Siapkan mental. dan Tinggalkan jejak.
Vote. Like dan komen.
.
...
.
.
Plak.......
Plak....
Bugh...
Suara tamparan itu menggema diruangan besar nan mewah itu. Tamparan itu berasal dari pak Jaya Herlambang kepada putrinya Keyna Putri Herlambang.
Wajah pak herlambang merah penuh amarah saat ini. panas ditangannya membuktikan bahwa tamparan itu bukan tamparan main-main. Tamparan bolak-balik dipipi kanan dan kiri, bahkan tubuh Keyna berhempas dan kepalanya terkena sudut meja, mengakibatkan kepalanya berdarah.
Aku merasakan sakit dan perih diwajahku, titambah sakit dikepalaku membuat sakit itu semakin sempurna. Hal ini sudah biasa bagiku. Bahkan tanganku tak terulur untuk menyeka darah dipelipisku, bahkan dibibirku.
“Dasar anak tidak tau diuntung kamu..! Siapa yang mengajarkan kamu mencuri ha...?” Bentak pak Jaya mengema. Kakinya menghampiri ku yang masih duduk diam dilantai, tanganya terulur menarik paksa rambut Ku. “Katakan siapa yang mengajari kamu ha?” Teriaknya. Ia menjambak rambut Keyna keras.
Aku hanya memejamkan mata, merasakan pedih diubun-ubunku. Kepalaku sangat sakit, dapat ia pastikan bahwa rambutku akan gugur. “Dasar anak tidak tau diuntung kamu... Plak...” Tamparan itu terdengar lagi.
Ada satu sosok wanita paru baya yang memeluk putrinya erat disana, sudut bibirnya terangkat menyunggingkan senyum licik. Dia adalah ibu tiri dan adik tiriku.
“Kalo Key jelasin sama papa juga nggak bakal didengerkan?” Ucapku dingin. Tapi jujur saja, hatiku sakit, bahkan sakit tamparan dan jambakan rambutku tak sebanding dengan rasa sakit dihatiku saat ini.
“Dasar anak pembangkan. Mau dihukum kamu, sini saya hukum kamu...” Teriak pak Jaya mendengarkan bantahan Keyna. Ia menarik paksa Keyna memasuki gudang.
Aku hanya diam tak membantah, malas untuk membantah ataupun menjawab.
Ctar...
Ctar....
Suara cambuk itu menggemah. Pedih, sakit, semuanya menjadi satu. Punggungku rasanya remuk, aku menggigit bibir bawahku kuat. Ingin rasanya aku melawan, tapi aku masih sangat ingat pesan mamaku
“Sejahat apapun papa kamu, jangan bantah ataupun jawab perkataannya. Semua yang ia lakukan itu untuk kebaikan kamu, ia tak akan melakukan hal yang jahat untuk kamu, dia papa yang sangat menyayangi kamu. Berjanjilah untuk selalu menyayangi dan tidak membantah ayahmu.” Pesan Ibunya.
Ketika aku ingin melawan, entah mengapa kalimat itu selalu melintas dipikirannku, aku tak mau mengingkari janjiku kepada ibuku, aku sangat mencintai ibuku.
“Ini hukumannya karena kamu sudah mencuri dan durhaka kepada papa.” Bentak pak Jaya lagi.
Aku hanya diam dan merasakan cambukan itu mengukir indah dipunggungku. Baju luarku sudah compang camping, darah segar mulai keluar deras, bahkan sela-sela bajuku terasa lengket dengan daging punggungku. Tak ada teriakan, tak ada tangisan, yang ada hanya suara cambuk yang menggema.
Plas... Papaku melempar cambuk itu kelantai. Seakan buta akan punggungku yang terluka, ia melangkah Pergi meninggalkan ku yang lunglai dilantai. Tulangku sudah gemetar, bibir bawahku bahkan sudah terluka karena ku gigit begitu erat untuk tidak berteriak. darah dihidungku sudah keluar sedari tadi, dadaku sesak, kepalaku sakit. Ditambah seluruh tubuhku terasa remuk karena hukuman dari ayahku.
Aku terkekeh geli dan miris. Papaku berhenti ditempatnya ketika mendengarku terkekeh.
“Hehe,” Air mataku jatuh tanpa izin. “Key minta sama papa buat nggak nyesel ngelakuin semua ini kepada Key. Key mau kalo Key mati, ayah nggak nyesel. Key udah capek banget didunia pa. Andai aja mama nggak nyuruh Key nggak jagain papa, pasti Key udah lebih milih bunuh diri pa. “ Ucap Keyna getir.
Kaki ayahku kembali berjalan setelah mendengarkan ucapanku, tapi aku kembali berucap. “Ingat ya pa, jangan nangisin penyesalan dikemudian hari. Keyna sayang banget sama papa.” Ucap Keyna getir. Ia memegang kepalanya sakit. Ia sudah tak mampu lagi untuk duduk bersimpu, berbaripun ia tak mampu karena sakit dipunggungnya. Ia hanya meletakkan kepalanya dilantai merasakan sakit dipunggung dan dikepalanya.
“Jangan ada yang bantu dia. Ini hukan buat dia, jika ada yang buat dia keluar dari sini, saya akan hyukum kalian lebih dari yang dia rasakan..!” Bentak papaku diluar ruangan.
Tapi masih bisa ku dengar dengan telingahku.
Aku menangis sesegukan sambil menepuk-nepuk dadaku. Kesadaranku sudah sedikit hilang, tak menghabiskan waktu aku mengoleskan dara dihidungku, lalu ku ukir dilantai dengan tangan yang bergetar. ‘AKU SAYANG PAPA. ‘ Saat selesai, kegelapan menyapaku, membawaku kealam kelam yang aku kira akan membawaku kesyurga bersama bunda.
///--///💔💔
Pagi harinya, pak Jaya merasakan sesuatu yang tak enak didadanya, seperti sesak akan sesuatu hal. Pikirannya menuju kejadian semalam,. Kakinya melangkah menuju gudang dimana Keyna dicambuk. Betapa terkejutnya dia ketika melihat Keyna yang sudah tergeletak dengan penuh darah. “ Keyna....” Panggilnya. “Hey bangun kamu..” Ucapnya sambil menendang kepala Keyna pelan.
Sudah beberapa kali ia menendang kepala dan tubuh Keyna, tapi tak dapat respon juga, garis dikeningnya mulai terbit. Biasanya Keyna akan segera bangun jika dia bangunkan. Ia berjongkok menatap Wajah Keyna yang tertutup rambutnya, matanya juga tertuju pada tangan Keyna yang menutupi tulisan yang tertulis dari darahnya sendiri.
‘AKU SAYANG PAPA.’
Nyut... hatinya seperti dicubit, tangannya terulur meneyekah rambut Keyna yang menutupi wajahnya. Betapa terkejutnya ia melihat wajah Keyna penuh dengan darah, bahkan darah kering memenuhi baju atas Keyna. “Hey, kamu kenapa.? Jangan bikin saya merasa bersalah..!” Bentaknya. Tapi Keyna sama sekali tak menjawab, bahkan tubuhnya sudah kaku.
“Keyna..” Suara pak Jaya sudah melembut. Saat sadar jika keadaan Keynna sedang tidak ‘baik-baik saja’ ia memopong tubuh Keyna dan membawa Keyna masuk rumah sakit.
“Kamu jangan bercanda.” Ucapnya disela berlari. Jantungnya maraton jauh, entah, rasanya ia sedikit takut kehilangan gadis kecil yang digendongannya ini.
“Ada apa tuan.” Tannya pembantu ketika melihat tuannya memopong putrinya berlari. Tanpa mau menjawab pak Jaya masih berlari menuju mobi. “Pak Kodim cepat bawah mobilnya...!” Teriaknya sedikit panik.
Pak Kodim atau lebih tepatnya supir pak Jaya langsung berdiri dan meninggalkan kopi yang hampir lumer dalam mulitnya. “Mau kemana pak?” Tanyanya.
“Kerumah sakit terdekat.” Jawab pak Jaya cepat, ia masuk kedalam mobil yang pintunya sudah dibuka oleh pak Kodim.
Pak Kodim menatap Keyna bingung, tapi langsung terpecah ketika mendengra teriakan pak Jaya. “Cepat...!”
Pak Kodim langsung bergegas masuk kedalam mobi. Pak Kodim mengendarai mobil dengan kecepatan maksimal.
Tos...
Suara tangan seseorang bersatu menatap kejadian itu. Wajah mereka penuh senyum bahagia. “Rencana kita berhasil ma..” Ucap gadis berusia hampir sama dengan Keyna.
“Bener. Mama harap dia mati.!” Ucap wanita paru baya bahagia.
**Like. Komen dan Vote nggak susah kok. cuma ngehargain sang penulis aja gitu....
tekan 👍 ketik saran dan beri bintang. terimakasih**....
****Siapin Tisyu bagi yang mudah baper.....
like. komen. dan vote oke**....
.
.
.
.
.
Tos...
Suara dua tangan bersatu menatap kejadian itu. Wajah mereka penuh senyum bahagia. “Rencara kita berhasil ma..” Ucap gadis berusia hampir sama dengan Keyna.
“Bener. Mama harap dia mati.!” Ucap wanita paru baya bahagia.
...
Mobil yang dibawah oleh pak Jaya dan Keyna sampai dirumah sakit. Tanpa menunggu waktu lagi, pak Jaya membawah putrinya masuk kedalam rumah sakit. “Sus tolong putri saya.” Ucapnya panik.
Ada beberapa suster yang membawa Keyna masuk kedalam ruangan UGD. Sedangkan pak Jaya hanya mengikuti saja dimana para suster membawah anaknya. Ia tak menyangka jika hukuman buat anaknya terlalu parah, tapi mengapa baju anaknya penuh darah bagian depan? bukankah ia mencabuk anaknya dipunggung? Semua pertanyaan itu mengalir deras dipikirannya. Ia takut putrinya terjadi apa-apa karena dirinya,.
Keyna Putri Herlambang. Gadis pembuat onar, suka balapan, berkelahi dan tomboy. Umurnya 19 tahun, baru mengecap pendidikan tinggi.
Sifatnya yang seperti ini karena orang tuanya yang memang tak pernah memberinya kasih sayang. Ia tak memiliki sandaran pada siapapun. Ayahnya menikah lagi ketika Keyna berumur 5tahun, dengan alasan untuk menjaga Keyna, faktanya memang karena ayahnya yang mencintai istri barunya, lebih tepatnya ibu tirinya.
Ibu tirinya sangat jahat, ia mempunya satu anak yang lebih tua dua bulan dari Keyna. Ayah dan ibu Tirinya memiliki anak laki-laki, dan sekarang berumur 13tahun.
Keyna juga memiliki adik sekandung dengan ibu dan ayahnya, hanya terpaut 2tahun yang bernama Reynan putra Herlambang, ia masih mengecap pendidikan disalah satu SMA luar negeri.
“Gimana keadaan putri saya dok?” Tanya pak Jaya pada dokter yang keluar dari ruang tindakan Keyna,
Wajah dokter itu suram, air matanya bahkan jatuh. “Maaf pak, Nona keyna sudah meninggal karena penyakit leukimia yang ia hadapi, ditambah sakit akibat cambukan dipunggungnya membuat pembuluh darahnya pecah.” Ucapnya getir.
Pak Jaya melongoh. “Leukemia? Pembulu darah pecah?” Beonya. “Putri saya meninggal?” Tanyanya tak percaya.
Dokter itupun mengangguk. Ia menatap Pak Jaya masih linglung. “Anak saya meninggal?” Beonya lagi tak percaya. Ia berjalan gontaiyan menuju ruang kamar Keyna, matnya lekat menatap Keyna yang sudah terbujur kaku, hanya saja wajahnya sudah tak lagi ternodai darah, wanjahnya putih pucat. “Keyna..” Ucapnya parau.
Dokter tadipun mengikuti langkah pak Jaya. Ia menatap Keyna sedih, seakan ia juga terpukul akan kepergian Keyna.
“Hey bangun kamu anak bandel....” Pak Jaya mengguncang tubuh Keyna kaku. Sama sekali tak mendapat respon membuat dia kembali menggoyangkan tubuh Keyna lebih keras, “ Hey bangun. Jangan sok lemah kamu, Ayoooo buat onar lagi.” Ucapnya berat.
Sama sekali tak mendapat respon ia kembali mengguncang tubuh putrinya pelan sambil menangis. “Bagus kalo kamu pergi, berarti udah nggak ada lagi yang buat onar dan mencuri.” Ucap pak Jaya berat, ada segumpal rasa getir dihatinya, ia melirik Keyna lagi, tak mendapat respon membuat ia kembali mendekatkan anaknya. “Kamu nggak mau bangun juga? Sudah pergi sana dasar anak pembuat onar.” Ucap Pak Jaya berat.
Dokter tadi yang menatap itu hanya kembali menangis. Ia memegang pundak pak Jaya. “Ada yang saya ingin bicarakan.” Ucapnya.
Pak Jaya menatap dokter itu sendu. “Ada apa? Kamu mau bilang jika anak saya kembali buat onar? Katanya dia udah mati,” Jawab pak Jaya getir.
“Ini soal anak bapak.” Jawabnya, pak Jaya kembali serius menatap dokter diddepannya.
“Perkenalkan, saya dokter Heru, dokter yang selama ini merawat anak bapak.”
“Merawat?” Beo pak Jaya. Apa Keyna sakit? Atau apa? Mengapa sampai dirawat?.
Dokter Herupun mengangguk. “ Keyna mengalami leukimia selama dua tahun belakangan. Saya akan mengungkapkan kebenaran yang selama ini bapak tidak ketahui tentang putri yang bapak sebut pembuat onar ini.” Ucapnya. Ia mengambil Handphone disakunya.
Ia menunjukan beberapa Video dan File.
“Sebenarnya Keyna itu sering balapan karena mau memenuhi kebutuhan hidupnya, istri bapak tak pernah memberi uang kepada Keyna selama ini. Keyna bukannya sering berkelahi, tapi saudara tirinya selalu memfitnah anak bapak, menyebabkan anak bapak selalu terjerat masalah. Dia sering pulang larut karena berkerja untuk mengobati penyakitnya, bukan mabuk-mabukan dan bermain dibar, dia memang berkerja di bar pak, tapi sebagai pembersi toilet, bukan penghibur malam yang bapak kira selama ini. Dan mengenai uang yang ia curi, itu karena ia harus melakukan operasi sumsum tulang belakang, itu akan dilakukan satu minggu lagi. “
Pak Jaya tersenyum getir. “Nggak mungkin, terus mengapa ia selalu jual Hpnya dan tak mengatakan kepada saya.” Sekak pak Jaya getir. Apa iya putrinya yang selalu ia siksa menjalankan hidup begitu susah dan getir, apa iya putrinya begitu menderita?
Dokter Heru kembali menangis. Ia menggigit bibir bawahnya. “Bapak tadi sudah melihat video anak bapak yang berkerja bukan? Dan file yang menyatakan ia sakit leukimia stadiun empat? Ia selalu menjual barang itu karena membiayakan adiknya. Mungkin bapak sama sekali tak tau jika istri bapak tidak pernah menstrasfer uang kepada putra bapak di London,. Dia selalu mau memberi tahu bapak, tapi selalu diancam oleh istri bapak. Jika ia memberi tahu kepada bapak, maka ia tak segan menyiksa Keyna dan mengancam Keyna, sehingga semua itu Keyna yang menanggungnya. “
Pak Jaya ingat Keyna mengaduh tak diberi uang jajan, tapi istrinya mengelak, ia lebih percaya kepada istrinya dari pada anaknya. Ia ingat saat ia selalu menghukum Keyna karena pulang larut malam terus, ia ingat selalu menampar Keyna yang ia anggap pembuat onar. “Keyna...” Ucapnya getir “ Nggak mungkin dok.”
“Dia sudah berkerja semenjak Raynan kelas 1SMP, dia juga mulai balapan saat memasuki SMA, karena mau mebiayakan Raynan sekolah. Bapak tau jika Keyna suka malakin teman-temannya itu karena dia lapar? Dia tak pernah diberi makan oleh istri bapak saat dia pulang sekolah. “ Jelas dokter Heru getir. “ Dia sering malakin orang itu adalah orang-orang yang memang berada pak. Dia malakin Cuma mau makan pak, gajinya tak cukup memenuhi kebutuhannya dan adiknya sekaligus. Reyanan sekolah diluar negeri, Membutuhkan biaya yang besar, ia mengalah semua demi adiknya.”
“Kamu tau dari mana semua ini?”
“ Saya tau karena saya sudah menjadi tempat cerita Keyna sedari ia sakit. Ia menceritakan semua masalahnya sama saya, ia bahkan tak punya teman di sekolahnya karena mereka mengenggap Keyna orang jahat, saat ia pulang ia akan dipukul oleh bapak, untung saja istri bapak tak berani memukul Keyna. Keyna lemah karena istri bapak selalu mengancam keselamatan adiknya diluar sana. Dia sama sekali tak punya orang yang bisa ia sandarkan.” Jelas dokter Heru.
Pak Jaya sama sekali tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia mengangkat paksa kakinya menuju tubuh Keyna yang sudah terbujur kaku. Ia memegang tangan Keyna yang sudah mendingin. “Key, coba bilang sama papa. Kalo dokter itu bohong kan?” Suaranya serak.
“Keyna bangun. Bilang kalo selama ini kamu bahagia buat onar, bilang...” Ucapnya. Air suci matanya banjir mengenai punggung tangan Keyna.
“Hey.... bangun Keyna. Papa janji akan mengusir ular itu dari rumah, kamu bangun ya, biar papa bahagiain kamu.” Pak Jaya mengusap kepalanya dengan tangan Keyna getir.
“Keyna bangun...!” Teriak pak Jaya frustasi. “Kamu bangun nak bangun. Maafin papa, maafin papa..” Ucapnya getir.
Sedangkan dokter Heru hanya menangis menatap pak Jaya yang sudah menyesali semua tindakannya selama ini. sebenarnya Keyna sudah menjelaskan semuanya, tapi setiap Keyna menjelaskan, pak Jaya akan menghukumnya, ia akan selalu menghukum Keyna, ia menganggap Keyna pembuat onar dan lainnya.
.
.
.
.
.
****Nangis nggak ni baca part ini? Yaudah kalo belum baper nanti author bikin kalian nangis sesegukan.....
jangan lupa dukung cerita ini dengan like, komentar dan vote kalian....
terimakaih yang sudah memberi semangat**.
masih belum pernah like, komen dan vote? kayak gimana author semangat buat lanjut coba.
.
.
.
Sakit, itulah yang dirasakan Keyna saat ini, ia meringis pedih tepat dikepalanya, “Auu..” Ia meringis pedih saat tangan kanan yang ia angkat sangat sakit bagaikan terkena luka.
Ia berusaha membuka matanya. Pelapon putih. Itu yang pertama yang ia lihat, tangan kirinya memegang kepalanya sakit. “Dimana sii ini.” Gumamnya..
Ia mencoba mengingat apa yang terjadi pada dirinya sebelumnya. Kilasan kilasan teragedi malam itu melintas diingatannya. Ia mendesah pelan, itu sudah hal biasa baginya. Papanya selalu mencambuknya dan memukulnya ketika ia berbuat salah. Tapi kemarin ayahnya sangat murkah karena ia mencuri uang papaya dengan angka cukup besar.
“Non udah sadar?” suara itu terdengar dari seseorang yang baru masuk kedalam ruangannya.
“Hn..” Gumam Keyna pelan, tanpa melihat siapa yang datang.
“Alhamdulilah, tapi ada yang sakit nggak non? Bilang sama bibik, biar bibik panggil dokternya.” Sahut paru baya itu cepat.
Tunggu.. Tunggu...
Suara siapa itu? Siapa yang mempedulikan jika ia sakit? Keyna membuka matanya menatap seseorang didepannya. Dapat ia lihat wanita paru baya berpakaian seperti orang biasa, waniat itu asing dimata Keyna. “Siapa loe?” Tannya Keyna dingin.
Wanita paru baya itu mengerjab heran. “Non nggak ingat bibik? Ini Bik Nur, bibik yang jagain nak Keyna sejak kecil.” Jelasnya bingung.
Keyna mengernyit lagi. Sejak kapan ia punya bibik? Dan sejak kapan ia kenal. “ Gue nggak inget sama loe. Lo Salah orang kali.” Ucap Keyna malas berfikir.
Bibik Nur semakin bing. ‘apa jangan-janagn non ilang ingatan? Tapikan lukannya ditangan bukan diotak’ Batinnya. “Bibik permisi nemuin dokter dulu ya non.” Ucapnya bingung.
“Serah loe.” Jawabnya datar.
Bik Nur terkejut mendengar jawaban dari Keyna. Sejak kapan non Keyna pakek bahasa Lo gue? dan Sejak kapan dia jadi nggak sopan?’ Batin bik Nur. Tapi ia mengelengkan kepalanya dan memilih mencari dokter.
Saat bik Nur keluar, Keyna membuka matanya menyelusuri ruangan itu. “Rumah sakit.” Gumamnya. ‘Tumben banget papa bawain gue keruma sakit.’ Batinnya. Tapi matnya berarih kepada dokter pria yang cukup dewasa dan wanita paru baya yang memanggilnya tadi.
“Hay Keyna, kamu udah sadar.” Sapanya ramah.
“Hn...” Gumamku yang acuh.
“Sini saya periksa.” Dokter itu mendekat kearahku, ia mencoba mengecek tanganku. Sontak mataku memicing menatap tangan kananku yang diperban. “Ini Kenapa?” Tanya ku heran.
“Ini luka kamu karena berusaha bunuh diri kemarin Key. Untunglah bi Nur cepar membawamu kemari, jika tidak, saya tidak tau apa yang terjadi sama kamu.” Ucapnya menjawab pertanyaanku.
Aku semakin bingung akan kejadian menimpahku. Apa aku udah gila sampek bunuh diri? Kalo aku bunuh diri gimana kabar Adikku?. “Kapan gue bunuh diri. Nggak usah ngacok.” Jawab Key ketus.
Sontak dokter itu terkejut. “Tuh kan dok. Udah saya bilang.” Sahut wanita paru baya yang mengatakan namanya bik Nur.
“Kamu nggak ingat kejadian dua hari yang lalu?” Tanya dokter itu heran.
Sontak saja aku mengernyit heran. Maksudnya ingat apa? “Maksud loe apa sii. “ Ucap Key ketus. “Gue aus, ambilin gue minum dong.” Lanjutnya serak.
Buru-bur bik Nur mengambir air dan membantu Key meminum air. “Non nggak ingat sama sekali?” Tannyanya.
Gue meneguk minuman terakhir gue. “Ngomong apaan sii. Ngomong tu yang jelas. Loe siapa emangnya?” Tannya gue heran.
“Kayaknya saya harus cek kepala kamu dulu. Tapikan luka kamu ditangan, masa iya kamu lupa ingatan?” Gumam dokter itu heran.
Gue memijit pelipis gue yang pusing. “ Papa mana?” Tannya gue.
Bik Nur berwajah masam dan sedih. “Papi non lagi sibuk, jadi nggak bisa dateng jengukin.” Ucapnya serak.
‘Papi? Sejak kapan gue manggil papi? Perasaan gue biasa panggil papa’. Tapi aku hanya mengangguk
Tapi mendengar penuturan jika papanya sibuk membuatnya malas untuk bertanya atau menjawab, hatinya terlalu sakit untuk membahas apapun saat ini.
“Kita keluar saja. Mungkin nona Key butuh istirahat.” Ucap dokter tadi yang masih bisa aku dengar.
Langkah kaki mereka meninggalkanku yang memejamkan mata acuh. Tapi saat mereka didepan pintu masih bisaku dengar suara dari pintu.
Bik Nur semakin apanik saat ini. “Dok, gimana keadaan non Key? Apa dia baik-baik aja? Kenapa sikapnya kayak begitu?” Tannyanya heran.
Dokter itupun hanya mengernyit. “ Saya juga kurang tau bu, jika dia mengalami amesia, tapi tidak ada masalah dikepalanya, lagian juga lukanyakan ditangan, bukan dikepala.” Jawabnya bingung sendiri. “Atau mungkin dia masih kurang sadar sepenuhnya, kita tunggu sampai besok ya bu.” Ucapnya.
“Makasih ya dokter Difta.”
Dokter itupun tersenyum dan melangkah meninggalkan bik Nur yang masih bingung.
Sedangkan aku yang masih didalam hanya mendengar saja. Amesia? Emang kenapa sifat gue? emang gue berubah?” Batinku.
(Fiks aku ganti penyebutan diriku dengan sebutan gue. nggak cocok banget gue cerita pakek bahasa manis.)
Tapi sakit dikepalaku semakin menjadi...
.....
Falshback...
Seorang gadis berkaca mata tebal nan petak itu menatap dua orang yang tak asing baginya. Ia menggunakan baju berwana biru, rok merah dan sweater pink, kaos kaki hitam dan sepatu hitam, rambut yang diikat bawah.. Fiks kalo kalian mau bilang jemuran berjalan, liat saja gadis ini.
“Beneran sayang, aku deketin dia awalnya Cuma mau deketin kamu, tapi nggak taunya dia punya perasaan sama aku.” Seorang pria tampan memegang tangan gadis cantik nan modi.
“Buktinya?” Tannya sang gadis
“Buktinya ini. mana mungkin aku mau sama cewek culun kayak dia. Beda banget sama kamu kakaknya, Cantik.” Ucapnya mengoda, ia mencium tangan gadis tersebut.
Gadis itu tersipu malu. “Kamu gombal.” Ucapnya malu.
“Jadi kamu maukan nerima aku?”
Gadis itupun mengangguk. Pria itu berdiri dari kursinya dan mendekati gadis itu, ia membawah gadis itu kedalam pelukannya.
Tak jauh dari sana, tepatnya di meja cukup jauh, ada sosok gadis culun yang menatap itu semua. Tak terasa air matanya mengalir deras saat mendengar jika pria itu, tepatnya pria yang ia sukai dan yang ia anggap paling care sama dia Cuma memamfaatkannya. Apa dia tak memang tak pantas untuk mendapatkan kebahagiaan?
Hiks hiks... air mata dan isak tangisnya tak terbendung lagi. Ia memilih pergi jauh dari sana, meninggalkan pemandangan yang menyakitkan baginya.
“Tuhan. Kenapa sii aku nggak boleh mati aja? Kenapa bunuh diri itu dosa?. Aku nggak pernah minta buat dilahirin didunia ini. tapi kenapa aku lahir didunia ini?.” Isak tangis nya pecah saat ini. ia menatap nanar.
Kakinya menyusuri jalanan yang sepi, tapi matanya sekarang. Ia memilih pulang kerumahnya, disana ia bisa melihat, kakak-kakaknya dan orang tuanya yang tertawa bersama. Matanya semakin panas saat ini, tapi matanya langsung berpaling saat melihat mata tajam papanya yang menatapnya tajam.
“Dari mana kamu Keyla?” Tanya ayahnya tajam.
Gadis cupu itu bergetar hebat. Tubuhnya gemetar ketakutan. “An anu. Ta tadi Key dari toko buku.” Jawabnya terbata-bata.
“Mana bukunya?” Tannya ayahnya.
Sontak saja gadis cupu itu semakin menegang. Ia kan awalnya mau bertemu temannya dicafe, mana ada dia memegang buku saat ini. tapi tubuhnya kembali bergetar takut saat mendengar bentakan ayahnya lagi.
“Kamu bodongin saya..! Sudah berani kamu berbohong ha?” Teriaknya. Baik kakak-kakaknya maupun ibunya hanya diam tak menjawab,mereka hanya menatap semua itu datar.
Tubuhn gadis itu atau lebih tepatnya Keyla semakin bergetar saat merasakan ayahnya mendekat. “Am ampun pi.” Ucapnya gugup.
Ayahnya atau yang ia sebut papinya menjambak rambut gadis itu.
Plak...
Plak...
Ia menepuk mulit Keyla secara berutal. Bibir Keyla memerah, darah sekitar sana sudah mengalir, bahkan gigi putihnya sudah berwarnah merah darah.
.
.
.
Mau lanjut nggak?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!