NovelToon NovelToon

Love Me Please, Hubby

Ch 1 - Aku Ternoda

“Nis, Kita cabut dulu. Lu beresin semua ya.”

“Baik Kak.”

Nisha dengan rajin membersihkan semua ruangan. Jam menunjukkan pukul 18.37 WIB. Semua karyawan kantor sudah pulang, hanya dia saja yang masih tinggal. Nisha menyapu setiap ruangan dengan hati-hati. Merapikan dan mengelap setiap meja karyawan. Mengumpulkan setiap sampah yang ada di meja dan memasukkan ke dalam kantong sampah besar. Mencuci piring dan gelas sisa makan para karyawan.

Ini adalah pekerjaannya setiap hari. Memastikan kondisi ruangan dikantor itu menjadi bersih dan nyaman untuk dibuat aktivitas kerja. Ya, dia adalah seorang cleaning services. Dia menekuni pekerjaan ini sudah hampir dua bulan. Memang pekerjaan yang berat, namun dia harus bertahan demi Rupiah.

Gedung itu terdiri dari beberapa puluh lantai. Hanya empat lantai yang digunakan sebagai aktivitas kerja perusahaan pengembang software tempatnya bekerja sekarang, sementara lantai gedung yang lain disewakan. Dia bersama lima temannya yang lain bertugas untuk membersihkan empat lantai gedung itu. Namun karena dia anak baru, teman-temannya yang lain selalu membuatnya bekerja lebih, seperti misalnya hari ini.

Di saat yang lain pulang, dia harus bekerja ekstra membersihkan seluruh ruangan. Nisha membersihkan lantai per lantai dengan tekun. Kemudian tibalah dia di lantai paling atas, lantai tempat ruangan direktur utama berada.

Nisha sedikit terkejut melihat lampu diruang Dirut menyala. Belum pulang kah pak Zico? Apa yang dilakukan beliau pada jam segini? Kenapa beliau belum pulang, ketika sekretaris dan asistennya sudah pulang? Apa yang harus dilakukannya? Haruskah dia menunggu pak Zico pulang baru membersihkan ruangannya? Atau menunggu besok pagi saja?

Jujur saja, selama dua bulan dia bekerja di perusahaan ini dia belum pernah melihat direkturnya itu secara dekat. Dia hanya bisa melihat pak Zico dari kejauhan, itu pun hanya sekilas. Tapi menurut informasi dari sesama teman CS (cleaning services), pak Zico itu orangnya tampan dan dingin. Sangat menjaga jarak terhadap bawahannya. Beliau hanya mau berhubungan dengan orang-orang yang dianggapnya penting saja. Orang-orang seperti Nisha sangat tidak mungkin bisa berkomunikasi dengan pak Zico.

Lama Nisha berdiri dengan bingung, namun setelah pertimbangan agak lama pada akhirnya dia memilih untuk menunggu.

Dari dalam ruangan tersebut, Nisha mendengar atasannya sedang berbicara dengan nada tinggi. Untuk ukuran orang sedingin dan setenang pak Zico, rasanya cukup luar biasa mendengarnya berbicara seperti itu. Sepertinya atasannya itu sedang berdebat dengan seseorang dan pada akhirnya…

PRAAANGGG!!

Tiba-tiba terdengar barang pecah, disusul dengan suara barang pecah lainnya. Nisha terhenyak dalam diamnya. Seketika nyalinya menjadi ciut. Pak Zico benar-benar marah. Moodnya benar-benar tidak bagus saat ini. Sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk membersihkan ruangan beliau.

Nisha memutuskan untuk pulang, dan membersihkan ruangan itu keesokan harinya. Dia berbalik dengan tiba-tiba dan…

PRAAANGGG!!

Dia memecahkan pot bunga yang ada di meja sekretaris. Nisha cepat-cepat berjongkok, mulai mengambil satu-persatu pecahan pot dengan tangan gemetar. Dia berharap Dirut yang sedang marah itu tidak mendengar suara pot yang pecah.

“Siapa disana?!!”

DEG!!

Nisha mendengar suara pintu dibuka dan suara langkah kaki berjalan mendekat padanya. Dengan pelan-pelan dan ketakutan dia menoleh ke belakang, dan benar saja. Laki-laki itu sudah berdiri di belakangnya dengan sikap mendominasi.

Benar kata temannya, Pak Zico laki-laki yang sangat tampan. Tingginya mungkin 185 cm, badannya berotot dan raut wajahnya sangat maskulin. Wajahnya perpaduan antara Jawa dan Eropa. Benar-benar eksotik. Hidungnya mancung, bibirnya tipis dan sangat sensual. Sedangkan matanya, matanya terlihat sangat marah ketika melihatnya. Dilihat dari sudut pandang manapun, laki-laki tampan ini sepertinya sedang mabuk. Bau minuman keras mulai tercium dari tubuhnya.

“Siapa Kamu?!!”

“Saa…saa… saya petugas cleaning services Pak…”

“Sedang apa disini?!!”

“Eh…Uhmm…Se..sedang membersihkan ruangan Pak…”

“Kamu menguping pembicaraanku kan?!”

“Tii…Tidak Pak…”

“Jangan berbohong Kamu!! Sini Kamu!!”

Zico menarik tangan Nisha, menyeretnya ke ruangannya. Kemudian dia menghempaskan tubuh Nisha di sofa ruang kerjanya.

BRUUUKKK

Nisha terjatuh ke atas sofa dengan keras. Sebelum dia menyadari apa yang terjadi Zico tiba-tiba sudah berada di atasnya. Mengunci dan menindih tubuhnya. Dengan satu tangan Zico memegang kedua tangan Nisha, sedangkan tangannya yang lain mencengkram wajah wanita itu.

“Hei wanita!! Berani-beraninya Kamu mencampakkanku!!”

Zico mulai meracau. Matanya merah dan tidak fokus, kemudian dia menutup mulut Nisha dengan bibirnya. ******* habis bibir wanita itu. Tangannya mengunci wajah Nisha agar tidak bisa menghindar dari ciumannya.

Nisha berusaha berteriak. Namun suara tak kunjung keluar dari mulutnya. Nisha berusaha melepaskan diri dari Zico, tapi tubuh laki-laki itu terlalu kuat. Dia benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan perlakuan seperti ini. Sepertinya bosnya itu sedang mabuk parah, itu terlihat dari bau napasnya dan tingkah lakunya yang salah mengenali orang.

Nisha meronta-ronta, berusaha menggunakan kakinya untuk menendang. Tapi semua itu percuma. Tubuhnya sudah terkunci, tidak ada kesempatan baginya untuk melepaskan diri.

Nisha mulai menangis. Bulir demi bulir air mata mulai mengalir disudut matanya. Sementara Zico masih terus menciuminya. ********** dengan keras dan menggigitnya. Ciuman yang brutal, penuh kemarahan.

Tangan Zico mulai menjelajah. Menarik paksa baju Nisha sehingga membuat kancing-kancing baju itu terlepas dan berserakan dimana-mana. Zico menatapnya dengan mata nanar. Pancaran api gairah dan kemarahan terlihat dimatanya. Secepat kilat dia menerkam Nisha.

“To…tolooonngg!! Tooloonngg!! Paaakkk, tolonggg lepaskan Saya Pak!!”

Nisha berusaha berteriak dengan suaranya yang tercekat. Dia begitu putus asa. Sepertinya dia sudah merasa bahwa hal buruk akan terjadi padanya. Yang bisa dilakukannya hanyalah berteriak untuk meminta pertolongan.

Zico menyumpal mulut Nisha dengan tangannya, dia masih saja terus melanjutkan aktivitasnya. Dengan tidak sabar Zico melepas pakaian Nisha dengan paksa, setelah berhasil membukanya kemudian dia melepaskan Nisha sebentar dan melepaskan pakaiannya sendiri. Kesempatan ini digunakan Nisha untuk bangkit dan berlari ke arah pintu. Namun sebelum dia mencapai daun pintu, tubuhnya sudah disergap dari belakang dan digendong dibahu laki-laki itu.

“Pakk!! Lepaskan Saya!! Jangan perkosa Saya Pak!! Tolong Pak!!”

Nisha berteriak-teriak menghiba. Wajahnya terlihat panik, air mata mengalir dengan derasnya. Namun Zico mengabaikannya. Matanya sudah tertutup nafsu, pikirannya sudah tidak lagi jernih. Yang ada dipikirannya hanyalah dia harus menyiksa wanita ini, membuatnya tunduk. Agar wanita itu tahu bagaimana rasanya dicampakkan!!

“Diam Kamu wanita!! Bukankah ini yang Kamu mau? Hah?! Sekarang rasakan akibatnya! Tidak ada seorang wanita pun di muka bumi ini yang bisa mencampakkan seorang Zico!!”

Zico kembali menghempaskan tubuh Nisha ke sofa dan menindihnya. Dengan seluruh tubuhnya dia menutup tubuh Nisha. Menekan tubuh Nisha dengan berat tubuhnya, berusaha untuk menaklukan tubuh wanita mungil itu.

Dia kembali ******* bibir Nisha, tidak memberikan kesempatan Nisha untuk melawan. Sementara tangannya menjelajah kesana kemari. Zico mulai memposisikan tubuhnya.

“Pak, tolong lepaskan Saya. Saya hanya seorang karyawan Pak. Tolong Pak…”

Nisha mulai menangis sesegukan. Suaranya mulai lirih karena terlalu banyak menangis. Tubuhnya mulai lelah karena terlalu banyak melawan. Dengan lemah Nisha memukul-mukul dada Zico, yang tidak berdampak apa-apa pada pria itu.

Zico tetap tidak menghiraukannya. Matanya sudah sangat tertutup oleh nafsu, dia sudah tidak peduli dengan siapa dia bercinta. Yang dibutuhkannya sekarang adalah dia harus melepaskan dorongan hasratnya saat ini juga. Akhirnya dengan sekali hentakan Zico menguasai tubuh Nisha.

Nisha menjerit kesakitan, Zico menutup mulut wanita itu dengan mulutnya. Dia tetap mendorong tubuhnya ke dalam tubuh Nisha dengan kasar, membuat tubuh wanita itu gemetar kesakitan. Nisha tidak mampu melawan, hanya air mata yang masih mengalir dari sudut matanya. Tatapan matanya menjadi sayu dan kosong. Dia sudah ternoda.

***

VISUAL

Ch 2 - Aku Wanita Pengecut

Zico berhasil menguasai tubuh Nisha. Zico menciumi bibir Nisha dengan lembut. Dia mengeksplore mulut Nisha dengan hati-hati. **** dan mengigit bibir itu, bermain-main dengan lidah lembutnya. Zico benar-benar menikmati percintaan ini.

Zico mulai meracau. Sesekali dia mencium kening Nisha yang dipenuhi dengan keringat, mengecup bibir ranumnya dan menciumi tengkuknya. Wanita itu tidak bergerak, tatapannya kosong, air mata terus mengalir di sudut matanya. Namun tubuh wanita itu tidak bisa berbohong.

Mungkin wanita itu menolaknya, tapi tidak dengan tubuhnya. Setelah lama berpacu, Zico mulai merasakan batas dirinya. Zico mengerang panjang. Selama beberapa waktu, hanya keheningan yang ada di antara mereka. Zico berusaha mengatur napasnya kembali, kemudian dia mulai tersadar dengan apa yang dilakukannya. Zico menatap wanita dibawahnya, dia kaget melihat kenyataan bahwa wanita itu bukan Zee, tunangannya.

Zico segera melepas pelukannya. Dengan buru-buru dia bangkit dari sofa. Menatap wanita yang terbaring di sofa itu dengan tidak percaya. Siapa wanita ini? Mengapa ada diruangannya? Tadi dia ingat menarik tangan Zee ke ruangannya. Apa dia salah ingat? Apakah sebenarnya yang ditariknya adalah tangan wanita itu?

Arrgghhh!! Bodoh!! Bodoh!! Mabuk ini sungguh membuatnya menjadi orang bodoh. Zico mencari-cari pakaiannya, kemudian dia mulai membersihkan diri sebelum memakai pakaiannya kembali. Zico melihat hal yang janggal. Dia melihat ada darah di tissue.

Dengan cepat Zico memeriksa tubuhnya. Dia khawatir tubuhnya terluka. Namun dia tidak menemukan luka pada tubuhnya, lalu darah siapa di tissue ini? Zico menatap wanita yang masih berbaring itu, dia mulai memperhatikan tubuh wanita itu.

DEG

Ada darah di tubuh wanita itu. Apakah wanita itu masih perawan? Akhhh, apa yang harus dilakukannya? Benarkah dia sedang memperkosa seorang perawan? Pantas saja rasanya sangat berbeda dengan  wanita-wanita yang pernah bercinta dengannya selama ini.

Zico menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia kembali memakai pakaiannya dengan cepat. Kemudian tanpa menoleh pada wanita itu, dia menulis sejumlah cek.

“Pakai bajumu. Dan ini ceknya. Aku pikir jumlah ini cukup untuk harga keperawananmu.” Zico meletakkan cek itu di meja, kemudian dia mulai pergi meninggalkan ruangan. Sebelum mencapai pintu dia kembali berkata.

“Jangan lupa tutup pintu setelah Kamu keluar.” Dan dia pun menghilang dari balik pintu.

***

Nisha masih terbaring kaku. Dia benar-benar tidak menyangka dengan apa yang dialaminya malam ini. Air mata tak henti-hentinya keluar dari sudut matanya. Dia benar-benar tidak menyangka akan menjadi korban pemerkosaan oleh bosnya sendiri.

Lama Nisha terdiam dengan tubuh yang masih telanjang. Pikirannya begitu kosong. Dia tidak bisa mencerna kejadian yang baru saja dialaminya. Hanya air mata yang menjadi saksi penderitaannya. Setelah puas menangis, dia mulai menggerakkan tubuhnya. Memunguti setiap pakaiannya yang tercecer dilantai dan memakainya dengan pelan-pelan.

Dia merasakan sakit di sekujur tubuhnya, terutama di area itu. Dia menatap tubuhnya dengan pandangan jijik. Tiba-tiba dia merasa menjadi wanita paling kotor di bumi. Nisha menutup wajahnya dan mulai menangis dengan keras. Malam itu dihabiskannya dengan menangis dan menangis.

Menjelang tengah malam, Nisha menghentikan tangisnya. Dengan terseok-seok dia berjalan keluar dari ruangan itu. Meninggalkan beberapa lembar cek tetap berada di atas meja.

Di parkiran, dia berusaha mengambil sepeda dan mengayuhnya. Namun karena tubuhnya yang begitu lemah, dia tidak sanggup mengayuh sepeda itu. Akhirnya dengan tangan gemetar dia memesan ojek online.

Sesampainya di kosan, Nisha merebahkan tubuhnya dengan hati-hati. Dia menatap dinding kamarnya dengan mata kosong. Pikirannya menjalar kemana-mana. Dia begitu bingung harus bersikap seperti apa. Ketiadaan saudara, teman serta pendidikannya yang rendah membuatnya bingung harus bersikap seperti apa. Haruskah dia melaporkan apa yang dilakukan bosnya kepada polisi? Tapi bagaimana bila laki-laki itu melaporkannya juga? Dia pasti kalah melawan laki-laki itu. Di Jakarta dia tidak memiliki seseorang yang bisa membantunya. Di kampung halamannya pun keluarganya tidak akan bisa berbuat banyak, karena dia hanya berasal dari kalangan bawah.

Selain itu, bila dia melaporkan laki-laki itu dia pasti akan kehilangan pekerjaannya. Sangat susah mencari pekerjaan di Jakarta dengan ijazah yang dimilikinya. Dia tidak ingin mengecewakan keluarganya yang telah menaruh harapan besar padanya. Haruskah dia mendiamkan saja dan membiarkan kasus ini? Menganggap seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa?

Nisha kembali menangis. Kenapa nasibnya menjadi seperti ini? Dia sudah bersusah payah untuk tiba di Jakarta. Dengan bermodal sedikit uang, dia mencoba peruntungannya di kota metropolitan itu. Berharap dengan bekerja di Jakarta bisa mengubah perekonomian keluarganya. Bisa mengobati ibunya yang sakit-sakitan. Tapi kenapa menjadi seperti ini?

Nisha menelungkupkan wajahnya dibantal, menangis sepuas-puasnya. Menangisi nasibnya yang malang. Menangisi ketidakmampuannya, menangisi kelemahannya. Mungkin ini adalah nasib seorang kalangan bawah yang harus diterimanya.

Menangis sepanjang malam membuatnya kelelahan. Pada akhirnya menjelang subuh, dia pun ketiduran.

***

Nisha terbangun ketika jam menunjukkan 12.43 wib. Dia begitu terkejut. Seharusnya pagi ini dia masuk kerja jam 07.00 wib, lebih awal dari karyawan yang lain. Nisha segera melihat ponselnya. Pantas saja dia tidak mendengar suara alarm, ternyata ponselnya dalam kondisi off.

Nisha segera mencharge ponselnya, menunggu beberapa saat sebelum menghidupkannya. Ada begitu banyak panggilan telepon dari seniornya. Ada puluhan pesan juga. Rata-rata isinya sama, menanyakan posisinya dan mengancam akan memecatnya bila tidak segera ke kantor saat itu juga.

Dengan gugup Nisha menghubungi nomor seniornya, pada deringan pertama seniornya mengangkatnya.

“Lu kemana aja?! Masih niat kerja gak sih Lu?!”

“Ma...maaf Kak... Sa...Saya sakit Kak...”

“Lu dimana sekarang? Lu dicari direktur!! Apa yang Lu lakuin sampai-sampai dicari direktur?! “

DEG

Nisha merasa tubuhnya menjadi kaku. Kenapa direktur mencarinya? Apa untuk mengancamnya agar tidak membuka mulut? Sebelum dia sempat berpikir lebih jauh, terdengar suara ketukan di pintu kamarnya.

Tok…Tok…Tok…

Dengan ragu Nisha membuka pintu kamarnya, dan dia melihat seorang pria berpakaian rapi berada dibaliknya. Dia merasa familiar dengan pria tersebut.

“Dengan Nona Tanisha Alifya?”

“Iy…Iya benar Pak.”

“Silakan ikut Saya. Direktur menunggu Anda di depan.”

***

 

 

Ch 3 - Perjanjian Damai

Nisha begitu terkejut. Tanpa disadarinya tubuhnya bergetar. Mengingat apa yang dilakukan laki-laki itu kepadanya sebelumnya membuatnya ketakutan, dan sekarang dia diharuskan untuk bertemu dengan laki-laki itu lagi?

“Aa…ada perlu apa ya Pak?”

“Hal itu bisa langsung Anda tanyakan pada beliau.”

“Ka…kalau Sa…Saya menolak untuk bertemu?” Nisha memberanikan diri untuk menyanggah.

“Maka Kami tidak punya pilihan selain memaksa Anda. Untuk itu, lebih baik Anda menurut saja.”

Nisha kembali gemetaran. Dengan takut-takut dia mengganti bajunya dan mengikuti kepala asisten direktur itu. Nisha melihat sebuah mobil mewah terparkir di depan gang. Kepala asisten membukakakan pintu untuknya, mempersilakannya untuk masuk ke dalam mobil. Dengan ragu-ragu Nisha memasuki mobil itu.

Di dalam mobil dia melihat seorang laki-laki yang ditakutinya. Ya, direktur yang telah memperkosanya berada disana. Tubuh Nisha kembali bergetar. Dia begitu takut dengan laki-laki itu. Dia takut kejadian semalam akan terulang lagi.

“Kita akan kemana Pak?”

“Ke restoran X. Panggil pengacara Aji untuk bertemu disana.”

“Baik Pak.”

Dan mobil pun melaju. Di dalam mobil hanya ada keheningan. Nisha memegang tangannya dengan erat, berusaha untuk menghentikkan tangannya yang gemetaran. Keringat dingin mulai membasahi tubuhnya, padahal suhu di dalam mobil sangat dingin. Dia menunduk, tidak berani memandang laki-laki disebelahnya.

Hampir setengah jam mobil itu melaju sebelum akhirnya berhenti di sebuah restoran mewah. Asisten direktur itu membukakan pintu untuk mereka, kemudian mengarahkan Nisha untuk mengikutinya. Dengan pasrah Nisha mengikuti dua laki-laki di depannya.

Restoran itu merupakan restoran Jepang yang mana setiap pengunjung dibebaskan untuk memilih ruangan private yang akan digunakan untuk penyajian makanan mereka. Setelah melewati lorong-lorong yang terasa panjang, akhirnya tibalah mereka diruangan yang dipilih.

Ketika mereka tiba, terdapat seorang laki-laki yang sudah menunggu mereka disana dengan berkas ditangannya.

“Selamat siang Pak.”

“Ya, siang. Sudah disiapkan berkas yang Aku minta?”

“Sudah Pak.”

“Baguslah. Bisa Kita mulai.”

“Nona Tanisha, silakan duduk disini.” Asisten direktur mempersilakan Nisha untuk duduk disebarang tempat duduk Zico. Nisha menurut, dia duduk ditempat yang ditunjuk.

Pengaturan tempat duduk itu membuatnya harus berhadapan dengan Zico dan pengacara Aji.

“Dengan nona Tanisha Alifya?”

“Iy…Iya…” Nisha menjawab gugup.

“Kami mendengar permasalahan antara Anda dan klien Kami. Maksud Kami melakukan pemanggilan terhadap Anda adalah untuk menawarkan perdamaian. Ini perjanjian perdamaian dari Kami. Silakan Anda baca terlebih dahulu.” Pengacara Aji menyerahkan map putih yang di dalamnya berisi beberapa lembar kertas. Dengan ragu-ragu Nisha membaca surat itu.

**  SURAT PERJANJIAN DAMAI**

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Zico Giovanno Putra

Pekerjaan : Direktur Utama PT. ERPWare Indonesia

Alamat : -

Selanjutnya disebut PIHAK I,

Mengadakan kesepakatan dengan

Nama : Tanisha Alifya

Pekerjaan : Staff Outsourhing PT. ERPWare Indonesia

Alamat : -

Selanjutnya disebut PIHAK II

Dalam rangka menyelesaikan masalah antara Zico Giovanno Putra sebagai PIHAK I sepakat dengan Tanisha Alifya  sebagai PIHAK II untuk menyelesaikan dengan cara kekeluargaan dimana kedua belah pihak mengadakan kesepakatan yaitu :

Dalam melakukan perjanjian damai ini, kedua belah pihak tidak ada yang merasa ditekan oleh pihak manapun dan oleh siapapun.

Pihak I bersedia membayar ganti rugi sejumlah Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) kepada Pihak II

Pihak II sepakat untuk tidak membawa masalah ini ke ranah hukum

Pihak I berhak menuntut pihak II bila dikemudian hari pihak II tidak menjalankan kesepakatan

Setelah perjanjian ini ditanda tangani oleh kedua belah pihak, berarti sudah tidak ada masalah apapun dan tidak akan ada tuntutan apapun dikemudian hari, baik dari pihak I kepada pihak II atau sebaliknya.

Demikian perjanjian ini dibuat atas kesadaran dari kedua belah pihak, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, Januari 20xx

PIHAK I                                                                                PIHAK II

Zico Giovanno Putra                                                         Tanisha Alifya

***

“Ap…Apa maksudnya Pak?” Nisha bertanya dengan bingung.

“Disitu tertulis dengan jelas, bahwa Kami akan membayar ganti rugi atas insiden tidak mengenakkan yang terjadi semalam. Dengan harapan bahwa Anda tidak akan membawa masalah ini ke ranah hukum. Bila Anda tetap memaksa akan membawa masalah ini ke ranah hukum, maka dengan terpaksa Kami akan menuntut Anda. Bisa Anda pastikan bahwa Kami akan memenangi perkara ini. Saran Kami, Anda terima perdamaian dari Kami dan melupakan masalah ini.”

Pengacara Aji menjelaskan panjang lebar. Sebenarnya dia tidak tega pada Nisha, melihat gadis itu mengingatkannya pada anak gadisnya sendiri. Namun dia bekerja pada direktur Zico, mau tidak mau dia harus membela kliennya meskipun dia bersalah.

“Bi…Bila Saya tanda tangani ini, bisakah Saya tetap bekerja di perusahaan itu?” dengan polos Nisha bertanya. Dia benar-benar gadis muda polos dan tak tahu apa-apa.

Pengacara Aji menatap Nisha dengan terkejut, begitu pula dengan Zico. Dia benar-benar tidak menyangka dengan pikiran gadis itu. Yang dipikirkan gadis itu hanyalah pekerjaan, bukan melaporkan perbuatannya ke polisi.

Pengacara Aji menatap Zico, meminta jawaban atas pertanyaan Nisha yang tidak bisa dijawabnya. Dengan ragu-ragu Zico menganggukkan kepala dan memberi kode dengan matanya.

“Tentu saja Anda akan tetap berada di perusahaan. Anda karyawan yang baik, tidak mungkin Kami memecat Anda. Bahkan bila Anda menandatangani surat perjanjian ini, Kami akan memberikan gaji dua kali lipat dari yang biasa Anda dapat.”

“Sa…Saya tidak membutuhkan gaji dua kali lipat. Dimana Saya harus tanda tangan?” kembali Nisha bertanya dengan polos. Pengacara Aji mengarahkan Nisha, dan dia pun menandatangani kertas itu. Zico menghembuskan napas lega.

Ternyata tidak sesulit yang dibayangkannya. Dia membayangkan perempuan itu akan merengek dan meminta macam-macam. Di luar dugaannya, perempuan itu malah dengan mudah menandatangani perjanjian itu. Zico menatap Nisha dengan tajam, benar-benar tidak mengerti dengan arah pikiran gadis itu.

Sepolos dan selugu itu kah? Dia sudah memaksa gadis ini untuk melakukan hubungan badan dengannya, mengambil keperawanannya juga. Tapi yang ditanyakan gadis ini hanyalah dia tetap dipekerjaan diperusahaan? Apa uang kompensasi dua ratus juta sungguh cukup untuk menanggung semua penderitaannya?

“Ini cek senilai dua ratus juta. Kompensasi yang diberikan pihak pertama terhadap pihak kedua.” Pengacara Aji menyerahkan dua lembar cek, masing-masing senilai seratus juta. Nisha menatap dua lembar kertas itu dengan hampa.

“Tapi Saya tidak membutuhkan…”

“Anda harus mengambilnya. Ini dana kompensasi yang harus Anda terima karena telah menandatangani surat perjanjian ini.”

“Ta…Tapi Saya benar-benar tidak membutuhkannya…” Nisha tetap bersikukuh.

“Sebaiknya Anda tetap menerimanya.” Pengacara Aji tetap memaksa, dia menyematkan dua lembar cek itu di jemari Nisha. Kemudian asisten direktur memfoto mereka.

“Saya pikir masalah ini sudah selesai. Direktur Zico dan saudari Tanisha, silakan berjabat tangan.” Nisha enggan berjabat tangan. Dia benar-benar takut pada Zico, menatapnya saja dia takut apalagi bersentuhan kulit.

“Tidak perlu berjabat tangan. Aku akan keluar sekarang.” Zico berjalan keluar, diikuti asistennya.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!