Alesha Shaqueena Humaira H.
Alesha adalah gadis yang cantik, manis, periang. Permata kesayangan keluarga Horison dan Mahendra. Semenjak kejadian satu tahun lalu, saat dimana Alesha harus kehilangan mommy tercintanya, keadaan dalam keluarganya seketika berubah. Bahkan semua orang seperti memiliki kesibukan masing-masing.
Ketika Alesha dipertemukan kembali dengan seorang lelaki yang pernah di kenalnya. Bahkan lelaki itu merupakan kakak kelasnya sekaligus ketua osis. Alesha merasa tertarik karena sikap dingin lelaki itu. Mengaggumi lelaki itu membuat hidup Alesha sedikit bersemangat, mencoba mendekatinya. Tetapi kenyataan pahit menamparnya, lelaki itu telah menjadi milik orang lain. Perlahan Alesha mulai menjauh dan berhenti untuk mengejar seseorang yang tak bisa digapainya.
Lagi dan lagi Alesha harus menyerah!!! Kehidupan seakan mempermainkannya. Alesha benar-benar lelah dengan hidupnya, keinginan Alesha hanya satu yaitu bertemu mommynya dan bahagia bersama orang yang menyayangi, mencintai penuh ketulusan.
Bagaimana jika lelaki yang sempat di sukai Alesha adalah lelaki yang akan di jodohkan dengannya!? Dan gimana reaksi mereka saat mengetahui orang yang mereka anggap meninggal ternyata masih hidup!?
Setiap kesedihan yang dirasakan, pasti akan ada kebahagian suatu hari nanti.
...****************...
PENGUMUMAN!!!
Episode satu bakalan di up jam 00.00
Seorang gadis tengah berbaring lemah di atas ranjang rumah sakit dengan selang inpusan yang menancap di tangan kirinya. Wajahnya terlihat pucat, orang yang memandangnya akan merasa kasihan.
Siapalagi gadis tersebut kalau bukan Alesha Shaqueena Humaira Horison, putri kandung Antonio Xavierro Horison dan Khanza Almaira, adik dari keempat lelaki tampan. Gadis cantik yang rela menjadi pendonor ginjal rahasia, demi kesembuhan dan kesehatan saudaranya. Hampir tiga bulan sudah gadis itu rutin menjalani cuci darah dan meminum obat-obatan yang telah diresepkan oleh dokter Asyraf.
Arsenio Giandra Horison, adalah seorang dokter bedah baru di Horison Hospital. Sifat Arsen memang menuruni Antonio, tetapi Arsen juga mempunyai sifaf humble dan ekspresif. Mungkin karena pekerjaannya yang mengharuskan pria itu bersikap ramah terhadap pasiennya. Pria itu baru satu bulan bekerja di rumah sakit milik keluarganya yang dipegang oleh papanya Vinno adik kandung dari daddynya.
Kini ia bertugas merawat sang adik yang tengah sakit, kembaran dan kedua adiknya tak mengetahui bahwa princess mereka tengah terbaring lemah.
Bulu mata lentik itu begerak-gerak, menandakan sebentar lagi mata gadis cantik itu akan terbuka. Benar saja perlahan gadis itu membuka matanya, menatap sekeliling ruangan bercat putih, ternyata untuk kesekian kalinya dia harus mendekam di rumah sakit, tempat yang paling tidak di sukainya.
“Jangan bangun dulu sayang,” sergah Arsen menahan bahu princessnya yang ingin bangun dari ranjang rumah sakit.
“Abang,” ucap Queen lemah, mengeryitkan keningnya baru menyadari keberadaan sang abang.
“Iya sayang ini abang! Ada yang sakit?” Tanya Arsen.
Queen menggeleng lemah, “Eung.. apa abang yang membawa ku ke rumah sakit?” Tanyanya.
“Benar sayang! Tadi malam abang ke kamar princess untuk mengecek apakah kamu sudah tidur atau belum? Saat abang melihat cara tidur mu sangat aneh, seperti orang mengigil abang langsung masuk dan memeriksa keadaan mu ternyata badan mu sangat panas. Karna peralatan di mansion kosong, abang bergegas membawa mu ke rumah sakit dan merawat mu disini...” Jelas Arsen menggenggam tangan princessnya.
Queen mangut-mangut mengerti. Matanya kembali menatap sekitar ruangannya yang tidak ada siapapun kecuali dia dan abangnya Arsen.
“Mereka tidak datang ya bang?” Arsen menggeleng, Arsen tahu siapa orang-orang yang saat ini dicari sang adik.
Queen menahan diri untuk tidak menangis, ketika mendapatkan gelengan dari sang abang. Dia sudah bertekad mulai sekarang harus kuat dan terbiasa dengan semua ini. Toh semuanya juga salahnya!
“Abang Arcell lagi banyak kerjaan di kantor sayang, nanti siang abang Arcell pasti kesini. Kalau Ghani ada urusan di kampus, dan Rey ikut panitia MOS jadi lagi berada di rumah temannya untuk membahas MOS besok. Jadi princess sama abang Arsen dulu ya, senyum dong princess cantik abang!” Arsen mengatakan semua itu agar Queen tidak merasa bahwa dirinya tidak diperdulikan. Padahal semua keluarga sangat menyayangi Queen.
Queen tersenyum. “Seriously! Tapikan ini weekend abang, kenapa abang yang lainnya sibuk semua, apa aku sebegitu tidak penting bagi mereka?” Ucapnya bernada sedih.
“Princess kan tau, abang Arcell sekarang yang megang perusahaan Horison di Indonesia,” ucap Arsen, tetapi tak menyebut nama daddy mereka. Karena itu pasti akan membuat sang adik bersedih, mengingat daddy mereka yang belum pulang sudah lima bulan lebih lamanya berada di luar negeri.
Queen paham mengapa abang Arcell workholic, hampir tak ada waktu bersama mereka. Sebabnya adalah perusahaan Horison Corp diambil alih oleh abang Arcell. Saat kepergian daddy ke luar negeri, semua tanggung jawab diserahkan pada abang Arcell. Kadang Queen merasa sedih, ketika mendapati wajah lelah abang Arcell baru pulang kantor tengah malam. Membuat Queen benar-benar merasa prihatin dengan sang abang yang terlalu lelah bekerja.
“Princess makan dulu ya sayang,” kata Arsen.
“Enggak mau abang, bubur itu pasti tidak ada rasanya,” tolak Queen menutup mulutnya.
“Sayang makan sedikit ya, biar perut mu terisi dan bisa minum obat. Princess mau masuk sekolah loh senin ini, memang mau enggak abang izinin sekolah di hari pertama,” ucap Arsen menaikan alisnya, membuat Queen mengangguk terpaksa.
“Tapi janji, sore aku harus boleh pulang,” kata Queen mendekatkan jari kelingking pada abangnya.
Arsen langsung menyambut dan mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking sang adik.
“Baiklah sekarang princess makan, biar abang suapin,” kata Arsen tersenyum, dibales Queen anggukan.
Arsen menyuapi Queen bubur buatan rumah sakit sampai empat kali suapan. Queen sudah seperti ingin muntah memakan bubur yang tidak ada rasanya sama sekali.
“Udah bang, aku kenyang,” tukasnya menutup mulutnya saat Arsen kembali ingin menyuapinya.
“Oke, kalau gitu sekarang minum obat.” Arsen memberikan obat untuk di minum adiknya.
Tunggu beberapa menit setelah lama dalam posisi duduk bersandar. Arsen langsung menurunkan sandaran ranjang hingga Queen menjadi berbaring.
“Istirahat! Abang tinggal dulu, nanti abang kesini lagi meriksa keadaan princess,” ujar Arsen memberikan kecupan di kening Queen
Lalu Arsen melangkah keluar dari ruangan Queen. Membiarkan adiknya beristirahat..
🥀
Sore harinya.. Arsen menepati janjinya mengizinkan princess pulang ke mansion
Kini Queen sudah berad di dalam mobil abang Arsen. Ya, Arsen sendiri yang akan mengantar sang adik ke mansion.
“Pasang seatbeltnya sayang,” tegur Arsen melihat princess belum menggunakan seatbelt.
“Susah masangnya abang,” rengek Queen mengerecutkan bibirnya lucu
Arsen tertawa melihat wajah princessnya lucu. Arsen maju dan memasangkan seatbelt, menjaga keselamatan princessnya
‘Cup’
“Terimakasih abang tampannya Queen...” Queen memberikan sebuah kecupan di pipi abang Arsen sebagai bentuk ‘Terimakasih’
Arsen menjalankan mobilnya membelah jalan raya. Sepanjang perjalanan Queen menatap pepohonan dan kadang menatap langit yang cerah dengan kaca mobil yang terbuka membuat angin sepoi-sepoi bertiup lemah dan lembut pada wajahnya.
“Mommy, aku rindu...” Batinnya.
Selang dua puluh menit mobil mercy yang dikendarain Arsen tiba dihalaman mansion Horison.
“Silahkan turun tuan putri,” ujar Arsen membukakan pintu dan mengulurkan tangannya untuk princess.
“Terimakasih pangeran tampan,” balas Queen menyambut uluran tangan Arsen.
Kedua kakak beradik bergandengan masuk ke dalam mansion dengan senyum menghiasai wajah Queen. Arsen senang melihat wajah princessnya kembali ceria.
“Nona kemana aja? Tadi pagi engga kelihatan, padahal bibi udah masakin makanan kesukaan nona,” ujar Bi Inahya menghampiri Queen dan Arsen.
“Semalam Alesha sakit bi, jadi saya bawa ke rumah sakit. Karena alat di mansion kosong,” ucap Arsen menjelaskannya.
“Benar nona sakit?” Tanya Bi Inahya menatap Queen.
Queen mengangguk sebagai jawaban. “Tapi sekarang aku udah sembuh bi, jadi jangan khawatir lagi...”
“Syukurlah non! Nona mau bibi masakin apa buat makan malam?”
“Terserah aja bi, pasti aku makan kok kalau dimasakin sama bibi cantik ini,” ucap Queen memuji bibi yang sudah bekerja 35 tahun di mansion Horison.
“Siap non...”
“Bibi engga boleh terlalu banyak bekerja, kalau lelah bibi istirahat saja,” sanggah Arsen.
“Iya bi benar kata abang, masih ada pelayan lain yang bisa memasak di dapur dan mengerjakan pekerjaan bibi,” sambung Queen.
Bibi Inahya sebenarnya sudah di suruh pensiun oleh Arcell. Karena umurnya yang memang sudah terlalu tua dan tenaganya tidak sekuat dulu. Arcell bukan bermaksud jahat, ini demi kebaikan Bi Inahya. Iya merasa kasihan dengan wanita tua itu. Tetapi Bi Inahya tak mau berhenti sebelum benar-benar tidak kuat lagi untuk bekerja. Maka dari itu ia memohon pada Arcell untuk tidak memberhentikannya. Terpaksa Arcell mengalah dan membatalkan niat untuk tak memperkerjakan Bi Inahya lagi. Tetapi Arcell selalu berpesan agar Bi Inahya tidak terlalu lelah dalam bekerja.
“Pasti bibi istirahat non, tuan, kalau lelah,” balas Bi Inahya.
“Kalau begitu kita ke atas dulu ya bi. Alesha harus istirahat.” Pamit Arsen merangkul bahu princessnya masuk ke dalam lift.
Queen berbaring di ranjangnya, Arsen memberikan kecupan di kening princessnya.
“Istirahat ya,” ucap Arsen.
“Abang mau balik ke rumah sakit lagi?”
“Abang ada operasi sebentar lagi sayang. Abang usahakan akan makan malam bersama princess nanti malam, jadi princess abang tinggal tidak papakan?”
Queen mengangguk. “Abang hati-hati di jalan, aku sayang abang.”
Queen memeluk sebentar abang Arsen, lalu bebaring kembali.
Arsen bergegas menuju rumah sakit kembali, menjalankan tugas sebagai dokter. Membantu para pasiennya...
...🥀🥀🥀...
To be continue. . .
Jangan lupa tinggalkan jejakt kalian yaitu vote, like, comennt dan gifts agar author semakin semangat updatenya.
Yuk follow ig author : @dianti2609
Setelah menyelesaikan meeting diluar, Arcell harus kembali lagi ke kantor. Asisstennya barusan menelpon dan mengatakan jika salah satu rekan bisnis menunggu di kantornya, tepatnya di ruang meeting.
“Kita tak jadi pulang, putar arah kita kembali ke kantor,” titah Arcell pada sopir yang menyetir di bangku kemudi.
“Baik pak...” Jawab sang sopir, segera mencari jalan untuk putar balik menuju kantor.
Horison corp, merupakan perusahaan besar. Dimana kantor pusat berada di Indonesia dan memiliki banyak cabang di berbagai daerah Indoensia maupun luar negeri. Bisa dibilang Horison corp, memiliki satu cabang di dalam dan luar negeri.
Arcello Kiandra Horison, telah resmi menjabat sebagai CEO Horison corp semenjak Antonio menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab perusahaan Horison corp padanya. Arcell terlalu sibuk dengan kantor sampai sering tidak pulang ke mansion. Kesibukannyalah yang membuat Arcell jarang bertemu Queen dan berkumpul bersama di mansion. Kadang kala ketika Arcell ada waktu senggang, Arcell pasti mengajak princess berjalan-jalan seharian, entah itu di mall atau kemanapun.
“Tuan kita sudah sampai di kantor.” Sopir telah membukakan pintu mobil untuk Arcell.
“Bapak seharus tak perlu melakukan ini. Saya masih bisa membukakan sendiri,” ucap Arcell sopan.
“Ini adalah sebagian dari tugas saya tuan,” kata sopir pribadi Arcell yang sudah berusia 45 tahun.
“Terimakasih pak, bapak jika ingin pulang. Silahkan saja, nanti saya akan pulang bawa mobil sendiri.” Ujar Arcell membuat wajah sang sopir terlihat senang.
“Benaran tuan saya boleh pulang cepat?” tanya sopir memastikan, Arcell mengangguk sebagai jawaban.
“Terimakasih banyak tuan telah membolehkan saya pulang cepat. Kebetulan sekali anak saya hari ini ulang tahun, jadi saya ngerasa bahagia bisa hadir di hari ulang tahun anak saya.” Sopir malah bercerita sambil menangis.
Arcell menepuk lengan kiri sopirnya. “Saya ucapkan selamat ulang tahun buat anak bapak. Hadiah dari saya akan menyusul. Yasudah bapak segeralah pulang, bawa saja mobilnya.”
“Kalau saya bawa mobilnya, tuan pulang naik apa jadinya.”
“Saya bisa pakai mobil yang lain pak.”
“Sekali lagi makasih ya tuan, anda sangat baik sekali. Saya sangat beruntung mendapatkan majikan baik hati seperti anda.”
Arcell hanya tersenyum mendengar pujian dari sopirnya. Arcell memang hanya membutuhkan sopir disaat tertentu saja, seperti hari ini padahal hari minggu tapi pria itu tetap bekerja menyelesaikan meeting di luar kantor dengan para klien. Maka dari itu ia membutuhkan sopir untuk menyetirkannya.
Arcell lantas masuk ke dalam kantor yang sepi hanya ada beberapa karyawan akan stay di kantor dengan pekerjaan yang memang darurat. Arcell masuk ke dalam lift yang akan membawanya ke lantai dimana ruangan meeting berada di lantai yang sama dengan ruangan CEO.
Ting!
Pintu lift ke buka, Arcell di sambut Batara yang memang telah menunggu di depan lift.
“Batara mengapa kau adakan rapat di kantor, kau lupa hari ini hari minggu. Berulang kali saya ingatkan jika ada yang meminta rapat dadakan di hari minggu. Apalagi harus diadakan di kantor, tolak saja. Jangan perdulikan mau rapat sepenting apapun, saya tidak mau ada rapat hari minggu di kantor. Ini terakhir kali, jika kau masih menerima rapat dadakan, kau ku pecat.” Arcell bicara dengan intonasi tinggi, emosi sedang menyelimutinya sekarang.
“Maafkan saya tuan, tapi orang ini yang memaksa saya untuk menghubungi anda agar datang ke kamtor. Jika tidak dipenuhi keinginannya maka ia mengancam akan mengacak-ngacak kantor tuan,” ujar Batara menjelaskannya.
“Dasar orang gila, ancaman macam apa itu. Kaya anak kecil saja, memang dia kira dirinya siapa berani sekali mau mengacak kantor Horison.” Arcell bersungut-sungut sepanjang jalan menuju ruang khusus rapat.
Arcell membuka pintu dengan membanting kasar.
“Mana orangnya?”
“Itu dia pak.” Batara menunjuk ke arah seorang pria yang tengah duduk membelakangi mereka.
“Siapa kau, berani sekali mengancam ingin mengacak-acak kantor saya,” seru Arcell mendengkus emosi.
Orang yang berada di kursi membelakangi mereka segera membalik kursi menghadap ke depan. Rashfiki Nareswara seketika berdiri dan tersenyum melihat wajah terkejut Arcell sahabat lamanya, terakhir mereka bertemu tiga tahun yang lalu. Dimana Fiki memutuskan memilih kuliah di luar negeri.
“Apa kabar bro? Lama tak jumpa.” Fiki memeluk Arcell sembari menepuk pundak sahabatnya.
“Saya baik! Bisa tidak jika ingin bertemu cari waktu yang tempat, jangan tiba-tiba mengejutkan kaya gini, kau pikir saya engga sibuk begitu,” geram Arcell kelihatan kesal sekaligus sebenarnya bahagia bisa bertemu kembali dengan sahabatnya. Tapi karena tadi Arcell terlanjur kesal jadi ia luapkan saja sekalian pada pelakunya.
“Heran gue sama lo, masih aja ngomong formal,” ucap Fiki sambil memberikan senyuman segarnya.
“Sudah cukupkan pertemuannya, kalau sudah. Saya pamit pulang, oh ya kalau kau mau mengacak kantor ku silahkan saja, tapi setelahnya jangan lupa dibereskan atau tidak kantor mu ku buat lebih parah.” Kalimat Arcell bukanlah sebuah ancaman semata, bagi orang yang mengetahui sifat pria tersebut.
“Gue bercanda, lo pikir gue gak tau sifat lo gimana. Kita berteman sudah dari TK bro, tiap lulus sekolah kita juga sama,” ucap Fiki.
“Nah itu kau tau, jadi mengapa berani ingin mengacak kantor saya,” balas Arcell mendengkus.
“Masalahnya kalau gue gak pakai cara itu, lo gak akan kesini,” sahut Fiki santai.
“Gue datengi lo langsung, sekalian mau ketemu dan ngundang lo ke acara perayaan ulang tahun kantor gue nanti malam. Gue gak mau tau pokoknya lo harus dateng,” lanjut Fiki memaksa Arcell harus datang.
“Engga perlu segitunya Fiki, saya akan datang. Saya menghargai kamu yang sudah mengundang secara pribadi,” tukas Arcell.
“Bay the way Dafa sama Erza juga bakalan datang, kita bakalan kumpul lagi. Lo juga harus ajakin kembaran lo Arsen si dokter sibuk. Sebenarnya tadi gue sempat mau nemuin Arsen, sampai rumah sakit asissten bilang kalau Arsen lagi nangani operasi, makanya gue beralih nemuim lo aja,” ujar Fiki.
“Hem, yasudah nanti saya ajak Arsen sekalian, tapi saya gak bisa pastikan Arsen bisa ikut atau gak. Kau sendiri sudah tau betapa sibuknya Arcell di rumah sakit.”
“Engga papa cell, intinya kalau Arsen gak bisa dateng ada lo yang mewakilinya, kalian kan kembar jadi ga masalah lah.”
Setelah obrolan mereka selesai, Arcell lantas segera pulang. Ia sudah sangat merindukan princess kesayangan. Tadi ia tak sempat menemui Queen ke kamar, karena dikejar waktu. Ia merasa bersalah terhadap primcessnya, karena kesibukannya ia jarang mengajak princess berjalan-jalan dan berbelanja. Apalagi besok princessnya sudah mulai masuk sekolah mengikuti ospek.
“Princess maafkan abang sayang. Kesibukan abang ngebuat abang melupakan mu, abang ngerasa abang yang buruk.” Ucap Arcell menjalankan mobilnya menuju arah jalan pulang.
...🥀🥀🥀...
To be continue. . .
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yaitu vote, like, comennt dan gifts agar author semakin semangat updatenya.
Yuk follow ig author : @dianti2609
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!