Di sebuah kota yang terkenal sebagai Ibu kota negara Indonesia, Jakarta. Seorang remaja yang baru saja lulus dari Sekolah Menengah Pertama. Cassandra Risyana Baskhara, nama gadis cantik yang akan segera melanjutkan pendidikannya di tingkat Sekolah Menengah Atas.
Memang dia adalah gadis yang sangat cantik, namun sayangnya dia juga merupakan seseorang yang pemalas dalam kehidupannya. Cuek dengan penampilannya sehingga membuat binar kecantikannya seolah pudar.
Karena dia pemalas, wajar saja hasil belajar dari pendidikan sebelumnya tampak begitu buruk. Nilai rapotnya yang terbilang tidak bagus, menyebabkan ia sulit melanjutkan pendidikan ke sekolah yang terbaik di kotanya.
Namun untungnya dia adalah anak orang berada, sehingga secara ekonomi dia tidak kesulitan sama sekali dalam melanjutkan pendidikan. Dan kini dia telah terdaftar sebagai siswi SMA Nusa Bangsa, salah satu sekolah elit di Jakarta.
Meski hidup berkecukupan, namun hal itu yang membuat dirinya kurang perhatian dan kasih sayang orangtua. Kedua orangtuanya terlalu sibuk dengan bisnis dan melupakan anaknya yang butuh perhatian.
Kedua orang tua Cassandra adalah seorang pemimpin perusahaan, mereka sama-sama mewarisi bisnis orangtua. Renan Baskhara dan Tisya Dirgantara, nama kedua orangtua Cassandra. Sejak kecil Cassandra diasuh oleh seorang baby sitter. Karena kurangnya kasih sayang, dia tumbuh menjadi gadis pendiam dan anti sosial.
Dia tak memiliki teman sama sekali, karena dia tidak ahli dalam menjalin kekerabatan. Jika ditanya mengapa orangtuanya begitu cuek dan kurang perhatian padanya, itu disebabkan karena kedua orangtuanya sama-sama memiliki jiwa ambisi yang sangat membara.
Mereka ingin bisnis yang mereka jalani itu berkembang dan maju dengan pesat. Sehingga tanpa sadar, mereka telah mengabaikan anak tunggal nya. Mereka pikir tak akan masalah asalkan Cassandra selalu hidup berkecukupan dan kelak dapat meneruskan bisnis mereka.
Bahkan mereka tidak menyadari, hal itu telah menghancurkan mental dan psikis Casy. Cassandra tak pernah menuntun orangtuanya untuk memberi kasih sayang, karena dia sadar hal itu percuma untuk diajukan.
Cassandra menjalani hidupnya dengan sesuka hatinya, karena toh tidak ada yang peduli dia melakukan apapun. Sehingga bebas dirinya untuk bermalas-malasan menempuh pendidikan, menonton konser penyanyi kesukaannya, dan mungkin liburan??
No, Cassandra tak pernah liburan, baginya di mana pun dia berada selalu merasa kesepian. Jadi untuk apa pergi jauh-jauh hanya untuk pindah tempat tidur? Menyedihkan ...
💐💐💐
Pagi menjelang.
Cassandra bangun untuk bergegas ke sekolah. Padahal dia sangat mengantuk karena tadi malam menonton konser penyanyi idolanya. Sudah 2 bulanan Cassandra menjadi siswi SMA. Dari semenjak SMP dia sering keluar malam menonton konser penyanyi idolanya.
tok..tok..tok
"Non sarapannya udah siap, mau di makan sekarang atau untuk bekal aja non?" tanya Bibi Murti, satu-satunya orang yang peduli padanya.
"iya bik, aku makan di rumah aja."
Cassandra pun lekas sarapan dan berangkat ke sekolah menggunakan mobilnya.
💐💐💐
Sampailah Cassandra di sekolah dan memulai pelajarannya. Namun dia yang sangat mengantuk karena kurang tidur pun akhirnya terlelap saat jam pelajaran.
Disaat guru menjelaskan, Rino tak sengaja melirik Cassandra yang tertidur. Dengan isengnya dia melaporkan ke guru.
"Bu!." Panggil Rino
"Iya Rino kenapa? Ada yang mau ditanyakan?." Jawab Ibu guru
Rino menunjuk Cassandra dan mengadukannya "Cassandra tidur Bu."
Guru pun menghampiri tempat duduk Cassandra. Dengan nada tinggi Guru menegur nya
"Cassandra!!!!"
Cassandra pun kaget dan bangun...
"Hah" dengan setengah sadar Cassandra memfokuskan diri nya. Saat telah sadar sepenuhnya guru pun memarahinya.
"Cassandra, ngapain kamu barusan?!!"
"Ma maaf Bu." Dengan gugup Cassandra menjawab.
"Heh sekarang keluar kamu dari kelas. Tidak usah ikut pelajaran saya!!"
"Ta ... tapi Bu?"
"Keluar Cassandra!!." Tegas Bu Guru
Akhirnya Cassandra kelas dan menjalani hukumannya di depan kelas.
"Huh menyebalkan, ngapain juga gue tidur. Udah tau guru itu killer banget"
Waktupun berjalan dan pelajaran yang tadi telah usai.
Jam istirahat pun tiba.
Rino mendekati Cassandra yang sedang menjalani hukuman.
"kasihan banget sih lo hahaha"
Cassandra yang jengkel hanya diam, lagi pula jika diladeni malah akan panjang pembahasannya. Rino yang tak direspon pun hanya tersenyum mengejek, dan tak lama kemudian datanglah Meta.
"Kenapa Lo diem aja? gak punya muka buat jawab? huh gue kasihan sih sama bokap nyokap lo. Mereka tu pinter bahkan bisnisnya maju banget, tapi kok bisa ya anak nya se***** lo?!!! atau Lo itu bukan anak kandung nya kali ya? alias anak pungut ha ha ha ha ha." Ejek Meta
"ha ha ha iya bener banget lo Ta, kemungkinan besar emang gitu. Lagian Lo itu jadi cewek gak ada modis-modis nya, jangan-jangan lo juga gak pernah mandi kali ya? hahaha." Rino pun juga ikut mengejek Cassandra.
Cassandra yang tak tahan pun langsung beranjak pergi. Memang mereka berdua yang selalu mencari masalah dengannya. Meski yang lainnya pun tak menyukai Cassandra karena terlalu pendiam dan anti-sosial dan juga berantakan, tapi mereka tak pernah menggangu Cassandra seperti mereka berdua ini.
Cassandra berlari ke kamar mandi. Dengan ekspresi datar di menumpahkan air mata nya. Sebenarnya dia tak ingin menangis, karena baginya percuma tak akan ada yang berubah dengan tangisan. Tapi dia tak mampu membendung air matanya, yang hampir setiap malam dia tumpahkan juga.
"Gue rasa gue emang bukan anak mereka ha ha." Cassandra tertawa dengan air mata yang terus mengalir.
"Kenapa hidup gue kayak gini? Tuhan gak adil sama gue. Ngapain juga gue harus dibiarin hidup kalau cuma mau disiksa kayak gini?!!!" Cassandra menangis terisak, pedih rasanya mengingat kedua orangtuanya yang sama sekali tidak peduli padanya.
💐💐💐
Sepulang sekolah Cassandra langsung masuk ke kamarnya. Mengganti baju dan langsung tidur. Dia lelah memikirkan hidupnya, dan memilih tidur untuk membebaskan pikiran nya. Akan lebih baik lagi jika dia tak akan bangun lagi, pikirnya.
Bik Murti yang telah menyiapkan makan siang dari tadi, mulai gelisah karena nona nya tak kunjung ke ruang makan.
Akhirnya bik Murti mencari Cassandra di kamarnya. Bik Murti mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban, lalu dia mencoba membuka pintu yang ternyata tidak terkunci. Dia melihat anak majikannya yang begitu menyedihkan.
Dapat dilihatnya jejak airmata di pipi dan sudut mata Cassandra. Bik Murti mendekat.
"Non bangun non, bibik udah siapin makan siangnya." Tak ada respon dari Cassandra sedikitpun.
"Kasihan non Cassandra, kurang kasih sayang padahal anak satu-satunya. Sabar ya non, pasti nanti non akan bahagia. Tuan dan Nyonya akan perhatian sama non Cassandra." Bik Murti menitikkan air matanya, dia juga ikut sedih dengan nasib Cassandra.
NEXT.......
Silaunya sinar matahari membuat mata seorang gadis yang masih bergelung selimut mengerjap. Tak lama kemudian mata itu terbuka dengan sempurna, nampak seorang wanita tua membuka gorden jendela berwarna abu gelap. Warna favorit sang gadis, Cassandra.
Setelah mengumpulkan kesadaran sepenuhnya, gadis itu duduk di atas kasur bersprei abu dan menoleh pada si pembuka gorden.
"Bik" panggilnya kepada wanita tua yang tak lain ialah Buk Murti.
"Eh non udah bangun. Ada apa non? sarapannya udah bibi siapin di bawah."
"Emm Bik, apa papa mama akan pulang hari ini?"
"Iya non. Tuan dan Nyonya pulang nanti siang."
"Ohhh." Cassandra hanya menanggapi dengan malas, membayangkan orangtuanya ada atau tidak baginya sama saja, selalu kesepian. Cassandra beranjak dari ranjang untuk mandi, hari ini adalah hari libur. Jadi Cassandra akan bermalas-malasan di atas kasur kesayangannya.
💐💐💐
Terik matahari semakin panas menyinari tanah bumi, tapi tak membuat Cassandra beranjak dari kasur kesayangan yang selalu membuatnya merasa nyaman. Tempat paling nyaman untuk melepaskan semua beban kehidupannya, sekaligus sebagai saksi bisu tangisan pilu setiap malam sunyinya.
Sedangkan di ruang makan penuh dengan santapan lezat, demi menyambut Tuan dan Nyonya pemilik rumah. Yang akan pulang setelah 1 bulan tidak menampakkan diri. Memang papa dan mama Cassandra pulang ke rumah hanya sebulan sekali, selebihnya mereka tinggal di lokasi perusahaan mereka. Tepatnya di Belanda, perusahaan utama bisnis mereka.
Waktupun bergulir, Mama dan Papa tiba. Kini mereka telah duduk di meja makan. Mereka bersiap untuk memulai makan siang.
"Bik, tolong pnggilin Casy ya buat makan siang."
"Baik Nyonya."
Bergegaslah Bik Murti menjalankan perintah Mama.
tok tok tok.
"Non, non Cassandra, ditunggu di ruang makan sama tuan dan nyonya."
"iya bik, bilang aja nanti aku nyusul."
Casy sangat malas untuk makan bersama orangtuanya, menambah kesedihan di hatinya saja.
Akhirnya Bik Murti menyampaikan kepada mama dan papa. Mama dan papa pun sudah terbiasa dengan sikap anak semata wayangnya itu yang tak pernah mau makan bersama mereka, karena ini sudah yang kesekian kalinya Casy menolak. Tepatnya semenjak Casy SMP.
Mama dan papa pun meneruskan acara makan siangnya.
"Mama gak khawatir sama Casy? sejak lama dia seperti ini, apa kita harus bicara dengan nya setelah ini?."
Papa nampak khawatir dengan anaknya. Sebenarnya Papa menyadari mereka kurang memperhatikan anaknya itu, tapi mama selalu meyakinkan kalau Casy akan baik saja selama mereka masih pulang dan mengawasi anaknya itu.
"Gak usah pa, nanti biar mama aja yang ngomong sama Casy."
papa hanya mengangguk dan mempercayakan pada istrinya. Karena mereka sama-sama wanita.
Ketukan pintu yang berulang, menggangu tidur Casy, dengan langkah malas dia pun membuka pintu.
Tampak di depan pintu, mama yang sebenarnya selalu dirindukannya. Baik perhatian, pelukan, kasih sayang, tepatnya kehadiran. Namun Casy tak cukup nyali untuk mengungkapkan, melihat bagaimana cueknya mama dengan apapun tentangnya.
"Mama."
mama pun masuk ke kamar anaknya itu dan langsung duduk di ranjang. Casy lebih memilih tetap berdiri.
"Ada apa ma?"
tanyanya dengan datar, mengingat selama ini mama jarang masuk kamarnya selain untuk memberikan ultimatum atas semua kelakuan Casy yang tak tepat di mata mamanya. Casy yakin kali ini pun sama.
"Bisakah kamu duduk? mama mau bicara." Pinta mama dengan tegas.
Casy hanya tersenyum sinis dan berjalan ke arah jendela. Dia memilih berdiri menatap luar jendela, dibanding harus duduk di samping mama. Dia lelah selama ini hanya mengikuti perintah tanpa arahan, dan harus hidup tanpa kasih sayang.
"Aku tau apa yang akan mama bicarakan, jadi tak perlu duduk pun aku akan mendengarkan mama."
selama ini Casy selalu menuruti apapun yang mereka perintahkan, tapi kali ini dia ingin berontak. Dia sudah cukup usia untuk mengatur hidupnya sendiri. Pikirnya.
"Kamu tau tata Krama Casy? kita keluarga terpandang, jangan biasakan untuk tidak sopan Casy." Dengan tegas dan dingin mama memperingatkan.
Lagi, Cassandra tersenyum sinis, "sepertinya hanya mama dan papa yang terpandang bukan aku. Bahkan di sekolah pun tak ada yang menganggap aku terpandang."
senyum sinis itu berubah menjadi senyuman miris, "Casy bukan bagian dari keluarga kalian yang terpandang". Batinnya.
Mama yang mulai geram pun berdiri dan menatap tajam Cassandra.
"itu kesalahan kamu sendiri, bukankah mama dan papa sering bilang untuk menjaga sikap dan prestasi. Jika kamu bisa mengendalikan itu, mama rasa mereka akan menyukaimu dan memandangmu hebat. Bahkan kamu mempermalukan mama dan papa dengan prestasimu itu." Masih dengan nada dingin.
sakit, itu yang dirasakan Cassandra saat mama merasa Cassandra mempermalukan mama papanya. Airmata telah menggenang di pelupuk matanya, rasanya dia ingin teriak meminta keadilan.
"mama malu punya anak aku?" tanya Cassandra bergetar.
"Sudahlah Casy. Lebih baik sekarang kamu memperbaiki sikap dan prestasi kamu. Karena baru awal2 kamu masuk SMA, itu bukan hal sulit untuk memperbaiki. Kamu harus ingat untuk tidak mempermalukan keluarga kita."
Dengan tegas mama mengucapkan kalimat perintahnya, dan melangkahkan kaki untuk pergi, namun...
"Aku gk mau mama atur-atur!!! aku sudah cukup tau untuk mengurusi diri aku sendiri!!!." Teriak Cassandra dengan airmata yang telah mengalir.
mama berbalik menatap Cassandra, sebenarnya tak tega melihat anaknya berderai airmata. Tapi dia harus tegas untuk membentuk karakter Cassandra untuk tangguh demi sebagai pewaris bisnisnya kelak.
"Kamu harus ikuti aturan mama dan papa. Mama udah atur privat buat kamu mulai Minggu depan. Selama ini mama pikir kamu bisa menyelesaikan pemahaman tentang pelajaran kamu sendiri. Tapi kali ini mama gak akan diam lagi, setelah prestasi kamu yang sangat buruk kemarin. Mama gak mau ambil resiko." Tegas mama.
"Aku gak butuh privat atau apapun itu. Aku hanya butuh mama sama papa selalu ada buat aku ma. Aku pengen dipeluk mama saat sedih, pengen belajar didampingi mama, pengen nonton tv, liburan, dan melakukan semua hal sama kalian hiks hiks hiks." Dengan berderai air mata Cassandra akhirnya meluapkan isi hatinya yang selama ini ia pendam & tak berani dia ungkapkan.
Mama menghela napas, "sudahlah, mama gak mau kamu manja kayak gini. Kamu adalah pewaris tunggal, jadi harus kuat dan tangguh." Tegas mama dan bergegas pergi.
Airmata semakin deras mengalir dari mata bulatnya, dia terisak dan luruh ke lantai yang dingin. Nyatanya setelah dia mengungkapkan keinginannya dengan derai air mata tak membuat mama luluh dan peduli padanya. Dia merasa putus asa menjalani hidupnya, dia lelah. Ingin rasanya lenyap dari kejamnya bumi yang menyiksa batin ini.
💐💐💐
Hari sekolah aktif dimulai kembali. Cassandra tetap menjalankan rutinitas baru di SMA sebagaimana biasanya. Jika kemarin dia malas menjalani, kini putus asa yang dia rasakan saat memulai hari Senin nya, setelah kejadian dengan mama kemarin. Dengan langkah gontai, Cassandra berjalan menuju kelasnya. Tanpa sengaja karena tak fokus pada langkahnya, diapun menabrak seseorang.
BRUKKK
Cassandra menengadah megangkat kepalanya untuk melihat siapa yang ditabrak. Ternyata seorang pria tampan, pikirnya.
"Maaf kak, gue gak sengaja." Dengan rasa bersalah dia meminta maaf.
Seseorang itu hanya diam masih menatap Cassandra, tanpa merespon permintaan maaf Cassandra.
NEXT.......
Cassandra menengadah mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang ditabrak. Ternyata seorang pria tampan, pikirnya.
"Maaf kak, gue gak sengaja." Dengan rasa bersalah dia meminta maaf.
Seseorang itu hanya diam masih menatap Cassandra, tanpa merespon permintaan maaf Cassandra.
Karena tak mendapat respon sama sekali, Cassandra melambaikan tangannya di depan pria tersebut.
"kak kak" panggilnya.
Sang pria tersentak kaget dan tersadar dari lamunannya, rupanya dia terpesona dengan manik mata bulat milik Cassandra. Indah dan cantik, namun memancarkan luka dan kesedihan, batin sang pria.
"Eh iya kenapa?". Tanya si pria, yang mulai mengontrol keterkejutannya. Sang pria tak lain adalah Brandon Adion Alvaro. Anak kelas XII IPA. Sosok pria tampan, berkarisma, cool, dan baik sepertinya. Definisi yang tergambar pada sosok pria di depannya.
"Maaf kak, gue gak sengaja nabrak Lo." Ucapnya mengulang permintaan maaf nya.
"iya gak papa, santai aja."
"iya kak, maaf sekali lagi. Gue permisi." Tutur Cassandra melangkahkan kakinya untuk masuk kelas, namun baru beberapa langkah si pria menghentikannya.
"Tunggu!" pintanya agak keras, agar casy dapat mendengarnya
menghentikan langkahnya, dan berbalik badan. "Ada apa kak?"
"nama Lo siapa?"
"buat apa kak?." Casy ragu untuk menanggapi kakak kelasnya ini, dia yang selama ini anti sosial tak begitu yakin ada yang mau mengajaknya bicara. Apa lagi ini adalah kakak kelasnya.
"Gue cuma mau tau nama Lo aja, apa susahnya cuma nyebutin nama?." Tanyanya agak kesal.
"Gue Cassandra kak."
"Gue Brandon, salam kenal." Mereka berjabat tangan.
"Satu sekolah juga tau nama Lo kak. Jadi gak usah lo kenalin diri ke gue. Gue permisi."
Cassandra pun berlalu meninggalkan Brandon yang terpaku. Heran dengan respon Casy yang cuek padanya. Padahal semua orang akan sangat bangga jika disapa olehnya, tapi perempuan ini sama sekali tak menunjukkan rasa senang sedikitpun.
Brandon memang merupakan idola sekolah, banyak yang mengagumi dan menyukainya. Mungkin seluruh wanita di sekolah itu, kecuali Cassandra sepertinya.
Brandon Adion Alvaro adalah anak kedua atau anak bungsu dari pasangan Marga Adion dan Sherly Adion Winata. Namun kedua orangtua Brandon telah meninggalkan dunia sejak Brandon berumur 10 tahun.
Kini dia tinggal bersama sepasang suami istri, beserta keponakannya yang masih berumur 2 tahun. Pasangan itu bernama Carell Adion Ferdinand dan Kanaya Adion Dewantara, yang merupakan kakak sulung dan kakak iparnya.
Brandon adalah siswa yang cukup cerdas, setelah lulus sekolah ini kakak sulungnya memintanya melanjutkan pendidikan bisnis untuk membantu meneruskan bisnis warisan orangtunya.
Karena Carell memiliki bisnis sendiri yang kian semakin berkembang, sehingga menyulitkan dirinya untuk membagi waktu dengan keluarga. Maka Carell sangat membutuhkan bantuan Brandon untuk meneruskan bisnis orangtua mereka.
💐💐💐
Jam istirahat tiba, bergegaslah Brandon ke kantin sekolah. Melihat sekeliling dan meneliti satu-persatu siswa-siswi yang duduk di kantin. Dia berharap menemukan sosok gadis yang menabraknya tadi.
Entahlah, dia merasa kasihan dengan tatapan penuh luka dan kesedihan yang terpancar dalam mata bulat gadis tadi.
Rasanya tak pernah dia sepeduli ini dengan orang lain. Hati nya serasa teriris mendengar suara permintaan maaf beriringan tatapan mata bersalah yang memancar kesedihan itu.
"apa dia gak pernah ke kantin?" tanyanya pada diri sendiri. Brandon berfikir mungkin memang gadis itu tak pernah ke kantin. Karena selama ini dia tidak pernah melihat Cassandra sama sekali.
Dia menyimpulkan bahwa Cassandra pasti siswi kelas X, siswi baru di sekolahnya yang memang baru di buka hari aktif 2 bulan lalu setelah libur akhir semester.
"Cassandra? sepertinya gue harus menemuinya." Brandon berniat menemui Casy sepulang sekolah.
💐💐💐
Seperti yang telah direncanakan, Brandon menunggu Cassandra di pintu parkir. Setelah kurang lebih 5 menit, akhirnya yang ditunggu-tunggu pun nampak di depannya sedang berjalan ke arah mobilnya.
Dengan berlari, Brandon menghentikan Cassandra yang akan membuka pintu mobilnya.
"tunggu!."
mengentikan tangannya, casy menoleh pada seseorang yang memanggilnya.
"ke kenapa kak?" dengan gugup casy bertanya, dia takut apa tindakan dia pergi begitu saja tadi pagi meninggalkan Brandon, menyebabkan dia kena masalah sekarang.
"Gue mau ngomong sama lo."
"Maaf kak, apa gue punya masalah sama lo? kalau soal tadi sekali lagi maaf kak, gue bener-bener gak sengaja. Gue duluan kak." hendak membuka pintu mobilnya
Brandon mencekal tangan Casy, "Kenapa Lo selalu menghindar dari gue?." Tanyanya tajam.
"Maaf kak, tapi coba Lo liat semua orang ngliatin kita. Jangan deket-deket gue kalau lo gak mau nantinya bakal malu."
Casy sangat sadar diri dengan tatapan mata semua orang di parkiran itu. Secara Brandon adalah idola dan kini berbicara dengan seonggak sampah seperti dirinya. Dia merasa tak pantas, lagipula pria di depannya ini kenapa mengganggunya?.
Dia yakin pasti hanya akan mencari masalah dengannya. Dia tau diri tak akan ada yang mau bicara dengannya, kecuali memiliki niat terselubung untuk lebih merendahkannya.
"Gue gak ada urusan sama mereka, gue cuma mau ngomong sama lo. Bisa kita cari tempat yang lebih nyaman?"
"tapi kak, gue harus pulang. Gue gak.."
"Gue gak peduli."
Brandon langsung menarik Casy dan berjalan ke mobilnya.
Menghidupkan mobil dan keluar dari area sekolah, Brandon membawa Casy ke rumah peninggalan orangtuanya. Rumah yang sudah lama tak pernah ditempatinya.
"kak mobil gue gimana?."
Casy yang sudah pasrah dibawa Brandon, berfikir apapun yang terjadi padanya tak akan berpengaruh pada siapapun. Karena semua hal tentang dirinya tak penting lagi baginya, bahkan jika dia akan dibunuh oleh Brandon, Casy tak peduli. Itu bahkan lebih baik untuk melepas segala beban luka dihatinya. Baginya, hidupnya sudah hancur sejak dia lahir.
💐💐💐
Sampailah di rumah Orangtua Brandon.
mereka masuk dan duduk di area belakang rumah, tepatnya di pinggir kolam renang. Mereka duduk berhadapan dan hanya terpisah dengan meja.
"kenapa gue lo ajak ke sini kak?." Tanya nya
"heh bahkan Lo mau bunuh gue sekalipun gue gak peduli." Batinnya dengan miris.
"Apa lo punya masalah di rumah?."
Dengan datar, Casy menimpali.
"Maaf kak itu urusan gue."
"Apa lo gak bisa percaya sama gue?."
Casy tertawa sinis.
"Kita aja baru kenal kak, apa masuk akal kalo gue langsung percaya?."
Casy hendak melangkah meninggalkan Brandon, karena merasa perbincangan mereka ini tidaklah penting. Namun langkahnya terhenti karena Brandon mengajukan pertanyaan padanya.
"Bisakah kita belajar saling percaya? mungkin dengan mengenal lebih dekat. Dan berteman mungkin?."
"Gue gak tertarik jadi temen lo kak." tegas Casy.
Casy berbalik badan hendak pergi, namun...
"Kalau gue bilang gue tertarik sama lo, apa Lo mau jadi temen gue?."
berbalik lagi menghadap Brandon, "apa maksud lo?."
NEXT.......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!