Malam minggu, yang banyak muda-mudi untuk berkencan.
Seperti Reina dan Zakir, mereka sepasang kekasih. Yang sudah menjalani hubungan semakin serius, walaupun mereka baru tiga bulan berpacaran. Tapi zakir,ingin melanjutkan ke jenjang lebih serius dalam hubungan mereka menjadi sebuah ikatan suci pernikahan. Namun pagi Reina,semakin larut dan semakin jauh dalam hubungan mereka. Ia mendapatkan sebuah kejanggalan.
"Maaf, sayang. Baru datang,tadi macet,". Kekeh Zakir,ia mengusap pucuk kepala Reina.
"Tidak apa, sayang. Aku juga baru,". Senyum kecil di sudut bibirnya. iya,baru setengah jam lalu.
"tumben kamu ngajak aku ketemu, sayang. Ada apa? Kami tau sendirikan aku sibuk,". Kekeh Zakir, ia terlihat sangat gelisah.
Ck,sibuk konon. gak usah sok belagu,sayang.
"Kamu kenapa sih,sayang? Kaya gelisah gitu, celingukan sana sini..hemmm,ada yang kamu sembunyikan dari aku,". Reina, menaruh rasa curiga kepada sang kekasih. Kenapa semakin jauh,kamu terlihat sangat mencurigakan sayang.
Aduh...ni Reina,segala curiga lagi,batin Zakir . "Mana ada sayang,kamu pesankan yah. Seperti biasa,aku sudah lapar nih,". Suruh Zakir,kepada kekasihnya.
Reina, langsung memilih menu dan memesan beberapa makanan untuk mereka berdua.
"Sayang,ada yang aku bicarakan,". Ucap Reina, semoga aja ada deh.
"Hemm...mau bicarakan apa, sayang? Bukan aneh-aneh kan,". Lirik Zakir.
"Hari inikan kamu gajihan,bayar uang yang kami pinjam kemarin. Aku besok mau pulang ke rumah orangtuaku,aku gak ada uang. Apa lagi gajian masih lama,". Keluh Reina. Ia juga tau kalau kekasihnya hari ini baru gajihan,sang kekasih bekerja di salah satu perusahaan. Walaupun hanya staf kantor biasa,namun gajihnya lumayan besar. Daripada Reina,hanya bekerja di salah satu restoran seafood.
Zakir, menatap tajam kearah kekasihnya. Bagaimana mungkin mereka sepasang kekasih,masa menagih hutang piutang. "Kok kamu nagih si,sayang. Aku ini pacarmu, sebentar lagi kita menikah. Kamu kok perhitungan banget,". Ketus Zakir.
Apa-apaan sih,malah nagih-nagih. Bikin malu aja nih Reina.
"aku gak perhitungan sayang,lagian itu uang yang kamu pinjam. Aku gak punya uang lagi,untuk makan sehari-hari aja numpang sama Amel. Makanan yang kita pesan kamu yang bayar,aku terus,". Sungut Reina.
Sial,kenapa aku harus yang bayar sih? Males banget aku keluar uang,mending nanti pura-pura ke toilet. Bodo amat,dia mau bayar pake apa,batin Zakir. "Aduh...nanti aja kamu pulang kampungnya,pas gajihan aja. Nanti aku antar, kapan-kapan aja aku bayar uang yang aku pinjam.uang gajihan ku habis,buat ibuku. Katanya mau beli peralatan dapur kita nanti,". Alibi Zakir,bohong dikit ah... banyak juga gak papa lagian Reina, pasti percaya.
Sudah aku duga,pasti beribu-ribu alasan. "Aku perlu sekarang sayang, lagian buat apa juga ibumu beli peralatan dapur buat kita, nanti-nanti juga bisa. Aku mau uang ku, sekarang juga,". Reina, sedikit membentak.
Gila,kenapa dia ungkit-ungkit hutang sih,mana orang-orang liat lagi,batin Zakir. "Kamu perhitungan banget sih Reina,anggap aja kamu kasih ke aku dengan percuma. Ibuku tidak suka dengan perempuan perhitungan,".
"aku gak mau,kamu harus bayar hutangmu. Uang yang kamu pinjam banyak,satu juta lebih. Itu uangku,sayang. Aku gak mau tau,kamu harus bayar. Aku tau gajihmu pasti besar kan,". Ketus Reina.
Saat Zakir,ingin menjawab. Namun makanan yang mereka pesan, sudah datang. Zakir, mengurungkan niatnya untuk menjawab. "Nanti lagi kita bicarakan masalah tadi,lebih baik kita makan. Aku sudah lapar,". Ujar Zakir . Tanpa menoleh ke arah Reina.
Saat ini Reina, sangat kesal dengan kekasihnya. Ia muak dengan tingkah lakunya, selalu ada saja alasannya. Ia begitu bimbang atas keseriusan Zakir,ia mulai curiga.
Aku harus cari cara untuk kabur dari sini,enak banget nyuruh-nyuruh aku bayar, batin Zakir.
Tidak ada pembicaraan saat mereka makan. Masing-masing merasa kesal,apa lagi Reina. Ia benar-benar membutuhkan uang namun sang kekasih tak kunjung bayar,bukan hal pertama baginya seperti ini. Namun sudah beberapa kali, walaupun jumlah yang zakir pinjam hanya sedikit. Karena bujuk rayunya zakir, sehingga Reina luluh. Namun kali ini Reina, tidak akan luluh lagi.
Zakir,juga kesal kepada Reina. Padahal mereka sepasang kekasih,namun Reina sering kali perhitungan sama dia. Zakir,yakin dengan rayuan maut pasti hati sang kekasih akan luluh.
"gajih akan datang aku bayar semua hutang-hutangku sayang,aku tambahin deh,". Bujuk Zakir,ayolah pasti kamu maukan.
"Aku perlu sekarang,sayang. Sudah sering kali kamu begini, tapi aku selalu ikhlas. Untuk kali ini aku gak mau,aku terus yang keluar uang,". Sungut Reina.
Sepertinya Reina,mulai menyadarinya. Tapi aku tidak bisa melepaskannya dulu,batin Zakir. "Iya, bakalan aku bayar kok.tenang saja, percaya dong sama aku," Zakir, mengedipkan mata sebelah.
"bukannya bulan depan kamu mau melamar aku yang,di depan orang tuaku,". Ucap Reina. Ia melirik ke arah kekasihnya, terlihat gelabakan.
"Ehh...iya,aku lupa yang. Nanti aku bayar pas didepan orang tua mu. Biar mereka percaya kalau aku ini lelaki sejati, bertanggung jawab,". Senyum kecil Zakir. Nantilah aku cari akal lagi,untuk saat ini cari aman ah...
"Benar,yang. Jangan bohong lo,". Bentak Reina,ia menyeringai tajam.
"Iya,udah ah. Jangan ngambek lagi,aku mau ke toilet bentar yah.baru kita pulang, tunggu aja di parkiran,". Ucap Zakir,ia pergi menuju toilet.
Itu lah alasan jitu Zakir,ia selalu kabur ketika selesai makan bersama Reina.
Lima belas menit berlalu,namun kekasihnya tak kunjung datang.
Reina, langsung menuju kasir." Kak,di belakang ada jalan keluar,". Tanya Reina.
"Oh,gak ada..! Emangnya kenapa kak?ada yang kami bantu,". Ujar kasir tersebut.
"Nanti ada pria yang bersama saya keluar dari toilet,dia yang akan bayar semua tagihan yang kami makan tadi. Aku di suruhnya nunggu di parkiran,". Ujar Reina,ia tersenyum kecil.
"Oh, laki-laki tadi yang pakai baju abu-abu. Oke,deh kak,". Jawab kasir itu.
"iya,kak. dia kekasihku, tinggal kakak cegah saja. bilang kalau makanan tadi belum di bayar, soalnya dompet ku ketinggalan kak,". alibi Reina. aku kira gak tau trik basi kamu Zakir, liat saja sampai mana kamu bermain jauh.
Reina, langsung pergi menuju parkiran. Ia memilih untuk pulang, biarkanlah bagaimana zakir,nanti.
"untuk kali ini,aku tidak akan membiarkan dia memanfaatkan ku. tapi aku tidak mungkin melepaskan Zakir, sebelum uang-uang yang dia makan belum di kembalikan. aku juga bisa bermain sayang,kita lihat dimana kemampuanmu," Reina, menyungging kan senyumannya.
"Yes... Reina,sudah tidak ada di meja makan. Langsung keluar ahh...aku yakin dia sudah membayar makanan tadi,". Dengan langkah kaki santai. Zakir, keluar dari ruangan yang menuju toilet.
"Mas..mas,bayar dulu. Jangan asal pergi aja,". Tegur seorang wanita penjaga kasir.
"Bayar? Bayar apa, bukankah perempuan bersama saya tadi udah bayar mba,". Tanya Zakir.
"Gak mas, kekasih masnya. Tadi ngomong ke saya,kalau masnya yang bayar. Karena dompetnya ketinggalan,". Ucap penjaga kasir.
Huuuuff.... kenapa jadi aku sih yang bayar. "ya sudah,berapa semuanya,biar aku bayar,".
"Dua ratus ribu, mas,". Jawabnya.
Sial,aku kehilangan dua ratus ribu. Awas kamu Reina,akan aku balas,batin Zakir. Selesai membayar makanan mereka tadi,ia langsung pulang.
Ting....
Sebuah pesan masuk di ponsel zakir.
[Maaf yah,sayang. Aku pulang duluan,kamukan tau kalau uangku habis.kamu gak lupakan kalau aku makan numpang ke Amel]. Reina.
[Gak papa, sayang. Lain kali kamu yah,yang bayar. Tadi sudah kok,aku bayarin].
"Huuuu.... gara-gara kamu Reina, aku kehilangan uang dua ratus ribu,". Decak Zakir.
Zakir, langsung menancapkan gas motornya dengan kecepatan sedang. "Baru aja aku dapet uang dari Ririn, sekarang sudah habis bayar makan tadi,". Gerutu zakir.
******
"Bagaimana kamu jadi pulang besok," tanya Amel. Melihat temannya baru datang. "Ck,galau yah? Pasti gak dapat cuan,". Ledek Amel.
"Hemmm... beribu-ribu alasan Mel,kesel aku jadinya,". Decak Reina.
"Makanya,jangan mudah percaya sama omongan laki-laki. Cinta boleh, bodoh jangan Reina. Kamu pakai saja uangku, nanti kamu bisa ganti," Amel, menawarkan uang kepada Reina.
Reina, menyimpitkan bola matanya."kamu kira aku gak ada uang Mel,aku cuman sengaja kok. Biar tau gimana watak asli zakir,".
"Hemm... baguslah,kenapa kamu gak ninggalin dia aja Rei. Masih cinta,jadi mau bertahan,".
"Aku gak mungkin melepaskan zakir, Mel. Secarakan di sudah berfoya-foya dengan uangku,nantilah aku tendang. Setelah uang-uang kembali,kalau di biarin dia malah keenakan Mel,". Tegas Reina. Ia tak mungkin membiarkan zakir,lepas begitu saja.
"aku suka dengan idemu,balas dendam itu harus Rei. Biar gak di anggap lemah lah,". Kekeh Amel.
"makanya Mel,aku capek-capek kerja. terus uangku begitu lenyap begitu saja. gak ikhlas aku Mel, Mel,". keluh Reina.
awalnya Zakir, begitu perhatian terhadap Reina. selalu meluangkan waktu untuk berkencan. Zakir, selalu mengajak dia jalan-jalan. tapi pada akhirnya Reina,juga membayar semua tagihan belanja dan lainnya.
Ting....
sebuah pesan masuk di ponsel Reina,ia melihat pesan tersebut. ternyata benar dari ibunya.
[kapan pulang,nak. sudah dua bulan gak balik,kamu baik-baik ajakan] ibu.
[Alhamdulillah,baik bu. akhir bulan nanti yah,masih sibuk soalnya]. Reina.
sudah dua bulan Reina,tidak pulang kerumah orang tuanya. cukup satu jam lebih Reina, menempuh perjalanan ke rumah orangtuanya.
*****
"Kamu yakin menikahi Reina,zak,". Tanya bu wendah, kepada anaknya Zakir.
"Gak lah,bu. Aku tu cuman manfaatin dia doang,karena dia ladang uangku selama ini,". Jawab Zakir.
"Sampai kapan kamu bermain-main Zak,jangan sampai ketahuan oleh Yunita.paham,". Bentak sang ibu
Yunita, adalah mantan istri Alm. Kakaknya zakir. Mereka memiliki seorang anak kecil berusia empat tahun. Karena kecelakaan tunggal, mengakibatkan sang kakak merenggangkan nyawanya. Zakir,yang sudah lama dekat dengan sang kakak ipar. Membuat dia menjalin hubungan dengan serius.
Yunita,sudah memikirkan matang-matang untuk turun ranjangnya. Ia bekerja di sebuah Bank.
"Ingat, secepatnya kamu akhiri hubunganan mu dengan Reina. Ibu tidak mau kehilangan Yunita dan cucu ibu. Yunita,lebih pantas untuk menjadi menantu ibu,kerjanya juga jelas dan bagus. Tidak dengan Reina,hanya anak kampung bekerja di restoran sebagai pelayan,". Gerutu bu Wendah.
Terdengar suara motor di perkarangan rumah.ternyata Yunita, baru datang bekerja.
"Hussssttttt...sudahlah bu, jangan di bahas lagi,". Ucap Zakir, menghentikan ibunya untuk membahas tentang Reina.
"Assalamualaikum,bu dan mas,". Yunita,menyalami tangan mertuanya.
"Wa'alaikum salam,". Sahut bu Wendah dan Zakir, bersamaan.
"Mana Aira,bu? Kok tidak ada di rumah,". Tanya Yunita,ia celingukan mencari anaknya.
"Aduh...biasa nak,ia tengah bermain dengan anaknya bu Melly,". Jawab sang mertua. "Kamu bawa apa nak,".
Sang mertua melihat dua kantong plastik di tangan Yunita.
"Oh,ini hanya cemilan untuk Aira bu,". Alibi Yunita. Sebenarnya di tangan adalah makanan yang baru di belinya.
mending makan di kamar, untung-untungan anak itu gak ada jadi aku bisa puas makan sendiri,batin Yunita.
Yunita, sudah terbilang sangat pelit dengan siapapun itu. Apa lagi dengan mertuanya,ia juga tak pernah memasak. Alasannya karena capek atau apalah,ia hanya memberikan uang kepada mertuanya. Untuk membeli bahan dapur dan lainnya, walaupun sisanya di bantu dengan Zakir.
Bu Wendah dan Zakir,masih tidak tau bagaimana sifat asli Yunita. Tapi Yunita, juga senang tinggal di rumah mertuanya. Karena anaknya ada yang jaga, terus uang selalu mengalir di ATM. Setiap gajihan Zakir, selalu mentransfer uang ke Yunita.
"sayang,malam ini yah," kedip nakal Zakir,namun secepatnya Yunita mengangguk kepala.
Zakir dan Yunita,sudah lama melakukan hubungan terlarang. Zakir,tak ingin secepatnya menikah karena dia masih bersenang-senang dulu. Begitu pun dengan Yunita,ia masih ingin menikmati masa jandanya.
Zakir,tak sanggup menahan diri saat melihat lekuk tubuh sang kakak iparnya. Apa lagi Yunita,juga haus dengan belaian. Membuat Zakir, mendapatkan keuntungan sangat besar. Walaupun ibunya selalu mendesak mereka secepatnya menikah,namun selalu di bantah zakir.
Ting....
Bunyi pesan masuk di ponsel Zakir. Terlihat jelas di wajah Zakir tersenyum kecil.
[Selamat malam sayang] Reina.
"Ini yang aku suka dengan Reina, walaupun kami bertengkar hebat. Ia tetap mengirimkan aku pesan,". Kekeh Zakir.
[Malam juga sayangku].
Zakir, terlihat sumringah. Betapa beruntungnya ia bisa memiliki Reina,sudah cantik bahkan royal kepadanya.
Reina dan Zakir, mereka saling bertukar pesan.sampai larut malam. Zakir, langsung menutup pesan untuk Reina. karena ketukan pintu kamarnya sudah ada yang mengetuk.
*******
"yakin kamu gak jadi pulang Rei,udah lama lo kamu gak pulang. apa gak di cariin ibumu,". tanya Amel,dia adalah teman kerja Reina. sekaligus Reina, ikut menumpang di rumah Amel.
"nanti sajalah Mel,aku masih ada main-main dulu,". kekeh Reina. ia memiliki ide licik untuk kekasihnya itu.
"main-main? emang kamu bocah Rei, main-main napa lagi," gumam Amel. ia melirik sekilas ke arah temannya.
"ciyeehhh...anak mami kepo," ejek Reina
Amel, terbilang sangat Kepoan dengan urusan orang-orang apa lagi teman-temannya.
"sayang,kamu ada di sini," tegur zakir,kepada Reina.
Saat ini Reina,tengah santai di sebuah kafe. Biasa dengan teman nongkrongnya . hari ini Sisil,ulang tahun. walaupun dia seorang anak terbilang kaya, tapi dia tetap mandiri. walaupun beda pekerjaan dengan Reina dan Amel.
"Ehh...sayang,kamu kok tau aku ada di sini,". Kekeh Reina. Aku gak nyangka dia tiba-tiba ada, padahal jarak tempat kerjanya lumayan jauh dan beda arah lagi
"Aahh...jelas taulah, kitakan sehati,". Zakir, memainkan kedua alisnya turun naik. Uuhhh... lumayan lah makan gratis dulu.
"Ajaklah pacarmu duduk Rei,". Ucap Sisil.
ini toh, pacar Reina. ketauan banget belangnya, mau-maunya Reina sama dia.
"iiiiya...kamu duduk sayang, silahkan pesan. Oh,yah sil. Nanti pas selesai mesan, tolong bayarkan dulu.nanti gajihan aku bayar kekamu yah. Untuk saat ini bayarin dulu,". Kekeh Reina.
"Ahh... jangan Rei,akukan ulang tahun hari ini. Jadi biar aku yang traktir kalian semua,termasuk pacarmu,". Jawab Sisil.
masuklah kamu ke perangkap ku.
"Jangan..! Biar aku yang bayar kalian semua,masa laki-laki minta bayarin sama perempuan,". Cegah Zakir.
Ck,gak ngaca kamu Zakir. Nyata-nyata kamu yang selalu minta bayarin ke aku,batin Reina.hanya karena ada temanku kamu sok-sokan baik.
"Oh...makasih banyak,baik banget pacarmu Reina. Beruntung memiliki kekasih pengertian,". Kedip mata Sisil.
Sepertinya teman Reina,ini anak orang kaya terlihat jelas penampilannya. Mangasa baru nih,aku yakin dia klepek-klepek sama aku yang tampan ini,batin Zakir. ia membanggakan dirinya sendiri, setelah dia mendapatkan temannya Reina.mungkin saja Reina,sudah tidak di butuhkan lagi.
"Kamu kenapa senyum-senyum sayang,". Tanya Reina,ia sebenarnya tahu apa yang di pikirkan Zakir.
"Ahhh...tidak apa sayang,aku hanya senang saja. Soalnya pekerjaan kantor tadi cepat selesai,". Jawab Zakir.
"Waw... pacarmu kerja kantoran Rei? Beruntung banget sih,aku pengen juga,". Kata Sisil.
"Kamu itu enak sil,anak DPR. Sekali jentik bakalan dapat pria tampan dan memiliki pekerjaan bagus,". Kekeh Amel .
"Iya,gak kaya kami. Harus capek-capek kerja,kamu enak uang ngalir terus,". Timpal Reina. ia sengaja memancing zakir, agar dia langsung tergiur.
Membuat mata zakir, berbinar-binar saat mengetahui jika salah satu teman Reina anak orang kaya. Kesempatan emas ini,aku harus bisa mendapatkan dia,batin Zakir.
"udah-udah,jadi besar kepalaku ini.tapi tetap aja aku jomblo,siapa sih nama pacarmu Rei. Pelit banget gak di kenalin sama aku,". Tanya Sisil
"Ya ampun,aku sampai lupa sil. Maaf yah, kenalan dulu deh,". Ujar Reina.
Sebentar lagi kamu akan masuk ke dalam permainan ku Zakir.
"Zakirman, panggil saja zakir,". Zakir, mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
Dengan senyum kecil Sisil, menyambut uluran tangan Zakir. "Sisilia, panggil saja Sisil atau Lia,"
"Salam kenal Sisil,". Ucap Zakir, dengan lembut.
Amel dan Reina, saling mengode mata. rencana tahap awal selesai.
Ngomong sama perempuan lain lemahnya minta ampun,sudah dengan ku ahh...membuatku muak,batin Reina.
"Zakir,kamukan pasti banyak teman cowok-cowok gitu. Nanti kenalin ke aku yah,". Senyum manis Sisil. Ck, muak sekali aku sok manis kepada pria seperti ini. Tidak apa,demi kawan.
"Nanti aku akan memberikan nomor WhatsApp kepada Zakir,sil. Kamu tenang saja,dia pasti banyak memiliki teman,". Sahut Reina.
Membuat hati Zakir, sangat bahagia mendengar perkataan Reina. Ia tak susah payah, mendapatkan nomor Sisil. Tapi secara percuma Reina, memberikannya. "Iya, Sil. Aku pasti akan memperkenalkan kamu dengan teman-teman ku,". Ucap Zakir. Untuk teman-teman? Lebih baik untukku lah.
"ya ampun,pacarmu sangat baik yah, Rei. Makasih yah,aku tunggu zakir," senyum merekah di wajah Sisil. Sungguh membuatnya terpaksa berakting seperti ini.
Makanan yang di pesan akhirnya datang juga.
terlihat begitu lahap mereka menyatap makanan yang sudah di pesan tadi.
Tidak apa aku bayar semua ini,nanti akan aku tagih ke Raina. Saat dia gajihan nanti,dan aku juga mendapatkan Sisil, batin Zakir,tak sia-sia berkorban sedikit.
"Pesan dari siapa sayang,kok kamu gitu banget balasnya kaya sembunyi-sembunyi,". Tegur Reina. Membuat Zakir, gelabakan karena ketahuan ingin membalas pesan dari seseorang.
"Ini.. ini dari ibu,sayang. Ibu nanyain aku kenapa gak pulang-pulang,jadi aku balas aja lagi sama kamu,". Alibi Zakir.
"Oh,kirain siapa tadi,". Senyum kecil Reina. Kamu pikir aku bodoh sayang, mainkan drama mu.
Cukup lama mereka saling berbincang hangat. Zakir, seakan-akan tebar pesona kepada Sisil. Agar mangsanya percaya kepada dirinya.
Cukup lama mereka saling berbincang hangat. Zakir, seakan-akan tebar pesona kepada Sisil. Agar mangsanya percaya kepada target.
Membuat Reina, terlihat risih kepada kekasihnya.terlihat dia seakan-akan kekasih idamanan setiap kaaum hawa. sesekali Zakir,sok romantis kepada Reina. seperti umumnya dua insan saling jatug cinta
"Makasih banyak, Zakir. Sudah mentraktir makan,padahal aku yang ulang tahun. Tapi kamu yang mentraktir semuanya," kekeh Sisil.
"Tidak apa-apa,lain kali kita bisa kumpul-kumpul lagi,". Zakir,jadi salah tingkah. Semoga ini terakhir kalinya aku mentraktir semuanya.
"Sayang, apa kita pulang bersama,". Reina, menepuk bahu kekasihnya.
"Kita pulang sendiri-sendiri saja sayang. Kan kita menggunakan motor masing-masing,". Zakir, merangkul bahu Reina.
Mereka saling berpegangan tangan saat menuju ke arah parkiran.
"Yakin pulang,gak jalan-jalan dulu,". Ajak Reina.
Pengen sih, jalan-jalan tapi kamu gak ada uang. Jadi ogah aku,batin Zakir. "Gak sayang, kapan-kapan saja. Aku harus pulang, sudah di tanyain ibu nih,". Tolak Zakir,ia langsung memakai helm.
Begitu juga Reina."hubungi aku kalau sudah sampai rumah,"
"Iya, sayang. Kamu juga yah, hati-hati di jalan,". Ucap Zakir, sebelum menancapkan gas motornya.
Reina dan Zakir, memang beda arah. Reina,menghela nafasnya. Semuanya memang benar jika sang kekasih tak sebaik yang di pikirkannya selama ini.
*******
"bagaimana selanjutnya Reina,apa kamu membiarkan mereka memiliki hubungan dulu,". tanya Amel,ia tak sepenuhnya yakin kepada Sisil.
"tenang saja, Mel. aku tau Sisil,bisa melakukan rencananya selanjutnya. ia tak mungkin memiliki hubungan seperti Zakir,". jawab santai Reina.
"kamu yakin, Rei. aku juga muak, melihat tingkahnya tadi. semoga saja rencana ini berhasil,". senyum kecil Amel.
"hemmmm...semoga saja,kalau dia tak curiga kepada kita. aku yakin Hendri,akan memanjakan Sisil. kalau mangsanya sudah percaya,barulah dia beraksi,". ucap Reina. ia sambil menghapus foto-foto dia dan Zakir.
"iya, seperti kamu. ia iming-iming dengan kata ingin menikahi mu,tapi dia malah memanfaatkan dirimu,". kekeh Amel.
Reina,hanya mengangguk kepala. Reina,sudah menyadari jika dia termakan dengan rayuan Zakir.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!