandal ini juga udah bikin aku rugi banyak!" dalih Angga tidak mau disalahkan.

Tania tersenyum tipis, menatap Angga penuh arti. "Nikahin, aku!"

.

.

.

.

.

.

.

Jejak-jejak cinta jangan lupa yah, kesayangan author semua 🥰

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!