Gemerlap cahaya bintang menyinari aura gadis di atas panggung itu yang sedang menari sebuah tarian balet yang sangat indah sekali sehingga memukau hati para penonton yang menyaksikan tariannya itu.
" Wah ,tak ada yang bisa menandingi tarian balet Ruby Yolanda..!!" Sorak sorai para penonton di teater yang sangat megah dan hebat kota besar Los Angeles, USA.
Gadis itu memberikan penghormatan ucapan rasa terimakasih nya yang amat tulus kepada setiap dukungan yang gadis itu dapatkan dari setiap orang yang datang ke teater itu.
"Cheni..Kau barusan mendapatkan telepon dari Mama mu yang tinggal di Ibukota Beijing,China." Kata seorang gadis berrambut ikal yang berlarian mengejar gadis itu yang baru saja turun dari atas panggung.
"Mama ku telepon ? Untuk apa, Ros?" Tanya gadis itu merampas handphone yang di sodorkan oleh gadis rambut ikal kepadanya,lalu menempelkan benda itu di telinganya.
" Ya, Ma ada apa Mama telepon Cheni? "
Gadis itu sudah terlibat hubungan percakapan di handphone nya dengan seorang wanita asal China yang berbicara panjang lebar dengan gadis cantik ini.
*********
Apartemen yang sangat mewah di salah satu kota Los Angeles,Usa. Muncullah seorang pemuda yang berjalan begitu cepat menuruni tangga di depannya untuk menuju ke sebuah mobil sport di bawah tangga itu.
" Tuan Wandani, apakah Anda sungguh akan pergi untuk berjumpa dengan gadis pilihan dari Nenek mu itu ?" Tanya seorang pria yang membukakan pintu mobil sport untuk pemuda itu.
" Iya, Bagas.Aku harus tepati janji ku kepada Ahma ku." Jawab Devano Wandani nama pemuda itu.
Mobil sport meluncur begitu cepat sekali menuju ke sebuah restoran yang sangat mewah dan berhenti di depan tangga lalu di bantu ada pelayan restoran yang menyambut pemuda itu.
" Tuan Wandani, tamu yang ada undang sudah menunggu Anda di meja ruang pribadi restoran kami." Kata pelayan restoran dengan nada hormat kepada Devano Wandani.
" Ya,terimakasih." Jawab Devano Wandani nada datar.
Di dalam ruangan pribadi restoran itu, Devano pun berjumpa dengan gadis yang di pilihkan oleh Sang nenek tercintanya untuknya sebagai calon istrinya di masa akan datang.
" Nona Ruby Yolanda..?" Tanya Devano dengan nada ragu dengan gadis cantik yang di temuinya di restoran itu.
" Iya, Aku Ruby Yolanda yang di tunjuk oleh Nenek Wan untuk berjumpa denganmu." Jawab Ruby gadis cantik itu.
" Ah, apakah kamu tahu tujuan dari Nenek Wan menginginkan kita bisa saling bertemu di sini di restoran ini ?" Tanya Devano sambil menyediakan kursi untuk Nona Ruby Yolanda.
" Ya.." Jawab Ruby Yolanda duduk.
"Lalu apakah kamu setuju dengan rencana Nenek Wan dan Ibu mu Nyonya Cecilia Yung di dalam rencana besar ini pada kita berdua ?" Tanya Devano lagi sambil memotong daging steak yang ada di piring mewah di atas meja.
"Tidak..Aku masih ingin berkarier di dunia seni ku yang sudah lama aku rintis sejak aku kecil." Jawab Ruby Yolanda dengan senyuman khasnya.
"Aha, kalau begitu kau sesuai denganku.Aku juga tidak ada keinginan untuk menjalani kehidupan yang serba di atur oleh para orang tua itu. Tapi, ku harus mencari teman yang harus mendukungku juga yaitu dirimu yang paling tepat.Karena kamu gadis yang di pilih Nenek ku untuk menikah dan menjadi istriku." Kata Devano Wandani lugas.
" Ya, kamu yang harus bicara kepada Nenek mu untuk penolakan mu ini terhadapku." Kata Ruby Yolanda tanpa basa -basi.
"Hmmm..Caranya ?" Tanya Devano Wandani.
"Hubungi Nenek mu sekarang juga dan bilang kau tak mau menikah denganku." Jawab Ruby yang langsung menyodorkan handphone pemuda itu ke depan Devano Wandani.
Devano Wandani tampak gugup sedikit sebelum Ia akan menghubungi Neneknya namun sebelum Ia dapat menelepon Neneknya, tiba -tiba muncul sekelompok orang yang membuka jalan untuk seorang wanita tua yang agung dan anggun ke hadapan Devano Wandani.
" Ahma..?"
" Ya, Ahma sudah dengar pembicaraan kalian yang sama sekali tidak masuk akal itu..! Nenek tak mau tahu alasan kalian menolak perjodohan ini ! Hari ini juga kalian berdua harus pulang ke Beijing untuk melangsungkan pernikahan kalian di sana di hadapan Nenek dan keluarganya Ruby." Perintah Nyonya Besar Angela Wan kepada keduanya.
Ruby meringis dan Devano tampak di sambar petir atas perintah itu. Ruby memikirkan kariernya akan hancur seketika itu juga dengan Ruby harus terima pernikahannya dengan Devano Wandani.
" Ah, nasibku buruk sekali..! " Keluh Ruby menahan nangis di dalam hatinya.
"Ah, Aku harus bagaimana dalam menghadapi Lucia kekasihku yang sudah janjikan untuk tunggu Aku sukses untuk Aku bisa menikahinya sesuai harapan kami berdua." Kata Devano Wandani di dalam hatinya.
Nyonya Angela Wan mengawal mereka berdua keluar dari restoran itu untuk menuju ke mobil di luar restoran itu, senyuman yang menyiratkan agar keduanya masuk ke mobil itu.
"Masuklah kalian berdua ke mobil itu sekarang juga." Kata Nyonya Angela Wan nada serius sekali.
"Nenek , aku sudah dewasa dan Aku bisa tentukan masa depanku sendiri." Kata Devano Wandani di pintu mobil limosin.
"Dewasa belum tentu ada pikiran untuk hidup di masa depan yang lebih baik dari masa sekarang. Jadi,kau diamlah dan masuklah ke mobilku." Kata Nyonya Angela Wan tak bisa di negosiasi oleh Devano Wandani.
"Ahh...Andai Kakak ku masih ada di dunia ini. Aku tak kan semalang ini harus mengikuti pola pikir kuno dari mu." Kata Devano Wandani dengan raut wajah muram durja masuk ke mobil neneknya.
Ruby menghela napas sebelum mengikuti Devano Wandani untuk masuk ke mobil Nyonya Angela Wan.Gadis ini tak memandang Devano Wandani yang sangat masam itu, Ia lebih tertarik memandangi kucing persia milik Nyonya Angela Wan yang meringkuk cantik di pangkuan Nyonya itu.
"Cincin mu ini kau dapatkan dari siapakah, Ruby?" Tanya Nyonya Angela Wan menatap cincin yang melingkari jari manis Ruby.
"Dari Papa ku." Jawab Ruby berdusta karena Ia tak mau rahasia cincin nya terbongkar oleh Nyonya itu yang Ia tahu pasti akan mencari orang yang telah memberinya cincin itu keseluruh penjuru dunia.
" Ouh, dari Tuan Alexander Rolando ? Aneh sekali Ayah mu itu ,kenapa memberi mu sebuah cincin murahan seperti itu?" Tanya Nyonya Angela Wan dengan nada merendahkan sekali.
" Iya,karena Papa ku tak pernah memandang apa pun pemberiannya itu dengan nilai nominal pada barang atau benda apa pun itu." Jawab Ruby nada yang membanggakan sifat rendah hati Papanya.
Nyonya itu mengangguk -angguk sambil tangan halusnya sibuk membelai kucing persia nya yang manja itu,sedangkan Devano Wandani melirik ke arah Ruby dengan sorotan mata ingin tahu dari jawaban gadis itu kepada Neneknya itu dengan jawaban yang di pikir Devano Wandani sama sekali tak masuk logika sebagai seorang yang memiliki harta melimpah dari keluarga Rolando itu seakan tak mampu membelikan cincin yang lebih tepat untuk putrinya yang amat terkenal sebagai seorang bintang di dunia kelas atas.
Bersambung...!
Pintu mobil limosin telah di buka lebar untuk Ruby Yolanda yang melangkahkan sepasang sepatunya untuk menaiki tangga menuju pesawat pribadi di lapangan udara pribadi keluarga besar Wan.
" Dengar, ya gadis caplin nanti di rumah Nenek ku kamu harus beritahu Yeye ku untuk bilang kamu sudah punya pacar agar kita terbebas dari ikatan pernikahan yang tak masuk akal ini." Kata pemuda tampan yang melangkah di belakang Ruby.
" Loh ,kenapa harus Aku yang memberitahu Tuan Besar Andy Wan untuk kita dapat terbebas dari pernikahan yang tak kita inginkan ini?" Tanya Ruby Yolanda di pintu pesawat pribadi keluarga besar Wan kepada Devano Wandani cucu tunggal dari keluarga besar Wan.
" Ya,karena kamu itu biang keladi di urusan yang merugikan ku." Jawab Devano Wandani dengan nada sarkatis kepada Ruby Yolanda.
"Kau merasa di rugikan ? Lalu Aku menurut mu itu aku tak merasa di rugikan juga? Ah..!" Ucap Ruby Yolanda nada sebal sekali dengan keegoisan dari sikap Devano Wandani.
" Kalian berdua kemarilah dan duduk untuk makan malam bersama dengan Ahma." Panggil Nyonya Besar Angela Wan dari ruang makan di dalam pesawat pribadi milik keluarga besar Wan kepada Ruby Yolanda dan Devano Wandani yang berdiri di depan pintu pesawat pribadi itu.
" Ah, ya Ahma kami datang..!" Sahut Devano dan Ruby bersamaan.
Mereka berdua duduk berdampingan dengan bibir mereka saling memperlihatkan senyuman yang sangat menawan untuk Nyonya Besar Angela Wan menilai mereka sebagai pasangan yang sangat di sukai oleh Keluarga besar Wan.
"Silakan kalian berdua menikmati makan malam ini bersama dengan Ahma.Terutama untuk kamu Cheni agar tubuh selalu fresh dan menarik di mata Devano cucu ku ini." Kata Nyonya Besar Angela Wan memberikan makanan yang sangat lezat dan sehat kepada Ruby Yolanda.
" Iya, Ahma terimakasih." Jawab Ruby Yolanda.
" Devano, kamu harus selalu bersikap manis pada Ruby yang merupakan calon istri yang sudah kami pilihkan untukmu.Lihatlah betapa cantiknya dia dan lihatlah betapa indahnya tubuhnya itu." Kata Nyonya Besar Angela Wan dengan tatapan mata menyukai kecantikan wajah dan keindahan tubuh Ruby Yolanda.
"Iya, Ahma.Devano pasti akan selalu bersikap manis untuknya." Jawab Devano Wandani dengan senyuman khasnya yang menjadi kebanggaan di mata Ahma nya itu.
"Baiklah, sekarang Aku ingin istirahat. Kalian bisa menikmati waktu bersama dengan baik sekali di sini." Kata Nyonya Besar Angela Wan dengan nada menyayangi keduanya seraya pamit tidur di ruang pribadinya.
"Kau menjauhlah dariku." Kata Devano Wandani nada dingin sekali kepada Ruby Yolanda setelah Ahma nya menghilang di ruang pribadi Ahma nya itu.
"Dengan senang hati sekali." Jawab Ruby Yolanda yang cepat pindah tempat duduk dengan menjauh dari Devano Yolanda.
Devano Wandani menyibukkan dirinya itu dengan membuka layar laptopnya untuk menghubungi seseorang yang selalu berada di ingatannya dan hatinya itu.
" Lucia, please kamu harus membalas pesan ku ini untukmu ,sayang." Gumam Devano Wandani yang mengetuk keyboard laptop dengan ujung bolpoint nya dengan raut wajahnya cemas.
Sedangkan, Ruby Yolanda menyibukkan dirinya itu dengan memikirkan seseorang yang telah baik hati memberikannya cincin ala kadarnya yang di nilai oleh Ruby Yolanda adalah ketulusan hatinya si pemberi cincin ala kadarnya terhadapnya.
" Cheni, cincin mata mutiara kerang ungu ini ialah lambang hati ku yang amat tulus hati untuk masa depanku hanyalah untukmu." Kata Luis Fernando Rivaldo pemuda tampan asal negara Peru yang pernah berjumpa dengannya di negara Korea Selatan dan memberikannya hadiah cincin ala kadarnya itu kepadanya di malam perayaan Natal di Ibukota Seoul sekitar dua tahun lalu.
"Luis, begitu cepat bagimu untuk memberikan apa yang menurutmu berharga kepada gadis yang baru saja kamu kenal belum satu minggu loh?" Tanya Ruby Yolanda nada terkesima kepada Luis Fernando Rivaldo di menara Namsan Tower, di Ibukota Seoul , Korea Selatan.
"Tidak..Menurutku adalah dirimu merupakan gadis yang pertama kali aku dapat merasakan getaran cinta yang amat besar yang belum pernah Aku bisa rasakan terhadap gadis manapun dan Aku sangat ingin mengenalmu lebih dekat lagi,Ruby." Jawab Luis Fernando Rivaldo dengan nada yang amat serius sekali kepada Ruby Yolanda.
" Ah, tapi Aku belum mau untuk pacaran dengan mu , Luis.Aku masih ingin mengejar impianku di dunia entertain di seluruh dunia.Kau pasti sudah tahu 'kan kalau Aku seorang bintang film, model dan penyanyi serta penari balet yang ternama di seantero dunia.maka, Aku sangatlah tidak mudah untuk melepaskan impianku ini dengan memilih berpacaran denganmu," Kata Ruby Yolanda nada serius pula kepada Luis Fernando Rivaldo.
" Ya, aku tahu Ruby.Karenanya Aku bisa sabar hati untuk menunggu sampai dirimu mau untuk jadi pacarku." Kata Luis Fernando Rivaldo yang sangat pantang menyerah untuk mengejar cintanya pada Ruby Yolanda.
"Baiklah ,suka -sukamu sajalah Luis.Intinya Aku tak mau sekarang." Kata Ruby Yolanda begitu kuat pendiriannya itu.
Namun,sekarang Ruby sangat menyesali apa yang pernah Ia putuskan kala itu kepada pria yang amat baik hati itu kepadanya karena Ruby sangat takut dalam mencintai seseorang.
" Aku pernah di sakiti oleh orang masa lalu ku di saat Aku masih kecil sekali karena Aku amat tahu betapa tajamnya lidah anak itu berkata untuk di suatu saat nanti anak itu akan melamarnya untuk menjadi pasangan hidup anak itu, tapi nyata ialah sampai detik ini juga anak itu tak pernah muncul lagi di hadapan ku." Kata Ruby Yolanda di batinnya sambil memandangi awan gelap di luar jendela di pesawat pribadi keluarga besar Wan.
" Hatsyii..!" Tiba -tiba Devano Wandani bersin dan mengejutkan lamunan Ruby Yolanda seketika itu juga dan gadis ini semakin merasa pedih hatinya karena Ia harus berjodoh dengan pemuda kaya raya yang sombong itu.
" Ughh..Malang sekali nasibku ini sudah karierku akan pupus ,Aku juga harus hadapi keluarga pria sombong itu yang bagaimana Aku harus bersikap di kemudian hari dan Aku pun harus melupakan isi hati ku yang sekarang ini merindukan bocah sialan itu daripada Aku merindukan orang yang sebaik Luis Fernando Rivaldo yang sampai detik ini selalu ada untuk mendukung karierku." Kata Ruby yang merasa hidupnya begitu getir sekali.
" Kenapa kamu memandangi ku seperti itu? Aku tak suka ya kalau kamu berpikiran Aku mau untuk menikah denganmu ,gadis caplin." Kata Devano Wandani menatap sinis Ruby Yolanda.
" Hmm tenang sajalah karena Aku berpikiran yang sangat berbeda dengan pola pikiranmu yang amat dangkal itu, Tuan Devano Wandani." Desis Ruby Yolanda pelan tapi tajam menohok perasaan hati Devano Wandani seketika itu jua.
Bersambung..!!
Sinar matahari pagi yang mencorong begitu kuat dan menyilaukan telah membangunkan Ruby dari tidurnya di sofa panjang dalam pesawat pribadi milik keluarga Wan.
" Nggg.." Keluh Ruby mengucek -ucek sepasang matanya dengan buku jarinya.
" Kau sudah bangun ? Ayo, kau bersiaplah untuk mandi lalu turun dari pesawat agar kamu dapat secepatnya di rapikan oleh tim perawatan wajah dan tubuh terbaik kami sebelum kamu menikah di hari ini." Kata seseorang yang membungkuk di dekat Ruby.
" Ah,aku menikah hari ini ?" Seakan tak percaya apa yang di dengarnya itu.Ruby membuka kedua matanya dengan cepat dan menemukan Devano Wandani bertolak pinggang di depannya dengan wajah dingin pria itu.
" Emm..Cepatlah dan jangan membuatku harus menunggu kamu berjam -jam di tempat yang tak ku inginkan ini..!" Perintah Devano Wandani nada ketus sekali kepada Ruby Yolanda.
" Aish, pagi -pagi kamu sudah narik urat lehermu itu..! Uh, sungguh orang yang tak bisa sabar sekali sih.."Kata Ruby Yolanda memasang wajah masam kepada Devano Wandani.
"..." Gumam Devano Wandani sambil berjalan lurus menuju pintu keluar dari pesawat pribadi keluarga besar Wan tanpa menengok kembali kepada Ruby Yolanda yang menggeliat sejenak di sofa panjang sebelum gadis ini mengikutinya berjalan keluar dan turun dari pesawat pribadi keluarga besar Wan.
Setibanya mereka berdua di sebuah rumah yang amat besar sekali dengan jumlah orang yang hadir di rumah itu begitu banyak dan berseragam yang sama dengan orang -orang yang menyambut baik kedatangan mereka berdua di bandara.
"Nona silakan Anda mengikuti kami ke bagian kiri rumah keluarga besar Wan." Kata seorang wanita berjas merah dengan rapi kepada Ruby Yolanda di pintu masuk ruangan dalam rumah itu.
Di ruangan yang persis salon kecantikan kelas atas ,Ruby berjumpa dengan Mama dan Papanya serta sejumlah keluarga besarnya yang hari ini berpakaian pesta yang sangat resmi.
" Ma...Pa..Apakah yang ada di otak kalian berdua sih dengan menikahkan ku pada Devano Wandani merupakan suatu musibah bagiku?" Tanya Ruby masam dan menuntut kedua orang tuanya itu.
" Kebahagiaan yang besar untuk mu,Sayangku dan manisku." Jawab Cecilia Yung memeluk Ruby.
"Ya, kamu bisa memperkuat posisi keluarga kita di dunia kalangan jetset Asia dan dunia,Sayangku." Tambah Alexander Rolando menyakinkan sekali.
" Ug..Yang kalian pikirkan cuma uang,perusahaan dan keinginan serakah kalian di balik kemuliaan yang kalian berikan kepadaku sejak aku lahir di dunia ini.Aku masih berpikir jernih kalau Aku pasti bukanlah putri kalian yang sebenarnya karena jika Aku putri kalian yang kalian sayangi ini..!Kalian tak kan pernah memberikanku kepada keluarga besar Wan..!" Ujar Ruby Yolanda dengan airmata marah kepada kedua orang tuanya.
"Sayang, kamu sejak bayi sudah di jodohkan oleh orang tua kami dengan keluarga besar Wan.Maka hari ini kami tak bisa menolak apa yang sudah di janjikan keluarga besar Rolando dengan keluarga besar Wan." Kata Cecilia Yung dengan sorotan mata yang mengharuskan Ruby mematuhinya.
" Tapi, Ma..?Aku masih ingin berkarier di duniaku yang sangat bebas dan ku cintai sejak aku masih kecil..! Aku juga ingin menikah dengan pasangan hidup pilihan hatiku sendiri..!" Ucap Ruby Yolanda dengan suara tersendat -sendat karena dirinya di saat ini ingin sekali menangis sekencang mungkin untuk menenangkan pikirannya yang kacau itu.
Di ruangan yang lainnya, Devano Wandani begitu mirip harimau muda yang sedang kebingungan dan pemuda ini terus mondar mandir di ruangan itu dengan perasaan hatinya gelisah,panik dan juga marah.
" Aku harus menjelaskan apa nantinya saat Aku jumpa kembali dengan Lucia sesuai janjiku pada gadis kesayanganku itu." Kata Devano Wandani di batinnya seraya memandangi dirinya yang sudah di rapikan itu.
" Dev, ada telepon untukmu dari negara Malaysia?" Lapor salah satu sepupu Devano Wandani yang datang kepadanya di ruang rias.
"Bayu..Tolong kamu berikan ponsel itu kepadaku." Kata Devano Wandani meminta ponsel pribadinya kepada Bayu Wandani sepupunya yang berasal dari Indonesia namun sudah lima tahun lamanya Bayu ini tinggal di Ibukota Beijing,China.
"Ini.Ambillah dan cepat kamu selesaikan semua hal yang ingin kamu kerjakan untuk kamu dapat meneruskan hidupmu dengan ringan bersama orang pilihan dari Ahma kita." Kata Bayu Wandani memberikan ponsel kepada Devano Wandani yang mengganggukan kepalanya.
Devano Wandani berjalan ke sudut paling ujung sekali dari ruang rias untuk dirinya dapat leluasa berbicara di ponselnya dengan seorang gadis lain dari negeri yang sangat jauh sekali dari negeri nya itu.
"Lucia, apakabar mu di Kualalumpur? Gimanakah kuliah mu itu ?" Tanya Devano Wandani dengan nada lembut sekali kepada Lucia gadis manis di seberang pulau nan jauh di sana.
"Kurang baik, Kak Dev.Lucia di haruskan pindah kuliah dan kerja di Jakarta oleh Papa nya Lucia yang kolot itu. Dan, sekarang Lucia amat resah dan gelisah nih apalagi Lucia dengar kalau Kakak Devano hari ini akan menikah dengan gadis yang di pilihkan oleh keluarganya Kakak Devano..!Hati ini hancur lebur, Kak." Jawab Lucia yang terdengar begitu hancur sekali oleh telinganya Devano.
"Oh,sayangku tolong kamu jangan merasa aku melupakan mu,ya ?Aku tetap Devano Wandani mu yang paling mencintaimu sepenuh hati ku untuk kamu,Lucia.Aku janji padamu bahwa Aku tidakkan pernah menyentuh wanita itu seumur hidupku ini karena tubuhku dan hatiku hanyalah untuk kamu seorang Lucia." Kata Devano Wandani dengan hati yang sangat perih juga mendengar tangisan Lucia di ponselnya itu.
"Percuma saja,Kak.Karena cepat atau lambat diri kakak akan luluh dengan gadis pilihan keluarga kakak..!" Tutur Lucia begitu sedih sekali dari nada suaranya itu.
" Oh, aku harus bagaimana supaya kamu dapat mempercayai janjiku padamu,Lucia?Aku Devano Wandani selamanya hanyalah menginginkan kau menjadi belahan jiwaku." Kata Devano Wandani dengan suara sangat pelan sekali karena Devano mendengar suara Akong nya memanggilnya dari pintu ruang rias.
"Vano..Ayo cepatlah kamu keluar dari ruangan mu itu dan segeralah kamu temui calon mempelai wanita mu yang sudah menunggu mu di ruangan menuju ke ruang pemberkatan pernikahan kalian berdua." Kata Tuan Besar Peter Wan dengan nada suara yang begitu keras sekali sampai ponsel di tangan Devano Wandani meluncur jatuh ke dalam toilet.
" Astaga..! Bagaimana ini ?! " Rintih Devano yang tampak merana melihat ponselnya telah rusak itu.
" Kau sedang apa di sana? Aduh ,barang rusak itu kenapa kamu buang sembarangan di toilet sih ?" Tegur Tuan Besar Peter Wan dengan suaranya itu tepat di belakang Devano Wandani yang membeku seketika itu juga.
Bersambung..!!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!